Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi indikator
kualitaskesehatan masyarakat di suatu Negara, masih tergolong tinggi di Indonesia
yaitu AKI : 307/100.000 KH (SDKI 2002/2003) dan AKB : 35/10.000 KH (SDKI
2002/2003).
Angka kematian ibu di Indonesia menempati peringkat teratas diantara Negara –
Negara di Asia Tenggara. Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 28%,
Eklamsia 24%, infeksi 11%, partus macet/ lama 8% dan aborsi 5 %(SKRT 2001).
Di dalam Angka Kematian Bayi tercakup Angka Kematian Perinatal, dimana
kematian karena gangguan perinatal menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga 1986
adalah 42,3 % dari kematian bayi pada usia 0-1 bulan. Mengingat kematian bayi
khususnya dalam periode perinatal berkaitan erat dengan kesehatan ibu dimana AKI
masih tinggi maka betapa pentingnya Pelayanan Maternal dan Perinatal sebagai
kegiatan intregative di Rumah Sakit untuk terud ditingkatkan dalam upaya menurunkan
AKI dan AKB.
Penyebab kematian pada masa perinatal/neonatal pada umumnya berkaitan
dengan kesehatan ibu selama kehamilan, kesehatan janin selama di dalam kandungan
dan proses pertolongan persalinan yang bermasalah.
Komplikasi obstretic tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin sja
terjadi pada ibu hamil yang di identifikasi normal. Oleh karena itu perlu strategi
penurunan kematian/kesakitan maternal perinatal dengan mengingatkan kualitas
pelayanan serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dengan pembekalan
pelatihan secara berkala.
Pelayanan obstetric dan neonatal regional merupakan upaya – upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam
pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah
ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, dan manajemen
yang handal.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan
pelatihan – pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan
perilaku dalam pelayanan kepada pasien.
B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam upaya
penurunan Angka kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia.
2. Khusus
a. Terlaksananya manajemen pelayanan maternal dan perinatal dari aspek
adminitrasi dan manajemen, kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta
prosedur pelayanan Rumah Sakit.
b. Terlaksananya sistem rujukan pelayanan maternal dan neonatal.
c. Pembinaan dan pengawasan pelayanan maternal dan perinatal di Rumah Sakit.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Upaya Pelayanan PONEK :
a. Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan defenitif.
b. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK Rumah Sakit di ruang
tindakan.
c. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan section caesaria.
d. Perawatan intensif ibu dan bayi.
e. Pelayanan Asuhan Antenatal Resiko Tinggi.

2. PONEK Rumah Sakit Kelas D


a. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Fisiologi.
1) Pelayanan Kehamilan.
2) Pelayanan Persalinan.
3) Pelayanan Nifas.
4) Asuhan Bayi Baru Lahir (level 1).

b. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dengan Resiko Tinggi :


Masa antenatal
1) Perdarahan pada kehamilan muda.
2) Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut.
3) Gerak janin tidak dirasakan.
4) Demam dalam kehamilan dan persalinan.
5) Kehamilan ektopik (KE) dan kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
6) Kehamilan dengan nyeri kepala dan tekanan darah tinggi.

Masa intranatal

1) Persalinan dengan parut uterus.


2) Persalinan dengan distensi uterus.
3) Gawat janin dalam persalinan.
4) Pelayanan terhadap syok.
5) Ketuban pecah dini
6) Persalinan lama.
7) Induksi dan akselerasi dalam persalinan.
8) Aspirasi vakum manual.
9) Seksio caesaria.
10) Episiotomi.
11) Malpreesentasi dan malposisi.
12) Distosia bahu.
13) Prolapsus tali pusat.
14) Manual plasenta.
15) Perbaikan robekan cerviks.
16) Perbaikan robekan vagina dan perineum.
17) Perbaikan robekan dinding uterus.
18) Histerektomi.
19) Sukar bernafas.
20) Kompresi bimanual.
21) Dilatasi dan kuretase.
22) Bayi baru lahir dengan asfiksia.
23) BBLR
24) Resusitasi bayi baru lahir.
25) Anastesi umum dan local untuk SC.
26) Anastesi spinal. ( bila diperlukan pemeriksaan spesialistik, dirujuk ke RSUD)

Masa nifas

1) Demam pasca persalinan.


2) Perdarahan pasca persalinan.
3) Nyeri perut pasca persalinan.
4) Keluarga berencana.
5) Asuhan bayi baru sakit (level 2).

c. Pelayanan Kesehatan Neonatal


1) Hiperbilirubinemi
2) Asfiksia
3) Trauma kelahiran
4) Hipoglikemia
5) Gangguan pernafasan
6) Aspirasi mekonium
7) Inisiasi dini ASI (breast feeding)
8) Kangoro mother care (pelaksanaan pasien post rawat inap)
9) Resusitasi neonatus
10) Pemberian minum pada bayi resiko tinggi
11) Pemberian pemberian parental
12) Kelainan bawaan
d. Pelayanan Ginekologi
1) Kehamilan ektopik.
2) Perdarahan uterus disfungsi.
3) Perdarahan menorargia.
4) Kista ovarium akut.
5) Radang pelvik akut.
6) Abses pelvic.
7) Infeksi saluran genitalia.

e. Perawatan Khusus/ High Care Unit dan Transfusi Darah


Pelayanan Darah
1) Jenis Pelayanan
a) Merencanakan kebutuhan darah di Rumah Sakit.
b) Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi syarat uji saring (non
reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan darah.
c) Memantau darah dan menyimpan suhu simpan darah.
d) Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pada darah
donor dan darah receipient.
e) Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan darah
ABO/Rhesus ke unit Transfusi Darah/UTD secara berjenjang.
2) Kompetensi
a) Mempunyai kemampuan manajemen pengelola transfusi darah.
b) Mempunyai sertifikat pengetahuan dan keterampilan tentang tranfusi
darah, penerimaan darah, menyimpan darah, memeriksa golongan
darah, pemeriksaan uji silang serasi, pemantapan mutu internal,
pencatatan, pelaporan, pelacakan dan dokumentasi, kewaspadaan
universal (universal precaution).

D. Batasan Operasional
1. PONEK
PONEK merupakan singkatan dari Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif.
2. RSSIB
Adalah program pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang merupakan koordinasi
berbagai unit kerja (multi sector) dan di dukung berbagai kegiatan profesi (multi
disiflin dan multi profesi) untuk menyelnggarakan perlindungan ibu dan bayi dalam
satu ruangan.
3. Rujukan
Adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana pelayanan
primer kepada sarana kesehatan sekunder tersier.
4. Rumah Sakit PONEK 24 Jam
Adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan
neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.
5. Rawat Gabung
Adalah pelayanan yang diberikan kepada BBL ditempatkan bersama ibunya dalam
satu ruangan.
6. Inisiasi Menyusui Dini
Adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan
mencari putting susu ibunya sendiri.
7. Perawatan Metode Kanguru
Adalah pelayanan kesehatan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) yang dapat
bernafas spontan.

E. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
2. Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Undang – Undang republic Indonesia No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran.
4. Permenkes No. 1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelengaraan
Pelayanan Obstetri neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah
Sakit.
5. Kepmenkes No.604/Menkes/SK/XI/VII/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C, dan Kelas D.
6. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berdasarkan buku pedoman penyelenggaraan pelayanan PONEK, maka standar
tenaga di Rumah Sakit dedy Jaya Brebes dijabarkan sebagai berikut.

KUALIFIKASI PENDIDIKAN
NAMA JABATAN
FORMAL NON FORMAL

Ketua Tim PONEK Dokter Spesialis Pelatihan PONEK


Kebidanan dan
Penyakit Kandungan
Koordinator IGD Pendidikan dokter Pelatihan PONEK

Koordinator Poli Kebidanan D III Kebidanan Pelatihan PONEK


Koordinator Ruang Bersalin dan Nifas D III Kebidanan Pelatihan PONEK
Koordinator Pelayanan Perinatologi D III Kebidanan atau Pelatihan PONEK
Keperawatan

B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan PONEK dipimpin oleh dokter dan staf yang terdiri dari tenaga medis,
tenaga keperawatan yang berkualitas untuk menjamin dilaksnakannya pelayanan
yang telah ditentukan, yang dpat dijabarkan sebagai berikut :
1. Ketua Tim PONEK adalah spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang
terlatih.
2. Koordinator IGD adalah dokter umum yangbertugas di IGD.
3. Koordinator Poli Kebidanan adalah lulusan D III Kebidanan, masa kerja minimal
3 tahun.
4. Koordinator pelayanan Ruang Bersalin dan Nifas adalah lulusan D III
Kebidanan, masa kerja minimal 3 tahun.
5. Coordinator pelayanan Perinatologi adalah lulusan D III Kebidanan atau
Keperawatan masa kerja 3 tahun.

C. Pengaturan Jaga
Jam dinas :
1. Dinas Pagi :07.00 – 14.00
2. Dinas Siang : 14.00 – 21.00
3. Dinas Malam 21.00 – 07.00
4. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan siap 24 jam menangani kasus
maternal.
5. Dokter spesialis anak siap 24 jam menangani kasus neonatal dan pediatric.
6. Tenaga bidan siap 24 jam melayani kasus maternal neonatal (terjadwal).
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus
dipenuhi hal – hal sebagai berikut :
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman.
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrument dan bahan yang lengkap.
3. Ruang pulih / observasi pasca tindakan.

Secara umum ruangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan PONEK saling


berdekatan. Adapun ruangan yang terlibat dalam pelayanan ini adalah IGD, Kamar
Bersalin / Peristi, OK, dan Poli kebidanan dan kandungan.

B. Standar Fasilitas
Penyelenggaraan PONEK 24 jam Rumah Sakit dedy jaya tidak terlepas dari
fasilitas ruangan yang mendukung. Secara umum ruangan tersebut harus
mempunyai pencahayaan yang baik, struktur fisik yang baik dan tentunya
kebersihan yang terjaga. Adapun standar fasilitas yang berhubungan dengan
dengan ruang PONEK adalah sebagai berikut :
1. Area resusitasi dan stabilisasi di ruang Obstetri dan Neonatus/IGD
a. Paling keci;, ruang berukuran 6 meter dan ada di dalam unit perawatan
khusus.
b. Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari kamar gawat
darurat lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan ibu bersalin dan bayi.
c. Tujuan kamar ini ialah : memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi
kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermi, asfiksia dan apabila
perlu menolong darurat serta resusitasi.
d. Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, dan inkubator.
e. Adapun peralatan yang terdapat di ruang PONEK adalah:

NO. JENIS PRALATAN JUMLAH


1. Kotak Resusitasi :
a. Ambubag dan sungkup 1
b. Laringoskop dewasa (berfungsi dengan 1
baik)
c. Laringoskop bayi 1
d. Selang reservoir oksigen 1
e. Alat suntik, 1,3,5,10,20 cc 1
f. Bola lampu laringoskop ukuran dewasa 1
g. Masker oksigen dewasa 1
h. Selang okigen nasal 1
i. 02 cateter no 8/10 1
j. Conector oksigen 1
k. Pipa endotrakeal no. 2,5;3;3,5;6,5;7;7,5 1/1/1/1/1/1/1
l. Plester 1
m. Gunting 1
n. Senter/pen light 1
o. Ampul epineprin 5
p. Sulfas atropine 5
q. Diazepam 10 mg 2
r. Lidocain 40 mg 5
s. NaCL 0,9%/Larutan Ringer Asetat/RL 5
t. MgSO4 40% 2
u. Sodium bikarbonat 8,4% 1
v. Abocath 3
w. Transfuse set 3
x. Infis set 3
y. Suction dewasa 1

2. Monitor 1
3. Tempat tidur bersalin serta tiang infus 1
4. Lampu sorot/lampu darurat 1
5. Suction 1
6. Infant Warmer 1
7. Partus set 1
8. Oksigen central dan tabung 1
9. Vacuum ektraktor 1

f. Kamar PONEK membutuhkan :


1) Ruang berukuran 15 m².
2) Berisi lemari dan troli darurat.
3) Tempat tidur bersalin serta tiang infuse.
4) Incubator transport.
5) Infant warmer.
6) Meja, kursi.
7) Aliran udara bersih dan sejuk.
8) Pencahayaan.
9) Lampu sorot dan lampu darurat.
10) Suction
11) Oksigen central
12) Lemari berisi : perlengkapan persalinan, vakum, obat/infuse.
13) Alat resusitasi dewasa dan bayi
14) Wastafel dengan air mengalir dan antiseptic.
15) Alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
16) Nurse station dan lemari rekam medic
17) Sarana pendukung meliputi : toilet, ruang tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan, kamar operasi terletak saling berdekatan dan
merupakan bagian dari unit gawat darurat.

2. Kamar Bersalin
a. Lokasi berdekatan dengan kamar operasi.
b. Luas minimal 6 m² per orang. Berarti bagi 1 pasien, 1 penunggu dan 2
penolong diperlukan 4x4m²=16 m².
c. Paling kecil ruangan berukuran 12 m² (6 m² untuk masing – masing
pasien).
d. Harus ada tempat untuk isolasi ibu ditempat terpisah.
e. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
f. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
g. Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada
keharusan melintas pada ruang bersalin.
h. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transport bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
i. Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi : kala 1, kala 2,
da kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala 4 bagi
ibu bersama bayinya secara privasu. Bila tidak memungkinkan, maka
diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala2.
j. Kamar bersalin harus dekat dengan ruangan jaga perawat (nurse station)
agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum
dibawa ke ruang rawat (post partum). Selanjutnya bila diperlukan operasi,
pasien akan dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar
bersalin.
k. Harus ada kamar mandi dan toilet berhubungan dengan kamar bersalin.
l. Ruang post partum harus cukup luas
m. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak tempat tidur minimal 1 m
sampai dengan 2 m antara dinding 1 m.
n. Jumlah tempat tidur per ruangan maksimal 4.
o. Tiap ruangan harusmempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
p. Harus ada fasilitas untu cuci tangan pada tiap ruangan.
q. Ruang perawat (nurse station) berisi meja, telepon, lemariberisi
perlengkapan darurat atau obat.
r. Adapun peralatan yang terdapat di ruang bersalin adalah sebagai berikut :
Peralatan Maternal dan neonatal

NO JENIS PERALATAN JUMLAH


1. Kotak Resusitasi :
a. Set resusitasi dewasa dan bayi 1/1
b. Bola lampu laringoskop ukuran 1
dewasa.
c. Batre AA (cadangan) untuk bilah 2
laringoskop.
d. Bola lampu laringoskop cadangan. 1
e. Masker oksigen cadangan. 2/2
f. Selang oksigen nasal. 5
g. Conector oksigen. 1
h. ET no. 6,5 ; 7 ; 7,5 1/1/1
i. Plester 1
j. Gunting 1
k. Kateter penghisap 1
l. Senter / pen light 1
m. Alat suntik 1, 3, 5, 10, 20 3/3/3/3/1
n. Ampul epineprin 1
o. Oxytocin 1
p. Methylergo 5
q. Lidocain 40 % 2
r. Ca Gluconas 1
s. IV kateter no. 18, 20, 22 2/2/2
t. Transfuse set 2
u. Infuse set 2
v. Suction Dewasa 1
w. Cairan HES 2
2. Partus set 2
3. Penghangat ( infant warmer) 1
4. Dopler 2
5. Ekstraktor Vacum 2
6. USG 1
7. Hecting set 1
8. Titik oksigen sentral 2
9. Oksigen tabung besar 2
10 Lampu tindakan 2
11. Lemari es 1

3. Ruang Nifas
a. Ruang post partum terdiri dari 2 ruang kelas utama bawah, berkapasitas 1
pasien, 2 ruang kelas utama atas dengan kapasitas 1 pasien, 2 ruang kelas
satu dengan kapasitas 1 pasien, 1 ruang kelas 2 dengan kapasitas masing
– masing 2 pasien dan 1 ruang kelas 3 dengan kapasitas 5 pasien.
b. Pada ruang dengan beberapa tempat tidur, jarak antara tempat tidur 1 m
dan antara dinding 1 m.
c. Tiap ruangan mempunyai jendela dengan pencahayaan yang cukup dan
sirkulasi udara yang cukup.
d. Terdapat fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan dan terdapat satu
kamar mandi pasien.
e. Kamar periksa / diagnostic berisi : tempat tidur pasien/obgyn, kursi, lampu
sorot, troli alat, lemari obat kecil,USG mobile dan troli emergency.
f. Ruang perawat / nurse station terletak ditengah ruang perawatan, berisi :
meja, telepon, lemari berisi perlengkapan darurat/obat, wastafel.
g. Terdapat 1 ruang pojok ASI.
h. Kamar mandi bidan 1 unit, terdapat ruang pantry, ruang spoelhock dan
gudang.
i. Ruang tunggu bagi keluarga pasien : 11 m x 8,25 m, berisi meja dan sofa
dengan fasilitas
4. Ruang Bayi
a. Ruang terdiri dari level II A dan Level II B.
b. Level II A untuk perawatan neonatus dengan kasus non infeksi.
c. Level II B untuk perawatan neonatus dengan kasus infeksius.
d. Masing – masing ruang berkapasitas 5 pasien.
e. Nurse station terletak dalam satu ruang dengan ruang perawatan sehingga
memudahkan dalam pengawasan.terdapat wastafel paada setiap ruangan
dan 1 kamar mandi perawat di ruang level II B.
f. Terdapat ruang pantry dekat dengan ruang neonatus.
g. Adapun pasilitas ruangan Neonatus level II A dan Level II B adalah
sebagaiberikut :

N JENIS PERALATAN JUMLAH


O
1. Inkubator
2. Bok penghangat
3. Infuse pump
4. Pulse oxymeter neonatus
5. Foto therapy
6. Syringe pump
7. Tabung oxygen / 02 central
8. Lampu tindakan
9. Alat – alat resusitasi neonatus
10. Set umbilical infuse
11. Set ganti balut
12. Head box
13. Timbangan bayi
14. Stetoskop bayi

5. Pojok Laktasi
Terdapat ruangan yang berisi meja, kursi, wastafel.

6. Kamar Bedah (OK)


a. Instalasi operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesaria dan
laparatomi.
b. Disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar
operasi tersedia : pemancar panas dan perlengkapan resusitasi dewasa
dan bayi.
c. Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah berisi : meja, kursi,
perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dan sebagainya,
tempat rekam medis, troli darurat.
d. Pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
e. Fasilitas pelayanan berikut ini untuk unit operasi :
1) Nurse station yang juga berungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas
orang.
2) Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor, tempat cuci wastafel besar
untuk cuci tangan dan fasilitas air panas atau dingin, ada meja kerja,
troli dan kursi.
3) Saluran pembuangan kotoran atau cairan.
4) Ruang tunggu keluarga.
5) Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada
autoklaf besar berguna bila darurat.
6) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
7) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk 2 orang terdapat di
depan kamar operasi atau kamar bersalin. Wstafel itu dirancang agar
tidak membuat basah lantai. Air cuci tangan haruslah steril.
8) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju
dan perlengkapan operasi juga terdapat troli pembawa linen.
9) Kamar ganti
7. Prasarana dan Sarana Penunjang
a. Unit Transfusi Darah
1) Unit ini berfungsi untuk melakukan tes kecocokan, pengambilan darah,
pengambilan donor dan tes lab : infeksi VDRL, hepatitis, HIV.
2) Memiliki peralatan sesuai dengan standar minimal peralatan maternal
dan neonatal.
b. Laboratorium
Unti ini berfungsi untuk melaukan tes laboratorium dalam penanganan
kedaruratan maternal dalam pemeriksa hemostatis penunjang untuk
preeklamsia dan neonatal.
c. Radiologi dan USG
Unit ini berfungsi untuk diagnosis Obstetri dan Thoraks.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar


1. IGD
a. Merupakan pintu masuknya pasien rawat inap dengan pelayanan 24 jam
secara terus menerus.
b. Alur pelayanan IGD:
1) Pelayanan Triase (screening)
Melakukan pemeriksaan awal kasus – kasus gawat darurat, dilakukan
minimal oleh perawat, waktu maksimal 2 menit pasien sudah dilakukan
labeling.
2) Ruang Resusitasi dan Stabilisasi.
Resusitasi 15 menit, waktudi ruangan maksimal 2 jam, target
pencapaian 80 % dari total seluruh pasien yang masuk ruang resusitasi.
3) Ruang observasi sesuai fasilitas dan kemampuan yang tersedia
didukung kemampuan terapi definitif.
4) Pelayanan rekam medis 24 jam.
c. Pasien dengan false emergency maksimal 1 jam di IGD.
d. Pasien dengan problem ABC maksimal waktu 2 jam untuk surgical
resusciatin. Pasien dengan maslaah strangulasi/iskemik maksimal 4 jam.
Untuk kasus infeksi maksimal 4 jam, untuk kasus infeksi maksimal 8 jam.
e. Triage pasien dengan kasus obstetric gynekologi :
1) Merah
Kriteria merah (emergency):
a) Hamil, inpartu dan nifas dengan eklamsia kejang berulang.
b) Partus prematus iminens.
c) Inpartu dengan gemelly.
d) Inpartu dengan malposisi
e) Hamil, inpartu dan nifas dengan PEB.
f) Tali pusat menumbung
g) KET
h) Fetal Distres
i) Rupture uteri
j) Ibu hamil, inpartu dan nifas dengan gangguan jiwa berat.
2) Kuning
Kriteria Kuning (Urgent)
a) Pasien inpartu
b) Riwayat preeklamsia / eklamsia
c) Gerak janin berkurang
d) Ketuban pecah dini
e) Ibu hamil, inpartu dan nifas dengan demam
f) Inpartu dengan SC elektif
g) Ibu hamil dengan mual muntah dan diare dengan dehidrasi
h) Ibu bersalin tidak ada riwayat ANC
i) Penggunaan obat – obatan berbahaya.
3) Hijau
Kriteria hijau ( Non Urgent)
a) Pasien dengan suspek
b) Pasien dengan vaginal show
c) Mulas pada kehamilan
4) Hitam
Pasien yang meninggal.

2. Kamar Bedah
a. Kriteria pasien masuk OK
1) Pasien yang akan dilakukan section caesaria baik emergency maupun
elektif.
2) Pasien yang akan dilakukan operasi kehamilan ektopik baik emergency
maupun elektif.
3) Pasien yang akan dilakukan tindakan reposisi uteri pada kaus invesio
uteri.
4) Pasien yang akan dilakukan her hecting pada kasus hematom vulva
laserasi luas, wound disease.
5) Pasien yang akan dilakukan tindakan laparatomi.
6) Pasien yang akan dilakukan tindakan histerektomi.
7) Pasien yang akan dilakukan tindakan curettage dengan resiko tinggi.

b. Kriteria pasien keluar OK


Pasien di ruang pulih dilakukan observasi keadaan tingkat kesadaran
pasien berdasarkan scoring aldrete post anastesi. Pasien dapat
dipindahkan jika nilainya mencapai 8 (delapan).

3. Kamar Bersalin/Peristi
a. Kriteia pasien yang masuk ke ruang bersalin adalah sebagai berikut.
1) Pasien dengan kasus kehamilan, persalinan maupun nifas yang
memerlukan pengawasan.
2) Pasien dengan kasus ginekologi yang memerlukan pengawasan.

b. Kriteria pasien yang masuk ke ruang peristi


1) Pasien neonatus dengan usia 0 – 28 hari.
2) Pasien berusia lebih dari 28 hari akan tetapi berat kurang atau sama
dengan 3000 gram.
3) Pasien dengan kasus infeksius dan non infeksius yang tidak mengalami
ancaman gagal nafas atau membutuhkan ventilator.
c. Kriteria pasien keluar
1) Pasien yang sudah dinyatakan sembuh oleh dokter.
2) Pasien yang kondisinya membaik dan proses perbaikan yang
diperbolehkan pulang oleh dokter.
3) Pasien yang menginginkan pindah rawat RS lain.
4) Pasien yang tidak dapat dilakukan penanganan di RS Dedy Jaya
sehingga dirujuk ke RS yang mempunyai fasilitas lebih.
5) Pasien yang seharusnya dapat dilakukan penanganan di RS Dedy Jaya
tetapi karena ruangan maupun fasilitas yang akan digunakan penuh
maka drujuk ke RS lain yang terdapat ruangan maupun fasilitas yang
dibutuhkan.

B. Persiapan Penerimaan Pasien


Setiap ada pasien yang masuk ke ruang bersalin, bidan mempersiapkan
penerimaan pasien sebagai berikut :
a. Setelah petugas pendaftaran memberikan informasi ke ruang perawatan
bahwa aka nada pasien baru, bidan / perawat menyiapkan ruangan sesuai
yang dipesan.
b. Bidan / perawat menyiapkan form anamnesa yang dibutuhkan sesuai
ketentuan penerimaan pasien baru.
c. Bidan / perawat menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk menerima
pasien baru tersebut sesuai dengan pesanan dari IGD.
d. Bila pasie baru akan langsung dilakukan tindakan operatif, maka bidan /
perawat segera member tahu bagian informasi bahwa aka nada tindakan
operatif untuk informasikan pada unit terkait.

C. Monitoring Pasien
Secara umum kegiatan monitoring pasien dilakukan berdasarkan kebutuhan
seberapa intensifnya pengawasan yang harus dilakukan. Secara umum observasi
keadaan umum, kesadaran, keluhan dan TTV.
1. Sakit ringat
Pada pasien dengan sakit ringan, akan dilakukan pengawasan berkala setiap 4
jam.
2. Sakit sedang
Pada pasien dengan sakit sedang perlu dilakukan pengawasan setiap 2 jam.
3. Sakit berat
Pada pasien dengan sakit berat perlu dilakukan pengawasan setiap 30 menit.

D. Prosedur Medik
1. Persalinan dengan parut uterus
2. Persalinan dengan distensi uterus
3. Penanganan gawat janin dalam persalinan
4. Pelayanan terhadap syok
5. Penanganan ketuban pecah dini
6. Penanganan persalinan macet
7. Induksi dan akselerasi persalinan
8. Vacuum ekstraksi
9. Section caesaria
10. Episiotomi
11. Malpresentasi dan malposisi
12. Distosia bahu
13. Prolapus tali pusat
14. Placenta manual
15. Perbaikan robekan cervik
16. Perbaikan robekan servik dan perineum
17. Kuretage

E. Indikasi Pengunaan Alat Medik


1. Vacum Ekstrasi
Digunakan pada pasien dengan partus macet, pasien dengan komplikasi yang
harus diperingan pada kala II.
2. Curret Set
Digunakan pada pasien yang mengalami abortus, perdarahan disfungsi dan
kasus perdarahan dengan plasenta restan.
3. USG
USG digunakan pada pasien yang membutuhkan oemeriksaan diagnostic
emergency.
4. Doopler
Digunakan untuk pemeriksaan DJJ.
5. Infant Warmer
Digunakan untuk menghangatkan BBL dan sekaligus tempat dilakukannya
resusitasi pads BBL.
6. Suction
Digunakan untuk memberikan jalan nafas dari cairan dan digunakan pada saat
tindakan VE.

F. Konsultasi
setiap pasien dan keluarga berhak untuk mendapatkan informasi tentang
kondisi pasien dan juga dan juga berhak menanyakan hal – hal yang tidak
dimengerti oleh dan keluarga dari dokter yang merawat ketika dokter melakukan
tindakan visite atau pada saat dokter datang melakukan tindakan di kamar
bersalin.
G. Indikasi dan Prosedur Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi
Prosedur pada pasien baru wajib dilakukan pemeriksaan darah rutin.
HbSag, B20, sedangkan pemeriksaan yang lain seperti, protein urine sesuai kasus
pasien, ureum creatinin, GDS, CTBT sesuai indikasi.
Sedangkan pemeriksaan radiologi dilakukan pada pasien yang memerlukan
tindakan USG, seperti kehamilan patologis, curiga mioma uteri dan kista uteri.
Sedangkan tindakan thorak dilakukan pada pasien yang akan dilakukan operasi
pada pasien yang dicurigai ada masalah pada paru – paru.
1. Prosedur pemeriksan laboratorium
a. Perawat menulis jenis pemeriksaan yang diperlukan pada lembar laborat
yang ditanda tangani oleh dokter jaga maupun DPJP.
b. Perawat menyiapkan specimen yang akan diperiksa dan dimasukan
kedalam botol pemeriksaan dengan mencantumkan identitas pasien
lengkap, (kecuali pemeriksaan hematology karena petugas laboraturium
yang akan mengambil sendiri).
c. Perawat mengantar formulir dan bahan pemeriksaan ke bagian
laboratorium dengan menggunakan buku ekpedisi.
d. Bila hasil pemeriksaan tidak normal dan membahayakan pasien, petugas
laboratorium segera menginformasikan kepada perawat ruangan.
e. Perawat menerima hasil pemeriksaan laboratorium dan melaporkan
kepada dokter yang merawat untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
f. Untuk pemeriksaan yang dilakukan dilaboratorium luar, bila hasil telah jadi
petugas laboratorium segera memberitahu perawat ruangan.
g. Hasil – hasil pemeriksaan disalin padalembar laboratorium dan ditempel
pada status pasien.
2. Prosedur pemeriksaan radiologi
a. Dokter menulis advis tindakan pemeriksaan pada lembar intruksi dokter
dan formulir permintaan radiologi.
b. Perawat memanggil pasien atau keluarga setelah membaca instruksi
dokter akan dilakukan pemeriksaan radiologi.
c. Jika dilakukan tindakan radiologi yang mahal pastikan keluarga setuju atau
tidak dilakukan tindakan tersebut, serta memberitahu berapa jumlah biaya
tindakan.
d. Perawat member formulir persetujuan tindakan untuk ditandatangani
sekaligus menulis biaya yang akan dibebankan kepada pasien.
e. Perawat mendaftarkan ke radiologi dan menanyakan persiapannya.
f. Pasien dilakukan tindakan radiologi sesuai permintaan.
g. Hasil pemeriksaan radiologi dilaporkan kepada dokter.
H. Pengiriman Pasien
1. Pengiriman ke OK
a. Pasien yang akan dilakukan tindakan operatif
b. Dokter member pejelasan kepada pasien / keluarga jika pasien perlu
tindakan operatif.
c. Perawat meminta informed consent medic operatif dan anastesi
d. Perawat menyerahkan program operasi pada kasus operasi eletif, tetapi
juga pada kasus emergency langsung menelepon OK.
e. Bila pasien memerlukan darah, maka lakukan pemesanan darah dan cross
bila perlu.
f. Perawat memastikan persiapan pasien menggunakan formulir laporan
persiapan pasien.
g. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan DJJ (bila pasien hamil) sebelum
berangkat ke OK.

2. Pengiriman Rujukan
a. Dokter yang merawat menjelaskan kepada pasien / keluarga bahwa pasien
perlu dirujuk ke RS lain.
b. Dokter menulis surat rujukan dan melengkapi catatan medik.
c. Jika pasien / keluarga yang menghendaki pindah ke RS lain, perawat
meminta informed consent kepada pasien dan keluarga.
d. Pastikan pasien menggunakan ambulance dimana ada alat untuk live
saving sesuai dengan KU pasien.
e. Perawat kepala jaga menjelaskan kepada keluarga tentang prosedur
pemakaian ambulance dan jasa perawat pengirim.
f. Perawat kepala jaga menghubungi RS yang akan dituju dan memesan
tempat.
g. Bila keluarga setuju menggunakan ambulance RS Dedy Jaya, perawat
menghubungi bagian informasi untuk menyediakan ambulance yang
dimaksud dengan sarananya.
h. Perawat menyiapkan pasien, sarana prasarana, dokumen – dokumen
pasien dan membawa SPJ perjalanan saat dirujuk.
i. Setelah pasien sudah menyelesaikan administrasi dan menunjukan
kwitansi, perawat mengantar pasien ke RS yang dituju.
j. Perawat melakukan serah terima kepada perawat RS yang dituju.

3. Pengiriman ke kamar jenazah


a. Dokter menyatakan pasien meninggal dunia dan menandatangani surat
kematian.
b. Dokter / perawat memberitahu keluarga secara bijaksana bahwa pasien
telah meninggal dunia.
c. Perawat memberitahu satpam bahwa ada pasien meninggal dan minta
dikirim brankar jenazah.
d. Perawat melakukan perawatan jenazah sesuai prosedur.
e. Bila perawatan jenazah telah selesai dan ditunggu maksimal 2 jam di ruang
perawatan, jenazah dibawa ke kamar mayat.
f. Sebelum jenazah di bawa ke kamar mayat, perawat memberitahu ruangan
yang dilewati jenazah untuk menutup pintu jendela dan kamar pasien.
g. Sesampainya di kamar mayat dilakukan serah terima jenaah dengan
petugas satpam dengan buku ekpedisi.
h. Bila semua dokumentasi sudah selesai dan ditandatangani kepala ruang /
kepala jaga, maka lembar aktifitas pasien segera dibawa ke administrasi
untuk penyelesaian daministrasi.

I. Rekam Medik
Pasien dengan kasus obstetric dan gynekoligi dan pasien neonatus resiko
tinggi yang masuk ke ruang bersalin dan peristi menggunakan Rekam Medik
khusus yaitu status kebidanan dan kandungan, sedangkan neonatus
menggunakan status bayi baru lahir. Secara umum bidan / perawat melakukan
pengkajian pada lembar pengkajian dan menentukan asuhan kebidanan maupun
keperawatan yang akan dilakukan pada pasien. Perawat / bidan akan melakukan
observasi terhadap pasien yang secara lengkap didokumentasikan dalam catatan
perawatan. Dokter mencatat hasil pemeriksaan dan pemberian teraphy pada
lembar instruksi dokter.
Selama pasien dilakukan perawatan, bidan / perawat maupun dokter wajib
melakukan dokumentasi secara lengkap dan ketika pasien pulang, kepala ruang /
PJ wajib melengkapi status dan bila status belum lengkap maka wajib melengkapi
ketika status kembali ke ruangan.

BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan


Demi kelancaran dalam penyelenggaraan PONEK 24 jan di RS Dedy Jaya, maka
perlu dilakukan pengaturan dalam penyediaan alat kesehatan dan obat sesuai
dengan prosedur. Adapun prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat sebagai
berikut :
a.
B. Perencanaan Peralatan atau Peremajaan

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Ketepatan Identifikasi Pasien


1. Pasien di identifikasi menggunakan 3 (tiga) identitas pasien seperti nama,
tanggal lahir dan nomer RM.
2. Pasien di identifikasi sebelum dilakukan pemberian obat, transfuse darah, dan
produk darah lainnya.
3. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur pelayanan.
4. Pasien di identifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur
pelayanan.
5. Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sebelum
melakukan prosedur dengan pertanyaan terbuka, contoh “siapa nama ibu?”
“tanggal lahir ibu?”.
6. Jawaban dari pasien cocokan dengan gelang identitas pasien.
7. Jika pasien tidak bisa menyebutkan nama, tanyakan identitas pasien kepada
penunggu atau pengantar lain.
8. Bila pasien tidak bisa menjawab dan penunggu tidak ada gelang identitas
pasien harus dicocokan dengan rekam medic oleh 2 orang staf.
9. Pada bayi baru lahir, dilakukan identifikasi dengan cara : menyiapkan 2 gelang
bayi berwarna biru dan merah, kemudian bila bayi sudah lahir pasang gelang
sesuai jenis kelamin dengan menggunkan stiker ibu bayi ditambahkan data
berat badan dan panjang badan, dipasang pada kaki kanan. Kemudian
didaftarkan ke pendaftaran untuk mendapatkan no RM, kemudian dipasang
gelang dengan stiker bayi di kaki bayi.
10. Pada saat melakukan tindakan IMD dan rawat gabung, petugas jaga harus
melakukan identifikasi pasien.
11. Gelang identitas pasien (untuk pasien rawat inap, ODC, IGD, Radiologi dengan
kontras) :
a. Pink : Identitas pasien perempuan dewasa / anak.
b. Biru Muda : Identitas pasien laki – laki dewasa atau anak.
c. Merah : Identitas pasien yang mempunyai riwayat alergi.
d. Kuning : Identitas pasien beresiko jatuh.

B. Peningkatan Komunkasi Efektif


1. Instruksi /laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
instruksi / laporan.
2. Instruksi / laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi / laporan.
3. Instruksi / laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasi oleh individu pemberi /
instruksi laporan.
4. Lakukan teknik SBAR ( Situation, Background, Analysis, Rekomendation) untuk
pelaporan pasien dan operan pasien.
5. Kemudian dilanjutkan dengan CABAK yaitu Catat, Baca Kembali, Konfiemasi
dan Verfikasi ketika dokter visite.

C. Meningkatkan Keselamatan Penggunaan Obat – Obatan yang Perlu di


Waspadai
1. Elektrolit pekat sebaiknya tidak disimpan dalam unit perawatan pasien kecuali
dibutuhkan secara klinis sesuai kebijakan RS.
2. Elektrolit pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien memiliki label
“High Alert” yang jelas dan disimpan di tempat dengan akses terbatas.
3. Obat – obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi (High Alert) :
a. Elektrolit pekat
1) Ca Glukonas 100 mg/10 ml.
2) KCL 7,46 %.
3) Meylon / Na Bicarbonat 8,4 %
4) MgSo4 40 %
5) NaCl 3 %
b. LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM (Nama ObatRupa Ucapan
Mirip).
1) Cefotaxime Inj – Ceftriaxone inj (Rupa obat mirip).
2) Rhinofed tab – vometa FT tab (Rupa obat mirip)
3) Asam mefenamat tab – asam tranexsamat (Ucapan obat Mirip)
4. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran.
5. Obat – obatan yang disediakan di ruang VK adalah MgSO4 sebanyak 2 flesh
dan petidin 50 mg sejumlah 1 ampul.
6. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA / NORUM.
7. Bisakah mengeja nama obat dengan kategori LASA saat member atau
menerima instruksi.
8. Tempat penyimpanan obat harus selalu dalam keadaan terkunci, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk tempat penyimpanan obat narkotika dan psikotoprika harus memiliki
2 pintu dengan kunci berbeda.
b. Untuk obat yang masuk kategori High Alert harus berada dalam tempat
khusus dengan diberi label “High Alert”.
c. Obat – obat narkotika dan psikotropika harus ditangani dan
didokumentasikan menurut undang – undang.
d. Semua kejadian Medication Error baik yang “telah terjadi atau hampir
terjadi” harus dilaporkan sesuai prosedur.
9. Dalam pemberian obat kepada pasien, semua perawat harus memenuhi prinsip
– prinsip 7 benar :
a. Benar Pasien (Right Patient)
1) Gunakan minimal 2 identitas
2) Cocokan obat yang akan diberikan
3) Anamnesis riwayat alergi
4) Anamnesis kehamilan / menyusui
5) Anamnesis tlengkap riwayat obat / penggunaan obat saat ini dan buat
daftar obat – obat tersebut.
6) Bandingkan pemberian obat saat ini daftar obat yang digunakan
dirumah
7) Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan
tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten (double check)
b. Benar Obat (Right Medication)
Beri label semua obat dan tempat obat
c. Benar Dosis (Right Dose)
1) Dosis obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi, dihitung
dan di cek oleh dua orang yang kompeten (double check)
2) Jika ragu, konsultasikan dengan dokter penulis resep
d. Benar Cara Pemberian (Right Rute)
Cara pemberian obat harus sesuai jenis sediaan obat
e. Benar Waktu (Right Time)
1) Sesuai waktu yang ditentukan : sebelum makan, setelah makan, saat
makan
2) Perhatikan waktu pemberian :
3 x sehari → tiap 8 jam
2 x sehari → tiap 12 jam
1 x sehari → tiap 24 jam
f. Benar Dokumentasi (Right Documentation)
1) Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat
harus didokumentasikan.
2) Setelah memberikan obat, langsung diparaf dan diberi nama siapa yang
memberikan obat tersebut.
3) Setiap perubahan jenis / dosis / jadwal / cara pemberian obat harus
diberi nama dan paraf yang mengubahnya.
4) Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan : efek samping
obat (ESO) dicatat pada formulir pelaporan efek samping obat.
5) Dokumentasi Kejadian Nyaris Cedera (KNC) → laporkan Tim PMKP
6) Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) → laporan kepada
Tim PMKP
g. Benar Informasi (Right Information)
1) Semua rencana tindakan / pengobatan harus dikomunikasikan pada
pasien dan atau keluarga pasien
2) Jelaskan tujuan dan cara mengkonsumsi obat yang benar
3) Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.
D. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi.
1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk lokasi operasi dan mengikut
sertakan pasien dalam proses penandaan.
2. Menggunakan ceklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat,
prosedur yang tepat dan pasien yang tepat sebelum operasi dan seluruh
dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia benar dan fungsi.
3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out
sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.
E. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan.
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tanggung jawab pada
personi dan dokter, adapun kewaspadaan standar yang harus dilakukan :
1. Menjaga kebersihan tangan dengan melakukan 5 moment cuci tangan yaitu :
2. Handwashing ( cuci tangan ) merupakan prosedur cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir, menggunakan teknik 6 langkah cuci tangan.
3. Cuci tangan dengan alkohol handrub merupakan cuci tangan 6 langkah dengan
cairan berbahan dasar alkohol. Cuci tangan alkohol / handrub ( tanpa air ) bila
tangan tidak tampak kotor.
F. PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH
1. Semua pasien baru dinilai resiko jatuhnya dan penilaian di ulang jika di
indikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan lainnya.
2. Hasil pengukuran di monitor dan ditindaklanjuti sesuai derajat resiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
3. Seluruh pasien rawat inap dinilai resiko jatuhnya dengan menggunakan
checklist penilaian resiko jatuh.
4. Pasien bayi tergolong pasien resiko jatuh sehingga tidak perlu dilakukan
screening dan tidak perlu dipasang gelang resiko jatuh, akan tetapi dilakukan
intervensi pasien resiko jatuh.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA
A. Penanganan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja yang terjadi dari karyawan berangkat dari rumah ke
tempat kerja, kejadian ditempat kerja dan dalam perjalanan dari tempat kerja ke
rumah dengan rute yang sama. Bila terjadi kecelakaan kerja terjadi karyawan yang
bersangkutan/keluarga karyawan/rekan kerja melaporkan kepada unit kerja terkait
untuk seterusnya dilaporkan ke bagian SDM paling lambat dalam waktu 2x24 jam.
Penanganan kecelakaan akibat kerja dilakukan di IGD RS Dedy Jaya. Apabila
kecelakaan terjadi di luar RS maka penanganan dapat dilakukan dipelayanan
kesehatan terdekat.

B. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Sarung tangan
a. Sarung tangan pendek
Sarung tangan pendek digunakan untuk tindakan – tindakan yang tidak
beresiko mengenai daerah tangan sampai siku. Misalnya : tindakan VT,
tindakan curettage, dll.
b. Sarung tangan panjang
Sarung tangan panjang untuk tindakan yang beresiko terkena cairan tubuh
pasien pada daerah tangan sampai siku. Misal : tindakan manual placenta,
tindakan persalinan.
c. Sarung tangan panjang instrument
Sarung tangan panjang instrument digunakan untuk tindakan pembersihan
instrument yang sudah terkontaminasi cairan tubuh pasien.
2. Masker
Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi petugas dari penularan penyakit
via dropret dan juga melindungi pasien penularan penyakit. Pada kasus pasien
yang mengidap TBC aktif, varicella, flu, dll.
3. Scort
Digunakan untuk melindungi petugas dari cairan tubuh pasien.
4. Pelindung kepala
Pelindung kepala digunakan untuk melindungi kepala dari kontaminasi dan
juga dapat mencegah kotoran rambut mengenai tubuh pasien seperti pada saat
tindakan operatif.
5. Pelindung mata
Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan darah maupun
cairan tubuh dari pasien. Misalnya pada persalinan, kuretage maupun
persalinan.

6. Sepatu
Sepatu ini digunakan untuk melindungi petugas dari paparan cairan tubuh
pasien yang dapat menularkan penyakit. Karena tidak selalu tubuh petugas
dalam kondisi yang prima, adakalanya petugas memiliki luka yang dapat
menjadi media penularan penyakit.

C. Program Pemeriksaan Kesehatan


1. Pemeriksaan Kesehatan Prakerja
Merupakan pemeriksan yang dilakukan sebelum karyawan bekerja di Ruma
Sakit meliputi :pemeriksaan fisik , pemeriksaan darah rutin, HbSag, urine rutin,
pemeriksaan kimia darah, kehamilan (khusus wanita), rectal swab untuk
petugas gizi, EKG, rontgen foto thorak, dan TKMI (khusus dokter umum, dokter
gigi, dan dokter spesialis).
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setelah karyawan
bergabung dengan Rumah Sakit Dedy Jaya dan dilakukan dengan tujuan
mempertahankan derajad kesehatan yang setinggi – tingginya. Jenis
pemeriksaan berkala disesuaikan dengan jenis jabatan dan kondisi ruang kerja.
3. Pemeriksaan Kesehatan di Akhir Masa Kerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum karyawan purna
tugas.
4. Pemeliharaan Kesehatan Karyawan
Merupakan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan kesehatan bagi
karyawan yang sedang sakit.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan
berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pengembangan mutu di unit pelayanan PONEK meliputi

A. Indikator Mutu PONEK


1. Respon Time
a. SC emergency < 30 menit
b. Penyediaan darah < 60 menit
2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 100 %.
3. Kejadian Kematian Ibu Karena Persalinan
a. Perdarahan < 1 %
b. Pre eklamsia < 1 %

B. Pengembangan Mutu Standar Prosedur Operasional


Pengendalian mutu Standar Prosedur Operasional seluruh staf pelayanan
dengan mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi standar prosedur
operasional yang telah ada dan menambahkan standar prosedur operasional yang
belum ada / belum lengkap serta merevisi standar prosedur operasional yang telah
ada sesuai dengan keadaan dilingkungan kerja.
Seluruh staf pelayanan memberikan masukan demi terciptanya unit
pelayanan intensif yang lebih baik dari sebelumnya. Standar prosedur operasional
yang kurang dicatat oleh seluruh staf pelayanan untuk dibahas dalam rapat
bulanan.

C. Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia


1. Pelatihan dan seminar secara berkala baik internal maupun eksternal seperti
pelatihan PONEK, PPGDON, resusitasi bayi baru lahir.
2. Pendidikan foemal maupun informal untuk seluruh petugas pelayanan.
3. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi
terhadap laporan bulanan dan permasalahan di instalasi pelayanan.
4. Adanya materi kasus – kasus secara berkala dari dokter / dokter spesialis.
5. Adanya role model oleh dokter spesialis /dokter/kepala ruangan/katim/CI
kepada staf pelaksana pelayanan.

D. Pengembangan Mutu Fasilitas dan Perawatan


1. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan
dalam meginterprestasikan informasi yang di dapat.
2. Buat inventaris fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat diketahui
apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu di ajukan
permintaan baru atau perbaikan yang ada.
3. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilisasi ruang
bersalin dan penyediaan cuci tangan.
4. Ikuti prosedur pemeliharaa alat kesehatan sesuai petunjuk operasional.

BAB IX

PENUTUP
Pedoman pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK) ini
disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan di RUMAH Sakit Dedy Jaya
Brebes. Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat mengurangi kekeliruan dan
kesalahan kerja di setiap instalasi pelayanan yang sangat potensial terjadi apabila
pelayanan keperawatan diberikan tidak mengikuti pedoman yang berlaku. Staf pelayanan
dalam hal ini sangat memegang peranan penting dan strategis untuk menentukan
keberhasilan pelayanan yang diberikan kepada pasien di setiap instalasi. Untuk itu
pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi petugas jaga di Rumah Sakit Dedy
Jaya Brebes dalam memberikan Pelayanan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK).

Anda mungkin juga menyukai