1
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien atau patient safety merupakan hal yang marak dibicarakan dalam dunia
medis belakangan ini. Pertemuan tahunan Joint Comission International tahun 2005 telah
menekankan mengenai pentingnya pelayanan kesehatan yang aman. Kesalahan yang terjadi
pada upaya pelayanan kesehatan adalah kesalahan dalam mendiagnosis, kesalahan dalam
menggunakan alat bantu penegakan diagnosis, kesalahan dalam melakukan follow up,
pengobatan yang salah atau kejadian yang tidak diharapkan setelah pemberian pengobatan.
Permasalahan-permasalahan diatas dapat terjadi karena penggunaan teknologi yang tidak
diimbangi kompetensi penggunanya, bertambahnya pemberi pelayanan kesehatan tanpa
mengindahkan komunikasi antar individu serta tingginya angka kesakitan serta kecelakaan,
perlunya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat yang menyebabkan stressor tersendiri
serta kelelahan yang dialami oleh para staff medis karena keterbatasan jumlah staff yang
tersedia. Salah satu budaya patient safety adalah mengkomunikasikan kesalahan, melaporkan
kesalahan dengan tetap berpegang pada keselamatan pasien dan belajar dari kesalahan dan
mendesain ulang sistem keselamatan pasien yang lebih baik. Untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi, dicetuskan suatu ide sistem analisis yang proaktif sebagai strategi
pencegahan error.
Root cause merupakan alasan yang paling mendasar terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan. Apabila permasalahan utama tidak dapat diidentifikasi, maka kendala-kendala kecil
akan makin bermunculan dan masalah tidak akan berakhir. Oleh karena itu, mengidentifikasi
dan mengeliminasi akar suatu permasalahan merupakan hal yang sangat penting. Root cause
analysis merupakan suatu proses mengidentifikasi penyebab-penyebab utama suatu
permasalahan dengan menggunakan pendekatan yang terstruktur dengan teknik yang telah
didesain untuk berfokus pada identifikasi dan penyelesaian masalah.
Di Amerika telah dilakukan 2840 root cause analysis pada berbagai bidang, seperti kasus
bunuh diri pada pasien rawat jalan, komplikasi post operatif, kesalahan pemberian obat,
kematian pasien karena keterlambatan penanganan, kematian perinatal, kasus infeksi, kasus
anestesi dan lainnya. Penelitian tersebut dilakukan di RS umum, RS jiwa, unit gawat darurat,
unit psikiatri, long term care facility, home care facility dan laboratorium klinis. Root cause
analysis dipercaya mampu menurunkan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan.
Root cause analysis memberikan jalan keluar yang lebih baik, tidak sekedar "faktor A
menyebabkan kejadian B", namun "Dengan mengubah faktor A, maka kemungkinan rekurensi
kejadian B dapat dikurangi atau bahkan dicegah." Mempelajari root cause analysis secara tepat
2
merupakan kajian yang penting untuk diperkenalkan kepada para pemberi pelayanan
kesehatan.
BAB II
DEFINISI
RCA adalah metode yang digunakan dalam rangka untuk penyelesaian masalah yaitu mencari
akar suatu masalah atau penyebab masalah dari insiden yang telah terjadi.
RCA memecahkan masalah dengan identifikasi masalah berfokus pada akar penyebab
terjadinya masalah.RCA sebagai alat untuk menilai kemajuan yang berkesinambungan.
Pelaksanaan RCA dan FMEA dilaksanakan pada semua unsur pelayanan dan semua proses
yang berada di rumah sakit.
Pelaksanaan RCA dilakukan pada proses yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadi
kesalahan.Pelaksanaan RCA dan FMEA dilaksanakan pada semua unsur pelayanan dan unit-
unit kerja. Setiap unit memiliki indikator pelayanan dan wajib melaksanakan RCA bila ada
insiden yang berkaitan dengan keselamatan pasien.
3
BAB III
TATALAKSANA
A. Tahapan-tahapan RCA :
1. Menentukan masalah dan area masalahnya
Tidak seluruh insiden atau masalah yang terjadi dilakukan prosedur lengkap RCA tapi
dilakukan klasifikasi dan prioritas agar terjadi efisiensi dalam pekerjaan.Ditetapkannya
klasifikasi karena prosedur lengkap RCA memerlukan sumber daya khusus,jumlah
terbatas dan memakan waktu yang tidak sebentar.
Alat yang digunakan untuk melakukan klasifikasi dan prioritas masalah dengan membuat
peringkat masalah berdasarkan konsekuensi dan likelihood/frekuensi.
Konsekuensi adalah seberapa berat dampak dari masalah tersebut, sedangkan likelihood
adalah seberapa sering masalah tersebut terjadi.
Untuk menentukan besar dampak dan seringnya insiden terjadi dapat menggunakan
angka.Makin tinggi angka berarti makin berat atau makin sering.setelah didapat angka
maka kedua angka tersebut dikalikan.Angka tertinggi yang dilakukan prosedur RCA
secara lengkap.
Klasifikasi Insiden
Tidak seluruh insiden atau masalah yang terjadi dilakukan prosedur lengkap RCA.
Masalah harus dilakukan klasifikasi dan prioritas. Tujuannya agar terjadi efisiensi dalam
pekerjaan. Hal ini karena prosedur lengkap RCA memerlukan sumber daya yang khusus,
jumlahnya terbatas di organisasi, dan memakan waktu yang tidak sebentar. Sehingga,
organisasi perlu menetapkan suatu metode klasifikasi dan prioritas masalah. Hanya
masalah yang masuk kriteria saja yang dilanjutkan ke prosedur RCA. Sementara masalah
lain yang tidak masuk kriteria, tetap dilakukan analisa menggunakan prinsip-prinsip RCA
tetapi tidak seluruh urutan prosedur lengkap RCA dilakukan. Yang dimaksud prosedur
lengkap RCA adalah seluruh tahapan prosedur dilakukan.
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas masalah
adalah membuat peringkat masalah berdasarkan Konsekuensi (Consequence) dan
Likelihood. Consequence adalah seberapa berat dampak dari masalah itu. Sedangkan
Likelihood adalah seberapa sering masalah itu terjadi. Consequence dan Likelihood
diperingkat menggunakan angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin berat
atau makin sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan Likelihood (L) didapat, kedua
angka tersebut dilakukan perkalian. Angka hasil perkalian itulah yang menentukan
peringkatnya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi peringkatnya. Kita dapat
4
menggolongkan peringkat menjadi empat golongan, yaitu ekstrim (15 – 25), besar (8 –
12), sedang (4 – 6), kecil (1 – 3).
Penjelasan tentang Consequence dan Likelihood dapat dilihat disini. Organisasi dapat
membuat kebijakan bahwa hanya masalah yang mempunyai peringkat ekstrim (15 – 25)
saja yang dilakukan prosedur RCA.
Contoh:
Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena dampak dari
tertusuk jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV, Hepatitis B, C, dll). Likelihood
dari insiden ini adalah 5, karena insiden ini terjadi setiap bulan. Sehingga, peringkat
risikonya adalah: 4 X 5 = 20 (ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi kriteria untuk
dilakukan prosedur RCA.
Catatan:
untuk kejadian yang berdampak berat (konsekuensinya 4 atau 5, tetapi sangat jarang
terjadi, peringkat resikonya disamakan dengan ekstrim dan dilakukan prosedur RCA.
3. Mengumpulkan data
Tim kemudian bekerja mengumpulkan data. Hal ini untuk memperoleh gambaran
objektif mungkin atas peristiwa yang telah terjadi
Yang dikumpulkan hanya data bukan asumsi,kesan atau tafsiran.Sumberdata dapat
diperoleh dari :
- Catatan medis,
- Wawancara orang yang terlibat.
- Wawancara dengan seluruh saksi.
- Kunjungan ke lokasi kejadian.
- Peralatan yang terlibat.
Data tersebut untuk melengkapi faktor yang terjadi disamping itu juga pengumpulan
data-data berikut :
5
Data tersebut diperlukan untuk melihat kesenjangan yang terjadi antara faktor yang
terjadi dengan yang seharusnya dilakukan.
4. Memetakan informasi
Timelines
Tabular Timelines
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan narrative
chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal dan prosesnya tidak
kompleks.
Contoh:
6
Pada kasus sederhana seperti tertusuk jarum di atas, masalah tertusuk jarum dapat
dipakai sebagai masalah itu sendiri. Tetapi jika masalahnya kompleks dan melibatkan
banyak pihak / departemen, masalahnya harus diidentifikasi satu demi satu.
Barrier yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf (faktor penghalang).
Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita mencoba membuat pernyataan sebab akibat, untuk
menguji apakah akar masalah yang kita dapatkan berhubungan sebab akibat dengan insiden
yang terjadi. Juga untuk menguji, apakah jika akar masalah tersebut di atasi, insiden dapat
dihindari.
Penghalang yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf yang menyebabkan
terjadinya insiden staf perawat tertusuk jarum.
7
Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai
tentang masalah yang sedang dihadapi.Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi
dan kapasitas yang memadai untuk melakukan hal tersebut.Referensi yang dikumpulkan
pada tahap pengumpulan data diatas dapat dipakai untuk membantu proses ini.
Untuk menyusun penyelesaian masalah ini dapat menggunakan alat analisa penghalang
(barier analysis) yaitu :
- Alat
- Lingkungan
- Teamwork
- Pelatihan
- Kebijakan/prosedur
Jika ingin mencari solusi atau suatu masalah diutamakan solusinya berupa alat atau
disain. Jika alat tidak ada baru mencari solusi yang lain.
Tujuan dari itu adalah agar rekomendasi yang kita berikan dapat diukur keberhasilan
pelaksanaannya.Jelas siapa penanggungjawab serta ada batas waktu yang jelas kapan
rekomendasi itu terlaksana.
Berikut ini adalah ringkasan langkah-langkah RCA dan tools yang dapat digunakan pada
setiap langkah
8
5 Identifikasi faktor penyebab (Identify Control chart, tree analysis,
contributing factors) FMEA
9 Identifikasi sistem mana yang terlibat (akar Flow chart, cause effect diag,
penyebab)(Identify which systems are FMEA, tree analysis (analisis
involved (the root causes)) pohon), barrier analysis
9
19 Evaluasi penerapan rencana perbaikan Run chart, control chart,
(Evaluate implementation of improvement histogram
plan)
10