Pedoman Pelayanan PONEK 2020
Pedoman Pelayanan PONEK 2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi indikator
kualitaskesehatan masyarakat di suatu Negara, masih tergolong tinggi di Indonesia
yaitu AKI : 307/100.000 KH (SDKI 2002/2003) dan AKB : 35/10.000 KH (SDKI
2002/2003).
Angka kematian ibu di Indonesia menempati peringkat teratas diantara Negara –
Negara di Asia Tenggara. Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 28%,
Eklamsia 24%, infeksi 11%, partus macet/ lama 8% dan aborsi 5 %(SKRT 2001).
Di dalam Angka Kematian Bayi tercakup Angka Kematian Perinatal, dimana
kematian karena gangguan perinatal menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga 1986
adalah 42,3 % dari kematian bayi pada usia 0-1 bulan. Mengingat kematian bayi
khususnya dalam periode perinatal berkaitan erat dengan kesehatan ibu dimana AKI
masih tinggi maka betapa pentingnya Pelayanan Maternal dan Perinatal sebagai
kegiatan intregative di Rumah Sakit untuk terud ditingkatkan dalam upaya menurunkan
AKI dan AKB.
Penyebab kematian pada masa perinatal/neonatal pada umumnya berkaitan
dengan kesehatan ibu selama kehamilan, kesehatan janin selama di dalam kandungan
dan proses pertolongan persalinan yang bermasalah.
Komplikasi obstretic tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin sja
terjadi pada ibu hamil yang di identifikasi normal. Oleh karena itu perlu strategi
penurunan kematian/kesakitan maternal perinatal dengan mengingatkan kualitas
pelayanan serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dengan pembekalan
pelatihan secara berkala.
Pelayanan obstetric dan neonatal regional merupakan upaya – upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam
pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah
ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, dan manajemen
yang handal.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan
pelatihan – pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan
perilaku dalam pelayanan kepada pasien.
B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam upaya
penurunan Angka kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia.
2. Khusus
a. Terlaksananya manajemen pelayanan maternal dan perinatal dari aspek
adminitrasi dan manajemen, kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta
prosedur pelayanan Rumah Sakit.
b. Terlaksananya sistem rujukan pelayanan maternal dan neonatal.
c. Pembinaan dan pengawasan pelayanan maternal dan perinatal di Rumah Sakit.
Masa intranatal
Masa nifas
D. Batasan Operasional
1. PONEK
PONEK merupakan singkatan dari Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif.
2. RSSIB
Adalah program pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang merupakan koordinasi
berbagai unit kerja (multi sector) dan di dukung berbagai kegiatan profesi (multi
disiflin dan multi profesi) untuk menyelnggarakan perlindungan ibu dan bayi dalam
satu ruangan.
3. Rujukan
Adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana pelayanan
primer kepada sarana kesehatan sekunder tersier.
4. Rumah Sakit PONEK 24 Jam
Adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan
neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.
5. Rawat Gabung
Adalah pelayanan yang diberikan kepada BBL ditempatkan bersama ibunya dalam
satu ruangan.
6. Inisiasi Menyusui Dini
Adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan
mencari putting susu ibunya sendiri.
7. Perawatan Metode Kanguru
Adalah pelayanan kesehatan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) yang dapat
bernafas spontan.
E. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
2. Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Undang – Undang republic Indonesia No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran.
4. Permenkes No. 1051/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelengaraan
Pelayanan Obstetri neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah
Sakit.
5. Kepmenkes No.604/Menkes/SK/XI/VII/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C, dan Kelas D.
6. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
KUALIFIKASI PENDIDIKAN
NAMA JABATAN
FORMAL NON FORMAL
B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan PONEK dipimpin oleh dokter dan staf yang terdiri dari tenaga medis,
tenaga keperawatan yang berkualitas untuk menjamin dilaksnakannya pelayanan
yang telah ditentukan, yang dpat dijabarkan sebagai berikut :
1. Ketua Tim PONEK adalah spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang
terlatih.
2. Koordinator IGD adalah dokter umum yangbertugas di IGD.
3. Koordinator Poli Kebidanan adalah lulusan D III Kebidanan, masa kerja minimal
3 tahun.
4. Koordinator pelayanan Ruang Bersalin dan Nifas adalah lulusan D III
Kebidanan, masa kerja minimal 3 tahun.
5. Coordinator pelayanan Perinatologi adalah lulusan D III Kebidanan atau
Keperawatan masa kerja 3 tahun.
C. Pengaturan Jaga
Jam dinas :
1. Dinas Pagi :07.00 – 14.00
2. Dinas Siang : 14.00 – 21.00
3. Dinas Malam 21.00 – 07.00
4. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan siap 24 jam menangani kasus
maternal.
5. Dokter spesialis anak siap 24 jam menangani kasus neonatal dan pediatric.
6. Tenaga bidan siap 24 jam melayani kasus maternal neonatal (terjadwal).
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus
dipenuhi hal – hal sebagai berikut :
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman.
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrument dan bahan yang lengkap.
3. Ruang pulih / observasi pasca tindakan.
B. Standar Fasilitas
Penyelenggaraan PONEK 24 jam Rumah Sakit dedy jaya tidak terlepas dari
fasilitas ruangan yang mendukung. Secara umum ruangan tersebut harus
mempunyai pencahayaan yang baik, struktur fisik yang baik dan tentunya
kebersihan yang terjaga. Adapun standar fasilitas yang berhubungan dengan
dengan ruang PONEK adalah sebagai berikut :
1. Area resusitasi dan stabilisasi di ruang Obstetri dan Neonatus/IGD
a. Paling keci;, ruang berukuran 6 meter dan ada di dalam unit perawatan
khusus.
b. Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari kamar gawat
darurat lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan ibu bersalin dan bayi.
c. Tujuan kamar ini ialah : memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi
kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermi, asfiksia dan apabila
perlu menolong darurat serta resusitasi.
d. Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, dan inkubator.
e. Adapun peralatan yang terdapat di ruang PONEK adalah:
2. Monitor 1
3. Tempat tidur bersalin serta tiang infus 1
4. Lampu sorot/lampu darurat 1
5. Suction 1
6. Infant Warmer 1
7. Partus set 1
8. Oksigen central dan tabung 1
9. Vacuum ektraktor 1
2. Kamar Bersalin
a. Lokasi berdekatan dengan kamar operasi.
b. Luas minimal 6 m² per orang. Berarti bagi 1 pasien, 1 penunggu dan 2
penolong diperlukan 4x4m²=16 m².
c. Paling kecil ruangan berukuran 12 m² (6 m² untuk masing – masing
pasien).
d. Harus ada tempat untuk isolasi ibu ditempat terpisah.
e. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
f. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
g. Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada
keharusan melintas pada ruang bersalin.
h. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transport bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
i. Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi : kala 1, kala 2,
da kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala 4 bagi
ibu bersama bayinya secara privasu. Bila tidak memungkinkan, maka
diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala2.
j. Kamar bersalin harus dekat dengan ruangan jaga perawat (nurse station)
agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum
dibawa ke ruang rawat (post partum). Selanjutnya bila diperlukan operasi,
pasien akan dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar
bersalin.
k. Harus ada kamar mandi dan toilet berhubungan dengan kamar bersalin.
l. Ruang post partum harus cukup luas
m. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak tempat tidur minimal 1 m
sampai dengan 2 m antara dinding 1 m.
n. Jumlah tempat tidur per ruangan maksimal 4.
o. Tiap ruangan harusmempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
p. Harus ada fasilitas untu cuci tangan pada tiap ruangan.
q. Ruang perawat (nurse station) berisi meja, telepon, lemariberisi
perlengkapan darurat atau obat.
