TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian keracunan
Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Racun adalan bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap, dalam kulit (misalnya dari
tanaman) atau suntiakan (misalnya dari serangan serangga ) bisa menyebabkan penyakit,
kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan adalah masuknya zat yang mengandung racun kedalam tubuh baik melalui
saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan timbul gejala klinis. Anak dapat mengalami keracunan oleh beberapa hal,
seperti produk-produk pembersih, vitamin, obat-obatan, alcohol, cat dan tanaman.
Keracunan merupakan masalah serius karena dapat menimbulkan anak minggal dunia.
Zat-zat yang dapat menimbulkan keracunan pencernaan pada sistem pencernaan dapat
berupa zat kimia (baygon, alcohol, minyak tanah, bensin, dll), makanan (jengkol, ikan,
jamur dll) obat-obatan.
2.2 Klasifikasi
1. Menurut keadaan fisik : gas cair, debu.
2. Menurut ketentuan label : eksplosif, mudah terbakar, oksidizer
3. Menurut struktur kimiawi : aromatik, halogenated, hidrokarbon, nitrosamin
4. Menurut potensi toksik : super toksik, sangat toksik sekali, sangat toksik,
toksik, agak toksik
2.3 Etiologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
1. Bahan kimia umum ( chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida (organoklorin, organofosfat, karbanat), golongan gas (nitrogen, metana,
karbon monoksida, klor), golongan logam (timbal, fosfor, air raksa, arsen), golongan
bahan organic (akrilamida, anilin, benzene toluene, vinil klorida fenol), dan alcohol.
2. Racun yang dihasilkan oleh mahluk hidup ( biological toxicants ) missal : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa, anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( bacterial toxicants ) missal : bacillus
cereus, compilobacter jejuni, clostridium botulinum, dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( botanical toxicants ) missal : jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung, dll.
2.4 Patofisiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu fakto bahan kimia,
mikroba, toksin, dan lain-lain. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler
sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi-fungsi organ tubuh. Biasanya akibat dari
keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan pernapasan,
gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat dan bahan
kimia ). Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun
kedalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan
terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui jalan napas maka yang terganggu
adalah pernapasan dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu.
Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap
tubuh. Mual dan muntah terjadi disebabkan karena adanya iritasi pada lambung sehingga
asam lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat
menghambat atau menginaktivasi enzim tubuh yaitu kolinesterase (KhE). Dalam keadaan
normal, KhE ini bekerja untuk menghidrolisis arachnoid (Akh) dengan jalan mengikat
Akh-KhE yang bersifat inaktivasi. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi, maka akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-
tempat tertentu, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan dan pada
akhirnya akan menimbulkan efek efek muskaranik, dan SSP (menimbulkan stimulasi dan
kemudian depresi SSP)
Patway
Makanan yang terkontaminasi mengandung betolinum,
jamur, jengkol , ikan laut, tempe dll.
Keracunan
Tidak terjadi pelepasan
Iritasi pada asetilkolin Intoleransi aktifitas
lambung
Mual muntah,
Kelumpuhan otot
diare
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP
S : data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis.
O : data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.
A : analisis dan intrepretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat
kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah
potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan.
P : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk
asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk
tindak lanjut.
dapus
https://www.academia.edu/35321088/Materi_keracunan
https://www.academia.edu/29340153/BAB_II_KERACUNAN