Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KIMIA KLINIK

Pemeriksaan Faal Hati


Kelompok 1
1. Adie Nanda Putera Rikin
2. Afifa Maitsa P
3. Agustinus Bunuka Wahyu P
4. Amalia Sesar S
5. Amelia Dizzy P
6. Anindhita Nur Fathikarani
7. Annisa Nurdiani
8. Carliany Vember Ismail
9. Chaerunisa Ramadhani Putri
10. Dea Novianty Syahroni
11. Dewi Hartini
12. Diana Apriani
13. Eva Anispa

0
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Kimia Klinik yang berjudul “Pemeriksaaan Faal
Hati“.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami sebagai
tugas kimia klinik dalam melaksanakan perkuliahan. Makalah dengan judul Pemeriksaan Faal
Hati ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
Demikian makalah ini kami buat, terima kasih kepada dosen dan para pembimbing
yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami
harapkan,agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 4 Oktober 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Definisi Hati 3
2.2 Pemeriksaan Fungsi Hati 4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan 6
2.4 Nilai Kritis Pemeriksaan Funsi Hati 8
2.5 Tahap Pemeriksaan Fungsi Hati 9
BAB III PENUTUP 16
3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemeriksaan faal hati perlu dilakukan untuk melihat kondisi patologis maupun hanya

untuk melihat fungsi hati dalam tubuh . Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks

dalam tubuh, berwarna merah kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi,

termasuk perannya dalam membantu pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam

sistem pencernaan. 

Pemeriksaan fungsi hati perlu dilakukan untuk melihat kondisi patologis maupun

hanya untuk melihat fungsi hati. Ada beberapa parameter pemeriksaan yang digunakan

untuk melihat fungsi hati kita, diantaranya SGOT, SGPT, Bilirubin, GGT, Protein total, dsb.

Adapun faktor yang mempengaruhi pemeriksaan, yaitu penggunaan obat-obatan, kehamilan

dan spesimen yang hemolisis.

Saat pemeriksaan, sangat diperlukan ketelitian pada tahap Pra-analitik, Analitik dan

Pasca-analitik agar hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium valid dan dapat dipertanggung

jawabkan.Setelah dilakukan pemeriksaan dapat diketahui adanya gangguan dan kelainan

fungsi hati yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh penderita,sehingga perlu dilakukan

tidakan pengobatan agar fungsi hati kembali normal

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

 Apa Definisi Hati?


 Apa Saja Pemeriksaan Fungsi Hati?
 Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan ?
 Bagaimana Tahap Pemeriksaan Fungsi Hati?

1.3 TUJUAN

Untuk mengetahui peran Hati,Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai kondisi


hati dan Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan agar hasil yang didapatkan valid
sesuai kondisi pasien yang sebenarnya serta untuk mengetahui tahap pemeriksaan
fungsi hati

1.4 MANFAAT

Melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran bagi mahasiswa


dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Organ hati dan pemeriksaan
apa saja yang dilakukan untuk menilai fungsi hati beserta tahapan pemeriksaannya.

2
2.1 PEMERIKSAAN FAAL HATI

DEFINISI HATI

Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah
kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam membantu
pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan. 

Hati manusia dewasa normal memiliki massa sekitar 1,4 Kg atau sekitar 2.5% dari
massa tubuh. Letaknya berada di bagian teratas rongga abdominal, disebelah kanan,
dibawah diagfragma dan menempati hampir seluruh bagian dari hypocondrium kanan dan
sebagian epigastrium abdomen. Permukaan atas berbentuk cembung dan berada dibawah
diafragma, permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses.
Permukaannya dilapisi pembuluh darah yang keluar masuk hati.

Secara fisiologis, fungsi utama dari hati adalah:


a. Membantu dalam metabolisme karbohidrat
b. Membantu metabolisme lemak
c. Membantu metabolisme Protein
d. Menetralisir obat-obatan dan hormon
e. Mensekresikan cairan empedu
f.  Mensintesis garam-garam empedu

3
2.2 PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
Sebagai organ tubuh yang memiliki banyak fungsi penting, seperti menetralkan racun
yang masuk ke dalam tubuh dan merombak nutrisi menjadi energi. Dalam pemeriksaan
fungsi hati, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan, antara lain:

1.      SGOT
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic transaminase. Beberapa
laboratorium sering juga memakai istilah AST (aspartate aminotransferase). SGOT
merupakan enzim yang tidak hanya terdapat di hati, melainkan juga terdapat di otot
jantung, otak, ginjal, dan otot-otot rangka, serta umumnya diukur secara klinis sebagai
penanda untuk kesehatan hati.
SGOT berperan sebagai kofaktor untuk mentransfer gugus amino dari aspartat atau
glutamat untuk yang sesuai asam keton. Enzim ini berperan sangat penting pada proses
degradasi dan biosintesis asam amino. Dalam degradasi asam amino, setelah konversi α-
ketoglutarat untuk glutamat, glutamat kemudian mengalami deaminasi oksidatif untuk
membentuk amonium ion yang diekskresikan sebagai urea. Dalam reaksi balik, aspartat
dapat disintesis dari oksaloasetat yang merupakan perantara kunci dalam siklus asam sitrat.
Pada manusia terdapat dua isoenzim SGOT, yaitu GOT 1/Cast merupakan isoenzim
sitosol yang terutama berasal dari sel-sel darah merah dan jantung dan GOT 2/Mast,
isoenzim mitokondria yang hadir terutama di hati.
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka bisa dideteksi
dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pancreas, malaria,
infeksi lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot
jantung, orang-orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat
TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita
hepatitis.
Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai
normalnya. Namun, penggunaan SGOT untuk diagnosis seperti sekarang berlebihan dan
telah digantikan oleh troponin jantung.

2.      SGPT
SGPT adalah singkatan dari serum glutamic pyruvic transaminase, sering juga disebut
dengan istilah ALT (alanin aminotansferase). Di antara enzim SGOT dan SGPT, enzim SGPT
dianggap lebih spesifik untuk kerusakan hati karena hadir terutama dalam sitosol hati dan
dalam konsentrasi rendah di tempat lain.. SGPT meninggi pada kerusakan lever kronis dan
hepatitis. Sama halnya dengan SGOT, nilai SGPT dianggap abnormal jika nilai hasil
pemeriksaan anda 2-3 kali lebih besar dari nilai normal. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT
lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya.

3.      Bilirubin
Pada pemeriksaan rutin, biasanya yang diperiksa adalah bilirubin total dan bilirubin
direk. Adajuga istilah bilirubin indirek yaitu selisih bilirubin total dengan bilirubin direk.
Bilirubin merupakan suatu pigmen atau zat warna yang berwarna kuning hasil metabolisme
dari penguraian hemoglobin (Hb) di dalam darah.

4
Pada penyakit hati yang menahun (kronis), dapat terjadi peningkatan kadar bilirubin
total yang tentunya juga diiringi peningkatan bilirubin indirek atau bilirubin direk.
Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan produksi bilirubin atau akibat adanya
penyumbatan pada kandung empedu sebagai orgam tubuh yang menyalurkan bilirubin ke
dalam usus. Akibat penumpukan bilirubin ini, wajah, badan dan urin akan berwarna kuning.

4.      Gamma GT
Gamma GT (glutamil tranferase) merupakan enzim hati yang sangat peka terhadap
penyakit hepatitis dan alkoholik. Pemeriksaan ini bertujuan sebagai indikator untuk para
pengguna alkhohol. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka ALP disebabkan karena adanya masalah pada
hati bukan karena faktor lain. Kadarnya yang tinggi bisa bertahan beberapa lama pasca
penyembuhan hepatitis.

5.      Alkali Fosfatase


Alkali Fosfatase (ALP) merupakan enzim hati yang dapat masuk ke saluran empedu.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada sumbatan pada saluran empedu.
Kandung empedu terletak persis di bawah hati atau lever. Meningkatnya kadar fosfatase
alkali terjadi apabila ada hambatan pada saluran empedu. Hambatan pada saluran empedu
dapat disebabkan adanya batu empedu atau penyempitan pada saluran empedu.

6.      Cholinesterase
Umunya kadar cholinesterase menurun pada kerusakan parenkim hati seperti
hepatitis kronis dan adanya lemak dalam hati. Pemeriksaan ini sering dipakai sebagai
pemeriksaan tunggal pada pasien yang mengalami keracunan hati akibat obat-obatan
(termasuk keracunan insektisida).

7.      Protein Total (rasio albumin/globulin)


Protein dalam darah yang penting terdiri dari protein albumin dan globulin. Albumin
sepenuhnya diproduksi di hati, sedangkan globulin hanya sebagian yang diproduksi di hati,
sisanya diproduksi oleh system kekebalan dalam tubuh. Albumin dan globulin merupakan
suatu zat yang sangat berguna dalam sistem kekebalan tubuh. Perubahan kadar keduanya
bisa menunjukkan adanya gangguan pada organ hati atau juga bisa pada organ tubuh
lainnya misalnya ginjal.
Pada pemeriksaan laboratorium, penting untuk menilai kadar protein total, kadar
globulin dan kadar albumin. Pada penyakit-penyakit hati, kadar protein bisa meninggi dan
bisa juga menurun. Begitu pula kadar albumin dan globulin. Sebagai contoh, jika terjadi
infeksi pada hati yang baru diketahui kira-kira dalam tiga bulan terakhir, dapat terjadi
peningkatan kadar globulin dan penurunan kadar albumin.

8.      Prothrombine Time


Tergantung pada pertimbangan dokter, beberapa tes tambahan mungkin diperlukan
untuk melengkapi PT (prothrombine time). Pemeriksaan Massa Prothrombin (PT) bertujuan
sebagai indikasi apakah penyakit hati semakin buruk atau tidak. Peningkatan angka
menunjukkan penyakit kronik menjadi semakin buruk.

5
2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERIKSAAN

Tabel berikut adalah beberapa kondisi yang dapat berpengaruh pada temuan
laboratorium untuk pemeriksaan fungsi hati:

Jenis Kondisi Bilirubin ALT &  AST ALP Albumin PT


Normal atau Biasanya sangat
Normal atau
Kerusakan hati meningkat meningkat; ALT
hanya Biasanya
akut (infeksi, biasanya setelahumumnya lebih Normal
meningkat normal
racun, obat) peningkatan ALT tinggi daripada
sedikit
& AST AST
Normal atau
Penyakit hati Normal atau Sedikit
sedikit Normal Normal
kronis meningkat meningkat
meningkat
AST biasanya Normal atau
Hepatitis Normal atau
dua kali kadar lumayan Normal Normal
alkoholik meningkat
ALT meningkat
AST biasanya
lebih tinggi dari
Bisa jadi
ALT, namun
meningkat tapi
kadarnya Normal atau Biasanya Biasanya
Sirosis hanya pada
biasanya lebih meningkat menurun memanjang
kondisi yang
rendah daripada
sudah berlanjut
penyakit
alkoholik
Biasanya
Meningkat, normal,
Normal atau
Obstruksi Normal hingga sering lebih namun jika
meningkat; Biasanya
duktus biliaris, lumayan tinggi 4 kali berlangsung
meningkat pada normal
kolestasis meningkat dari nilai kronis, kadar
obstruksi penuh
normal dapat
menurun
Kanker yang
sudah Normal atau Biasanya
menyebar ke Biasanya normal sedikit sangat Normal Normal
hati meningkat meningkat
(metastases)
AST lebih tinggi
Kanker yang Mungkin
dari ALT, namun
asli berasal dari meningkat,
kadar lebih Normal atau Biasanya Biasanya
hati umumnya jika
rendah daripada meningkat menurun memanjang
(hepatoselular penyakit
penyakit
karsinoma) progresif
alkoholik
Normal atau
Normal atau Lumayan Normal atau
Autoimmune sedikit Normal
meningkat meningkat menurun
meningkat

6
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi antara lain:
A.    Obat-obatan
Obat-obatan juga dapat mempengaruhi pemeriksaan-pemeriksaan fungsi hati,
seperti pada:
1.      ALP
Albumin IV, antibiotic (eritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa
(Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin), prokainamid,
beberapa kontrasepsi oral, tolbutamid, isoniazid, asam para-aminosalisilat dapat
meningkatkan kadar ALP. Sedangkan oksalat, fluoride, propanolol (Inderal) dapat
menurunkan kadar ALP
2.      ALT
Antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin,
spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi
(metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin,
flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead,
heparin, dapat meningkatkan kadar ALT. Sedangkan aspirin dapat menurunkan kadar ALT.

3.      AST
Antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin,
linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A),
narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin),
metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin),
isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum
positif atau negatif palsu.

4.      GAMMA-GT
Fenitoin (Dilantin), fenobarbital, aminoglikosida, warfarin (Coumadin). Obat fenitoin
dan barbiturat dapat menyebabkan tes gamma-GT positif palsu. Asupan alkohol berlebih
dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan kadar gamma-GT.

5.      Bilirubin
Antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,
tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid),
alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium),
barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat,
metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K
dapat meningkatkan kadar bilirubin. barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam
dosis tinggi dapat menurunkan kadar bilirubin.

B.     Keadaan spesimen


Spesimen hemolisis, dapat mengganggu pemeriksaan-pemeriksaan fungsi hati,
bahkan dapat menurunkan kadar ALP

C.    Kehamilan
Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu setelah melahirkan dapat meningkatkan
kadar ALP.

7
D.    Proses sampling
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan
kadar ALT dan kadar AST. Sedangkan trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak
sekali tusuk kena, dapat meningkatkan kadar ALT.

2.4 NILAI KRITIS (CRITICAL VALUES)

AST Nilai Rujukan : 8-33 IU/L


Critical Value :2x3 kali dari nilai rujukan

Nilai Rujukan :7-35 IU/L


ALT Critical Value :2x3 kali dari nilai rujukan

Protein Total Nilai Rujukan :6.0-8.3 g/dL

Albumin (Alb) Nilai Rujukan :3.5-4.9 g/dL

Bilirubin (T.bil) Nilai Rujukan


Total: 0.1-1.1 mg/dL
Tidak Terkonjugasi: 0.0-1.0 mg/dL
Terkonjugasi: 0.0-0.3 mg/dL
Critical Value (total): >2-4 mg/dL
Hemolisis: meningkatkan bilirubin tidak terkonjugasi,
LF normal
Kolestatis: meningkatkan bilirubin terkonjugasi
Hepatoseluler: meningkatkan bilirubin tidak terkonjugasi

Laktat Dehidrogenase Nilai Rujukan : 60-200 IU/L


(LDH)
*Lima isoenzim
MI - meningkatkan LD1 and LD2
penyakit hati akut - meningkatkan LD4 and LD5

Alkaline Phosphatase Nilai Rujukan :30-130 IU/L


(ALP)

Prothrombin Time (PT) Nilai Rujukan :9-12 seconds

8
2.5 TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN

A. Tahap Pra Analitik

a.       Persiapan Pasien


Umumnya untuk pemeriksaan enzim pasien tidak perlu puasa. Namun demikian
perlu diketahui bahwa makan sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan, walaupun tidak terlalu besar. Hal ini terutama terlihat pada aktivitas Fosfatase
alakali.
Variasi biologic juga terjadi pada enzim. Aktivitas enzim lebih tinggi pada siang hari
daripada pagi hari. Oleh karana itu pengambilan darah untuk pemeriksaan enzim sebaiknya
dilakukan pada pagi hari, kecuali memang ingin dipantau aktivitas enzim tertentu seperti
LDH dan SGOT pada kasus Penyakit Jantung Koroner.

b.      Pengambilan Sampel


Sampel darah harus dicegah terjadi hemolisis karena beberapa pemeriksaan enzim
tidak boleh mengunakan sampel darah hemolisis. Hemolisis berat akan mengakibatkan
terjadi efek pengenceran terhadap zat-zat yang banyak terdapat dalam plasma tetapi kecil
kandungannya dalam eritrosit. Tetapi akibat yang lebih jelas akan terlihat kandungannya
dalam eritrosit.
Enzim yang kandungannya dalam eritrosit lebih tinggi adalah adolase, asam
fosfatase, Laktat dehidroginase dan AST. Aktivitas AST (SGOT) dalam serum meningkat 2%
dan LDH 10% pada setiap peningkatan 10 mg/dl kandungan Hb dalam serum.
Pembendungan vena yang terlalu lama selain dapat menyebabkan hemolisis juga
dapat meningkatkan aktivitas enzim, sebagai contoh aktivitas AST akan meningkat 9% bila
bendungan vena 3 menit dibandingkan bendungan vena 1 menit.

c.       Posisi Pengambilan Darah


Volume darah orang dewasa pada saat berdiri berkurang 600-700 ml dibandingkan
pada saat berbaring. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan protein plasma. Dengan
demikian enzim sebagai protein juga akan meningkat pada saat berdiri daripada berbaring.
Posisi pengambilan darah sebaiknya duduk, kecuali pada kasus penyakit berat
sehingga pasien harus tidur maka pengambilan darah boleh dilakukan pada posisi berbaring.

d.      Persiapan Sampel


Serum/plasma sebaiknya secepat mungkin dipisahkan (<2 jam) pada beberapa
keadaan yang memaksa sehingga perlu penundaan pemeriksaan, maka sebaiknya
diperhatikan mengenai stabilitas enzim dan bahan sampel yang disimpan harus serum,
bukan whole blood karena relative lebih stabil dalam suhu dingin.

9
B. Tahap Analitik

a. Reagen
Perlu diperhatikan pada penggunaan reagen adalah :
1) Fisik kemasan kadaluarsa
2) Suhu penyimpanan
3) Penyimpanan reagen sebelum pemeriksaan (suhu, pelarutan dan stabilitas

b.      Alat
Perlu diperhatikan pada penggunaan peralatan
1) Bagian-bagian fotometer dan alat ukur otomatis lainnya berfungsi dengan baik (kalibrasi
alat).
2) Peralatan bantu (pipet, penangas air) juga harus dipantau secara teratur ketepatannya.
3) Alat-alat yang tidak memenuhi standar seperti kuvet pecah, retak, lampu fotometer suram
dan filter yang berjamur serta pengagas air yang tidak teratur temperaturnya sebaiknya
diganti.

c.       Metode Pemeriksaan


Beberapa pemeriksaan enzim sudah dilakukan metode pemeriksaannya oleh WHO, IFCC,
seperti SGOT dan SGPT. Namun sebagian lagi masih belum dilakukan. Dalam memilih
metode pemeriksaan hendaknya dipertimbangkan :
1) Reagen yang mudah diperoleh
2) Alat yang tersedia dapat untuk memeriksa dengan metode tersebut.
3) Suhu temperature metode pemeriksaan dipilih sesuai dengan tempat kerja. Suhu 30 OC lebih
baik daripada suhu 37OC dan lebih baik lagi dari pada suhu 25 OC untuk pemeriksaan yang
dilakukan di Negara tropis seperti Indonesia.
4) Metode pemeriksaan yang mudah dan sederhana
5) Kemampuan tenaga pemeriksa.

PEMERIKSAAN ALT (SGPT)


Metode Optimized Tris Buffer (IFCC), Kinetic
 PRINSIP
ALT mengkatalis transfer gugus amino dari L-Alanine ke α-Ketoglutarate menjadi Pyruvate
dan L-Glutamate. Pyruvate selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH
menjadi NAD+ dengan bantuan enzim Lactate Dehidrogenase. Penurunan serapan pada
panjang gelombang 340nm sesuai dengan aktivitas ALT.

 PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 340 nm
Faktor : 1768
Temperatur : 30/37oC

10
Ke dalam tabung reaksi Test
Larutan kerja 1,0 mL
(dihangatkan 5 menit pada 30/37oC)
Sampel 100 µL
Campur hingga homogen dan hangatkan 60 detik pada
30/37oC. Baca Absorbans Test (Abs. Test) terhadap
aquabidest pada λ= 340 nm, ulangi pembacaan setiap 60
detik untuk 2 menit berikutnya.

 NILAI NORMAL

30◦C < 26 IU/L


37◦C < 38 IU/L

PEMERIKSAAN AST (SGOT)


Metode Optimized Tris Buffer (IFCC), Kinetic
 PRINSIP
AST mengkatalis transfer gugus amino dari L-Aspartate ke α-Ketoglutarate menjadi
Oxaloacetate dan L-Glutamate. Oxaloacetate selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi
oksidasi NADH menjadi NAD + dengan bantuan enzim Malate Dehydrogenase (MDH). Hasil
penurunan absorbans pada panjang gelombang 340nm sesuai dengan aktivitas AST. Lactate
Dehydrogenase (LDH) ditambahkan untuk mencegah gangguan dari piruvat endogen yang
berasal dari serum.

 PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 340 nm
Faktor : 1768
Temperatur : 30/37oC

Ke dalam tabung reaksi Test


Larutan kerja 1,0 mL
(dihangatkan 5 menit pada 30/37oC)
Sampel 100 µL
Campur hingga homogen dan hangatkan 60 detik pada
30/37oC. Baca Absorbans Test (Abs. Test) terhadap
aquabidest pada λ= 340 nm, ulangi pembacaan setiap 60
detik untuk 2 menit berikutnya.

 NILAI NORMAL

30◦C < 28 IU/L


37◦C < 40 IU/L

11
PEMERIKSAAN BILIRUBIN
Modifikasi Metode Jendrassik/Grӧf
 PRINSIP
Bilirubin bereaksi dengan Diazotized Sulphanilic Acid (DSA) membentuk zat warna merah
azo. Absorbans zat warna ini pada 546 nm sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam
sampel. Glucuronides bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA yang
mana albumin yang terkonjugasi dalam bilirubin indirect hanya akan bereaksi dengan DSA
dibantu adanya accelerator (zat pemercepat) : bilirubin total = direct + bilirubin indirect.

 PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 546 nm
Temperatur : 20 - 25oC (suhu kamar)

Bilirubin Total

Ke dalam tabung reaksi Blanko sampel Sampel


Reagen TBR 1000 µL 1000 µL

TNR --- 1 tetes


Campur dengan baik, inkubasi selama 5 menit
Sampel 100 µL 100 µL
Campur, inkubasi pada suhu kamar selama 10 sampai 30 menit. Ukur
absorbans sampel terhadap blanko sampel pada λ= 546 nm.

Bilirubin Direct

Ke dalam tabung reaksi Blanko sampel Sampel


Reagen DBR 1000 µL 1000 µL

DNR --- 1 tetes


Campur dengan baik, tambahkan sampel dalam 2 menit
Sampel 100 µL 100 µL
Campur, inkubasi pada suhu kamar selama 5 menit tepat. Ukur
absorbans sampel terhadap blanko sampel pada λ= 546 nm.

12
 NILAI NORMAL

Bilirubin Total mg/dl


Bayi baru lahir – 5 hari 0-5
Bayi 5 hari – 1 bulan 0-12
Anak-anak 0-1,5
Dewasa 0-1,1
Bilirubin Direct
Dewasa 0 – 0.25

PEMERIKSAAN Gamma-GT
Metode Modifikasi Szasz, Kinetic
 PRINSIP
ɣ-GT di dalam sampel mengkatalis perubahan kelompok glutamyl dari L- ɣ-glutamyl-3-
carboxy-4-nitroanilide menjadi glycylglycine. Nilai 5-Amino-2-Nitrobenzoate yang terbentuk
sebanding dengan aktivitas ɣ-GT dalam serum bila diukur secara kinetic pada panjang
gelombang 405 nm.

 PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 405 nm
Faktor : 2211
Temperatur : 30/37oC

Ke dalam tabung reaksi Test


Larutan kerja 1,0 mL
(dihangatkan 5 menit pada 30/37oC)
Sampel 50 µL
Campur hingga homogen dan hangatkan 30 detik pada
30/37oC. Baca Absorbans Test (Abs. Test) terhadap
aquabidest pada λ= 405 nm, ulangi pembacaan setiap
60 detik untuk 2 menit berikutnya.

 NILAI NORMAL

30◦C 37◦C
Pria 8 – 37 IU/L 9 – 54 IU/L
Wanita 6 – 24 IU/L 8 – 35 IU/L

13
PEMERIKSAAN Alkaline Phosphatase (ALP)
Metode ρ-Nitrophenyl Phosphate, Kinetic
 PRINSIP
ρ-Nitrophenylphosphate dihidrolisis menjadi ρ-Nitrophenol dan Phosphate anorganik.
Kecepatan hidrolisi ρ-NPP sebanding dengan aktivitas Alkaline Phosphatae bila dibaca pada
panjang gelombang 405nm.

 PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 405 nm
Faktor : 2187
Temperatur : 30/37oC

Ke dalam tabung reaksi Test


Larutan kerja 1,0 mL
(dihangatkan 5 menit pada 30/37oC)
Sampel 25 µL
Campur hingga homogen dan hangatkan 60 detik pada
30/37oC. Baca Absorbans Test (Abs. Test) terhadap
aquabidest pada λ= 405 nm, ulangi pembacaan setiap
60 detik untuk 2 menit berikutnya.

 NILAI NORMAL

30◦C 23 – 88 IU/L
37◦C 35 – 123 IU/L

PEMERIKSAAN Protein Total


Metode Biuret, Endpoint
 PRINSIP
Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri (Cu ++) dalam suasana alkalis dan
memberikan warna ungu. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan jumlah
protein dalam sampel.

 PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 540 (546) nm

14
Temperatur : 18-30oC (suhu kamar)

Ke dalam tabung reaksi Blanko Standar Test


Reagen 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL
Sampel - - 20 µL
Standar - 20 µL -
Campur hingga homogen dan diamkan 5 menit pada suhu kamar (18-30 oC).
Baca Absorbans Test (Abs. Test) dan Absorbans Standar (Abs. Std) terhadap
blanko pada λ= 540 (546) nm.

 NILAI NORMAL

6,2 – 8,5 g/dL

C.    Tahap Pasca Analitik


a.       Pencatatan dan Pelaporan
Hasil pemeriksaan yang telah diperoleh harus dicatat dan segera dilaporkan. Makin
cepat hasil pemeriksaan sampai ke tangan dokter makin bermanfaat pemeriksaan tersebut.

b.      Hasil Pemeriksaan


Hasil pemeriksaan yang disajikan mencakup
1) Bilangan
Umumnya hasil pemeriksaan ativitas enzim disajikan dalam bilangan tanpa desimal.

2) Satuan
Satuan hasil pemeriksaan aktivitas enzim umumnya disajikan dalam unit/volume satuan.

3) Suhu
Suhu Pemeriksaan harus disajikan karena mempunyai nilai normal yang berbeda.

4) Nilai Normal
Perlu disajikan nilai normal menurut suhu pemeriksaan sebagai pembanding pada beberapa
keadaan perlu dicantumkan nilai normal menurut umur dan jenis kelamin pasien.
Beberapa hasil pemeriksaan ternyata berbeda menurut umur dan gender misalnya
Fosfatase alkali, pada bayi aktivitas tinggi, anak-anak lebih rendah, kemudian meningkat
pada pubertas dan pada dewasa kembali menurun (khususnya wanita). Setelah menopause
aktivitas Fosfatase alkali meningkat kembali dan lebih tinggi dari pada pria usia lanjut.

Secara umum aktivitas enzim seluler yang dapat ditemukan pada sel otot
mempunyai nilai normal lebih tinggi pada pria dari pada wanita. Hal ini dihubungkan dengan
masa otot pria relatif lebih besar dari pada wanita.

15
16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah
kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam membantu
pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan. 
Pemeriksaan fungsi hati perlu dilakukan untuk melihat kondisi patologis maupun
hanya untuk melihat fungsi hati kita. Ada beberapa parameter pemeriksaan yang digunakan
untuk melihat fungsi hati kita, diantaranya SGOT, SGPT, Bilirubin, GGT, Protein total, dsb.
Adapun faktor yang mempengaruhi pemeriksaan, yaitu penggunaan obat-obatan, kehamilan
dan spesimen yang hemolisis.
Dan saat pemeriksaan, sangat diperlukan ketelitian pada tahap Pra-analitik, Analitik
dan Pasca-analitik agar hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium valid dan dapat
dipertanggung jawabkan.

3.2 Saran

Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, disarankan setelah membaca
makalah ini untuk lebih memperdalam pembelajaran dari sumber-sumber lain seperti buku,
jurnal ataupun artikel yang lebih dalam membahas tentang pemeriksaan faal hati.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Insert Kit GOT (ASAT). Jakarta: PT. Rajawali Nusindo. Cat no.
100191/3.

Baron D.N., 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik Ed. 4. Jakarta: EGC. hlm 222.

Berg J.M., Tymoczko J.L., Stryer L., 2006. Biochemistry. WH Freeman. hlm 656-660.
ISBN 978-0-7167-8724-2.

Dugdale D.C., 2013. AST. University of Washington School of Medicine.


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003472.htm diakses 6 Mei 2014 pukul
21:30 WIB.

Dispenarmabar., 2013. Periksa Fungsi Hati Anda. Pesan Sehat RS TNI AL Dr. Minto
Hardjo.
http://koarmabar.tnial.mil.id/Default.aspx?
tabid=66&articleId=793&articleType=ArticleView&SkinSrc=[G]Skins%2F_default
%2FNo+Skin&ContainerSrc=[G]Containers%2F_default%2FNo+Container diakses 9 Mei 2014
pukul 19:39 WIB.

Gaze D.C., 2007. Peran biomarker jantung yang ada dan baru untuk cardioprotection.
Opini Lancar Investigational Obat 8 (9): 711 PMID 17729182.

http://en.wikipedia.org/wiki/Aspartate_transaminase diakses 6 Mei 2014


pukul 21:37 WIB.

Kee J.L., 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Ed. 6. Jakarta:
EGC. hlm 15, 16.

Sacher R.A., 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ed. 11 . Jakarta:
EGC. hlm 341.

Suartini N.K., 2013. Mengenali Gejala Penyakit Jantung Koroner. Bali.


http://posbali.com/mengenal-gajala-penyakit-jantung-koroner/ diakses 9 Mei 2014 pukul
19:35 WIB.

Widmann F.K., 2004. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ed. 11
(Clinical Interpretation of Laboratory Tests). Jakarta: EGC. ISBN 979-448-075-4. hlm 303-305.

(http://radiascakep86.blogspot.co.id/2014/05/pemeriksaan-fungsi-hati-atau-
liver.html )
(http://indomedtech.blogspot.co.id/2013/12/kapita-selekta-kimia-klinik-faal-
hati.html )
Anonim. 2008. Insert Kit Indo Reagen. Jakarta: PT. Segara Husada Mandiri

18

Anda mungkin juga menyukai