r. Adapun peralatan yang terdapat di ruang bersalin adalah sebagai berikut :
Peralatan Maternal dan neonatal
3. Ruang Nifas
a. Ruang post partum terdiri dari 2 ruang kelas utama bawah, berkapasitas 1
pasien, 2 ruang kelas utama atas dengan kapasitas 1 pasien, 2 ruang kelas
satu dengan kapasitas 1 pasien, 1 ruang kelas 2 dengan kapasitas masing
– masing 2 pasien dan 1 ruang kelas 3 dengan kapasitas 5 pasien.
b. Pada ruang dengan beberapa tempat tidur, jarak antara tempat tidur 1 m
dan antara dinding 1 m.
c. Tiap ruangan mempunyai jendela dengan pencahayaan yang cukup dan
sirkulasi udara yang cukup.
d. Terdapat fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan dan terdapat satu
kamar mandi pasien.
e. Kamar periksa / diagnostic berisi : tempat tidur pasien/obgyn, kursi, lampu
sorot, troli alat, lemari obat kecil,USG mobile dan troli emergency.
f. Ruang perawat / nurse station terletak ditengah ruang perawatan, berisi :
meja, telepon, lemari berisi perlengkapan darurat/obat, wastafel.
g. Terdapat 1 ruang pojok ASI.
h. Kamar mandi bidan 1 unit, terdapat ruang pantry, ruang spoelhock dan
gudang.
i. Ruang tunggu bagi keluarga pasien : 11 m x 8,25 m, berisi meja dan sofa
dengan fasilitas
4. Ruang Bayi
a. Ruang terdiri dari level II A dan Level II B.
b. Level II A untuk perawatan neonatus dengan kasus non infeksi.
c. Level II B untuk perawatan neonatus dengan kasus infeksius.
d. Masing – masing ruang berkapasitas 5 pasien.
e. Nurse station terletak dalam satu ruang dengan ruang perawatan sehingga
memudahkan dalam pengawasan.terdapat wastafel paada setiap ruangan
dan 1 kamar mandi perawat di ruang level II B.
f. Terdapat ruang pantry dekat dengan ruang neonatus.
g. Adapun pasilitas ruangan Neonatus level II A dan Level II B adalah
sebagaiberikut :
5. Pojok Laktasi
Terdapat ruangan yang berisi meja, kursi, wastafel.
2. Kamar Bedah
a. Kriteria pasien masuk OK
1) Pasien yang akan dilakukan section caesaria baik emergency maupun
elektif.
2) Pasien yang akan dilakukan operasi kehamilan ektopik baik emergency
maupun elektif.
3) Pasien yang akan dilakukan tindakan reposisi uteri pada kaus invesio
uteri.
4) Pasien yang akan dilakukan her hecting pada kasus hematom vulva
laserasi luas, wound disease.
5) Pasien yang akan dilakukan tindakan laparatomi.
6) Pasien yang akan dilakukan tindakan histerektomi.
7) Pasien yang akan dilakukan tindakan curettage dengan resiko tinggi.
3. Kamar Bersalin/Peristi
a. Kriteia pasien yang masuk ke ruang bersalin adalah sebagai berikut.
1) Pasien dengan kasus kehamilan, persalinan maupun nifas yang
memerlukan pengawasan.
2) Pasien dengan kasus ginekologi yang memerlukan pengawasan.
C. Monitoring Pasien
Secara umum kegiatan monitoring pasien dilakukan berdasarkan kebutuhan
seberapa intensifnya pengawasan yang harus dilakukan. Secara umum observasi
keadaan umum, kesadaran, keluhan dan TTV.
1. Sakit ringat
Pada pasien dengan sakit ringan, akan dilakukan pengawasan berkala setiap 4
jam.
2. Sakit sedang
Pada pasien dengan sakit sedang perlu dilakukan pengawasan setiap 2 jam.
3. Sakit berat
Pada pasien dengan sakit berat perlu dilakukan pengawasan setiap 30 menit.
D. Prosedur Medik
1. Persalinan dengan parut uterus
2. Persalinan dengan distensi uterus
3. Penanganan gawat janin dalam persalinan
4. Pelayanan terhadap syok
5. Penanganan ketuban pecah dini
6. Penanganan persalinan macet
7. Induksi dan akselerasi persalinan
8. Vacuum ekstraksi
9. Section caesaria
10. Episiotomi
11. Malpresentasi dan malposisi
12. Distosia bahu
13. Prolapus tali pusat
14. Placenta manual
15. Perbaikan robekan cervik
16. Perbaikan robekan servik dan perineum
17. Kuretage
F. Konsultasi
setiap pasien dan keluarga berhak untuk mendapatkan informasi tentang
kondisi pasien dan juga dan juga berhak menanyakan hal – hal yang tidak
dimengerti oleh dan keluarga dari dokter yang merawat ketika dokter melakukan
tindakan visite atau pada saat dokter datang melakukan tindakan di kamar
bersalin.
G. Indikasi dan Prosedur Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi
Prosedur pada pasien baru wajib dilakukan pemeriksaan darah rutin.
HbSag, B20, sedangkan pemeriksaan yang lain seperti, protein urine sesuai kasus
pasien, ureum creatinin, GDS, CTBT sesuai indikasi.
Sedangkan pemeriksaan radiologi dilakukan pada pasien yang memerlukan
tindakan USG, seperti kehamilan patologis, curiga mioma uteri dan kista uteri.
Sedangkan tindakan thorak dilakukan pada pasien yang akan dilakukan operasi
pada pasien yang dicurigai ada masalah pada paru – paru.
1. Prosedur pemeriksan laboratorium
a. Perawat menulis jenis pemeriksaan yang diperlukan pada lembar laborat
yang ditanda tangani oleh dokter jaga maupun DPJP.
b. Perawat menyiapkan specimen yang akan diperiksa dan dimasukan
kedalam botol pemeriksaan dengan mencantumkan identitas pasien
lengkap, (kecuali pemeriksaan hematology karena petugas laboraturium
yang akan mengambil sendiri).
c. Perawat mengantar formulir dan bahan pemeriksaan ke bagian
laboratorium dengan menggunakan buku ekpedisi.
d. Bila hasil pemeriksaan tidak normal dan membahayakan pasien, petugas
laboratorium segera menginformasikan kepada perawat ruangan.
e. Perawat menerima hasil pemeriksaan laboratorium dan melaporkan
kepada dokter yang merawat untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
f. Untuk pemeriksaan yang dilakukan dilaboratorium luar, bila hasil telah jadi
petugas laboratorium segera memberitahu perawat ruangan.
g. Hasil – hasil pemeriksaan disalin padalembar laboratorium dan ditempel
pada status pasien.
2. Prosedur pemeriksaan radiologi
a. Dokter menulis advis tindakan pemeriksaan pada lembar intruksi dokter
dan formulir permintaan radiologi.
b. Perawat memanggil pasien atau keluarga setelah membaca instruksi
dokter akan dilakukan pemeriksaan radiologi.
c. Jika dilakukan tindakan radiologi yang mahal pastikan keluarga setuju atau
tidak dilakukan tindakan tersebut, serta memberitahu berapa jumlah biaya
tindakan.
d. Perawat member formulir persetujuan tindakan untuk ditandatangani
sekaligus menulis biaya yang akan dibebankan kepada pasien.
e. Perawat mendaftarkan ke radiologi dan menanyakan persiapannya.
f. Pasien dilakukan tindakan radiologi sesuai permintaan.
g. Hasil pemeriksaan radiologi dilaporkan kepada dokter.
H. Pengiriman Pasien
1. Pengiriman ke OK
a. Pasien yang akan dilakukan tindakan operatif
b. Dokter member pejelasan kepada pasien / keluarga jika pasien perlu
tindakan operatif.
c. Perawat meminta informed consent medic operatif dan anastesi
d. Perawat menyerahkan program operasi pada kasus operasi eletif, tetapi
juga pada kasus emergency langsung menelepon OK.
e. Bila pasien memerlukan darah, maka lakukan pemesanan darah dan cross
bila perlu.
f. Perawat memastikan persiapan pasien menggunakan formulir laporan
persiapan pasien.
g. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan DJJ (bila pasien hamil) sebelum
berangkat ke OK.
2. Pengiriman Rujukan
a. Dokter yang merawat menjelaskan kepada pasien / keluarga bahwa pasien
perlu dirujuk ke RS lain.
b. Dokter menulis surat rujukan dan melengkapi catatan medik.
c. Jika pasien / keluarga yang menghendaki pindah ke RS lain, perawat
meminta informed consent kepada pasien dan keluarga.
d. Pastikan pasien menggunakan ambulance dimana ada alat untuk live
saving sesuai dengan KU pasien.
e. Perawat kepala jaga menjelaskan kepada keluarga tentang prosedur
pemakaian ambulance dan jasa perawat pengirim.
f. Perawat kepala jaga menghubungi RS yang akan dituju dan memesan
tempat.
g. Bila keluarga setuju menggunakan ambulance RS Dedy Jaya, perawat
menghubungi bagian informasi untuk menyediakan ambulance yang
dimaksud dengan sarananya.
h. Perawat menyiapkan pasien, sarana prasarana, dokumen – dokumen
pasien dan membawa SPJ perjalanan saat dirujuk.
i. Setelah pasien sudah menyelesaikan administrasi dan menunjukan
kwitansi, perawat mengantar pasien ke RS yang dituju.
j. Perawat melakukan serah terima kepada perawat RS yang dituju.
I. Rekam Medik
Pasien dengan kasus obstetric dan gynekoligi dan pasien neonatus resiko
tinggi yang masuk ke ruang bersalin dan peristi menggunakan Rekam Medik
khusus yaitu status kebidanan dan kandungan, sedangkan neonatus
menggunakan status bayi baru lahir. Secara umum bidan / perawat melakukan
pengkajian pada lembar pengkajian dan menentukan asuhan kebidanan maupun
keperawatan yang akan dilakukan pada pasien. Perawat / bidan akan melakukan
observasi terhadap pasien yang secara lengkap didokumentasikan dalam catatan
perawatan. Dokter mencatat hasil pemeriksaan dan pemberian teraphy pada
lembar instruksi dokter.
Selama pasien dilakukan perawatan, bidan / perawat maupun dokter wajib
melakukan dokumentasi secara lengkap dan ketika pasien pulang, kepala ruang /
PJ wajib melengkapi status dan bila status belum lengkap maka wajib melengkapi
ketika status kembali ke ruangan.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Penanganan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja yang terjadi dari karyawan berangkat dari rumah ke
tempat kerja, kejadian ditempat kerja dan dalam perjalanan dari tempat kerja ke
rumah dengan rute yang sama. Bila terjadi kecelakaan kerja terjadi karyawan yang
bersangkutan/keluarga karyawan/rekan kerja melaporkan kepada unit kerja terkait
untuk seterusnya dilaporkan ke bagian SDM paling lambat dalam waktu 2x24 jam.
Penanganan kecelakaan akibat kerja dilakukan di IGD RS Dedy Jaya. Apabila
kecelakaan terjadi di luar RS maka penanganan dapat dilakukan dipelayanan
kesehatan terdekat.
6. Sepatu
Sepatu ini digunakan untuk melindungi petugas dari paparan cairan tubuh
pasien yang dapat menularkan penyakit. Karena tidak selalu tubuh petugas
dalam kondisi yang prima, adakalanya petugas memiliki luka yang dapat
menjadi media penularan penyakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan
berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pengembangan mutu di unit pelayanan PONEK meliputi
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK) ini
disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan di RUMAH Sakit Dedy Jaya
Brebes. Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat mengurangi kekeliruan dan
kesalahan kerja di setiap instalasi pelayanan yang sangat potensial terjadi apabila
pelayanan keperawatan diberikan tidak mengikuti pedoman yang berlaku. Staf pelayanan
dalam hal ini sangat memegang peranan penting dan strategis untuk menentukan
keberhasilan pelayanan yang diberikan kepada pasien di setiap instalasi. Untuk itu
pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi petugas jaga di Rumah Sakit Dedy
Jaya Brebes dalam memberikan Pelayanan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK).