Anda di halaman 1dari 17

Materi 5 : Menganalisis Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari modul ini siswa diharapkan mampu memahami:

1. Proses Kerja Prototype

2. Bentuk Prototype

3. Proses Pembuatan Prototype

4. Alat Perancangan Sistem

B. Uraian Materi

Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis
produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk
pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk
memuaskan kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alphaprototype ada juga yang disebut
beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak
rakit dengan proses akhir ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji
untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.

1. Proses Kerja Prototype

a. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan


kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan
aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.

b. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat
pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan menemukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji
parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.

c. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnyaworking model namun mengalami
perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat
kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada
tahapan produksi.

d. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan
rancangan sistem produksi.
e. Prototipe (production prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk
menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat
menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.

f. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada
tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun
peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.

g. Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki
pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung
jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan
konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.

h. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–like–models). Secara
jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau
diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun
lingkungan user.

i. Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai
menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan menyamakannya
dengan produk akhir.

2. Bentuk Prototype

Berdasarkan karakteristiknya prototipe sebuah sistem dapat berupa low fidelity dan high fidelity. Fidelity
mengacu kepada tingkat kerincian sebuah sistem (Walker et al, 2003). Low fidelity prototype tidak
terlalu rinci menggambarkan sistem. Karakteristik dari low fidelity prototype adalah mempunyai fungsi
atau interaksi yang terbatas, lebih menggambarkan kosep perancangan dan layout dibandingkan dengan
model interaksi, tidak memperlihatkan secara rinci operasional sistem, mendemostrasikan secara umum
feel and look dari antarmuka pengguna dan hanya menggambarkan konsep pendekatan secara umum
(Walker et al, 2003).

Prototipe ini mempunyai interaksi penuh dengan pengguna dimana pengguna dapat memasukkan data
dan berinteraksi dengan dengan sistem, mewakili fungsi-fungsi inti sehingga dapat mensimulasikan
sebagian besar fungsi dari sistem akhir dan mempunyai penampilan yang sangat mirip dengan produk
sebenarnya (Walker et al, 2003).

Fitur yang akan diimplementasikan pada prototipe sistem dapat dibatasi dengan teknik vertikal atau
horizontal. Vertical prototype mengandung fungsi yang detail tetapi hanya untuk beberapa fitur terpilih,
tidak pada keseluruhan fitur sistem. Horizontal prototype mencakup seluruh fitur antarmuka pengguna
namun tanpa fungsi pokok hanya berupa simulasi dan belum dapat digunakan untuk melakukan
pekerjaan yang sebenarnya (Walker et al, 2003).

3. Proses Pembuatan Prototype


Proses pembuatan prototipe merupakan proses yang interaktif dan berulang-ulang yang
menggabungkan langkah-langkah siklus pengembangan tradisional. Prototipe dievaluasi beberapa kali
sebelum pemakai akhir menyatakan protipe tersebut diterima. Gambar di bawah ini mengilustrasikan
proses pembuatan prototipe :

Langkah-Langkah Prototyping

a. Analisis Kebutuhan Sistem

Pembangunan sistem informasi memerlukan penyelidikan dan analisis mengenai alasan timbulnya ide
atau gagasan untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi. Analisis dilakukan untuk
melihat berbagai komponen yang dipakai sistem yang sedang berjalan meliputi hardware, software,
jaringan dan sumber daya manusia.

Analisis juga mendokumentasikan aktivitas sistem informasi meliputi input, pemrosesan, output,
penyimpanan dan pengendalian (O'Brien, 2005). Selanjutnya melakukan studi kelayakan (feasibility
study) untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan pemakai akhir, kebutuhan sumber daya, biaya,
manfaat dan kelayakan proyek yang diusulkan (Mulyanto, 2009).

Analisis kebutuhan sistem sebagai bagian dari studi awal bertujuan mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan spesifik sistem. Kebutuhan spesifik sistem adalah spesifikasi mengenai hal-hal yang akan
dilakukan sistem ketika diimplementasikan (Mulyanto, 2009).

Analisis kebutuhan sistem harus mendefinisikan kebutuhan sistem yang spesifik antara lain :

1) Masukan yang diperlukan sistem (input)

2) Keluaran yang dihasilkan (output)

3) Operasi-operasi yang dilakukan (proses)

4) Sumber data yang ditangani

5) Pengendalian (kontrol)

Spesifikasi Kebutuhan Sistem

Tahap analisis kebutuhan sistem memerlukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan sistem dengan
mendefinisikan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh sistem tersebut kemudian menentukan
kriteria yang harus dipenuhi sistem.

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi adalah pencapaian tujuan, kecepatan, biaya, kualitas informasi
yang dihasilkan, efisiensi dan produktivitas, ketelitian dan validitas dan kehandalan atau reliabilitas
(Mulyanto, 2009).

b. Desain Sistem
Analisis sistem (system analysis) mendeskripsikan apa yang harus dilakukan sistem untuk memenuhi
kebutuhan informasi pemakai.

Desain sistem (system design) menentukan bagaimana sistem akan memenuhi tujuan tersebut. Desain
sistem terdiri dari aktivitas desain yang menghasilkan spesifikasi fungsional.

Desain sistem dapat dipandang sebagai desain interface, data dan proses dengan tujuan menghasilkan
spesifikasi yang sesuai dengan produk dan metode interface pemakai, struktur database serta
pemrosesan dan prosedur pengendalian (Ioanna et al., 2007).

Desain sistem akan menghasilkan paket software prototipe, produk yang baik sebaiknya mencakup tujuh
bagian :

1) Fitur menu yang cepat dan mudah.

2) Tampilan input dan output.

3) Laporan yang mudah dicetak.

4) Data dictionary yang menyimpan informasi pada setiap field termasuk panjang field, pengeditan
dalam setiap laporan dan format field yang digunakan.

5) Database dengan format dan kunci record yang optimal.

6) Menampilkan query online secara tepat ke data yang tersimpan pada database.

7) Struktur yang sederhana dengan bahasa pemrograman yang mengizinkan pemakai melakukan
pemrosesan khusus, waktu kejadian, prosedur otomatis dan lain-lain.

c. Pengujian Sistem

Paket software prototipe diuji, diimplementasikan, dievaluasi dan dimodifikasi berulang-ulang hingga
dapat diterima pemakainya (O'Brien, 2005). Pengujian sistem bertujuan menemukan kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada sistem dan melakukan revisi sistem.

Tahap ini penting untuk memastikan bahwa sistem bebas dari kesalahan (Mulyanto, 2009).

Menurut Sommerville (2001) pengujian sistem terdiri dari :

1) Pengujian unit untuk menguji komponen individual secara independen tanpa komponen sistem
yang lain untuk menjamin sistem operasi yang benar.

2) Pengujian modul yang terdiri dari komponen yang saling berhubungan.

3) Pengujian sub sistem yang terdiri dari beberapa modul yang telah diintegrasikan.

4) Pengujian sistem untuk menemukan kesalahan yang diakibatkan dari interaksi antara subsistem
dengan interfacenya serta memvalidasi persyaratan fungsional dan non fungsional.
5) Pengujian penerimaan dengan data yang dientry oleh pemakai dan bukan uji data simulasi.

6) Dokumentasi berupa pencatatan terhadap setiap langkah pekerjaan dari awal sampai akhir
pembuatan program.

Pengujian sistem informasi berbasis web dapat menggunakan teknik dan metode pengujian perangkat
lunak tradisional. Pengujian aplikasi web meliputi pengujian tautan, pengujian browser, pengujian
usabilitas, pengujian muatan, tegangan dan pengujian malar (Simarmata, 2009).

Penerimaan pengguna (user) terhadap sistem dapat dievaluasi dengan mengukur kepuasan user
terhadap sistem yang diujikan. Pengukuran kepuasan meliputi tampilan sistem, kesesuaian dengan
kebutuhan user, kecepatan dan ketepatan sistem untuk menghasilkan informasi yang diinginkan user.
Ada beberapa model pengukuran kepuasan user terhadap sistem, diantaranya adalah Technology
Acceptance Model (TAM), End User Computing (EUC) Satisfaction, Task Technology Fit (TTF) Analysis dan
Human Organizational Technology (HOT) Fit Model.

Salah satu model pengukuran yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa berbeda dan tidak
menunjukkan perbedaan hasil pengukuran yang signifikan adalah End User Computing (EUC)
Satisfaction. Model ini menekankan kepuasan user terhadap aspek teknologi meliputi aspek isi,
keakuratan, format, waktu dan kemudahan penggunaan sistem (Chin & Mathew, 2000).

d. Implementasi

Setelah prototipe diterima maka pada tahap ini merupakan implementasi sistem yang siap dioperasikan
dan selanjutnya terjadi proses pembelajaran terhadap sistem baru dan membandingkannya dengan
sistem lama, evaluasi secara teknis dan operasional serta interaksi pengguna, sistem dan teknologi
informasi.

4. Alat Perancangan Sistem

Perancangan sistem membutuhkan peralatan berupa alat alat perancangan proses dan alat
perancangan data. Alat perancangan proses terdiri dari diagram aliran data dan diagram arus sistem.
Sedangkan alat perancangan data terdiri dari diagram relasi entitas (entity relationship) dan kamus data
(data dictionary).

a. Diagram Aliran Data

Diagram aliran data (data flow diagram/DFD) adalah sebuah alat dokumentasi grafik yang menggunakan
simbol-simbol untuk menjelaskan sebuah proses. Diagram ini menunjukkan aliran proses seluruh sistem
kepada pemakai dan dapat diatur detailnya sesuai dengan kemampuan pemahaman pemakai.

DFD terdiri dari tiga elemen yaitu lingkungan, pemrosesan, aliran data dan penyimpanan data. Salah
satu keuntungan menggunakan DFD adalah memudahkan pemakai yang kurang menguasai bidang
komputer untuk mengerti sistem yang sedang akan dikerjakan (Ladjamudin, 2005).

b. Diagram Arus Sistem


Diagram arus sistem (Sistem Flow chart) adalah peralatan yang digunakan untuk menggambarkan proses
sistem secara rinci untuk menggambarkan aliran sistem informasi dan diagram arus sistem untuk
menggambarkan aliran program (Ladjamudin, 2005).

c. Diagram Relasi Entitas

Diagram relasi entitas menunjukkan antar entitas satu dengan yang lain dan bentuk hubungannya
sehingga data tergabung dalam satu kesatuan yang terintegrasi (Ladjamudin, 2005).

d. Kamus Data

Kamus data adalah penjelasan tertulis lengkap dari data yang diisikan ke dalam database (Ladjamudin,
2005).

C. Petunjuk Praktikum

1. Judul : Menganalisis Proses Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa

2. Tugas Masalah

a. Melakukan analisis urutan pembuatan prototype barang/jasa yang sudah ditemukan pada
praktikum sebelumnya (Materi 4).

b. Melakukan temuan baru dengan penambahan komponen baru atau fungsi baru sehingga
barang/jasa yang dianalisis memiliki beda dengan barang sebelumnya.

3. Prinsip Teori

a. Pembuatan Prototype Produk Barang dapat menggunakan print 3D atau desain software 3D.

b. Pada pembuatan produk Jasa bisa menggunakan model Sketup atau Morkup, story board, atau
rancangan media.

4. Kegiatan Praktikum

a. Siswa yang memiliki ide membuat prototype produk barang, lakukan rancangan proses kerja berupa
proposal pembuatan prototype tersebut.

b. Siswa yang memiliki ide membuat prototype produk jasa, lakukan rancangan proses kerja
pelayanan jasa tersebut.

c. Siswa yang memiliki ide membuat prototype berupa software atau kerja produk
computer/multimedia, lakukan pembuatan rancangan proses kerja antarmuka/storyboard dan scenario.

5. Pembimbingan: konsultasikan semua perencanaan dengan guru pembimbing masing masing

6. Diakhir praktikum dilakukan test


PENGERTIAN BIAYA

Untuk memahami arti biaya, seseorang harus memahami proses yang digunakan dalam menentukan
biaya. Memperbaiki penentuan biaya akan merupakan faktor kunci dalam pengembangan dalam bidang
manajemen biaya.

Biaya

Biaya adalah kas atau nilai yang setara kas yang dikorbankan untuk produk yang diharapkan dapat
membawa keuntungan masa kini dan masa yang akan datang bagi organisasi. Disebut “setara dengan
kas” karena asset non-kas dapat ditukar dengan produk yang diinginkan. Biaya dikeluarkan untuk
menghasilkan manfaat dalam bentuk pendapatan di masa kini maupun di masa datang. Dengan
demikian biaya digunakan untuk menghasilkan manfaat pendapatan disebut beban. Oleh karenanya
Setiap periode, beban tersebut dikurangkan dari pendapatan pada laporan Laba Rugi. Kerugian adalah
biaya yang kedaluarsa tanpa menghasilkan manfaat pendapatan pada satu periode. Misalnya Persediaan
yang rusak akibat kebakaran dan tidak diasuransikan dapat diklasifikasikan sebagai kerugian dalam
Laporan Laba Rugi. Sementara Biaya yang tidak kedaluarsa dalam suatu periode tertentu dikelompokkan
sebagai aktiva dan muncul pada Neraca. Misalnya Mesin dan komputer adalah contoh aktiva yang
berumur lebih dari satu periode. Prinsip utama dalam pembedaan antara biaya sebagai beban atau
sebagai aktiva adalah soal penentuan waktu, yakni apakah biaya tersebut digunakan dalam satu periode
atau lebih dari satu periode.

Obyek Biaya

Obyek biaya adalah segala hal seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, kegiatan dan yang lain
dimana biaya-biaya diukur dan dibebankan. Misalnya, bila ingin menentukan berapa biaya untuk
membuat pisang goreng, maka obyek biaya adalah pisang goreng. Bila ingin menentukan biaya operasi
sebuah program studi dalam sebuah Universitas maka obyek biaya adalah program studi. Bila tujuannya
adalah menentukan biaya proyek pengembangan produk maka obyek biaya adalah proyek
pengembangan produk baru.

Kegiatan
Kegiatan adalah suatu unit dasar dari kerja yang dilakukan dalam suatu organisasi. Definisi lain dari
kegiatan adalah keseluruhan tindakan dalam organisasi yang berguna bagi manajer untuk maksud
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Pada masa sekarang, kegiatan telah menjadi
isu utama sebagai obyek biaya yang penting.. Kegiatan memainkan peran penting dalam proses
pembebanan biaya pada obyek biaya yang lain. Contoh kegiatan yang semacam itu antara lain
memelihara peralatan, merancang produk, menagih pelanggan dll. Kegiatan dijelaskan oleh kata kerja
tindakan dan obyek yang menerima tindakan. Misal kegiatan merancang produk maka kata kerja
tindakannya adalah ”merancang” dan obyek yang menerima adalah ”produk”.

BIAYA PRODUK BERWUJUD DAN JASA

Keluaran organisasi setidaknya ada satu dari dua jenis yang mewakili obyek biaya, yakni produk
berwujud dan jasa. Produk berwujud adalah barang yang diproduksi dengan mengubah bahan baku
melalui penggunaan bahan, tenaga kerja dan masukan lain. Organisasi yang memproduksi produk
berwujud disebut organisasi pemanufakturan. Jasa adalah tugas atau kegiatan yang dilakukan untuk
pelanggan atau kegiatan yang dilakukan pelanggan dengan menggunakan produk atau fasilitas
organisasi. Jasa juga diproduksi dengan menggunakan bahan baku, tenaga kerja dan masukan lain.
Organisasi yang memproduksi barang tak berwujud disebut organisasi jasa.

Ada tiga dimensi perbedaan antara produk berwujud dan jasa, yakni:

Tidak berwujud artinya bahwa pembeli jasa tidak dapat melihat, merasakan, mendengar, atau mencicipi
jasa sebelum dibeli. Hal sebaliknya adalah produk berwujud.

Tidak tahan lama. Tidak tahan lama berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan.

Tidak terpisahkan. Artinya, produsen jasa dan pembeli jasa biasanya harus berada dalam hubungan
langsung agar terjadi pertukaran. Akibatnya jasa sering kali tidak dapat dipisahkan dari produsennya.
Berikut aspek Barang dan Jasa dalam kaitannya dengan manajemen biaya.

Aspek Sifat Tujuan Dampak Pada Akuntansi Manajemen

Ketidakberwujudan

Jasa tidak dapat disimpan

Tidak ada perlindungan hak paten

Tidak dapat menampilkan atau mengkomunikasikan jasa

Harga sulit ditetapkan

Tidak ada persediaan

Tuntutan terhadap pembebanan biaya yang akurat

Kode etik yang ketat

Perishability

Manfaat jasa cepat kedaluarsa

Jasa sering kali berulang untuk satu pelanggan

Memerlukan standard dan konsistensi mutu yang tinggi

Inseparibility

Pelanggan terlibat langsung pada produksi jasa

Produksi massal jasa yang tersentralisasi sulit dilakukan

Biaya ditentukan sesuai dengan jenis pelanggan

Menuntut pengukuran dan pengendalian mutu untuk mempertahankan konsistensi

Heterogenitas Dimungkinkan variasi yang luas pada produk jasa


Pengukuran produktivitas dan mutu serta pengendalian harus dilakukan terus menerus

Manajemen mutu total adalah penting

Baik organisasi yang memproduksi produk berwujud maupun yang tidak berwujud berkepentingan
untuk mengetahui berapa biaya produk per unit untuk sejumlah kepentingan misalnya penetapan harga,
desain produk dll.

Biaya Produk

Biaya produk adalah pembebanan biaya yang memenuhi tujuan manajerial yang telah ditetapkan.
Dengan demikian biaya produk bergantung pada tujuan manajerial yang hendak dicapai. Artinya biaya
yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Misalnya metode pembebanan biaya alokasi untuk tujuan
pelaporan keuangan, sedang metode penelusuran langsung dan penelusuran pendorong/ penggerak
ditujukan untuk menyediakan pembebanan biaya produk individu yang akurat yang diperlukan untuk
perencanaan manajerial dan pengambilan keputusan. Yang perlu diingat adalah bahwa penggunaan
perhitungan harga pokok yang lebih banyak dari yang diperlukan akan dapat menimbulkan kebingungan
terutama bagi manajer non-keuangan dan dapat mengurangi kredibilitas sistem informasi manajemen
biaya.

BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA NON PRODUKSI

Salah satu tujuan utama sistem manajemen biaya adalah perhitungan harga pokok produk untuk
kepentingan pelaporan keuangan eksternal. Oleh karenanya, kesepakatan eksternal mengharuskan
biaya diklasifikasikan berdasarkan funsionalnya yakni biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya
produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang atau penyediaan jasa. Biaya non
produksi adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi penjualan dan administrasi. Untuk produksi
barang berwujud, biaya produksi dan biaya non produksi sering mengacu pada istilah biaya manufaktur
dan biaya non manufaktur.

Biaya Produksi

Biaya produksi selanjutnya diklasifikasikan menjadi tiga elemen yakni biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Tiga elemen biaya tersebut lah yang dapat dibebankan pada
produk untuk kepentingan laporan keuangan eksternal.

Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya Bahan Baku Langsung adalah biaya bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang dan jasa yang
dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan kategori ini dapat secara langsung dikenakan pada produk karena
pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap produk..
Contoh Bahan baku langsung antara lain. Tepung terigu pada roti, pisang pada pisang goreng. Kain kafan
untuk jasa penguburan, kawat untuk koreksi gigi, dll.

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau
penyediaan jasa yang dihasilkan. Pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah tenaga
kerja yang digunakan untuk memproduksi barang berwujud atau penyediaan jasa.. Contoh dari tenaga
kerja langsung ini misalnya, juru masak pada rumah makan, juru parkir pada pelayanan parkir, teller
pada bank, sopir pada transjogja dll.
Biaya Overhead

Biaya Overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Banyak masukan yang diperlukan untuk memproduksi barang atau penyediaan jasa selain bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung. Perlu diingat dari komponen biaya tenaga kerja langsung, hanya
biaya lembur yang dikategorikan dalam biaya overhead.

Biaya Non Produksi

Biaya Penjualan dan Administrasi

Biaya Penjualan adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan dan mendistribusikan barang
atau ajasa. Biaya tersebut sering mengacu pada biaya mendapatkan pesanan/ pelanggan dan memenuhi
pesanan/ pelanggan. Misalnya gaji tenaga penjual, iklan, pergudangan, pelayanan, pengiriman dll. Biaya
Administrasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan administrasi umum organisasi yang tidak
dapat diestimasi secara tepat baik untuk pemasaran ataupun produksi. Contoh biaya administrasi
adalah gaji manajemen puncak, biaya administrasi, pencetakan laporan tahunan, akuntansi umum,
penelitian dan pengembangan dll. Biaya Penjualan/ pemasaran dan Administrasi adalah biaya yang tidak
dapat disimpan atau disebut biaya periode. Biaya periode yang tidak dapat disimpan dibebankan pada
periode dimana biaya tersebut terjadi. Oleh karena itu tidak satupun dari biaya ini tampak sebagai
persediaan yang dilaporkan pada nareca.
BIAYA UTAMA DAN KONVERSI

Biaya utama adalah penjumlahan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedang
biaya konversi adalah penjumlahan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Untuk perusahaan
manufaktur biaya konversi diartikan sebagai biaya mengubah bahan baku menjadi produk akhir.
(Hendra Poerwanto G)

ANALISA BIAYA PRODUKSI

Sebagai seorang Enterpleneur haruslah tau cara menghitung biaya produksi untuk mengetahui laba/ rugi
suatu perusahaan (usaha yang dilakukan), roda produksi perusahaan setiap harinya memproduksi
barang dan jasa yang dinikmati konsumen. Semua perusahaan mulai dari perusahaan raksasa
multinasional hingga kepedagang kaki lima mengeluarkan biaya agar bisa menyediakan barang dan jasa
yang dapat dimanfaatkan konsumen. Biaya peluang (opportunity cost) adalah pengorbanan yang
dilakukan seseorang karena mengambil sebuah pilihan.

Biaya tetap (FC)

Biaya yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output berubah. Biaya ini akan tetap ada walaupun
perusahaan tidak melakukan produksi. Yang termasuk biaya ini Sewa ruangan took, gaji pegawai, dan
penyusutan mesin-mesin.

Biaya Variable (VC)

Merupakan biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi berubah. Yang
tergolong biaya variable adalah biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk
prosuksi.
Biaya Total (TC)

Merupakan seluruh biaya atau pengeluaran yang dibayar perusahaan untuk membeli berbagai input
(barang atau jasa) untuk keperluan produksi.

RUMUS :

BIAYA TOTAL = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABLE

TC = FC + VC

NB :

Biaya tetap : Berapapun jumlah barang yang diproduksi, jumlah biaya tetap sama.

Biaya Variable : Jumlah biaya berubah-ubah besarnya tergantung pada kualitas produksi.

Contoh Kasus Menghitung Harga Pokok Produksi:

CV GM memproduksi 2 (dua) macam barang yakni barang A dan B. Dari Budget Produksi, diperoleh data
tentang rencana produksi sebagai berikut:
Terdapat 2 (dua) bagian produksi, yakni bagian produksi I, dan II, serta I (satu) bagian jasa /pembantu,
yakni bagian Reparasi. Bagian Produksi I hanya dilalui oleh barang A, sedangkan bagian Produksi II dilalui
oleh kedua macam barang (A dan B). Satuan kegiatan masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

Angka standar pada bagian Reparasi:

Biaya overhead yang akan timbul pada masing-masing bagian diperkirakan sebagai berikut:

Dari anggaran bahan mentah diperoleh data tentang rencana biaya bahan mentah untuk masing-masing
jenis barang sebagai berikut:

Sedangkan dari Anggaran biaya tenaga kerja diperoleh data tertentu rencana biaya tenaga kerja
langsung untuk masing-masing jenis barang sebagai berikut:
Dengan data-data yang tersedia di atas hitunglah harga pokok produksi (cost of goods manufactured)
masing-masing barang!

JAWAB!

Langkah 1. Menghitung Tingkat Kegiatan

Terlebih dahulu dihitung tingkat kegiatan masing-masing bagian (baik bagian produksi maupun bagian
jasa/pembantu) sebagai berikut:

tingkat kegiatan masing-masing bagian adalah:

Bagian Produksi I = 7.000 unit barang A

Bagian Produksi II = 40.000 DMH

Bagian Reparasi = 4.200 DRH

Dengan demikian dapat ditabulasikan sbb:

Langkah 2: Menghitung Tarif BOP

Setelah itu kemudian diadakan perhitungan tarif biaya overhead (overhead rate) bagi masing-masing
bagian produksi sebagai berikut:
Keterangan:

1) Rp 28.000,00 / 7.000 unit = Rp 4,00 per unit

2) Rp20.000,00 / 40.000 DMH = Rp 0,50 per DMH

Tingkat kegiatan dalam suatu perusahaan harus dinyatakan dalam satuan kegiatan (activity base),
misalnya :

Jam mesin langsung (Direct machine hour/ DMH)

Jam Kerja Langsung (Direct labor hour/ DLH)

Jam Reparasi Langsung (Direct Repair Hour/ DRH)

Kilo Watt per Jam (Kilo Watt per hour)

Anda mungkin juga menyukai