Anda di halaman 1dari 8

 Metode pengembangan perangkat lunak atau system merupakan teknik yang digunakan dalam

membuat system/perangkat lunak atau biasa disebut software development life cycle (sdlc).
 Dalam sdlc terdapat beberapa model umum yang umum digunakan :

Metode Waterfall merupakan pendekatan SDLC paling awal yang digunakan untuk pengembangan
perangkat lunak. Urutan dalam Metode Waterfall bersifat serial yang dimulai dari proses
perencanaan, analisa, desain, dan implementasi pada sistem.
Metode ini dilakukan dengan pendekatan yang sistematis, mulai dari tahap kebutuhan sistem lalu
menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing/verification, dan maintenance. Langkah demi
langkah yang dilalui harus diselesaikan satu per satu (tidak dapat meloncat ke tahap berikutnya)
dan berjalan secara berurutan, oleh karena itu di sebut waterfall (Air Terjun).

Ian Sommerville (2011) menjelaskan bahwa ada lima tahapan pada Metode Waterfall, yakni
Requirements Analysis and Definition, Sytem and Software Design, Implementation and Unit
Testing, Integration and System Testing, dan Operationa and Maintenance.

Sedangkan menurut Pressman langkah-langkah dalam Metode Waterfall dimuai dari Requirement,
Design, Implementation, Verification, dan Mintenance.

 Tahapan dalam melakukan metode waterfall


- Requirement Analysis
Sebelum melakukan pengembangan perangkat lunak, seorang pengembang harus mengetahui
dan memahami bagaimana informasi kebutuhan penggguna terhadap sebuah perangkat lunak.
Metode pengumpulan informasi ini dapat diperoleh dengan berbagai macam cara diantaranya,
diskusi, observasi, survei, wawancara, dan sebagainya. Informasi yang diperoleh kemudian
diolah dan dianalisa sehingga didapatkan data atau informasi yang lengkap mengenai
spesifikasi kebutuhan pengguna akan perangkat lunak yang akan dikembangkan.
- System and Software Design
Informasi mengenai spesifikasi kebutuhan dari tahap Requirement Analysis selanjutnya di
analisa pada tahap ini untuk kemudian diimplementasikan pada desain pengembangan.
Perancangan desain dilakukan dengan tujuan membantu memberikan gambaran lengkap
mengenai apa yang harus dikerjakan. Tahap ini juga akan membantu pengembang untuk
menyiapkan kebutuhan hardware dalam pembuatan arsitektur sistem perangkat lunak yang
akan dibuat secara keseluruhan.
- Implementation and Unit Testing
Tahap implementation and unit testing merupakan tahap pemrograman. Pembuatan
perangkat lunak dibagi menjadi modul-modul kecil yang nantinya akan digabungkan dalam
tahap berikutnya. Disamping itu, pada fase ini juga dilakukan pengujian dan pemeriksaan
terhadap fungsionalitas modul yang sudah dibuat, apakah sudah memenuhi kriteria yang
diinginkan atau belum.
- Integration and System Testing
Setelah seluruh unit atau modul yang dikembangkan dan diuji di tahap implementasi
selanjutnya diintegrasikan dalam sistem secara keseluruhan. Setelah proses integrasi
selesai, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan pengujian sistem secara keseluruhan untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya kegagalan dan kesalahan sistem.
- Operation and Maintenance
Pada tahap terakhir dalam Metode Waterfall, perangkat lunak yang sudah jadi dioperasikan
pengguna dan dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan memungkinkan pengembang untuk
melakukan perbaikan atas kesalahan yang tidak terdeteksi pada tahap-tahap sebelumnya.
Pemeliharaan meliputi perbaikan kesalaha, perabikan implementasi unit sistem, dan
peningkatan dan penyesuaian sistem sesuai dengan kebutuhan.

 Pengertian

Prototype bisa diartikan sebagai contoh atau model awal yang diciptakan guna melakukan uji coba
konsep yang telah diperkenalkan sebelumnya.

Pembuatan prototype adalah langkah yang dilakukan setelah menemukan ide untuk pembuatan
produk baru. Prototype hanya bersifat uji coba, bukan final. Jadi, produk prototype tidak akan
diedarkan atau dipublikasikan langsung kepada end user nantinya.

Arti prototype sendiri adalah gambaran awal untuk sebuah produk yang tengah dikembangkan.
Perancangannya sangat penting dan sangat disarankan sebelum kamu benar-benar
mengembangkan produk aslinya.
 Tujuan

Perancangan prototype memiliki tujuan untuk mengembangkan rancangan atau model produk
sampai menjadi produk final yang bisa memenuhi kebutuhan serta keinginan user. Dalam proses
product development dan perancangan prototype, pengguna juga bisa dilibatkan.

Jadi, pengguna akhir atau end user ini nantinya turut mengevaluasi prototype serta memberikan
feedback atau umpan balik. Adapun feedback dari pengguna tersebut nantinya dipakai untuk acuan
dalam pengembangan produk lebih lanjut.

 Manfaat

1. Mendapat gambaran nyata

2. Tahu kebutuhan konsumen

3. Mengembangkan produk baru

4. Bahan untuk presentasi

5. Menghemat biaya

 Contoh prototype

1. High Fidelity Prototype

Contoh yang pertama adalah high fidelity prototype. Tampilan dari prototype yang satu ini sangat
mendekati produk aslinya. Biasanya, prototype jenis ini digunakan dalam pengembangan aplikasi
atau website. Ada banyak tools di internet yang bisa kamu pakai untuk membuatnya.

2. Low Fidelity Prototype

Low fidelity prototype adalah sketsa dari produk yang akan dikembangkan. Prototype jenis ini
juga menunjukkan langkah-langkah atau flow dalam penggunaan produk. Ada pula contoh
tampilannya.
Biasanya, prototype memiliki tampilan yang sangat sederhana, hanya berupa sketsa berwarna
hitam atau abu-abu saja.
3. Paper prototype
Contoh yang terakhir adalah paper prototype. Jika dibandingkan dengan dua contoh sebelumnya,
jenis ini memang sangat sederhana. Seperti namanya, paper prototype dibuat di atas kertas.
Meski sederhana, paper prototype juga dapat memberikan banyak opsi mengenai tampilan serta
fungsionalitas produk yang kamu kembangkan.

 Pengertian

Rapid application development (RAD) adalah metode yang berfokus pada pengembangan aplikasi
secara cepat, melalui pengulangan dan feedback berulang-ulang.

RAD diajukan oleh IBM pada tahun 1980 sampai 1990-an, ketika permintaan terhadap aplikasi
semakin meningkat.

 Tahapan

1. Menentukan project requirements


2. Membuat prototype
3. Rapid construction dan pengumpulan feedback

Feedback yang dimaksud di sini mencakup fitur, fungsi, visual, dan juga interface dari
program yang sedang dikembangkan. Setelah itu, prototipe akan dikembangkan lagi sampai
klien memberikan persetujuan untuk finalisasi produk. Seperti yang disebutkan sebelumnya,
kedua tahapan ini akan diulang terus-menerus, sampai hasilnya sesuai dengan keinginan
klien.

4. Implementasi atau penyelesin produk

Langkah terakhir adalah implementasi hasil feedback dan membuat produk akhir. Fitur,
fungsi, visual, dan interface akan diulas kembali oleh klien. Pada tahap ini, uji coba akan
dilakukan jika memang dibutuhkan. Uji cobanya mencakup kestabilan, usability testing, dan
pengujian lainnya untuk memastikan semua hal sudah terkontrol.

 Pengertian
Model spiral diperkenalkan pertama kali oleh Barry Boehm pada makalahnya yang berjudul Spiral Model of
Software Development and Enhancement. Barry Boehm menjelaskan bahawa model spiral merupakan model
yang sangat berguna untuk melakukan pembangunan proyek-proyek besar dan prosesnya dilakukan dengan
memperhatikan resiko proyek sehingga pada akhirnya akan menghasilkan model proses yang tepat sesuai
kebutuhan pengguna.

Model Spiral adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengembangan perangkat lunak. Model
spiral merupakan penggabungan dari model prototyping dan model waterfall. Model prototyping yang fokus
pada penyajian atau presentasi kepada user dengan format input dan output kemudian perangkat lunak akan
dievaluasi. Model waterfall yang fokus kepada proses pengembangan perangkat lunak yang sistematis atau
berurutan. Model spiral menekankan pada Analisa resiko setiap tahapannya.

Fungsi model spiral adalah untuk melakukan perubahan, penambahan dan pengembangan perangkat lunak
dengan memaksimalkan aspek kecepatan dan ketepatan berdasarkan keinginan dan kebutuhan penggunanya.

 Tahapan dalam Spiral Model

Dalam penerapan Model Spiral, terdapat lima tahapan untuk merealisasikan penggunaannya, yaitu sebagai
berikut:

1. Tahap Liason
Tahap ini berhubungan dengan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan softaware
(seperti: system analyst) dengan pelanggan (user). Tujuannya adalah memperbaiki dan mengembangan
software sesuai kebutuhan dan keinginan hingga memuaskan pelanggan.

2. Tahap planning
Tahap perencanaan meliputi estimasi biaya yang digunakan, batas waktu, pengaturan jadwal, identifikasi
lingkungan kerja, sumber-sumber informasi untuk melakukan iterasi (Teknik perulangan). Hasil dari tahapan
ini adalah dokumen spesifikasi kebutuhan sistem dan bisnis.

3. Tahap analisis risiko


Tahap analisis reisiki berfungsi untuk mengidentifikasi resiko yang berpotensi akan terjadi dan menghasilkan
solusi alternatif secara teknis dan manajemen saat strategi mitigasi (upaya untuk mengurangi resiko
bencana) direncanakan dan diselesaikan.

4. Tahapan rekayasa (engineering)


Pada tahap rekayasa, beberapa kegiatan ini yang akan dilakukan, yaitu:

 Menguji, coding dan mengembangkan software


 Menginstal software
 Membuat prototype
 Mendesain dokumen
 Meringkas suatu pengujian software
 Membuat laporan atas kekurangan dari software agar segera diperbaiki

5. Tahap evaluasi
Pada tahap evaluasi, system analyst membutuhkan masukan dan tanggapan dari para user dalam mengevaluasi
perangkat/produk yang diuji dan memastikan bahwa produk dibutuhkan sesuai ketentuan yang telah
dibicarakan diawal dengan user. System analyst memastikan pelanggan puas dengan produk yang akan
dihasilkan untuk menjawab persoalan bisnis mereka. Selain itu, system analyst harus tetap memantau resiko
yang akan terjadi seperti faktor-faktor yang dapat menyebabkan cost overrun (pembengkakan biaya).

 Kelebihan dalam menggunakan model spiral

1. Pembangunan dan perubahan perangkat lunak yang terjadi dapat diselesaikan secara sistematis
2. Mudah dalam mengestimasi biaya karena proses pembuatan prototype yang jelas dan terencana
dalam tahapan yang sistematis
3. Manajemen dan analisa risiko yang lebih cepat dan mudah
4. Mudah dalam melakukan perubahan kebutuhan dan dokumentasi
5. Produksi software bisa terjadi lebih cepat

 Kekurangan dalam menggunakan model spiral


1. Tidak cocok dan sulit diimplementasikan dalam projek kecil
2. Memakan waktu yang cukup lama
3. Membutuhkan best practice atau pengalaman sebelumnya karena proses yang sangat kompleks
4. Resiko dalam tahap planning cukup besar. Misalnya terjadi perbedaan dalam jadwal
pengembangan dan anggaran belanja.

Anda mungkin juga menyukai