OLEH :
A11-B
DENPASAR
2020
Saat terjadi bencana kemungkinan memakan korban yang banyak, maka dari itu tenaga
kesehatan dituntut untuk mampu memberikan pertolongan pada seluruh korban yang tertimpa
bencana. Tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan menilai TRIAGE.
Triage berasal dari Bahasa prancis “Trier” berarti mengambil atau memilih. Adalah penilaian,
pemilihan dan pengelompokan penderita yang mendapat penanganan medis dan evakusasi
pada kondisi kejadian masal atau kejadian bencana. Penanganan medis yang diberikan
berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan penderita.
Tujuan Triage adalah untuk memudahkan penolong untuk memberikan petolongan dalam
kondisi korban masala tau bencan dan diharapkan banyak penderita yang memiliki
kesempatan untuk bertahan hidup. Triage secara umum dibagi menjadi dua yakni Triage di
UGD/IGD Rumah Sakit dan Triage di Bencana.
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terncana atau secara
perlahan tetapi berlanjut, baik yang disebabkan alam maupun manusia, yang dapat
menimbulkan dampak kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan
tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong, menyelamatkan manusia beserta
lingkunganya.
Saat penolong (tenaga medis) memasuki daerah bencana yang tentunya banyak memiliki
korban yang terpapar hal yang pertama kali harus dipikirkan oleh penolong adalah Penilaian
TRIAGE. Triage dibagi menjadi penilaian triage pada psikologis korban dan menilai triage
medis.
Dalam Triage Medis sebaiknya menggunakan metode START (Simple Triage and Rapid
Treatment) yaitu memilih korban berdasarkan pengkajian awal terhadap penderita degan
menilai Respirasi, Perfusi, dan Status Mental dan JumpSTART dirancang khusus untuk
menentukan prioritas anak-anak dalam situasi bencana. Meskipun JumpSTART
dikembangkan untuk digunakan pada anak-anak dari masa bayi hingga usia 8 tahun,
di mana usia tidak segera terlihat, JumpSTART digunakan pada setiap pasien yang
tampak seperti anak-anak (pasien yang tampak seperti dewasa muda diprioritaskan
menggunakan START).
Terdapat 500.000 korban jiwa yaitu 50 % orang produktif, 30% lansia, 15 % anak-
anak dan ibu hamil, 5% disabilitas
1. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa menggunakan alat atau melakuakan
tindakan medis.
2. Panggil penderita yang dapat berjalan dan kumpulkan diarea pengumpulan
3. Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari posisi terdekat dengan penolong.
4. Inti Penilaian Triage Medis (TRIAGE dalam bencana memiliki 4 warna Hitam (penderita
sudah tidak dapat ditolong lagi/meninggal), Merah (penderita mengalami kondisi kritis
sehingga memerlukan penanganan yang lebih kompleks), Kuning (kondisi penderita tidak
kritis), Hijau (penanganan pendirita yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar.
Penderita tidak memiliki cedera serius sehingga dapat dibebaskan dari TKP agar tidak
menambah korban yang lebih banyak. Penderita yang memiliki hidup lebih banyak harus
diselamatkan terlebih dahulu).
Tenaga medis juga sudah mulai kelelahan. Bantuan medis untuk bisa
merawat pasien secara regular harus dilakukan dengan tiga shift. Itu sangat
diperlukan untuk menjaga stamina teman relawan medis supaya mereka
tetap berada dalam kondisi sehat. Demikian pula bagi rekan TNI yang
membantu memidahkan pasien dari rumah sakit lapangan ke unit lain,
misalnya untuk pemeriksaan radiologi.
Apalagi dengan akses yang menuju ke wilayah tersebut hanya terdapat satu
akses darat,dan sudah rusak, yang mengakibatkan relawan dan para medis
susah untuk menjangkau wilayah tersepencil tersebut.