Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN

A.  PENDAHULUAN
Dewasa ini, peralatan media pembelajaran yang mengarah kepada
penggunaan elearning  sudah mulai diperhatikan. Namun, sekolah-sekolah yang belum dapat
mengadakan pembelajaran dengan mempergunakanelearning dapat mulai dari menyediakan
media pembelajaran yang sederhana yaitu mulai dari pengadaan buku-buku teks, selanjutnya
meningkat dengan mempergunakan peralatan yang lebih canggih lagi di samping tetap
mengadakan tatap muka, seperti menggunakan LCD, komputer dan sejenisnya, yang pada
akhirnya merencanakan untuk yang lebih sempurna lagi. Sehubungan dengan pentingnya
peran serta fungsi sarana dan prasarana pendidikan, yang merupakan salah satu sumber daya
penting dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, maka perlu dilakukan peningkatan
dalam pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara
efektif.
Sehingga ada kecenderungan, bahwa minat dan perhatian pada aspek kualitas jasa di
Indonesia belum begitu maksimal terbukti, masih sering ditemukan sarana dan prasarana
pendidikan yang dimiliki dan diterima oleh sekolah sebagai bantuan, baik dari pemerintah
maupun masyarakat, terlihat dalam penggunaannya tidak optimal dan bahkan tidak dapat lagi
digunakan sesuai dengan fungsinya. Hal itu disebabkan oleh kurangnya kepedulian terhadap
sarana dan prasarana yang dimiliki serta tidak adanya pengelolaan yang memadai. Sejalan
dengan kebijakan pemerintah yang memberikan kewenangan penuh kepada pihak
sekolah/perguruan tinggi selaku industri jasa untuk menyelenggarakan layanan pendidikan
secara transparan dan akuntable. oleh karena itu, seluruh proses pengadaan serta
mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan dan pengendalian sarana dan
prasarana pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, diperlukan penyesuaian
manajemen sarana dan prasarana. Lembaga dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur
dan mengurus kepentingan rumah tangga (sekolah) menurut kebutuhan dan kemampuan
sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan tetap mengacu
pada peraturan dan perundangundangan pendidikan nasional yang berlaku.

Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis
dan jenjang pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah. Sebagaimana
temuan penelitian (dalam disertasi Joko Santosa, 2011) dijelaskan bahwa, terdapat hubungan
yang signifikan antara variabel manajemen sarana prasarana sekolah dengan motivasi
berprestasi guru. Dengan kata lain, semakin baik pengelolaan sarana dan prasarana sekolah
akan semakin meningkat motivasi berprestasi guru. Bupati Sumenep, Busyro Karim, dalam
momentum “Hari Pendidikan Nasional 2014” menyampaikan tentang peningkatan kualitas
pendidikan, bahwa “mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya tanggung
jawab pemerintah. Tapi, juga tanggung jawab bersama” (Radar Madura, 2014). Untuk
mewujudkan dan mengatur hal
tersebut, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang Standar
Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara
nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; Pertama, setiap satuan pen-
didikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pen-
didikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Kedua, setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain,
tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (Depdiknas, 2007). Adapun dasar manajemen
sarana dan prasarana pada pendidikan sebagai berikut:
1.    UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB IX Pasal 35 memuat tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
2.    PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan termasuk BAB VII tentang Standar Sarana
dan Prasarana.
3.    Permendiknas. Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA).
4.    Permendiknas Nomor 33 tahun 2008 tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah
dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah
menengah atas luar biasa (SMALB).
5.    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, mengharuskan pemerintah daerah untuk secara periodic
mendata dan melakukan pemutakhiran (up-dating) data sarana prasarana yang merupakan
barang milik daerah, dan akan menjadi obyek pemeriksaan dari auditor keuangan daerah.
6.    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan
dan Perawatan Gedung. Semua kebijakan terkait menuntut pemangku kepentingan untuk
bertindak adanya efisien dan efektif dalam pengelolaan, pemeliharaan dan perawatan sarana
prasarana sekolah. 
7.    Buku 5 Sarana dan Prasarana di Pendidikan Tinggi

B. Standar Sarana Dan Prasarana Untuk


SD/MI, SMP, MTs, SMA/MA, SDLB,
SMPLB, dan (SMALB)
Adapun standar sarana prasarana untuk setiap jenjang pendidikan dapat dilihat dari
Satuan Pendidikan, lahan, luas bangunan dan kelengkapan sarana prasarana berdasarkan
peraturan pemerintah, yaitu Permendiknas No. 24 tahun 2007 dan Permendiknas No. 33
tahun 2008. Berikut adalah rekapitulasinya:
1.    Satuan pendidikan
SD/MI SMP/MTs SMP/MTs
1.                   Satu SD/MI 1.                  Satu SMP/MTs1.  Satu SMA/MA memiliki minimum
memiliki min 6 rombel dan memiliki min 3 rombel dan 3 rombongan belajar dan maks
maks 24 rombel. maks 24 rombel. imum 27 rombongan belajar.
2.                  Satu SD/MI dngan 6 2.                  Satu SMP/MTs dengan2.  2. Satu SMA/MA dengan tiga
rombel melayani mak. 2000 tiga rombel melayanimaksi rombongan belajar melayani maks
jiwa >2000 jiwa + rombel 2000. Untuk pelayanan imum 6000 jiwa
di sekolah yang telah ada, penduduk >2000 jiwa
dan bila rombel >24 dilakukan + rombel di sekolah
dilakukan pembangunan yang telah ada, dan bila rombel
SD/ MI baru. >2 4 dilakukan pembangunan
3.                   Satu desa dilayani SMP/MTs baru.
mini SD/MI 3.                   Satu kecamatan
4.                  Satu kel permukiman dilayani oleh mini satu
permanen dan terpencil SMP/MTs yang dapat
dengan banyak penduduk menampung semua lulusan
>1000 jiwa dilayani oleh SD/MI dikecamatan tersebut.
satu SD/MI dalam jarak 4.                  Satu kel permukiman
tempuh bagi PD yang permanen dan terpencil dengan
berjalan kaki maksimum 3 banyak penduduk >1000 jiwa
km melalui lintasan yang dilayani oleh satu SMP/MTs
tidak membahayakan dalam jarak tempuh bagi PD
yang berjalan kaki maksimum
6 km melalui lintasan yang
tidak membahayakan.

2. Lahan
a.       Memenuhi ketentuan rasio minimum.
b.      Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak peserta didik
kurang dari kapasitas maksimum kelas, lahan juga memenuhi ketentuan luas minimum.
c.       Luas lahan adalah luas lahan yang dapat digunakan secara efektif.
d.      Lahan terhindar dari potensi bahaya.
e.       Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%.
f.       Lahan terhindar dari gangguangangguan:
1)      Pencemaran air;
2)       Kebisingan; dan
3)       Pencemaran udara.
g.       Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari
Pemerintah Daerah setempat.
h.      Lahan memiliki status hak atas tanah.

3. Bangunan Gedung
a.       Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik;
b.      Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak peserta didik
kurang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga memenuhi ketentuan luas
minimum;
c.       Memenuhi ketentuan tata bangunan:
1)      koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;
2)      koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan gedung yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah; dan
3)      jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
d.      Memenuhi persyaratan keselamatan:
1)      Memiliki struktur yang stabil dan kukuh;
2)      Dilengkapi sistem proteksi.
e.       Memenuhi persyaratan kesehatan:
1)      Mempunyai fasilitas ventilasi dan pencahayaan yang memadai;
2)      Memiliki sanitasi; dan
3)      Bahan bangunan yang aman.
f.       Menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, nyaman, dan aman termasuk bagi
penyandang cacat;
g.      Memenuhi persyaratan kenyamanan;
1)      Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan
pembelajaran;
2)      Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi kondisi di luar
ruangan; dan
3)      Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
h.       Bangunan gedung bertingkat memenuhi persyaratan;
1)      Maksimum terdiri atas tiga lantai;
2)      Dilengkapi tangga.
i.        Dilengkapi sistem keamanan;
1)      Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jika terjadi
bencana kebakaran dan/atau bencana lain;
2)       Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk arah yang jelas.
j.        Dilengkapi intstalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.
k.      Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara
profesional.
l.        Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19 Tahun
2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.
m.    Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
n.      Pemeliharaan bangunan gedung sekolah:
1)      Pemeliharaan ringan dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun;
2)      pemeliharaan berat dilakukan minimum sekali dalam 20 tahun.
o.      Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Standar sarana prasarana pendidikan
pada dasarnya sudah ditentukan oleh pemerintah.

4. Kelengkapan Sarana dan Prasarana


SD/MI SMP/MTs SMA/MA
1.                   ruang kelas, 1.                  ruang kelas, 1.                 ruang kelas,
2.                  Perpustakaan 2.                  ruang perpustakaan, 2.                 ruang perpustakaan,
3.                  laboratorium IPA, 3.                  ruang laboratorium IPA, 3.                 ruang laboratorium
4.                  ruang pimpinan, 4. ruang pimpinan, biologi,
5.                  ruang guru 5. ruang guru, 4.                 ruang laboratorium fisika,
6.                  tempat beribadah, 6. ruang tata usaha, 5.                 ruang laboratorium kimia,
7.                  ruang UKS, 7. tempat beribadah, 6.                 ruang laboratorium
8.                  jamban, 8. ruang konseling, komputer,
9.                   gudang, 9. ruang UKS, 7.                 ruang laboratorium
10.              ruang sirkulasi, 10 . ruang organisasi bahasa,
11.               tempat bermain/ kesiswaan, 8.                 ruang pi mpinan,
berolahraga. 11 . jamba n, 9.                 ruang guru,
12 . gudang, 10. ruang tata usaha,
13 . ruang sirkulasi, 11.tempat beribadah,
14 . tempat bermain/ berolahraga 12.             ruang konseling,
13.             ruang UKS,
14.              ruang organisasi kesiswaan
15.              jamban,
16.             gudang,
17.             ruang sirkulasi,
18.              tempat
bermain/berolahraga
Dengan semakin banyak berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan swasta di
masyarakat, sesungguhnya masalah sarana dan prasarana yang disediakan seharusnya
semakin baik, karena kelengkapan tersebut memiliki nilai jual yang tinggi dalam dunia
persaingan yang semakin ketat. Namun di sisi lain, keberagaman NKRI juga menimbulkan
ketidakseimbangan antara lembaga pendidikan yang ada di kota dan di perdesaan. Fasilitas
yang tersedia berupa sarana dan prasarana yang disyaratkat seperti tersebut di atas jangankan
terpenuhi, tetapi jauh dari jangkauan.

C. Perencanaan Sarana dan Prasarana Persekolahan


Menurut Stoops dkk. (1975), ada beberapa persyaratan yang harus dilalui ketika
sekolah membuat perencanaan dalam rangka mengadakan sarana dan prasarana, yaitu (1).
sekolah mengajukan daftar kebutuhan; (2) daftar kebutuhan dikirim ke kantor pusat
pembelanjaan; (3) pembelian barang harus terpusat, dan daftar kebutuhan diajukan kepada
beberapa rekanan, dengan anggaran dana yang tersedia di sekolah masing-masing, dan sudah
mendapatkan persetujuan dari komite sekolah; (4) Ketika barang sudah dikirim, diadakan
pengecekan ulang atas barangbarang yang dipesan; (5) Pendistribusian dilaksanakan sesuai
dengan pesanan sekolah dan dilanjutkan kepada unit-unit yang memerlukan. Sedangkan
Dwiantara dan Sumarto (2004) mengemukakan bahwa perencanaan adalah merupakan
kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan, dan perumusan tindakan-tindakan yang akan
dilakukan di masa yang akan datang, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional
dalam pengadaan, pengelolaan, penggunaan, pengorganisasian, maupun pengendalian sarana
dan prasarana. Dengan demikian perencanaan merupakan suatu proses kegiatan untuk
menggambarkan sebelumnya (disertai dengan data pendukung ), disesuaian dengan kondisi
saat sekarang dan hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Selanjutnya perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian,
pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Semua itu dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
perhitungan ataupun ketidak bermanfaatan suatu barang, sehingga dalam pelaksanaannya bisa
dicapai asas efektifitas. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya
perencanaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan, sebagaimana dipaparkan dalam
kertas kerja Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Sarana dan prasarana Persekolahan yang
Berbasis Sekolah yang diselenggarakan oleh Depdiknas (2007) yaitu: (1) Dapat membantu
dalam menentukan tujuan, (2) Meletakkan dasardasar dan menentukan langkah-langkah yang
akan dilakukan, (3) Menghilangkan ketidakpastian, dan (4) Dapat dijadikan sebagai suatu
pedoman atau dasar untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian
agar nantinya kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selanjutnya, juga
dicantumkan beberapakegiatan dalam perencanaan barang dan jasa,
yaitu:
1.        Prosedur Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan.
a.       Identifikasi dan Menganalisis Kebutuhan Sekolah
b.      Inventarisasi Sarana dan Prasarana Yang Ada
c.        Mengadakan Seleksi
d.      Sumber Anggaran/Dana
2. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak dan Barang Tidak Bergerak
a. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak.
1) Barang habis pakai.
a) Menyusun daftar sarana sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana kegiatan
sekolah tiap bulan.
b) Memperkirakan biaya pengadaan barang tersebut setiap bulan.
c) Menyusun rencana pengadaan barang tersebut menjadi rencana triwulan, tengah tahunan, dan
kemudian menjadi rencana tahunan.
2) Barang tidak habis dipakai.
a) Menganalisis dan menyusun keperluan sarana prasaran sesuai dengan rencana kegiatan
sekolah serta memerhatikan fasilitas yang masih ada dan yang masih dapat dipakai.
b) Memerkirakan biaya sarana dan prasarana yang direncanakan dengan memperhatikan standar
yang telah ditentukan.
c) Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi kebutuhan dan menyusun
rencana
 b. Perencanaan pengadaan barang tidak bergerak.
1) Tanah
a) Menyusun rencana pengadaan tanah berdasarkan analisis kebutuhsn bangunan yang akan
didirikan serta lokasi yang ditentukan berdasarkan pemetaan sekolah.
b) Mengadakan surve tentang adanya fasilitas sekolah seperti: jalan, listrik, air, telepon,
transportasi dan sebagainya.
c) Mengadakan survai harga tanah.
d) Menyusun rencana anggaran biaya bangunan.

2) Bangunan
a) Menyusun rencana bangunan yang akan didirikan berdasarkan analisis kebutuhan secara
lengkap dan teliti.
b) Mengadakan survai terhadap tanah dimana bangunan akan didirikan, hal luasnya, kondisi,
situasi, status, perizinan dan sebagainya.
c) Menyusun rencana konstruksi dan arsitektur bangunan sesuai pesanan.
d) Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar yang berlaku di daerah yang
bersangkutan.
e) Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya (RAB) yang disesuaikan dengan rencana
tahapan pelaksanaan secara teknis, serta memerkirakan anggaran yang akan disediakan setiap
tahun, dengan memerhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan
Dinas Pendidikan.

D. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan


Melbo (dalam Stoops dkk., 1975) mengatakan bahwa pembelian barang hendaknya
mengikuti prosedur dan standar-standar yang disyaratkan dan sudah dipertimbangkan oleh
komite serta para administrator. Ada beberapa prinsip yang dianjurkan dalam pembelian
barang berkaitan dengan pengadaan sarana dan prasana pendidikan yaitu bahwa;
1.    pembelian hendaknya terpusat
2.    semua daftar pembelian barang diperlihatkan sewaktu-waktu
3.    spesifikasi barang harus dicantumkan
4.    mencantumkan perkiraan harga sesuai standar yang berlaku;
5.    penawaran harga harus mendapatkan persetujuan oleh komite;
6.    pengajuan pembelian barang diajukan secara terjadwal.
Dalam konteks persekolahan, pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan
dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana dan prasarana merupakan
fungsi operasional pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan.
Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan
spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Ada beberapa cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu
dengan cara (1) pembelian; (2) pembuatan sendiri; (3) penerimaan hibah atau bantuan; (4)
penyewaan; (5) pinjaman; (6) pendaurulangan. (7) penukaran; (8) perbaikan atau rekondisi.

E. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Apabila barang-barang yang disebut dengan sarana prasarana pendidikan telah dibeli
dan berada di sebuah sekolah, maka yang perlu dicermati keberadaannya adalah melakukan
pemeliharaan. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk
melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam
keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam
mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan barang tersebut dapat dilakukan secara rutin dan
berkelanjutan. Adapun tujuan pemeliharaan sebagai berikut:
1.        Untuk optimalisasi asas kemanfaatan peralatan yang sudah ada.
2.        Untuk optimalisasi hasil apabila sewaktu-waktu dipergunakan alat-alat (must be ready to use
).
3.        Untuk menjamin keselamatan yang menggunakan.

F. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Secara umum, inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan
dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah.
Secara khusus, inventarisasi dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Tertib administrasi.
2. Efisiensi biaya.
3. Pendataan aset
4. Pengawasan dan pengendalian .
Ketika melaksanakan pencatatan, pada umumnya dilakukan penggolongan atau
klasifikasi barang untuk mempermudah penelusuran atau ketika diadakan pengecekan atas
kekayaan yang dimiliki baik secara fisik maupun melalui daftar catatan ataupun di dalam
ingatan orang. Sesuai dengan tujuan tersebut maka bentuk lambang, sandi atau kode yang
dipergunakan sebagai pengganti nama atau uraian bagi tiap golongan, kelompok dan atau
jenis barang haruslah bersifat membantu/memudahkan penglihatan dan ingatan orang dalam
mendapatkan kembali barang yang diinginkan dengan kata lain Klasifikasi dan Kode Barang
Inventaris. Sebagai pelengkap, berikut ini disajikan contoh pelaporan inventarisasi sekolah
sebagaimana tampak seperti tabel berikut:
                       
G. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan
Sarana dan prasarana memiliki umur ekonomis. Melalui penghapusan sarana dan
prasarana (baik melalui lelang atau pemusnahan) merupakan usaha untuk membatasi
pemberdayaan suatu barang yang pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan melalui
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah. Secara lebih
operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana dan
prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama
untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penghapusan sebagai salah satu
fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan harus mempertimbangkan
alasan-alasan normatif tertentu dalam pelaksanaannya. Hal tersebut sebagai pertimbangan
demi efektivitas dan efisiensi kegiatan persekolahan. Tujuan penghapusan dalam hal
manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah:
1. Efesiensi biaya dan tenaga pengurusan barang
2. Efektivitas pelaksanaan inventarisasi.
3. Pembebasan ruangan penyimpanan.
Penghapusan sarana dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan:
1. Dalam keadaan sudah tua atau rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan
lagi.
2. Perbaikan akan menelan biaya yang besar sehingga merupakan pemborosan.
3. Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang dengan besarnya biaya
pemeliharaan.
4. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini.
5. Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya barang kimia).
6. Barang yang berlebih jika disimpang lebih lama akan bertambah rusak dan tak terpakai
lagi.
7. Dicuri, terbakar, musnah sebagai akibat bencana alam.

Manajemen sarana dan prasaran yang berlaku pada pendidikan tinggi hampir sama
dengan proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada persekolah dari tingkat
dasar sampai tingkat menengah atas. Berdasarkan buku yang dikeluarkan oleh Depdiknas
tentang Penjaminan Mutu yang di dalamnya terdapat Buku V tentang Prasarana dan Sarana
pada Pendidikan Tinggi, disebutkan ada proses yang dinamakan dengan mekanisme
penetapan standar prasarana dan sarana, pemenuhan standar prasarana dan sarana serta
pengendalian standar prasarana-sarana. Mekanisme penetapan standar PS suatu perguruan
tinggi kiranya perlu memperhatikan dukungan PS terhadap pelaksanaan Tridharma Perguruan
Tinggi yang penekanannya pada bidang pendidikan, sedangkan untuk kegiatan penelitian dan
pengabdian masyarakat hendaknya analog dengan pelaksanaan penetapan standar bidang
pendidikan.
Penyususnan standar PS yang diserahkan kepada panitia ad hoc, tidak seperti
penyusunan daftar pengadaan barang. Standar yang sudah ditetapkan perlu kiranya
disosialisasikan kepada seluruh sivitas akademika, untuk dikaji ulang dan mendapatkan
masukan, sehingga pemenuhan standar dapat segera ditetapkan. Manajemen standar PS pada
intinya diarahkan untuk mengoptimalkan proses peningkatan kualitas PS secara
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai