Anda di halaman 1dari 19

ASKEP KOMUNITAS MASALAH KESEHATAN POPULASI

PENYAKIT KRONIK HIPERTENSI

Disusun oleh Kelompok 1:

Kelas 3C/S1 Ilmu Keperawatan

1. Aditya Eka Prasetya


2. Afiati Defita
3. Afifatul Chasanah
4. Ahmad Saputra
5. Alfiyan Hasna Sabila
6. Alfiyani Meilasari
7. Alief Azizah
8. Alif Nur Saidah
9. Anifatul Farida
10. Cici Alvita
11. Desy Mukholifah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah komunitas yang berjudul “ASKEP KOMUNITAS
MASALAH KESEHATAN POPULAS PENYAKIT KRONIK HIPERTENSI”.Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan KomunitasII

Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan,
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya dalam memajukan pendidikan.Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita. Amiin
Wassalamualaikum wr.wb

Kudus, 18 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari seluruhkalangan
masyarakat.Dampak yang ditimbulkan dapat berakibat jangkapendek maupun jangka
panjang bagi penderitannya, hal ini membutuhkanpenanggulangan yang menyeluruh dan
terpadu.Sebagai salah satu bentuk penyakit degeneratif, saat inihipertensi merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakatIndonesia yang perlu segera dicarikan upaya-
upaya sistematis dalampencegahannya. Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang
lebihbanyak dicetuskan karena gaya hidup. Banyak sekali faktor risikohipertensi yang
berkaitan dengan perilaku manusia, seperti stres,merokok, hiperlipidemia, diabetes
mellitus, obesitas, dan lain sebagainya.Perawat sebagai tenaga kesehatan dengan jumlah
proporsi terbesar diIndonesia dapat berperan strategis dalam upaya kesehatan, baik
yangbersifat promotif maupun preventif, khususnya dalam mempromosikangaya hidup
sehat dan melakukan deteksi dini hipertensi besertakomplikasi yang mungkin
menyertainya.Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi,Pemeriksaan tekanan darah secara
rutin, Pelaksanaan senam jantungsehat dan senam lansia secara rutin, Promosi kesehatan
yang berkaitandengan bahaya hipertensi,.

Asuhan keperawatan komunitas memiliki peranan untuk menghasilkan Intervensi


layanan keperawatanyang profesional dalam mempromosikan gaya hidup sehat kepada
masyarakat terkait dengan hipertensi. Model pemberdayaan komunitas yang dapat
digunakan untuk menjamin keberlanjutan sistem deteksi dini hipertensi dan
komplikasinya dan menghasilkan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
efektivitas program pemberdayaan dimasyarakat.Beberapa upaya yang dapat dilakukan
dimasyarakat positif defiance, pembentukan posbindu, rekiutmen, pelatihankader dan
surveilance hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah ini adalah:
1. Pengertian penyakit kronik : hipertensi
2. Factor yang mempengaruhi penyakit kronik : hipertensi
3. Jenis penyakit kronik dikomunitas
4. Askep komunitas pada popupasi penyakit kronik : hipertensi
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Bagaimana Askep komunitas pada popupasi penyakit kronik : hipertensi
2. Tujuan Khusus
Untuk menambah wawasan baik secara teori maupun penatalaksanaan tenaga medis
agar lebih profesional dalam mengetahuiAskep komunitas pada popupasi penyakit
kronik : hiertensi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit kronik : hipertensi


Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolinya 90
mmHg (Carpenito, 20012, hlm. 144).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-140 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik
(Carpenito, 2012, hlm. 145).

B. Factor yang mempengaruhi penyakit kronik : hipertensi


Etiologi atau Faktor Resiko
Berdasarkan jenis hipertensi :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
Faktor resiko :
a. Yang tidak dapat dikontrol :
1) Umur biasanya lebih dari 50 tahun, hilangnya elastisitas jaringan dan
arterosklerosis pada orang tua
2) Gender, wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria
3) Etnik
4) Genetik
b. Yang dapat dikontrol :
1) Kebiasaan hidup, konsumsi garam yang tinggi, makanan berlebihan, stress,
merokok, minum alcohol
2) Displidemia/hiperkolestrol
3) DM terjadi peningkatan hiperinsulinemia
4) Obesitas, peningkatan volume plasma dan peningkatan curah jantung yang
terjadi pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resitensi insulin.
2. Hipertensi Sekunder
a. Umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal dan hubungannya
dengan jantung
b. meningkatnya tahanan perifer total terjadi setelah hipertensi timbul dean bukan
sebagai penyebab hipetensi
c. penyebab hipertensi sekunder adalah penyempitan aorta, penyakit ginjal, kelainan
endokrin, kelainan neurologis, obat-obatan (NSAID, estrogen, kontrasepsi) dan
kehamilan.
(Mary, 2014, hlm. 212).

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari hipertensi adalah :
1. Sakit kepala
2. Rasa berat di tengkuk
3. Penyempitan pembuluh darah
4. Sukar tidur
5. Lemah dan lelah
6. Nokturia
7. Sulit bernapas saat beraktivitas
(Randy, 2012, hlm. 87).

D. Pathofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi ekspresi pada
renin yang berkaitan dengan angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensin II berakibat pada terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormon aldosteron
yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan
tekanan darah. dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulka kerusakan
pada organ-organ seperti jantung. pada usia lanut perlu diperhatikan kemungkinan
adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygnomanometer (Soeparman, 2010, hlm. 197).
E. Pathway
F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera, seperti :
a. Darah rutin (hematokrit/hemoglobin)
Mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor resik0o, seperti ; anemia, hipogulobilitas
b. Blood unit nitrogen/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi)
d. EKG
Terdiri dari 12 lead, untuk melihat tanda iskemik, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri maupun gangguan koroner dengan menunjukkan pola regangan,
dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
hipertensi
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama), seperti :
a. IVP (Intravenous Pyelogram)
Dapat mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal/ureter
b. CT-scan
Mengkaji adanya tumor serebral/enchepalopati
c. Iup
Mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti ; batu ginjal, perbaikan ginjal
d. USG
Untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi pasien.
(Nurarif, 2015, hlm. 75)

G. Penatalaksanaan medis dan keperawatannya


1. Penatalaksanaan Medis :
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi, yaitu :
a. Memiliki efektivitas tinggi
b. Memiliki toksitas dan efek samping yang ringan/minimal
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral
d. Tidak menimbulkan intoleransi
e. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang
2. Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Diit pembatasan atau pengurangan garam
b. Edukasi hipertensi
c. Pemberian teknik relaksasi
(Soeparman, 2010, hlm. 205)

H. Jenis penyakit kronik di komunitas


I. Askep komunitas pada populasi penyakit kronik : hipertensi

Asuhan Keperawatan Komunitas


A. Pengkajian Tahap 1
1. Geografi
a. Keadaan tanah: tanah kering namun tidak berdebu
b. Luas daerah: 8 Ha
c. Batas wilayah: Utara : desa Demakan
Barat : desa Wirun
Selatan: RT 1 RW 2
Timur : desa Demakan

2. Demografi

a. Jumlah KK: 47 KK

b. Jumlah penduduk keseluruhan: 508 jiwa

c. Jumlah Lansia : 100 orang

d. Mobilitas penduduk: penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang hari karena
bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah
e. Jumlah keluarga: 47 keluarga

f. Kepadatan penduduk: padat

g. Tingkat pendidikan penduduk:

1) Perguruan tinggi: 10 orang

2) TK : 17 – 20 orang

3) SMA : 16 orang

4) SMP : 15 orang

5) SD : 20 orang

6) Lansia tidak bersekolah : 30

7) Lansia tamat SD: 50

8) Lansia tamat SMP : 10


9) Lansia tamat SMA : 5

10) Lansia tamat perguruan tinggi : 5

h. Pekerjaan:

1) PNS : 10% jumlah penduduk

2) Buruh : 10% jumlah penduduk

3) Pedagang : 70% jumlah penduduk

4) IRT : 10% jumlah penduduk

i. Pendapatan rata-rata:

1) Rp 800.000,- : 20%

2) Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%

3) Rp 2.000.000,- : 30%

j. Tipe masyarakat: Masyarakat niaga

k. Agama: 100% Islam

B. Pengkajian Tahap 2
1. Lingkungan fisik
a.Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik
b. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah cukup, tapi
banyak rumah warga yang kurang pencahayaannya pada siang hari
c. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang ditanam warga
sekitar tetapi banyak perumahan warga yang ventilasi rumahnya kurang memadahi
seperti kurangnya jumlah jendela dan dekatnya jarak antar rumah.
d. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
e. Edukasi

2. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:

a. Perguruan tinggi: 10 orang

b. TK : 17 – 20 orang

c. SMA : 16 orang

d. SMP : 15 orang
e. SD : 20 orang

Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak

3. Keamanan dan keselamatan

a. Pemadam kebakaran: tidak ada

b. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin

c. Sarana transportasi: sepeda ontel, motor dan mobil pribadi

d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor
Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting bersama

4. Struktur Pemerintahan

a. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT

b. Pamong desa: 1 orang

c. Kader desa: 5 orang

d. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan

e. Kontak tani: tidak ada

f. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan

g. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat

5. Sarana dan Fasilitas Kesehatan

a. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta maupun praktik


klinik swasta yang lain.
b. Tenaga kesehatan: 2 perawat dan 1 bidan
c. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola
d. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak
e. Panti sosial: tidak terdapat
f. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang menyediakan
banyak kebutuhan dari masyarakat sekitar
g. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara yang
diadakan oleh lokasi setempat
h. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)
sering hadir: 35 % lansia
Jarang hadir : 25 % Lansia Tidak pernah hadir : 40 % dan posyandu balita (tiap
minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan sekali.
i. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori baik
Sumber air bersih: air sumur galian

j. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak menggenang


k. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-masing

l. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing dan hampir
tidak ada yang di sungai
m. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam setempat
n. Sumber polusi: air selokan

6. Komunikasi

Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern seperti internet,


ponsel, koran, majalah, radio dan televisi. Masyarakat juga bisa menggunakan alat-alat
komunikasi tersebut.Untuk papan informasi untuk menyampaikan kabar berita dari desa
maupun dari yang disediakan tempat di dekat rumah pak RW.

7. Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam kategori baik dan diatas garis
kemiskinan.Warga masyarakat juga tidak ada yang menganggur di rumah.Rata-rata
pekerjaan warga setempat adalah pedagang, baik di rumah maupun masyarakat. Rata-rata
gajih:
a. Rp 800.000,- : 20%

b. Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%

c. Rp 2.000.000,- : 30%

8. Rekreasi

Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata bersama-sama ke


suatu tempat.Kelompok khusus seperti anggota kader juga sering mengadakan rekreasi
bersama yang diharapkan dapat mengurangi stresor dan beban pikiran.
Distribusi penyakit dengan agregat lansia dengan hipertensi Dari rekapitulasi data
bulan Maret-Mei di puskesmas mojolaban 90 lansia yang bekunjung/periksa. Dari jumlah
tersebut ada 3 penyakit dengan distribusi terbesar yaitu:
1. Hipertensi : 50 orang atau 45 %
2. Atritis : 15 orang atau 13,5 %

3. DM: 25 orang atau 22,5 %

Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :

1. Jumlah lansia keseluruhan : 100 orang

2. Jumlah lansia dengan hipertensi : 50 orang atau sekitar 50 %

3. Jumlah lansia dengan artritis: 15 orang atau sekitar 15 %

4. Jumlah lansia dengan DM : 25 orang atau sekitar 25 %

C. ANALISA DATA

NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1. DS : Resiko tinggi Kurangnya
1.Dari hasil wawancara peningkatan pengetahuan
dengan ketua RW 1 angka kejadian
mengatakan bahwa hipertensi pada
rata-rata lansia yang lansia
menderita hipertensi sekitar
50 % DO :
1. Berdasarkan data dari
puskesmas mojolaban
pada bulan Maret
sampai bulan Mei di
kelurahan bekonang
dukuh mojosari RW 1
45% Lansia menderita
hipertensi.
2. 85% kemampuan lansia
dalam mengenali secara
dini penyakit hipertensi
kurang baik.
3.40% warga yang
menderita hipertensi
tidak pernah
mendapatkan
penyuluhan tentang
hipertensi

D. DIAGNOSA
1. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan
dengan Kurangnya pengetahuan
E. INTERVENSI
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai