Prototipe memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai tentang cara sistem
dalam bentuk lengkapnya. Proses menghasilkan sebuah prototipe disebut
Prototyping.
1. Menghasilkan syarat yang lebih baik dari produksi yang dihasilkan oleh metode
‘spesifikasi tulisan’.
2. User dapat mempertimbangkan sedikit perubahan selama masih bentuk prototipe.
3. Memberikan hasil yang lebih akurat dari pada perkiraan sebelumnya, karena fungsi
yang diinginkan dan kerumitannya sudah dapat diketahui dengan baik.
4. User merasa puas. Pertama, user dapat mengenal melalui komputer. Dengan
melakukan prototipe (dengan analisis yang sudah ada), user belajar mengenai
komputer dan aplikasi yang akan dibuatkan untuknya. Kedua, user terlibat langsung
dari awal dan memotivasi semangat untuk mendukung analisis selama proyek
berlangsung.
Prototyping perangkat lunak (software prototyping) atau siklus hidup menggunakan
protoyping (life cycle using prototyping) adalah salah satu metode siklus hidup sistem yang
didasarkan pada konsep model bekerja (working model).[1] Tujuannya adalah
mengembangkan model menjadi sistem final. Artinya sistem akan dikembangkan lebih cepat
daripada metode tradisional dan biayanya menjadi lebih rendah.[1] Ada banyak cara untuk
memprotoyping, begitu pula dengan penggunaannya.[1] Ciri khas dari metodologi adalah
pengembang sistem (system developer), klien, dan pengguna dapat melihat dan melakukan
eksperimen dengan bagian dari sistem komputer dari sejak awal proses pengembangan.[1]
Dengan prototype yang terbuka, model sebuah sistem (atau bagiannya) dikembangkan secara
cepat dan dipoles dalam diskusi yang berkali-kali dengan klien.[1] Model tersebut
menunjukkan kepada klien apa yang akan dilakukan oleh sistem, namun tidak didukung oleh
rancangan desain struktur yang mendetil.[1] Pada saat perancang dan klien melakukan
percobaan dengan berbagai ide pada suatu model dan setuju dengan desain final, rancangan
yang sesungguhnya dibuat tepat seperti model dengan kualitas yang lebih bagus.[1]
Salah satu hal terpenting mengenai metodologi ini, cepat atau lambat akan disingkirkan dan
hanya digunakan untuk tujuan dokumentasi.[1] Kelemahannya adalah metode ini tidak
memiliki analisis dan rancangan yang mendalam yang merupakan hal penting bagi sistem
yang sudah kokoh, terpercaya dan bisa dikelola.[1] Jika seorang pengembang memutuskan
untuk membangun jenis prototipe ini, penting untuk memutuskan kapan dan bagaimana ia
akan disingkirkan dan selanjutnya menjamin bahwa hal tersebut telah diselesaikan tepat pada
waktunya.[1]
Tahap
Setelah kebutuhan awal disetujui, lalu dianalisis dan dibagi menjadi area-area berbeda untuk
menyediakan basis bagi prototipe awal dari berbagai bagian yang berbeda dari sistem; setiap
prototipe didemonstrasikan kepada klien dan dipoles untuk memasukkan kebutuhan lebih
banyak dan modifikasi.[1] Siklus demonstrasi dan pemolesan berlanjut sampai klien dan
pengembang merasa puas. Proses ini dilaksanakan untuk setiap bagian sistem.[1] Prototipe
final diintegrasikan dan sistem lengkap diuji dan akhirnya diserahkan kepada klien.[1]
Metode Prototyping sebagai suatu paradigma baru dalam metode pengembangan perangkat lunak
dimana metode ini tidak hanya sekedar evolusi dalam dunia pengembangan perangkat lunak tetapi
juga merevolusi mwtode pengembangan perangkat lunak yang lama yaitu sistem sekuensial yang
biasa dikenal dengan nama SDLC. Metode Prototype merupakan metode pengembangan perangkat
lunak yang memodelkan dari sistem kerja suatu perangkat lunak yang belum lengkap dari pihak
user. Para pengembang perangkat lunak melakukan koordinasi dan pertemuan-pertemuan yang
secara intensif dengan user guna menampung informasi yang akan dijadikan dasar dalam
perancangan perangkat lunak. Prototype dari perangkat lunak yang dihasilkan kemudian
dipresentasikan kepada dan user diberikan kesempatan untuk memberikan masukan masukan
sehingga perangkat lunak yang dihasilkan nantinya betul-betul sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan user.
Perubahan dan presentasi prototype ini dapat dilakukan berkali-kali sampai dicapai kesepakatan
bentuk perangkat lunak yang akan dipakai
secara ideal prototype berfungsi sebagai sebuah mekanisme untuk mengidentifikasi kebutuhan
perangkat lunak. Bila prototype yang sedang bekerja dibangun, pengembang harus menggunakan
fragmen-fragmen program yang ada atau mengaplikasikan alat-alat bantu (contoh: window
manager, dsb) yang memungkinkan program yang bekerja agar dimunculkan secara cepat.
1. Pelanggan yang melihat working version dari model yang dimintanya tidak menyadari,
bahwa mungkin saja prototype dibuat terburu-buru dan rancangan tidak tersusun dengan
baik
2. Pengembang kadang-kadang membuat implementasi sembarang, karena ingin working
version bekerja dengan cepat.
Metode pengembangan perangkat lunak model prototype dirancang agar dapat menerima
perubahan-perubahan dalam rangka menyempurnakan protitype yang sudah ada sehingga pada
akhirnya dapat menghasilkan perangkat lunak yang dapat diterima dan perubahan-perubahan yang
terjadi dapat dianggap merupakan bagian dari proses pengembangan itu sendiri
artikel berikutnya akan saya jelaskan mengenai metode pengembangan perangkat lunak model
RAD.