Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Asma


2.1.1 Definisi Asma
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantar
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. (Kusuma, dkk, 2015: 65)
Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas yang
dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, edema mukosa, dan produksi
mucus. Inflamasi ini pada akhirnya berkembang menjadi episode gejala asma
yang berulang: batuk, sesak dada, mengi dan dyspnea. Asma, suatu penyakit
kronik yang paling sering muncul pada masa kanak-kanak, dapat dialami oleh
berbagai kelompok usia. (Smeltzer, 2017: 66)

2.1.2 Klasifikasi Asma


1. Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif sn hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain
penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa datang. Gangguan asma
bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempita saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir,
dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
2. Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardia
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak yang hebat. Kejadian ini
disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat
penderita sedang tidur
Menurut Mc Connel dan Holgate asma dibedakan menjadi:
1. Asma ekstrinsik: munculnya pada waktu kanak-kanak
2. Asma intrinsic: ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas terhadap
alergen
3. Asma yang berkaita dengan penyakit paru obstruktif kronik

2.1.3 Derajat Asma


Pembagian derajat asma menurut GINA (Global Initiative For Asthma):
1. Intermiten: gejala kurang dari 1 kali/minggu dan serangan singkat
2. Persisten ringan: gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1
kali/hari
3. Persisten sedang: gejala terjadi setiap hari
4. Persisten berat: gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi
Pembagian derajat asma menurut Phelan dkk:
1. Asma episodic jarang: ditandai oleh adanya episode <1x tiap 4-6 minggu,
mengi setelah beraktivitas berat
2. Asma episodic sering: ditandai oleh frekuensi serangan yang lebih sering
dan timbul mengi pada aktivitas sedang. Gejala kurang dari 1x/minggu
3. Asma persisten: ditandai oleh seringnya episode akut, mengi pada
aktivitas ringan terjadi lebih dari 3x/minggu (Kusuma, dkk, 2015: 65-66)

2.1.4 Tanda dan Gejala Asma


1. Kesulitan bernapas dan sering terlihat terengah-engah bila melakukan
aktivitas
2. Sering batuk, baik disertai dahak maupun tidak
3. Mengi atau suara “ngiiik... ngiiik… ngiiik…” pada suara nafas penderita
asma secara terus menerus
4. Dada terasa sesak karena adanya penyempitan saluran pernapasan akibat
rangsangan tertentu. Akibatnya, untuk memompa oksigen ke seluruh
tubuh harus ekstra keras (memaksa) sehingga dada menjadi sesak
5. Perasaan selalu merasa lesu dan lelah. Ini akibat kurangnya pasokan
oksigen ke suluruh tubuh
6. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
7. Tidak mampu menjalankan aktifitas fisik yang lama tanpa mengalami
masalah pernapasan
8. Paru-paru tidak berfungsi secara normal
9. Lebih sensitive terhadap alergi (Wulandari, dkk, 2013: 50-51)

2.1.5 Penatalaksanaan Asma


Program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality. Edukasi
tidak hanya ditunjukkan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak
lain yang membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat
perencanaan, bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan menitor berat asma secara berkala
penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh
penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal
tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain:
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita yang perlu di review,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
3. Indentifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter, yaitu:
a. Tindak lanjut (follow-up) teratur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan.
7. Pola hidup sehat
a. Mingkatkan kebugaran fisis
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum. Walaupun
terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah
exercise, akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan
olahraga. Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk
pernapasan khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma
(Kusuma, dkk, 2015: 71-74)

2.2 Konsep Pemberian Akupuntur Pada Asma


2.2.1 Definisi Akupresure
Akupuntur berasal dari kata Latin. Acus yang artinya jarum dan Punctur
yang artinya menusuk, jadi akupuntur berarti “menusuk dengan jarum”. Didalam
bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan dalam bahasa Cina adalah cenciu.
Kata tersebut kemudian diadaptasikan kedalam bahasa Indonesia menjadi
akupunktur atau tusuk jarum. Akupunktur merupakan pengobatan yang dilakukan
menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien, telinga, kepala, sekitar
telapak kaki dan tangan untuk mempengaruhi/ memperbaiki kesalahan aliran
bioenergi tubuh yang disebut dengan Qi (dibaca: Chi). Dalam pergerakannya Qi
mengalir searah dalam sistem saluran yang disebut meridian.
Akupuntur (Bahasa Inggris: Acupuncture; Bahasa Latin: acus, "jarum" (k
benda), dan pungere, "tusuk" (k kerja)) atau dalam Bahasa Mandarin standard,
zhēn jiǔ (針灸 arti harfiah: jarum - moxibustion) adalah teknik memasukkan atau
memanipulasi jarum ke dalam "titik akupunktur" tubuh. Menurut ajaran ilmu
akupunktur, ini akan memulihkan kesehatan dan kebugaran, dan khususnya sangat
baik untuk mengobati rasa sakit. Definisi serta karakterisasi titik-titik ini
distandardisasi-kan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Akupunktur berasal
dari Tiongkok dan pada umumnya dikaitkan dengan Obat-obatan Tradisional
Tiongkok. Bermacam-macam jenis akupuntur (Jepang, Korea, dan Tiongkok
klasik) dipraktekkan dan diajarkan di seluruh dunia.
2.2.2 Mekanisme Akupuntur
Mekanisme kerja akupunktur dalam penyembuhan diuraikan sebagai berikut, titik
akupunktur yang jumlahnya kurang lebih 720 titik, merupakan daerah kulit yang
banyak mengandung banyak serabut-serabut syaraf. Stimulasi pada titik
akupunktur akan merangsang syaraf di titik tersebut dan akan mempengaruhi
berbagai neurotransmitter ( Zat Kimiawi Otak ) serta perubahan biofisika. Zat
kimiawi otak inilah yang di percaya mampu menjaga keseimbangan fisiologik
tubuh dalam keadaan sehat maupun stress serta meninggikan imunitas dan
resistensi (kekebalan dan perlawanan ) tubuh terhadap penyakit. Efek penusukan
terjadi melalui hantaran saraf dan melalui humoral/endokrin. Secara umum efek
penusukan jarum terbagi atas efek lokal, efek segmental dan efek sentral.
1. Efek lokal
Penusukan jarum akan menimbulkan perlukaan mikro pada jaringan. Hal
ini menyebabkan pelepasan hormon jaringan (mediator) dan
menimbulkan reaksi rantai biokimiawi. Efek yang terjadi secara lokal
meliputi dilatasi kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler, perubahan
lingkungan interstisial, stimulasi nosiseptor, aktivasi respons imun
nonspesifik, dan penarikan leukosit dan sel Langerhans. Reaksi lokal ini
dapat dilihat sebagai kemerahan pada daerah penusukan.
2. Efek segmental / regional
Tindakan akupunktur akan merangsang serabut saraf Aδ dan rangsangan
itu akan diteruskan ke segmen medula spinalis bersangkutan dan ke sel
saraf lainnya, dengan demikian mempengaruhi segmen medula spinalis
yang berdekatan.
3. Efek sentral. Rangsang yang sampai pada medula spinalis diteruskan
pula ke susunan saraf pusat melalui jalur batang otak, substansia grisea,
hipotalamus, talamus dan cerebrum. Dengan demikian maka penusukan
akupunktur yang merupakan tindakan invasif mikro akan dapat
menghilangkan gejala nyeri yang ada, mengaktivasi mekanisme
pertahanan tubuh, sehingga memulihkan homeostasis.
2.2.3 Manfaat Akupuntur
Akupunktur memiliki banyak efek positif yang salah satunya adalah
menyembuhkan berbagai penyakit karena dapat melancarkan peredaran darah.
Tak hanya sekadar melancarkan peredaran darah, akupunktur juga membantu
memelihara organ dalam sehingga menjadikan tubuh dapat lebih sehat dan
terpelihara. Teknik penyisipan jarum tanpa rasa sakit ini mengalihkan paradigma
masyarakat yang selama ini takut akan jarum. Justru, dengan disisipi jarum, aliran
darah yang semula kurang normal pun berubah menjadi normal. Selain itu,
keuntungan lain dari akupunktur adalah dapat meremajakan kulit dan sel-sel darah
merah yang beregenerasi.

2.2.4 Cara Kerja Akupuntur


1. Cara kerja akupunktur: titik Akupunktur dan Meridian
Akupunktur Prinsip yang mendasari akunpunktur, selain tusuk jarum,
adalah titik-titik dimana energi didalam tubuh dialirkan, atau hal ini
sering dikenal sebagai titik akupunktur. Selain itu, ada juga istilah
meridian akupunktur. Meridian akupunktur adalah suatu jaringan yang
menggabungkan organ bagian dalam tubuh dengan permukaan tubuh.
Dalam TCM (Traditional Chinese Medicine), terdapat 365 titik
akupunktur yang terdiri dari 12 meridian akupunktur yang diatur oleh 66
titik utama, sedangkan 66 titik utama ini dikendalikan oleh 8 titik pusat.
Inti dari cara kerja akunpunktur adalah bagaimana anda dapat menguasai
delapan titik pusat akupunktur dan meridian akupunktur yang dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
2. Cara kerja akupunktur: teori yang mendasari akupunktur
Terdapat 2 teori utama yang mendasari akupunktur, yaitu Teori Yin-Yang
dan Teori Wu-Xing. Pandangan dari Teori Yin-Yang, yaitu segala sesuatu
di dunia ini terdiri dari dua aspek yang berpasangan sekaligus
berlawanan yang dimana perpaduan dua aspek ini diperlukan untuk
sebuah sinergi keharmonisan. Di dalam akupunktur, keseimbangan antara
Yin dan Yang dalam tubuh diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh.
Merujuk pada prinsip ini, organ-organ tubuh juga diibaratkan dengan Yin
dan Yang, misalnya pada organ jantung, Yin adalah jantung itu sendiri
dan aktivitas dimana jantung bekerja disebut Yang. Sedangkan Teori Wu-
Xing adalah teori yang dilandaskan pada lima elemen di dunia ini, yaitu
elemen api, kayu, logam, air, dan tanah. Dalam hal ini, penerapan teori
elemen dalam kesehatan adalah menyamakan organ-organ dalam tubuh
dengan kelima elemen tersebut, kemudian menggolongkannya
berdasarkan sifat kelima elemen tersebut, misalnya jantung tergolong
sebagai elemen api karena bersifat menjulang dan panas. Teori Wu-Xing
dalam akupuntur diperlukan untuk memahami gejala penyakit dan
memilih cara yang tepat untuk menangani penyakit.
3. Cara Kerja Akupunktur: Lamanya Waktu untuk TerapiAkupuntur
Akupunktur adalah pengobatan terapi yang membutuhkan proses atau
waktu untuk menuju kesembuhan. Pada dasarnya lama waktu untuk
terapi akupunktur bervariasi, tergantung pada parah tidaknya penyakit
yang diderita pasien. Namun, pada umumnya terapi dilaksanakan selama
dua kali dalam seminggu dan pengobatan dilakukan selama dua belas
kali. Jika anda menginginkan hasil yang optimal anda harus mengikuti
semua jenis terapi yang dianjurkan oleh seorang ahli akupunktur yang
anda percayai. Pengobatan melalui akupunktur sangat cocok bagi anda
yang lebih menyukai pengobatan alami dalam menyembuhkan penyakit.
Di Indonesia terdapat banyak klinik akupuntur yang dapat anda coba.
Sebelum mencobanya ada baiknya anda mereview cara kerja akupunktur,
pastikan klinik yang anda datangi menyediakan metode akupunktur yang
tepat dan anda ditangani oleh tenaga ahli yang profesional. Jangan
lupakan juga keterjaminan kebersihan klinik tersebut. Anda dapat
memeriksa apakah jarum yang digunakan steril dan terjamin
kebersihanya.
2.2.5 Kontra Indikasi dan Efek Samping
Kontraindikasi dan efek samping Untuk alasan keamanan, akupunktur harus
dihindari pada kondisi berikut:
1. Kegawatdaruratan medik dan kasus yang memerlukan pembedahan
Akupunktur merupakan kontraindikasi dalam keadaan darurat. Dalam
kasus seperti itu, pertolongan pertama harus diterapkan dan transportasi
ke pusat darurat medis harus segera dilakukan. Akupunktur tidak boleh
digunakan untuk menggantikan intervensi bedah yang diperlukan
2. Keganasan Akupunktur tidak boleh digunakan untuk pengobatan tumor
ganas. Secara khusus, penusukan jarum di lokasi tumor tidak
diperbolehkan. Namun, akupunktur dapat digunakan sebagai pengobatan
komplementer atau pelengkap, berupa kombinasi dengan pengobatan
lain, untuk menghilangkan nyeri atau gejala lainnya, untuk mengurangi
efek samping kemoterapi dan radioterapi, dan untuk meningkatkan
kualitas hidup.
3. Penggunaan obat anti-koagulan dan gangguan pendarahan
Penusukan jarum harus dihindari pada pasien dengan gangguan
perdarahan dan pembekuan darah, atau yang sedang menjalani terapi
antikoagulan atau mengonsumsi obat dengan efek antikoagulan.
4. Kehamilan
Akupunktur dapat menginduksi persalinan, oleh karena itu, tidak boleh
dilakukan dalam kehamilan, kecuali diperlukan untuk tujuan terapeutik
lainnya dan dilakukan dengan sangat hati-hati. Penusukan saja dengan
manipulasi tertentu pada titik akupunktur tertentu dapat menyebabkan
kontraksi uterus yang kuat dan menyebabkan aborsi. Namun, akupunktur
dapat digunakan dalam kehamilan untuk tujuan menginduksi persalinan
atau memperpendek durasinya, mengurangi nyeri persalinan dan mual-
muntah selama kehamilan.
Efek samping yang mungkin timbul selama tindakan akupunktur berupa
rasa tidak nyaman atau nyeri di tempat penusukan, hematom, acushock, infeksi.
Efek samping dapat diminimalkan dengan teknik penusukan yang tepat dan
terlatih, penggunaan jarum sekali pakai dan memberikan perhatian khusus pada
individu yang baru pertama kali menjalani tindakan akupunktur atau dalam
kondisi lemah (sakit berat, kurang istirahat, intake makanan yang kurang) dan
memberikan penjelasan secara adekuat kepada pasien mengenai tindakan yang
akan dilakukan dan rasa nyeri/tidak nyaman yang mungkin timbul sehingga
pasien tidak merasa takut berlebihan.

2.2.6 Indikasi Akupuntur


1. Akupunktur paling sering digunakan untuk berbagai masalah
muskuloskeletal (myofascial trigger point, epikondilitis lateral and
medial, nyeri leher, nyeri punggung unilateral, nyeri lutut, kaki dan
telapak). Nyeri akibat myofascial trigger point (MTrP) tampaknya
berespon paling baik dan paling cepat, diikuti oleh cedera jaringan lunak,
kemudian osteoartritis (khususnya OA lutut, pergelangan kaki, sendi
acromioclavicular, cervical spine).
2. Kondisi nyeri lainnya: nyeri kepala tipe tegang, nyeri wajah atipikal,
nyeri gigi, nyeri dada yang bukan karena gangguan jantung dan migrain.
3. Kondisi lainnya: dysmenorrhoea, nyeri akibat irritable bowel syndrome,
irritative bladder syndrome, mual, hay fever, rinitis alergi, xerostomia,
menopausal hot flushes, dan masalah kulit lokal yang reversibel.

2.2.7 Titik Pemijatan

Titik CV 17 terletak di tengah tulang


dada
Titik LI4 terletak di titik
tertinggi otot ketika ibu jari
dan jari telunjuk disatukan

Titik GB 20 terletak di bawah pangkal


tengkorak (di bawah lubang si kedua sisi(
Titik LU 5 terletak di cekungan, tetapi
lebih ke arah luar (arah ibu jari) dari
lipatan siku bagian dalam

Titik LU 7 terletak di
1,5 Cun di atas lipatan
pergelangan tangan.
Point ini mudah
ditemukan dengan
menghubungkan
tangan
Titik ST 36 lebar satu tanagan (3 B I) di
bawah bagian bawah tempurung lutut dan ibu
jari (1 BI) kearah luar kaki (arah jari kaki
kecil) di antara tulang betis yang paling
meninjol dimana mereka berkumpul

Titik T5 terletak di lebar dua


jempol diatas lipatan paling
menonjol dari pergelangan
tangan bagian atas, sejajar
dengan jari tengah, di bagian
luar lengan bawah
Titik UB terletak di 1,5 BI dari garis
tengah tulang belakang, 1 BI di
bawah level garis dengan bagian atas
tulang belikat

Titik UB 17 terletak di 1,5 BI dari garis


tengah tulang belakang, di sepanjang garis
imajiner yang ditarik antara bagian bawah
tulang belikat (scapula)
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai