Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Di era-globalisasi saat ini, dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu program
kesehatan, diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana yang
menyeluruh atau rencana yang komprehensif dan holistik. Perencanaan kesehatan adalah
kegiatan yang perlu dilakukan di masa yang akan datang dan jelas tujuannya. Kegiatan
perencanaan di bidang kesehalan sama halnya dengan perencanaan dalam manajemen
operasional yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu analisis situasi, penentuan prioritas
masalah, identifikasi penyebab masalah, penentuan solusi terbaik dan implementasi.
Setiap tahapan memiliki metode untuk mempermudah penetapan hasilnya. Untuk analisis
situasi, metode yang digunakan lebih cenderung pada metode yang digunakan untuk manajemen
strategi seperti SWOT, IE, EFE-IFE, dan sebagainya. Dalam tahapan menganalisis masalah,
dapat menggunakan metode MCUA, CARL, teknik komparasi dan matriks USG. Setelah
mengidentifikasi masalah, tahapan selanjutnya adalah mencari penyebabkan masalah tersebut.
Dalam bidang kesehatan tentunya tidak terlepas dari suatu masalah dan untuk mengetahui
penyebab masalah tersebut dalam perencanaan progam kesehatan terdapat beberapa cara, salah
satunya adalah dengan menggunakan Root Cause Analysis (RCA) dan diagram Fishbone. Root
Cause Analysis (RCA) adalah proses pemecahan masalah untuk melakukan investigasi ke dalam
suatu masalah, kekhawatiran atau ketidak sesuaian masalah yang ditemukan sedangkan Diagram
Fishbone (Tulang Ikan) yang ditemukan oleh Ishikawa merupakan metode yang sangat populer
dan dipakai di seluruh penjuru dunia untuk membantu dan memampukan setiap orang atau
organisasi dalam mengidentifikasi faktor penyebab masalah dan menyelesaikan masalah dengan
tuntas sampai ke akarnya. Dengan ini, semua kemungkinan penyebab dapat dilihat dan dicari
akar permasalahan sebenarnya. Apabila masalah dan penyebabnya sudah diketahui secara pasti,
maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan dalam rangka untuk
memperbaiki kinerja dan mutu progam kesehatan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiamanakah proses penyususnan rencana penyelesaian masalah manajemen Root
Cause Analysis (RCA) ?
2. Bagaiamanakah konsep fishbone (diagram tulang ikan) ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaiamanakah proses penyususnan rencana penyelesaian masalah
manajemen Root Cause Analysis (RCA)
2. Untuk mengetahui bagaiamanakah konsep fishbone (diagram tulang ikan)

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa mengetahui bagaiamanakah proses penyususnan rencana penyelesaian
masalah manajemen Root Cause Analysis (RCA)
2. Mahasiswa mengetahui bagaiamanakah konsep fishbone (diagram tulang ikan)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Penyususnan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen Root Cause Analysis
(RCA)
2.1.1 Defenisi Root Cause Analysis (RCA)
Root cause analysis (RCA) adalah sebuah tool yang sangat berguna untuk mencari akar
masalah dari suatu insiden yang telah terjadi. Menemukan akar masalah merupakan kata kunci.
Sebab tanpa mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi dengan tepat,
yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden tersebut di kemudian hari. Berikut ini adalah
tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk memulai suatu aktifitas RCA.

Root cause analysis (RCA) adalah proses pemecahan masalah untuk melakukan investigasi
ke dalam suatu masalah, kekhawatiran atau ketidak sesuaian masalah yang ditemukan. RCA
membutuhkan investigator untuk menemukan solusi atas masalah mendesak dan memahami
penyebab fundamental atau mendasar suatu situasi dan memperlakukan masalah tersebut dengan
tepat, sehingga mencegah terjadinya kembali permasalahan yang sama. Oleh karena itu mungkin
melibatkan pengidentifikasian dan pengelolaan proses, prosedur, kegiatan, aktivitas, perilaku
atau kondisi (British Retail Consortium, 2012).

2.1.2 Tahap-tahap dalam Root Cause Analysis (RCA)


1. Klasifikasi Insiden
Tidak seluruh insiden atau masalah yang terjadi dilakukan prosedur lengkap RCA.
Masalah harus dilakukan klasiifkasi dan prioritas. Tujuannya agar terjadi efisiensi dalam
pekerjaan. Hal ini karena prosedur lengkap RCA memerlukan sumber daya yang khusus,
jumlahnya terbatas dalam organisasi dan memakan waktu yang tidak sebentar sehingga
organisasi perlu menetapkan suatu metode klasifikasi dan prioritas masalah. Hanya
masalah yang masuk kriteria saja yang dilanjutkan ke prosedur RCA. Sementara masalah
lain yang tidak masuk kriteria, tetap dilakukan analisa menggunakan prinsip-prinsip RCA
tetapi tidak seluruh urutan prosedur lengkap RCA dilakukan.
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas masalah
adalah membuat peringkat masalah berdasarkan konsekuensi (consequence) dan likelihood.

3
Consequence adalah seberapa berat dampak dari masalah itu. Sedangkan likelihood adalah
seberapa sering masalah itu terjadi. Consequence dan likelihood diperingkat menggunakan
angka 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin berat atau makin sering. Setelah angka
nilai consequence (C) dan likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan
perkalian. Angka hasil perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi
angkanya, makin tinggi peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat menjadi empat
golongan, yaitu ekstrim (1525), besar (8-12), sedang (4-6), kecil (1-3). Organisasi dapat
membuat kebijakan bahwa hanya masalah yang mempunyai peringkat ekstrim (15-25) saja
yang dilakukan prosedur RCA.
Contoh: Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena dampak
dari tertusuk jarum adalah berat. Likelihood dari insiden ini adalah 5, karena insiden ini
dapat terjadi setiap bulan. Sehingga peringkat risikonya adalah : 4x5 = 20 (ekstrim).
Peringkat insiden ini memnuhi kriteria untuk dilakukan prosedur RCA.
2. Membentuk Tim Root Cause Analysis (RCA)
Membentuk tim RCA merupakan langkah berikutnya yang penting. Tanpa tim yang
representative, hasil aktifitas RCA tidak akan valid. Rekomendasi yang dihasilkannya pun
tidak tepat. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus untuk menentukan siapa saja yang
dipilih untuk menjadi anggota tim. Sebagai pedoman, anggota tim haruslah orang-orang
yang kompeten dalam bidang yang kan dibahas. Mereka juga harus dalam posisi netral,
bukan orang yang ada sangkut paut langsung dengan masalah yang akan dibahas. Jika
diperlukan, dapat ditunjuk seorang ahli dari luar organisasi untuk menambah bobot dari tim
ini. Jumlah anggota tim jangan terlalu banyak. Ukuran yang normal adalah antara 5 sampai
8 orang.
Contoh: Pada kasus tertusuk jarum di atas, anggota tim RCA adalah manajer keperawatan,
manajer mutu, coordinator pengendalian infeksi, manajer penunjang medis, coordinator
K3.
3. Mengumpulkan Data
Tim kemudian bekerja mengumpulkan data. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran seobyektif mungkin atas perisitwa yang telah terjadi. Yang dikumpulkan hanya
data, bukan asumsi, kesan atau tafsiran. Sumber data dapat diperoleh dari :

• Catatan medis

4
• Wawancara dengan orang yang terlibat
• Wawancara dengan seluruh saksi
• Kunjungan ke lokasi kejadian
• Peralatan yang terlibat
• Dll
Data-data di atas diperlukan untuk melengkapi fakta yang terjadi. Disamping itu,
diperlukan juga pengumpulan data-data berikut ini:

• Kebijakan dan prosedur internal organisasi


• Peraturan atau perundang-undangan
• Standar mutu
• Referensi ilmiah terkini
• Dll
4. Memetakan Informasi
Setelah seluruh data terkumpul, insiden yang terjadi direkonstruksi dengan
menggunakan data yang tersedia. Seluruh data disusun menurut urutan kejadiannya. Ada
beberapa alat yang dapat dipakai untuk memetakan urutan kejadian ini, misalnya :

• Narrative chronology
• Time person grid
• Timelines
• Tabular timelines
Contoh : Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan narrative
chronology, karena insiden tersebut merupakan perisitwa tunggal dan prosesnya tidak
kompleks.

5. Identifikasi dan Memproritaskan Masalah (Care Management Problem atau CMP)


Setelah seluruh data dipetakan, mulailah masuk ke tahap awal analisa masalah, yaitu
dengan mengidentifikasinya. Identifikasi masalah ini sangat penting, dan hanya dapat
dilakukan oleh orang yang memahami proses yang standard (yang seharusnya terjadi).
Caranya adalah dengan meneliti seluruh urutan informasi untuk mencari tahu apakah
kejadian-kejadian tersebut terjadi sudah sesuai dengan seharusnya atau tidak.

5
Untuk memastikan hal ini, diperlukan berbagai dokumen seperti : kebijakan dan
prosedur internal RS, peraturan atau perundang-undangan, standar mutu, referensi ilmiah
terkini dan lain-lain. Jika ditemukan ketidasesuaian, itulah yang disebut sebagai masalah.
Setelah masalah teridentifikasi, barulah kita lakukan prioritas masalah. Masalah-masalah
kecil yang tidak penting dan tidak berpengaruh besar pada terjadinya insiden kita
singkirkan. Focus pada masalah-masalah utama. Pada kasus sederhana seperti tertusuk
jarum di atas, masalah tertusuk jarum dapat dipakai sebagai masalah itu sendiri. Tapi jika
masalahnya kompleks dan melibatkan banyak pihak atau departemen, masalahnya harus
diidentifikasi satu demi satu.
6. Analisa informasi untuk mencari faktor yang berperan
Masalah-masalah yang telah diidentifikasi kemudian dianalisa untuk mencari faktor
yang berkontribusi sekaligus untuk menentukan proximate cause atau underlying cause.
Ada banyak alat terkenal yang biasanya dipakai untuk analisa ini, namun hanya empat alat
yang akan dibahas yaitu 5 Why, diagram tulang ikan, analisa perubahan dan analisa
penghalang.
a. 5 Why
5 why dilakukan dengan cara bertanya “why” sampai 5 kali terhadap suatu
masalah sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan. Namun 5 Why
mempunyai kelemahan mendasar, yaitu bentuk pertanyaannya sangat terbuka dan
tidak terarah sehingga hasilnya sangat tergantung pada latar belakang penanya dan
yang ditanya. Boleh jadi, untuk satu masalah yang sama tapi dilakukan oleh dua
orang yang berbeda akan didapatkan hasil yang berbeda. Teknik ini digunakan:

• Untuk menanyakan setiap penyebab masalah yang teridentifikasi dan untuk


mengidentifikasi gejala (simtom), proximate cause (penyebab langsung),
influencing factors atau akar masalah (root cause)

• Untuk melanjutkan pencarian akar masalah yang sebenarnya, meskipun telah


diketahui kemungkinan penyebab.
Teknik ini lebih difokuskan pada investigasi RCA yang tidak dapat digali lebih
dalam penyebab insiden keselamatan pasiennya. Sangat mudah dimengerti dan
simple untuk dipelajari.

6
b. Diagram Tulang Ikan atau Fishbone Diagram
Karena 5 Why mempunyai kelemahan mendasar, maka yang dianjurkan
adalah menganalisa masalah menggunakan diagram tulang ikan. Diagram tulang
ikan dirancang untuk mencari factor yang berperan dengan terarah. Untuk
memudahkan mencari factor yang berperan pada diagram tulang ikan, dapat
digunakan pertanyaan triase factor yang berperan. Alat ini dapat membantu
brainstorming untuk identifikasi penyebab masalah dan memilah ide-ide menjadi
kategori yang berguna. Fishbone adalah cara visual untuk melihat cause and effect.
Alat ini lebih terstruktur daripada alat brainstorming yang lain. Masalah atau efek
diletakkan pada kepala atau mulut ikan. Penyebab contributor diletakkan pada
tulang ikan di bawah kategori penyebab yang bermacam-macam.

Langkah-langkah analisa dengan fishbone :

• Tentukan masalah atau efek. Tulis di mulut ikan. Masalah sebisa mungkin
harus jelas dan spesifik. Hati-hati untuk tidak menerangkan masalah sebagai
solusi.

• Tentukan kategori-kategori mayor penyebab masalah (tulis sebagai cabang-


cabang dari backbone). Kategori-kategori mayor itu antara lain : staf
individual, manajemen, lingkungan kerja, karakteristik pasien, peralatan,
tugas, prosedur dan lain-lain

• Lakukan brainstorming pada semua penyebab masalah. Tanyakan “mengapa


ini terjadi?” Letakkan semua penyebab masalah yang mungkin pada cabang
sesuai kategori mayor penyebab masalah.

• Tanyakan lagi “mengapa ini terjadi?” pada masing-masing penyebab. Tulis


cabang subcause pada cabang penyebab masalah.

• Lanjutkan bertanya „mengapa?” dan letakkan di bawah penyebab atau


kategori. Ini akan membantu mengidentifikasi dan kemudian menentukan akar
penyebab masalah untuk mencegah masalah di kemudian hari.

7
Contoh Diagram Fishbone

Karakteristik
Faktor tugas Staff individual
pasien

Terlalu muda Tidak ada protocol Kelelahan


untuk penggunaan
primigravida epidural
Tidak fokus Kematian
maternal
Prosedur
Malfungsi
epidural
pengobatan Komunikasi yang
kurang antara SpOG,
Tidak ada batas Toleransi SpAn dan bidan
jelas jam kerja pemasangan gelang

Lingkungan kerja Organisasi dan Faktor tim


manajemen

8
c. Analisa Perubahan atau Change Analysis

Digunakan untuk menganalisa proses yang tidak bekerja sesuai rencana.


Metode ini adalah metode sederhana yang dapat membantu mebandingkan proses
yang berjalan efektif atau gagal. Metode ini digunakan bila suatu system atau tugas
yang awalnya berjalan efektif kemudian terjadi kegagalan atau terdapat sesuatu
yang menyebabkan perubahan situasi. Langkah-langkah analisis perubahan :

1. Pelajari prosedur normal


2. Petakan alur insiden yang terjadi
3. Bandingkan 2 proses apakah ada perbedaan, apakah perbedaan menyebabkan
masalah?
4. Catat akar masalah untuk perbaikan yang akan dimasukkan dalam
rekomendasi
d. Analisa Penghalang atau Barrier Analysis
Merupakan alat untuk menganalisa penghalang atau control untuk mencegah
terjadinya bahaya. Analisa penghalang didesain untuk mengidentifikasi :

• Penghalang mana yang seharusnya ada untuk mencegah insiden


• Mengapa penghalang gagal mencegah insiden
• Penghalang apa yang dapat digunakan untuk mencegah insiden terulang
kembali Ada 4 tipe penghalang :
1. Penghalang fisik
2. Penghalang natural
3. Penghalang tindakan manusia
4. Penghalang administrasi

9
2.2 Konsep FishBone (Diagram Tulang Ikan)
2.2.1.Pengertian FishBone (Diagram Tulang Ikan)

Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) merupakan konsep analisis sebab akibat yang
dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa untuk mendeskripsikan suatu permasalahan dan
penyebabnya dalam sebuah kerangka tulang ikan. Fishbone Diagrams juga dikenal dengan
istilah diagram Ishikawa, yang diadopsi dari nama seorang ahli pengendali statistik dari Jepang,
yang menemukan dan mengembangkan diagram ini pada tahun 1960-an. Diagram ini pertama
kali digunakan oleh Dr. Kaoru Ishikawa untuk manajemen kualitas di perusahaan Kawasaki,
yang selanjutnya diakui sebagai salah satu pioner pembangunan dari proses manajemen modern.
Diagram Fishbone sebagai alat (tool) yang menggambarkan sebuah cara yang sistematis
dalam memandang berbagai dampak atau akibat dan penyebab yang membuat atau berkontribusi
dalam berbagai dampak tersebut. Oleh karena fungsinya tersebut, diagram ini biasa disebut
dengan diagram sebab-akibat.
Diagram Fishbone (Ishikawa) pada dasarnya menggambarkan sebuah model sugestif dari
hubungan antara sebuah kejadian (dampak) dan berbagai penyebab kejadiannya. Struktur dari
diagram tersebut membantu para pengguna untuk berpikir secara sistematis. Beberapa
keuntungan dari konstruksi diagram tulang ikan antara lain membantu untuk mempertimbangkan
akar berbagai penyebab dari permasalahan dengan pendekatan struktur, mendorong adanya
partisipasi kelompok dan meningkatkan pengetahuan anggota kelompok terhadap proses analisis
penyebab masalah, dan mengidentifikasi wilayah dimana data seharusnya dikumpulkan untuk
penelitian lebih lanjut.

10
Desain diagram Ishikawa terlihat seperti tulang ikan. Representasi dari diagram tersebut
sederhana, yakni sebuah garis horizontal yang melalui berbagai garis sub penyebab
permasalahan. Diagram ini dapat digunakan juga untuk mempertimbangan risiko dari berbagai
penyebab dan sub penyebab dari dampak tersebut, termasuk risikonya secara global.

2.2.2.Tujuan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagrams)


Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) adalah diagram sebabakibat yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi potensi masalah kinerja. Diagram tulang ikan menyediakan
struktur untuk diskusi kelompok sekitar potensi penyebab masalah tersebut. Tujuan utama dari
diagram tulang ikan adalah untuk menggambarkan secara grafik cara hubungan antara
penyampaian akibat dan semua faktor yang berpengaruh pada akibat ini. Fungsi diagram
Fishbone, dapat disebut sebagai diagram sebab-akibat. Fungsi dasar diagram tulang ikan adalah
untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu
efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.

2.2.3.Manfaat Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagrams)


Dengan adanya diagram tulang ikan ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan
bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting
perusahaan, Beberapa manfaat lainnya dari membangun diagram tulang ikan adalah :

1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah dari suatu masalah.


2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.

4. Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.

5. Membuat issue secara lengkap dan rapi.

6. Menghasilkan pemikiran baru.

11
2.2.4.Langkah-langkah Pembuatan Diagram Tulang Ikan (FishBone Diagrams)

Diagram tulang ikan atau sebab akibat merupakan pendekatan terstruktur yang
memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab
suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada . Terdapat 6 langkah yang harus
dilakukan dalam melakukan analisis dengan diagram tulang ikan yaitu:
1. Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa masalah tersebut
merupakan suatu pernyataan masalah (problem statement).
Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang
diinginkan. Pada langkah pertama ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah
pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah tersebut kemudian
diinterpretasilan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”.
Selanjutnya menuliskan problem statement disebelah kanan diagram dan menggambar
sebuah kotak yang mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan membuat panah
horizontal panjang menuju ke arah kotak.

CAUSE EFFECT

PROBLEM
STATEMENT

2. Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin.


Identifikasi ini dilakukan dengan metode brainstorming. Penyebab permasalahan
dapat dikelompokkan dalam enam kelompok yaitu materials (bahan baku), machines and
equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber daya manusia), methods (metode),
mother nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran). Kelompok
penyebab masalah ini ditempatkan di Diagram Fishbone pada sirip ikan. Pada tahap kedua
ini, dilanjutkan dengan pengisian penyebab masalah yang disepakati seperti pada gambar
berikut:

12
3. Identifikasi kategori penyebab.
Dimulai dari garis horizontal utama, membuat garis diagonal yang menjadi cabang.
Setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan
sebagai cause, secara visual dalam fishbone seperti tulang ikan. Kategori sebab utama
mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-
kategori ini antara lain:
a. Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:

1. Machine (mesin atau teknologi)

2. Method (metode atau proses)

3. Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi)

4. Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) atau Mind Power

(pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya)

5. Measurement (pengukuran atau inspeksi)

6. Milieu atau Mother Nature (lingkungan)

b. Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:

1. Product (produk atau jasa)

2. Price (harga)

3. Place (tempat)

4. Promotion (promosi atau hiburan)

5. People (orang)

13
6. Process (proses)

7. Physical Evidence (bukti fisik)

8. Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas)

c. Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:

1. Surroundings (lingkungan)

2. Suppliers (pemasok)

3. Systems (sistem)

4. Skills (keterampilan)

5. Safety(keselamatan)

Kategori di atas hanya sebagai saran, bisa digunakan kategori lain yang dapat
membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai dengan 6
kategori.

4. Menemukan Sebab Potensial


Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi
brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab
tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan dibawah kategori yang
mana gagasan tersebut harus ditempatkan. Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal
sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis diagonal. Pertanyakan kembali “Mengapa
sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horizontal
tadi. Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan
beberapa kategori.

5. Mengkaji Kembali
Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang mungkin,
kemudian dikaji kembali urutan penyebab hingga ditemukan akar penyebabnya. Setelah itu
tempatkan akar penyebab masalah tersebut pada cabang yang sesuai dengan kategori utama
sehingga membentuk seperti tulang-tulang kecil dari ikan. Selanjutnya adalah

14
menginterpretasikan dan mengkaji kembali diagram sebab akibat tersebut mulai dari
masalah awal hingga ditemukannya akar penyebab tersebut.
6. Mencapai Kesepakatan
Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang muncul secara berulang,
didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab itu, sehingga sudah dapat
dilakukan pemilihan penyebab yang paling penting dan dapat diatasi. Selanjutnya adalah
memfokus perhatian pada penyebab yang terpilih melalui konsensus tersebut untuk hasil
yang lebih optimal. Penerapan hasil analisis dengan menggunakan diagram tersebut adalah
dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta
memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu efektif
dengan hilangnya penyebab masalah yang dihadapi.

2.2.5.Kelebihan dan Kekurangan Diagram Tulang Ikan (FishBone Diagrams)


1. Kelebihan Diagram Tulang Ikan (FishBone Diagrams)
Kelebihan Fishbone diagrams adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi
dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin
menjadi penyebab masalah tersebut.
2. Kekurangan Diagram Tulang Ikan (FishBone Diagrams)
Kekurangan Fishbone diagrams adalah opinion based on tool dan didesain membatasi
kemampuan tim atau pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang
mengunakan metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar-
benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting
digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram
tersebut.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Diagram tulang ikan adalah diagram sebab-akibat yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi potensi masalah kinerja. Diagram tulang ikan menyediakan struktur untuk
diskusi kelompok sekitar potensi penyebab masalah tersebut. Tujuan utama dari diagram tulang
ikan adalah untuk menggambarkan secara grafik cara hubungan antara penyampaian akibat dan
semua faktor yang berpengaruh pada akibat ini. Fungsi dasar diagram tulang ikan adalah untuk
mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek
spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.

Root cause analysis (RCA) adalah proses pemecahan masalah untuk melakukan investigasi
ke dalam suatu masalah, kekhawatiran atau ketidak sesuaian masalah yang ditemukan. RCA
membutuhkan investigator untuk menemukan solusi atas masalah mendesak dan memahami
penyebab fundamental atau mendasar suatu situasi dan memperlakukan masalah tersebut dengan
tepat, sehingga mencegah terjadinya kembali permasalahan yang sama. Oleh karena itu mungkin
melibatkan pengidentifikasian dan pengelolaan proses, prosedur, kegiatan, aktivitas, perilaku
atau kondisi.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada
jaman globalisasi ini kita perlu mengenal dan mengetahui mengenai keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asmoko,H. 2013. Tehnik Ilustrasi Masalah FishBone Diagram. Magelang : BPPK


British Retail Consortium. 2012. Understanding Root Cause Analysis. Florida : CRC Press

17

Anda mungkin juga menyukai