1| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Aku
Bersemayam
Di Telapak Kaki”
Rifi Hadju.
2| M I N T U R O B I L A Q D A M
3| M I N T U R O B I L A Q D A M
4| M I N T U R O B I L A Q D A M
5| M I N T U R O B I L A Q D A M
Sungguh durhaka jika aku tidak mengucapkan berjuta terima
kasih kepada:
6| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Tak mungkin saya mampu menulis dan
mempersembahkan karya yang paling pemula dari titik
rendah terkerak pemula, meskipun saya hanya mampu
menyerap nol koma nol nol nol sekian dari sari karya-karya
pendekar lintas benua yang sudah melanglang buana ke
dimensi-dimensi kehidupan - kematian.
Tak ada target khusus dari saya dalam buku ini, tak
ada damba untuk masuk ke babak putaran final, bahkan
lolos ke semifinal, apalagi masuk ke final dan menjadi
juara piala semesta antar planet. Tidak muluk-muluk, buku
7| M I N T U R O B I L A Q D A M
ini hanya berharap pada penyentuhnya agar tersusun
nyaman di rak lemari hati dan jiwanya.
Rifi Hadju.
8| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Aku tidak punya apa-apa. Aku hanya
mengupayakan bermodal cinta untuk menjalin
persaudaraan denganmu semua.”
rifi hadju.
9| M I N T U R O B I L A Q D A M
CINTA?
HA-HA-HA
10| M I N T U R O B I L A Q D A M
CINTA!
HI-HI-HI
11| M I N T U R O B I L A Q D A M
CINTA.
HE-HE-HE
12| M I N T U R O B I L A Q D A M
CINTA,
HO-HO-HO
13| M I N T U R O B I L A Q D A M
CINTA:
HU-HU-HU
14| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Tan Hana Wighna Tan Sirna, tak ada rintangan
yang tak bisa diatasi. Termasuk rintangan untuk
meluluhkan keras batumu, Kasih.”
rifi hadju.
15| M I N T U R O B I L A Q D A M
MERASUK MASUK
16| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Gila sudah kalau aku mencintai benda. Bukan,
aku adalah pecinta zat.”
rifi hadju.
17| M I N T U R O B I L A Q D A M
RENJANA GAMBLANG
Sahnya
Membebat deru
Cita aku
18| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Tolong ajari aku untuk mencintai secara
sederhana.”
rifi hadju.
19| M I N T U R O B I L A Q D A M
MUNGKIN MEMANG
Tapi
20| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Mendengar yang tak bisa kau dengar, merasa
yang tak bisa kau rasa, Belajar melihat yang tak
bisa kau lihat.”
rifi hadju.
21| M I N T U R O B I L A Q D A M
SUAKA KARSANG MOMOK BEKU
Njomplang lepas
Jempalikan tamat
Bara melegakan
Tirta memberingsang
Tak lama
Singkat;
Tuhan diperhamba
Hamba dipertuhan
22| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Sedang viral iblis berjubah malaikat, plus lengkap
pakai sorbannya.”
rifi hadju.
23| M I N T U R O B I L A Q D A M
DESIR GELISAH
Pa-ra-ra-ra - ho-ho-ho
Berhembus abu
Menunggu
Menggores kata
Menata kata-kata
Kata-kata asmara
24| M I N T U R O B I L A Q D A M
Menggigil di ramai yang sunyi
Keresahan-keresahan
25| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Semuanya, tolong maafkan kesalahan-
kesalahanku yang belum aku perbuat.”
rifi hadju.
26| M I N T U R O B I L A Q D A M
KUSUMA
Ma ma ma
Kusuma Kusuma
27| M I N T U R O B I L A Q D A M
Nona tergelak menggoncang kisah
Kusuma Kusuma
Oh oh kusuma
28| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Jika memang terpaksa harus memakai jalan
benci, maka benci lah sebenci-bencinya hingga
bencimu mengantarmu menuju titik benci yang
paling puncak, yaitu cinta.”
rifi hadju.
29| M I N T U R O B I L A Q D A M
CERAH NIRMALA
Melangkahmu pun,
Menyingkirkan matahari
30| M I N T U R O B I L A Q D A M
Yang menghangatkan hati
31| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Seringkali kesadaran baru muncul ketika sudah
ditinggalkan. Terlambat.”
rifi hadju.
32| M I N T U R O B I L A Q D A M
CAHAYA KETIGA
Cahaya
Lalu apa beda kau dan aku dengan picisan cahaya kesatu
33| M I N T U R O B I L A Q D A M
Cahaya
Cahaya
34| M I N T U R O B I L A Q D A M
Sedang menghirau cahaya pertama, nan teguh di cahaya
kedua
35| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Lalu, bagaimana kau bisa menyimpulkan lampu
bohlam adalah penghasil cahaya sedang engkau
dengan keras menolak eksistensi kegelapan?”
rifi hadju.
36| M I N T U R O B I L A Q D A M
DUH ENGKAU KEKASIHKU
Di sepi batinku
Melambai-lambai jemariku
Mencinta uluranmu
37| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kemana.. dimana.. engkau menuju..
Ku ingin merindumu
38| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Sampai mana akalmu mampu mengukur rindu
terhadap sesuatu yang tak memiliki ruang?”
rifi hadju.
39| M I N T U R O B I L A Q D A M
KEPADA PESAING SENJA
Burung-burung berterbangan
40| M I N T U R O B I L A Q D A M
Aku? Engkau?
Hahahahaha…
Engkau adalah
41| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Yang penting kamu mencintai, manifestasi sosial
dari cintamu. Perkara mereka tidak cinta
kepadamu, itu urusan mereka dengan gemerlap
penyesalannya.”
rifi hadju.
42| M I N T U R O B I L A Q D A M
MALAM BERGEMA
Membuyarkan bayangan-bayangan
Bersembayang di kesunyian
43| M I N T U R O B I L A Q D A M
Membelenggu rindu jiwa
Malam
Jelaskan padanya
44| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Banyak yang menyangka aku sedang
menggerbangi diri. Padahal tidak. Justru aku kini
terjerembab sendirian di dalam kotak sunyi. Tak
ada yang mendengar suara sesatku.”
rifi hadju.
45| M I N T U R O B I L A Q D A M
MALAM PECAH
46| M I N T U R O B I L A Q D A M
Oleh memancarnya cahaya yang terpantul oleh purnama
bahagia melega gumpalan rasa
47| M I N T U R O B I L A Q D A M
Manusia akan bisa berkata “Ternyata
ketidaktahuan terhadap sesuatu itu adalah
kenikmatan” jika ia sudah mencapai fase “sudah
tahu” dengan sesuatu itu. Begitu juga dengan “Aku
ingin tahu apa yang terjadi” adalah kenikmatan
bagi yang belum mengetahui sesuatu itu.
rifi hadju.
48| M I N T U R O B I L A Q D A M
IZINKAN HAMBA MENDUAKAN MU
49| M I N T U R O B I L A Q D A M
Mohon izin hamba beribu-ribu mohon izin hamba
50| M I N T U R O B I L A Q D A M
Jadikan dua yang berbeda ini menjadi satu yang utuh ya
Paduka
51| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Manusia yang belum lunas menjadi manusia. Ati-
ati kepreset.”
rifi hadju.
52| M I N T U R O B I L A Q D A M
AKU MENGAKU KALAH HARI INI YA ALLAH
53| M I N T U R O B I L A Q D A M
Koyak ini itu sini sana kanan kiri atas bawah yang menjerat
kuasa
Ya Allah
Ya Allah
54| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Bahkan bayanganmu sendiri kau hardik-
hardikkan karena menolak membayangimu dalam
gelap jalanmu.”
rifi hadju.
55| M I N T U R O B I L A Q D A M
CEMBURU AKU CEMBURU
56| M I N T U R O B I L A Q D A M
Cemburu aku cemburu, kepada earphone yang selalu kau
dengarkan di daun telinga indahmu
57| M I N T U R O B I L A Q D A M
Cemburu aku cemburu, kepada pita seni yang mengeluarkan
suara-suara gecul dari bibir tipismu
58| M I N T U R O B I L A Q D A M
Cemburu aku cemburu, kepada daun pintu yang ber
waalikumsalam kepadamu
59| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Aku dan Tuhan berlomba untuk saling cemburu
karenamu.”
rifi hadju.
60| M I N T U R O B I L A Q D A M
TAMPAR AKU TUHAN
61| M I N T U R O B I L A Q D A M
Tampar aku Tuhan, tampar aku yang pasti mengaku jika
penglihatanku adalah presisi dan jauh jangkauan nya.
Penglihatan mereka adalah buram dan buta jika
ditandingkan dengan penglihatanku.
62| M I N T U R O B I L A Q D A M
Tampar aku Tuhan, tampar aku yang acuh terhadap bahasa-
bahasa komunikasi Mu agar aku bisa mendekat kepada Mu,
yang aku seolah-olah lebih jauh dan menjauh dari Mu.
63| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kata Pak Dosen yang juga seorang rekanku,
“Karena mahkluk pertama yang berkata aku lebih
baik dari dia adalah iblis.”
rifi hadju.
64| M I N T U R O B I L A Q D A M
MENYIMAK SENJA
65| M I N T U R O B I L A Q D A M
Jua bagi para gerombolan burung-burung itu yang
bersepakat bahwa senja adalah alarm untuk kembali
berteduh di kost-kost ranting-ranting pohon juga selah-selah
gedung rapuh. Atau jika didalam rancangan Hijriah, senja
begitu menjadi hal utama yang sangat dieluh-eluhkan,
dirindu-rindukan, diharap-harapkan, dinanti-nanti oleh para
mereka yang terjebak, terbuai, tertipudaya oleh
ketidaktahuan pemahaman ketentuan penahanan diri yang
sebenarnya.
66| M I N T U R O B I L A Q D A M
Senja adalah sebuah keharusan yang dicapai untuk
bersiap kembali menyongsong fajar, bersetubuh dengan
cahaya.
67| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Fajar dan senja adalah saudara dari ibu bernama
cahaya.
rifi hadju.
68| M I N T U R O B I L A Q D A M
TERKECOH
69| M I N T U R O B I L A Q D A M
kerugian, iblisnya adalah kekalahan, malaikatnya adalah
keuntungan, dan Tuhannya adalah pundi-pundi rupiah.
70| M I N T U R O B I L A Q D A M
Aku sedang mengajak saya untuk berfikir kembali,
mengajak aku dan saya untuk bersama-sama mencari jalan
keluar dari goa yang dalam, mencari sumber cahaya yang
akan menggiring untuk keluar dan merdeka dan berdaulat,
menyegarkan nafas dan me-refresh pandangan. Bahwa
ketika sudah beranjak dari cahaya itu, akan bertemu semua
jika yang terdapat di dalam perabotan-perabotan goa
kegelapan itu adalah kekeliruan, kesalahan dalam hal
peletakan, ada tepatnya pun hanya presentasenya sangat
kecil dari bagian cuilan sebuah lingkaran yang utuh, dan itu
pun tidak mutlak tepat.
71| M I N T U R O B I L A Q D A M
Tugas keduanya adalah mencari, merumuskan,
memasak, menemukan, menyajikan pola, atau pattern
dalam bahasa inggrisnya, atau apapun itu padanan kata
dalam bahasa arabnya. Karena tanpa pola, akan terombang-
ambing tak berdaya di dalam ke abu-abuan yang menjadi
pematang antara hitam dan putih, siang dan malam, pagi
dan sore, aku dan diriku.
72| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Apalah daku yang masih gedhabukan di semester
awal kehidupan.”
rifi hadju.
73| M I N T U R O B I L A Q D A M
MENGAPA YANG BELUM BERTEMU AGAR, KARENA,
SUPAYA
74| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kemudian kira-kira apa yang menjadi sumber sebab
musabab dari ketidakterimaan, ketidakmauan, kecek-cokan
yang sudah terlanjur merebak ke segala penjuru aspek-aspek
ruang-ruang kehidupan?
75| M I N T U R O B I L A Q D A M
kiri, di pontang-pantingkan gelombang-gelombang yang
menerjang perahu kecil yang dikikis oleh lumut yang
merapuhkan, dikocok hingga berguguran ke tanah noktah
garis abstrak yang ngetel menempel. Ketika mengingat,
lantas membuka lembaran-lembaran bertinta yang terjilid
dalam buku-buku tebal jika berfikir secara lempeng, linear,
ialah buku-buku yang berwarna “hitam”.
76| M I N T U R O B I L A Q D A M
laku yang mendewakan, menabikan, memalaikatkan, lebih-
lebih menuhankan konstelasi akan materialisme. Yang
berpandangan bahwa “mati aku jika tak ber-uang”, yang
berpandangan bahwa “terisolasi aku jika tak bertahta”.
Segala sesuatu yang harus diperhatikan betul di sebuah
rumus perhitungan untung rugi materialistis, atau
perhitungan gampangannya. Aku mem-pause video nya,
men-stop, meletakkan di keranjang bersama buah busuk
yang pertama.
77| M I N T U R O B I L A Q D A M
dalam keranjang, dengan tak mampunya menahan sekuat
tenaga agar tak ada tetes yang keluar.
78| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Jangan terjebak bahwa pertanyaan itu harus
dijawab dengan benar, pertanyaan tak harus
dijawab dengan benar. Bahkan, pertanyaan boleh
untuk tidak dijawab. Seperti pertanyaan kapan
menikah.”
rifi hadju.
79| M I N T U R O B I L A Q D A M
IKAN TERBANG, ELANG MERAYAP, ULAR MENYELAM
80| M I N T U R O B I L A Q D A M
rapot, penyimpul kegiatan siswanya. Era sosial media
menjadi titik puncak yang menjadikan manusia-manusia
modern menyangka demokrasi adalah kebebasan, sekarang
semakin tak lagi mengerti batasannya, tak mengenali
dirinya, memahami sekitarnya, menakar ketahuan di dalam
ketidaktahuannya, mengukur pemahaman di balik
ketidakpahamannya, menjangkau penglihatan yang tak
mampu dilihatnya. Kekasih Nya sudah jauh-jauh hari
mewanti-wanti, meramalkan akan peristiwa atau fenomena-
fenomena yang kita rasa dan jumpai kini.
81| M I N T U R O B I L A Q D A M
akun topeng, yang berani nya hanya mbandem dari jauh
seperti kepengecutan bangsa Barat yang dibangga-
banggakan, yang menghilangkan kekesatriaan seorang
manusia, sakjane itu adalah jalan-jalan menuju kehancuran,
jalan-jalan mendaki ke aksen-aksen puncak ketidakkaruhan,
yang justru di sama dengan kan dengan harapan
pembersihan tuntas dari Yang Maha Berkuasa.
82| M I N T U R O B I L A Q D A M
itu juga diperkenankan untuk belajar kepada binatang,
seperti pelajaran yang terserap dari anak Adam yang belajar
kepada burung gagak. Atau pada semester dasar tingkatan
tertentu, belajar tentang begitu patuh nya binatang yang
diwajibkan Tuhan untuk menjadi binatang. Ayam yang wajib
dan patuh dengan berkokoknya, burung yang wajib dan
patuh dengan terbangnya, monyet yang wajib dan patuh
dengan bergelantungannya, macan yang wajib dan patuh
dengan raungannya, ikan yang wajib dan patuh dengan
insangnya, juga keharusan manusia yang wajib dan patuh
dengan hakikat peran fungsi maksud tujuan dari
manusianya.
83| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Tidak mustahil terjadi bahwa malaikat dan iblis
saat ini sedang berbondong-bondong mengajukan
surat permohonan pensiun dini kepada Tuhan dari
tugas yang diembannya dengan alasan sama,
manusia sekarang lebih banyak yang potensial
dan lebih mampu menjalankan tugas malaikat dan
iblis di dunia.”
rifi hadju.
84| M I N T U R O B I L A Q D A M
TAKUT ADALAH PERISTIWA YANG TIDAK APA-APA
85| M I N T U R O B I L A Q D A M
berdaya darinya, lebih darinya dari perhitungan tegak
materi.
86| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Nyatanya sekarang manusia lebih takut untuk di
block oleh kekasihnya daripada di block oleh Yang
Maha Mengasihinya.”
rifi hadju.
87| M I N T U R O B I L A Q D A M
SUNGGUH SESAK DADAKU
88| M I N T U R O B I L A Q D A M
kucuran-kucuran yang begitu membanjiri gersangnya
hamparan padang pasir jiwa kula?
89| M I N T U R O B I L A Q D A M
dihadapan senyum-senyum cinta Sang Paduka yang mau-
maunya merendahkan hati kekal Engkau kepada debu yang
menghinggap di dinding-dinding kehinaan. Tak ada
kemampuan lain bagi kula selain pasrah dengan getaran-
getaran gempa yang selalu bersusulan tatkala infanteri
cahaya yang Engkau perintahkan menerobos gerbang-
gerbang gulita kegelapan yang pekat menggumbal
menghijabi rembulan dan ribuan bintang keindahan.
90| M I N T U R O B I L A Q D A M
begitu saja tanpa Engkau khawatir jika kula dusta dari
Engkau, berkelit dari Engkau, ingkar dari Engkau, mendua
dari Engkau, berkhianat dari Engkau, meninggalkan Engkau
begitu saja. Peluk tubuh kula Sang Paduka, sentuh ubun-
ubun kula Sang Paduka, embun kan hati kula Sang Paduka,
tahan mata hamba agar selalu terjaga memandang zat-zat
yang Engkau representasikan untuk menuntun kula ke
petunjuk setapak-setapak dan sampai ke puncak dari batas
waktu yang Engkau gariskan.
Kula tak ragu, kula tak ragu walau harus dengan rasa
malu tiada tara untuk mengulurkan tangan kula yang begitu
najisnya kepada kesucian Sang Paduka. Kula tak segan untuk
melangkah ketika Engkau membalas dengan berjalan, untuk
berjalan ketika Engkau membalas dengan lari, untuk berlari
ketika Engkau membalas dengan gayuh yang secepat kilat.
Ya Paduka Ya Paduka yang Maha Pemurah, gayuh jemari
lusuh kula untuk engkau tuntun kepada setapak-setapak
keabadian yang Engkau persiapkan kepada kula sang
penista.
91| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Andai Engkau memperkenankan hamba untuk
menjadi Engkau dalam sehari saja, mungkin sudah
kubuat manusia berjalan dengan kepalanya.”
rifi hadju.
92| M I N T U R O B I L A Q D A M
NYULUK SECARA KANJENG KHIDIR
93| M I N T U R O B I L A Q D A M
Nabi Musa sang mahasiswa Khidir University
94| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kemudian ketika diperintahkannya Nabi Musa oleh
Rabb-nya untuk mencari guru yang akan mendidiknya,
dengan keyword berbekal ikan yang dibawa bersama
pembantu, pengawal dan juga sekaligus muridnya yang
bernama Nabi Yusya’ diperjalankan untuk mengembara
melakukan perjalanan yang dituju. Merontah ikan “kode” itu
di satu tempat dan waktu, muncul seketika Nabiullah Khidir
dihadapan Nabi Musa.
95| M I N T U R O B I L A Q D A M
Sebagaimana Khidir “membunuh” secara sunyi “anak
kecil” yang melekat di dalam diri Musa, karena tanda-tanda
yang melekat di raga itu akan menyeret sang murid kepada
pengingkaran. Yang saat itu terjadi, Musa tak menyadarinya
dan hanya sang guru yang mampu melihatnya ketika
mendapat grojokan dari samudra ilmu Sang Pencipta.
96| M I N T U R O B I L A Q D A M
Pola, metode, prototipe dan integritas yang
dilakukan Nabi Musa dan Nabi Khidir adalah lompatan-
lompatan pelipatan masa atau jawa nya adalah waskito..
yang tak mempedulikan, melewati “khatibunasi alah qadri
uqulihim”. Yang berbicara.. bercerita dengan lawan bicara,
dengan manusia siapapun untuk mengukur kadar, wadah,
kemampuan aqli dari tiap-tiap seseorang yang memiliki
sempadan-sempadan yang berbeda-beda.
97| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Andai sekolah-sekolah menerapkan konsep Khidir
University, maka tidak akan mungkin
Kemendikbud frustasi karena gonta-ganti
kurikulum.”
rifi hadju.
98| M I N T U R O B I L A Q D A M
BERGURU PADA EMBONGAN
99| M I N T U R O B I L A Q D A M
Pernah, masih, sudah.. ataulah apa statusnya,
menemukan hal-hal “mutiara-mutiara” hilang, yang oleh
para mereka di cap jurang kegelapan, madesu, pemalas, tak
punya etos kerja. Terlalu banyak nilai-nilai yang kupetik
ketika aku bersentuhan, bercengkerama, dan melebur
bersama wong embongan.. di sudut-sudut jalan, di
kampung-kampung sempit, di kotak-kotak yang terisolasi,
yang ditutupi oleh kemegahan kota metropolis Surabaya.
100| M I N T U R O B I L A Q D A M
belakang mereka diberi jabatan Tuhan tinggi seperti ini..
mereka tegar menghadapi ketidakadilan yang menjadi
sahabat hidup mereka, mereka tangguh menghadapi
ketidakadaanya kesempatan bagi mereka untuk beranjak
dan bangkit.
101| M I N T U R O B I L A Q D A M
Keapaadaanya, keluguannya, ketidaknekoh-
nekohannya yang semakin mencairkan hatiku, me-nyali wani
kan diri untuk berkata “Awakdewe dulur, yo” yang mereka
sambut dengan senyum bahagia dan tawa sumringah. Tak
ada rumus materialistis di alam fikir perjalanan mereka, yang
ada hanyalah kemesraan, hanyalah kegembiraan, se suka se
duka, satu cinta, untuk terus menggali dan nggayuh cinta
sejati dari Nya.
102| M I N T U R O B I L A Q D A M
Aku sedang mencoba menata nafasku, menarik
panjang.. menghembuskan. Masih sesak saja dadaku setelah
aku lebih rutin menyapa menemui mereka secara akumulasi.
Izinkan hamba protes atas preoregasi Mu, Seharusnya
mereka yang tertawa di dalam deritanya ini Yang Maha,
yang seharusnya.. yang seharusnya berhak untuk
mendapatkan yang seharusnya mereka dapatkan. Namun
maafkan hamba, jika memang Engkau ternyata menyiapkan
ruang dan waktu yang tepat untuk mereka, hamba hentikan
protes hamba Ya Rabb.
103| M I N T U R O B I L A Q D A M
Ya Rabb, mohon sampaikan permohonan maaf dan
beribu rasa terimakasih ku kepada mereka, yang engkau
letakkan mereka menjadi pelajaran hidup bagi mereka yang
tersentuh hatinya, yang lemas hatinya, yang kau kawal
dengan Firman Mu bersama alam dan kehidupan yang
begitu diantah berantahkan.
104| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Aku tidak punya ilmu agama, aku hanya punya
ilmu kehidupan, itupun tak lebih dari satu persen.
Satu hal pasti, kehidupan mengajariku cinta. Dan
Tuhan hanya butuh cintaku, bukan pintarku atau
sukses duniaku.”
rifi hadju.
105| M I N T U R O B I L A Q D A M
BIS
106| M I N T U R O B I L A Q D A M
keong, atau malah bis yang berusaha untuk melamar
menjadi rival abadinya buroq.
107| M I N T U R O B I L A Q D A M
Tapi ku kira itu semua tak mungkin akan aku
masukkan ke suara pembaca, atau mengkritik keras di sosial
media untuk mengundang perhatian politisi-politisi tambun,
atau mengontrol bagai cctv yang tanpa kecolongan satu
sekon pun, atau melakukan mobilisasi penumpang untuk
melakukan pergerakan turun ke jalan hingga tuntutan harga
mati harus terpenuhi, atau menjegal hingga melakukan
kudeta untuk menggantikan jabatan yang diemban oleh
sopir dan wakil serta anggota-anggota kabinetnya. Sebagai
yang sangat jarang menggunakan jasa bis, saya hanya diam…
pasrah… ketip-ketip…. Legowo… hanya sekadar asumsi-
asumsi ringkas, evaluasi ndek-ndek’an, yang aku simpan
sendiri, yang tak akan mungkin terjadi kalau ku uap kan
kepada siapapun saja.
***
108| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Mbah-mbah ku disana sedang sibuk rebutan kursi
jabatan. Anak cucunya disini sedang sibuk rebutan
harta warisan.”
rifi hadju.
109| M I N T U R O B I L A Q D A M
MENUNTUN, DITUNTUN
110| M I N T U R O B I L A Q D A M
Ngangsuh kaweruh dimulai, dengan sesekali timbal
balik agar terlihat hidup, terlontarlah tatanan huruf, kata,
kalimat, siratan yang kekanan kekiri kedepan kebelakang
keatas kebawah keluar kedalam yang oleh Guru yang tak
mungkin kula menyebutnya Guru, Yai yang pasti menolak
kula menyebutnya sebagai Yai, yang baru akan mau nyaut..
noleh.. saat kula menyerunya dengan Cak Bas, Cak Basyiroh.
111| M I N T U R O B I L A Q D A M
mengerti, melatih ruang pemahaman bahwa bukan itu
sebenarnya yang menjadi titik pijak yang telah
diperhitungkan oleh Cak Basyiroh. “Apa mungkin ini yang
dimaksud tempaan? Atau ternyata ini ujian, cobaan,
hukuman, azab?” tanda tanya kula.
112| M I N T U R O B I L A Q D A M
selonjor, tahiyad, melumah dihadapan Cak Bas, menikmati..
berusaha meresap apa yang menjadi bekalku untuk
melanjutkan perjalanan. Terdengar Gus Dur nembang,
waktu dirasa sangat cukup, aku pamit, dengan harapan akan
selalu betatap muka di esok lusa kapanpun waktu. Belajar
dari keluasan jiwa dari seorang Cak Bas, kejernihan fikiran,
kematangan dalam memutuskan, yang juga mau
menampung sampah sepertiku agar di transformasi, di daur
menjadi sampah yang bernilai.
113| M I N T U R O B I L A Q D A M
dipaksa diri untuk mau tidak mau menerima jejalan ilmu-
ilmu di ruang penjara akademis.
114| M I N T U R O B I L A Q D A M
berfikir, termenung, membayangkan, menarik kembali ke
masa kecilku, masa di sangat dominannya
ketidakmampuanku dalam menjalani kehidupan yang
semakin dipenuhi dengan jaring laba-laba, penuh dengan
lumut-lumut, penuh dengan air-air keruh, penuh dengan
kesulitan-kesulitan untuk bernafas. Tentang perjalanan ini,
tentang dialektika tangis bersama Allahuakbar yang pada
akhirnya juga, mau tidak mau, harus tidak harus diakhiri
dengan tangisan Lailahailallah.
115| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Sering manusia terhipnotis oleh emas di ujung
mata, sedang ia tak sadar jika kakinya sedang
menginjak mutiara.”
rifi hadju.
116| M I N T U R O B I L A Q D A M
MALU KEPADA BELALANG TUA
117| M I N T U R O B I L A Q D A M
Ya pikirku, belalang ini awet muda... tak jauh beda
cara merawatnya dengan pabrik Jepang-an yang usianya
masih balita anak-anak. Di lengang nya jalanan basah dan
tergenang, tiba-tiba ndredekdedekdekdeeeek… grek. “mati
aku, mogok ini.. waduh yok opo” kebingungan, aku tak tahu
harus melakukan apa, apa pertama kali yang harus
kusentuh, kusentuh lalu bagaimana selanjutnya, selanjutnya
aku berfikir lagi, lagi-lagi aku bingung, bingung tolah-toleh
dengan malu-malu ndungo berharap ada solusi, solusi yang
menggampar aku dari nggaya dan kemlinthi ini. Ada
jawaban juga, nyala belalang tua tanpa kusentuh... dengan
sedikit mrebet... ndredekdedek… grek. Mati lagi, tapi yang
kali ini Alhamdulillah… berhenti tepat di sebuah bengkel
sekaligus warung, yang berjejer belasan belalang
disebrangnya.
“Mogok, mas.”
118| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Tak silihi kunci ta mas, sampeyan benekno” tanya nya
kembali, menawarkan.
(Deng…. mati aku.. jawab apa ini, wong aku ini sama sekali
nggak ngerti seluk beluk soal organ-organ belalang. Tiiinggg,
mendadak muncul kancil ku.)
119| M I N T U R O B I L A Q D A M
Esok pagi aku menjemput belalangku, dengan
berwaktu ngopi sambil ngobrol dengan yang akhirnya ku
ketahui bernama Cupes, sambung sampai sekarang. Ada
perkataanya yang tersimpan di memori ku,
120| M I N T U R O B I L A Q D A M
disfungsi di salah satu bahkan beberapa bagian, yang
berakibat terancam mogok, terhenti prosesnya, terhambat,
dan akan mengeluarkan ekstra tenaga dan waktu.
Dibutuhkan semacam kedinamisan kecepatan, kapan ngegas
kapan pindah kopling kapan ngerem kapan noleh kanan kiri
kapan noleh mburi kapan pandangan tegak ke depan agar
tidak terjadi sesuatu yang fatal, akan selamat sampai tujuan.
Mekanisme yang sebenarnya itu adalah yang seharusnya
diterapkan di dalam manajemen kehidupan manusia, agar
manusia bisa selamat ndunyo akhirat kembali ke dalam
pelukan pencipta Nya.
121| M I N T U R O B I L A Q D A M
Pelajaran lainnya lagi, ketika belalang patuh dengan
kewajibannya sebagai belalang, tak ada niatan sedikitpun di
diri belalang untuk merubah dirinya menjadi honda, suzuki,
yamaha bahkan ducati sekalipun. Tangguh, tak ada rasa
minder bagi skuter untuk berjajar bersama dengan motor-
motor usia belia. Karena belalang tua yakin, ada yang tak
dimiliki oleh belalang-belalang belia itu, nilai kewibawaan
dan kharismatik. Ada letak keistiqomahan belalang yang bisa
menjadi bahan pembelajaran saya, sebagaimana wajibnya
saya sebagai manusia, manusia yang benar-benar manusia,
bukan manusia yang jin, manusia yang iblis, manusia yang
malaikat, bahkan manusia yang menggantikan peran
Tuhannya sebagai Tuhan sekalipun.
122| M I N T U R O B I L A Q D A M
yang mengelilingi bumi di sisi yang lain. Yang juga di variasi
oleh iklim cuaca kapan panas kapan angina berhembus juga
kapan air-air itu turun membasahi bumi. Bagaimana bisa itu
semua terjadi jika memang tidak karena “Inama amruhu idza
arada sya’ian an yaqula lahu Kun Fayakun”.
123| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Bagaimana engkau mampu untuk memanusiakan
hewan, tumbuhan dan benda-benda jika engkau
saja tak mampu untuk memanusiakan manusia,
jangankan memanusiakan manusia, untuk
memanusiakan dirimu saja engkau tak kuasa.”
rifi hadju.
124| M I N T U R O B I L A Q D A M
CLEANING SERVICE
125| M I N T U R O B I L A Q D A M
mindset bahwa cleaning service adalah rendah. Boleh-boleh
saja mereka untuk bersebelah mata dengan apa dan siapa
cleaning service, berusaha untuk meloncat ke tingkatan-
tingkatan jauh diatasnya, dengan pamrih timbal balik peng-
aku-an orang lain terhadap dirinya.
126| M I N T U R O B I L A Q D A M
yang sekarang ini menjadi hal-hal tabu yang umum dan
biasa saja di tengah kemasyarakatan kita.
127| M I N T U R O B I L A Q D A M
Untuk bersuluk, untuk menumbuhkan jiwa yang
murni ialah sebagaiamananya pohon yang sempurna adalah
biji nya yang ditiadakan di dalam gundukan tanah, ditanam
dan dirawat agar jiwa dapat tumbuh dan berbuah agar juga
menjadi kemaslahatan bagi yang berteduh dibawahnya, bagi
yang bernaung disekitarnya.
128| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Bagaimana bisa kita berangkuh ria dengan
capaian saat ini sekaligus merendahkan apa yang
di bawah kita, sedang Tuhan masih merahasiakan
kebesaran mereka yang kita rendahkan.”
rifi hadju.
129| M I N T U R O B I L A Q D A M
HUJAN.. UDAN..
130| M I N T U R O B I L A Q D A M
sarana mencapai satu lingkaran tujuan yang sama,
kesejatian. Bahwa debu-debu, tanah, air, matahari, bulan,
bintang, langit, tata surya, semak belukar, jatuhnya
dedaunan, hembusan udara bergerak, binatang-binatang,
apalagi sesama manusia, bahkan senior manusia.. iblis, ialah
rekanan, teman, guru, sekaligus sopir kita untuk meneliti,
mempelajari, sekaligus memahami sebab dan akibat dari
apapun yang ada di depan mata. Mata disini pun yang
dimaksudkan bukan hanya mata secara indra, tetapi
seharusnya apapun bisa diaktivasikan sebagai mata, yang
menjadikan langkah menjadi waspada, hati-hati, yang
sekaligus menjadi cctv pengawas kita di dalam kehidupan.
Tetapi, sudahkah kita menemukan tombol-tombol aktivasi
mata itu, sudahkah kita menemukan tangan untuk
menyentuh memencet tombol itu, sudahkah kita
menemukan cara-cara, step-step agar tombol-tombol mata
itu bisa di aktivasi. Oke, anggap saja sudah, ya.
131| M I N T U R O B I L A Q D A M
Seperti saja ambil satu sample yang saat ini kita sedang
memasuki musim penghujan. Yang menganggap indikator
dari kehidupan ini adalah kebenaran objektif soal padat dan
cair, yang berharap guyuran hujan tetapi dirinya tidak basah
pakaiannya tidak jembrot jalannya, atau hujan tetapi tidak
banjir, atau hujan tetapi tidak menunda keperluan
duniawinya, atau hujan tetapi tidak mengganggu aktivitas
kesehariannya.
132| M I N T U R O B I L A Q D A M
ngono tepakno nang udan awakmu. Koyok sing tak lakoni,
Rek. Karena yang saya yakini, setitik dari ribuan titik-titik
hujan itu menyampaikan pesan berupa barokah, rezeki,
kenikmatan di dalam tubuhku”. Hujan adalah filter kepada
dasar baik-buruk, hujan adalah cermin ketahanan mental
dan fisik seseorang, meningkat atau menurun kapabilitas
pemikirannya, frekuensi pergerakan hatinya. Karena
persoalan hujan adalah bukan tentang basah kuyub. Karena
persoalan hujan bukanlah fase air di dalam tanah yang naik
ke permukaan – air yang menguap ke angkasa – terbentuk
awan yang menggumpal – kemudian turun hujan kembali
membasahi bumi seperti yang orang-orang ilmiah
kampanyekan.
133| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Hujan rela menelanjangi dirinya untuk diperkosa
sebagai kata-kata cinta. Sedang payung
memposisikan dirinya sebagai tameng penolakan
terhadap kerinduan.”
rifi hadju.
134| M I N T U R O B I L A Q D A M
BERBAGI KEPADA NYAMUK
135| M I N T U R O B I L A Q D A M
menggantikan peran tugas perawat itu, memindahkan letak
dedebuan yang kompak menghinggap.
137| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Saya takut andai persatuan bangsa nyamuk se
dunia berkumpul, rembug, rapat besar dan
menghasilkan keputusan untuk menyatakan
perang dan siap menginvasi kerajaan manusia
yang merasa dirinya adalah mahkluk mulia,
nyamuk hina.”
rifi hadju.
138| M I N T U R O B I L A Q D A M
KEBESARAN HATI WARUNG KOPI
(Drrtttt... Drrrtttt....)
***
139| M I N T U R O B I L A Q D A M
Di warung kopi, ia menjadi mediator – penengah
untuk bersilaturahmi.. menjadi tempat pertemuan sejuta
cerita.. tempat manusia-manusia yang membiarkan dirinya
di cap pengangguran oleh para pengejar dunia.. tempat
tertuangnya ide-ide gila yang tak terkira.. tempat
bersepakatnya perbedaan pemikiran yang bercabang-
cabang.. tempat jujukan pemuda-pemuda akademisi yang
merebah untuk menyelesaikan tugas-tugas kampusnya..
tempat dapur umum pengisi perutnya para perantauan yang
berikhtiar.. tempat spg-spg menjajakan, menawarkan jenis-
jenis produk rokoknya.. tempat berteduhnya para pekerja-
pekerja embongan, sales, marketing, penyapu jalan, kurir,
leasing, tuk sejenak menuangkan lelah.. tuk sejenak menarik
nafas panjang.. untuk mempersiapkan rute perjalanan-
perjalanan selanjutnya.
140| M I N T U R O B I L A Q D A M
membahas regulasi, meskipun kadang benak juga tak
bertambah sari.
141| M I N T U R O B I L A Q D A M
yang dijajakan berderet di loyang plastik berminyak, nasi-
nasi bungkus merakyat yang bervariasi ayam, cuilan ikan,
tahu tempe, rempelo ati, ndog dadar.
142| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Hanya harapan, suatu saat nanti pemerintah
Indonesia mengekspor ribuan penjual kopi ke
kompleks ka’bah, sebagai perlawanan terhadap
kapitalisme yang merajalela.”
rifi hadju.
143| M I N T U R O B I L A Q D A M
WAALAIKUMSALAM “ASSHOLATU WASSALAMU
ALAYK….”
144| M I N T U R O B I L A Q D A M
menghibur diri. Dipaksa harus dan wajib berkata “iya” untuk
mengalirkan diriku di dalam arus yang deras, aku berupaya
mencengkeram kanan kiri apapun yang bisa menjadi
gondhelanku, erat-erat. Agar ku tak semakin tergoncang
menengah di hamparan samudra ketidaktahuan, di
bentangan hitam kegelapan.
145| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Pandai-pandai lah untuk mengakali apapun
sebagai sandaranmu, termasuk bersandar pada
kardus hanyut sekalipun.”
rifi hadju.
146| M I N T U R O B I L A Q D A M
NGALAH
147| M I N T U R O B I L A Q D A M
untuk sesederhana kata pun mengalami kesulitan untuk
memilah-milahkan, memeta-metakan, meletakkan pada
ruang yang besar kecil nya serasi dengan apa yang
diletakkan. Soal kalah dan ngalah, pahlawan dan pecundang,
pemenang dan pengecut lah contoh nya. Lalu bagaimana
letak posisinya antara ngalah dan sabar? Lantas, bagaimana
ke fase - runtutannya antara ngalah dan legowo? Lalu,
sampai mana ukuran ngalah setiap manusia? Kemudian,
seperti apa rentang antara ngalah dan “menang-kalah”?
148| M I N T U R O B I L A Q D A M
menghadapinya, lalu memiliki alasan mengapa
memperhitungkan seperti itu. Tak semua orang bernafsu
pada kalah-menang, namun terdapat segelintiran orang yang
menganggap ada yang jauh lebih tinggi dari kalah-menang,
ada kepuasan, kenikmatan, kelegaan lebih lagi untuk “naik
kasta” sembari semakin membumikan diri, merendahkan
hati, memperbanyak masa.
149| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Ngalah, ialah sebuah mega proses tangguh
tempaan panjang yang amat mendalam, sunyi,
senyap, tegar, dalam rangka untuk ng-Allah,
menuju Allah, menuju Tuhan, menuju kesejatian,
menuju kehakikian, yang kodrati.”
rifi hadju.
150| M I N T U R O B I L A Q D A M
NYUWUN SEWU NAMPIL KOREK
151| M I N T U R O B I L A Q D A M
Sebuah hal inti dari Jowo yang terus “eksis” secara
mewaris turun-menurun adalah adab unggah-ungguh, walau
pergerakan perabadan yang begitu dinamis dan bergerak
secara “liar” berusaha mempengaruhi subjek dari adab
tersebut. Bagimana adab sopan santun, tahu diri, unggah-
ungguh menjadi nilai dasar yang ditanamkan dan berdiri di
atas puncak peradaban diantara peradaban-peradaban yang
terus berkembang mencari kesana-kesini kebingungan dan
ujung-ujungnya juga njujug di tanah ini.
152| M I N T U R O B I L A Q D A M
sekitar dimana ada asap khas rokok, maka disitulah ada
sumber yang dituju. Menghampiri berjalan mendekat untuk
meminjam korek dengan sedikit menunduk. Dalam Jawa,
yang sering diucapkan adalah “Nyuwun sewu, mas, pak,
badhe nampil korek”. Dan biasanya pun pemilik korek akan
membuka lebar-lebar dengan “Oh, enggeh mas, niki
monggo.” dengan menyodorkan korek.
153| M I N T U R O B I L A Q D A M
gelombang ibadah yang mereka para pelaku juga tidak sadar
bahwa mereka beribadah dengan secara tak langsung
memunculkan ketulusan dan keikhlasan yang luar biasa.
154| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Banyak hal-hal lembut yang disepelehkan oleh
manusia modern. Karena mereka menganggap
yang tidak sepeleh adalah hal yang nampak dan
serba instan.”
rifi hadju.
155| M I N T U R O B I L A Q D A M
UNIVERSITAS ATAU GUBUK PELARIAN?
156| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Man Kirman.” Kayat melambai-lambai agar Kirman merapat
ke gubuk sunyinya.
“Makasih yat.”
***
157| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Menuntut ilmu, mungkin.”
“Hah, yakin?”
“Loh kenapa?”
“Penjelasan apa?”
“Itu.”
“Yang ngejalanin kamu kok aku yang ditanya yang gak aku
jalanin.”
“Ya perlu.”
159| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Buat apa?”
“Ya yang paling dasar biar aku punya jawaban yang tepat
kalo ditanya teman, ditanya orang-orang, ditanya orang tua,
atau ditanya oleh diriku sendiri.”
“Menurutmu?”
“Kenapa?”
160| M I N T U R O B I L A Q D A M
kanan dan sayap kirimu. Agar kamu bisa terbang ke
angkasa.”
“Lha kok....”
“Lah hingga sekian tahun ini kamu kuliah itu ngapain aja?
Masak belum menemukan esensinya?”
“Ketemu berarti?
161| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Mengapa tiba-tiba Kayat berjalan ke arah sana
dan menyibak gumpal gulita? Pede sekali, seolah
dia adalah faktor utama dari tak terhijabnya sinar
surya. Siapa dia? Padahal semua yakin kalau Kayat
sama sekali bukanlah fakor balikan telapak
tangan.”
rifi hadju.
162| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Ya enggak, maksudku bukan itu”.
“Iya ada benarnya, ilmu itu penting. Yang saya maksud itu..
kalau hanya cari ilmu kayaknya nggak perlu harus di bangku
persekolahan deh, man. Kalu bicara soal ilmu, ilmu kan bisa
dicari dimana saja, bisa kapan saja, bisa gimana saja, pas
ngapain saja, oleh apa saja. Kamu tadi berjalan di bantaran
yang tak keluar airnya, diteduhi oleh pohon-pohon gersang
itu semua kan juga upaya-upaya untuk menemukan ilmu,
tapi kamu belum ada kesadaran untuk itu. Amit jangan
tersinggung ya, man. Kalau menurutku sekarang ini, di dunia
akademisi itu kan hanya sebuah spektrum kecil yang rumit
dari bentangan tanpa batas. Bahkan aku malah semakin
163| M I N T U R O B I L A Q D A M
nggak mengerti esensi dari pendidikan di bangku-bangku.
Halah itu nggak perlu tak jelaskan lah cukup itu saja. Kembali
ke kamu tadi, lah atau jangan-jangan kamu kuliah itu hanya
untuk melarikan diri sekencang-kencangnya dari ketidak
mampuanmu menemukan ilmu? Lalu engkau mencari jalan
pintas meskipun kamu mengeluarkan biaya yang kalau
dibelikan kopi panas di Mak Nyik bisa banjir kali itu, man.
Harus mengeluarkan waktu sekian jam dari setiap
perputaran rotasi untuk itu. Bukankah ilmu itu free? Alias
gratis tis tis tis.”
164| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Nyatanya sekolah-sekolah hanya memerlukan
Tuhan pada saat peresmian gedung dan
pembukaan pidato sambutan.”
rifi hadju.
165| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kirman kembali diam, kali ini melihat kebawah. Tak
menjawab… sunyi… lama... lama sekali, sampai kecoak di
dekat gubuk Kayat atret untuk ke empat kalinya.
166| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Halah apa toh, omonganmu malah bikin aku tambah nggak
mudeng.”
“Loh apa? Kamu dari tadi kok lah loh lah loh aja.”
“Hkjnjsndfbiusoooafnikmgaaaaaa…….”
167| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Asem…. Tembak tleser ceritanya…. Iya deh.”
“Iya ageh sana pesan kopi di Mak Nyik, sama gorengan nya
ya.”
“Apanya?”
“Ya terusannya.”
168| M I N T U R O B I L A Q D A M
saat, dan menyeruput nikmatnya bersapu sepoi 169cenar
gersang.
“Uwis.”
“Terus?”
“Terus apa... Sebentar toh, man. Tak nikmatin dulu ini kopi
hitam udhekan nya Mak Nyik, nikmat loh. Racikannya pas.”
Kayat menunda-nunda.
“Sudah?”
“Hah... opo”
“Kuliah ku...”
“Kenapa?”
169| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Harus gimana?”
“Coba kamu belajar dari kopi nya Mak Nyik yang kamu
seruput. Lihaten… perhatikan, antara komposisi kopi, gula
dan air panasnya, serta ritme adukannya… pas, sesuai
dengan wadahnya.”
“Gitu ya…”
“Seperti…”
170| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Seperti kekakuan-kekakuan akan ketidaktahuanmu,
kekauan-kekakuan akan ketahuanmu, juga kekakuan-
kekakuan akan kesoktahuanmu.”
171| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Loh kan aku punya banyak ilmu yang ku serap di......”
“Dimana?”
“Ya emang aku belum tahu dan nggak mau tahu apalagi cari
tahu.”
“Untuk apa?”
“Biar apa?”
“Biar tahu”
172| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Ya biar kamu jadi tahu.”
“Ya enggak, kalo udah tahu, bisa cari ilmu yang lain.”
“Ya ilmu itu yang sebelumnya nggak kita ketahui, jadi kita
ketahui”
“Hahahahahaaa....”
“Kok malah ketawa sih kamu, yat? Ada yang salah apa?”
173| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Ngalir seperti apa?”
“Sungai?”
“Ngapain?”
174| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Sama apanya?”
“Hahaha ogah, kok malah ndoain orang lain, wong aku saja
nggak pernah ndoain diriku sendiri.”
175| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Mengapa sekolah atau kampusnya hanya
memperkenalkan kesuksesan orang-orang yang
menjadi boneka di sekolah atau kampusnya? Kalau
sekolah atau kampus itu adil, maka mereka juga
harus memerkenalkan kegagalan sekolah atau
kampusnya dan orang-orang yang bukan
bonekanya.”
rifi hadju.
176| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kirman menghabiskan secangkir kopi dari Mak Nyik
dan sesekali nyedot kretek dari Kayat. Tak lama, Kirman
pamit mengundurkan diri. Istirahat, katanya. Ia juga akan
berjanji tuk singgah kembali di gubuk Kayat yang ya
begitulah kondisinya.
***
177| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Yat yat….”
“Hehehe....”
“Mringis....”
“Lalu?”
“Bener ta?”
178| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Bener nggaknya kan ya dilihat dulu siapa yang ngomong,
bagaimana background sejarahnya yang ngomong, dalam
kondisi apa ngomongnya, letak pengucapannya, vibrasi
suaranya, juga mengapa ngomong begitu, siapa yang diajak
ngomong, suasana sekitarnya waktu ngomong, juga
pantulan-pantulannya dan juga juga yang lainnya. Toh…
bener itu nggak selalu bener, wong salah aja nggak selalu
salah. Dinamis, tergantung yang sekian aku sebutkan tadi.”
Kata Kayat.
179| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Aku ini kuliah biar nggak be o de o h, meskipun be o de o h
ku gak ilang, ya minimal aku mengkikis ke- be o de o h -anku
lah. Meskipun aku nggak pinter tapi ya gak be o de o h gitu
lah, yat. Tengah-tengah.”
180| M I N T U R O B I L A Q D A M
yang dimaksud sebenarnya adalah cairan, bukan padatan
materialism seperti yang mereka kejar-kejar segala cara.”
“Ya begitulah.”
181| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Ya nggaktau, bisa iya bisa enggak bisa jadi. Kayaknya sih
enggak, wong aku ngomong ini itu tadi ngelindur. Emang
kenapa?”
“Halah, yat.”
“Hahahahahaha….”
182| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kayat tertawa begitu saja, sembari meninggalkan
Kirman sendirian di gubuk yang kebingungan. Tak lama,
muncul Jimbon yang menenteng bungkusan nasi mengarah
ke gubuk. Tak lama juga Kayat juga kembali membawa teh
hangat.
183| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Iya-iya, kuliah sana biar pinter” Kayat nyeletuk.
“Asem”
***
184| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Kenapa lagi kamu, man? Selesai mata kuliah kok
kelihatannya tambah bingung. Bukannya itu kemauanmu?
Sudah nikmati saja jalannya.”
“Kenapa?”
“Tadi kan pas ada kelas di kampus, aku dapat warning sama
salah satu dosenku, katanya aku terancam nggak bisa ngikuti
ujian.”
185| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Sekolah sekarang lebih banyak melahirkan
generasi canthengen.”
rifi hadju.
186| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Lalu?”
“Kok gitu?”
“Aturannya gitu”
187| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Mungkin ya kalau sering nggak masuk kan jadi nggak paham
materi yang disampaikan dosen, berpengaruh sama strategi-
strategi dosen dalam belajar mengajar agar peserta didik
yang diajar bisa lebih memahami, juga kan kalau sering
nggak masuk nanti kelasnya sepi, terus dosen nya ngajar
apa? Masak ngajar jam dinding yang tertawa.” Kayat
mencoba menengah.
188| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Mboh lah, tak balik dulu aku. Mau ngasih makan kambing-
kambingku dulu biar bisa ujian nanti bareng Kirman.” Jimbon
pamit.
“Terus, gimana?”
“Crit, asem.”
“Oke, yat.”
***
190| M I N T U R O B I L A Q D A M
Di warung kopi nya Mak Nyik, Kayat dan Kirman
masih terlihat berbincang-bincang dengan pokok yang
hampir sama, sesekali tensi pembicaraan agak naik karena
belum bertemunya satu frekuensi yang sama untuk
memahami. Mak Nyik hanya gedhek-gedhek melihat tingkah
Kayat dan Kirman yang menyaingi suara benturannya air dari
langit dan tanah yang semakin deras saja.
“Kalian ini ngobrolin apa toh, kok serius tenan?” Mak Nyik
bersuara kalem sambil membolak-balik gorengan yang
berenang mengambang di minyak mendidih.
“Ini loh, Mak Nyik. Aku kan ngelanjutin sekolah lagi, tapi…”
191| M I N T U R O B I L A Q D A M
nanti si Kirman bertemu dengan jawabannya atau enggak itu
urusan di perjalanannya nanti, tapi ada satu poin utama
disini adalah Kirman mampu untuk membuat pertanyaan-
pertanyaan. Itu Mak Nyik.”
“Lalu?”
“Ya saya sendiri ini merasa bahwa saat saya akan dan
memulai langkah yang awal lalu Mak Nyik, saya ini sudah
192| M I N T U R O B I L A Q D A M
salah penetapan. Kalau saya lanjutkan kan ya bubrah. Andai
nggak bubrah pun nanti hasil nya akan mbeleset sekian
derajat Mak Nyik. Nah, jangankan sekian derajat, Mak. Kalau
melenceng satu derajat pun, tetapi jika ditarik dua garis
lurus nya sepanjang kiloan meter lah misalnya, itu kan
rentang nya menjadi sangat jauh sekali. Lah saya ini kan juga
nggak tahu, berapa centimeter meter kilometer massa
perjalanan saya.”
“Ya ada benarnya sih apa yang kamu omongin ngalor ngidul
tadi, man. Meskipun Mak Nyik ini nggak paham seluruhnya
kata-kata yang kamu pakai tadi. Cuma Mak Nyik nangkep lah
dikit-dikit.” Mak Nyik melanjutkan.
193| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Gimana tanggapannya panjenengan, Mak?”
194| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Lah cara untuk bisa seperti njenengan itu gimana, Mak?”
195| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Saranku ya, tanamkan saja di dalam kebun qalbu mu, man.
Cukup yakinkan selesaikan apa yang sudah kamu mulai.
InsyaAllah Tuhan akan membuka kran air mu setelahnya,
man. Yakini saja pada skenario Nya.”
“Gitu ya, mak. Enggeh mak matur nuwun sanget. Yat, matur
suwun juga ya atas masukan-masukan mu yang
meluaskanku.”
“Halah, santai aja, man. Tapi bayarin kopi nya ya? Sama
gorengannya juga, sekalian teh nya tadi.”
196| M I N T U R O B I L A Q D A M
Bagi Kirman, itu kalimat yang sederhana, namun
sangat berarti dan menyulut bara semangat Kirman untuk
menyelesaikannya di waktu yang tepat, bukan pada tepat
waktu. Meskipun, apapun itu penjelasan-penjelasan tentang
sekolah oleh orang-orang akademisi, masih saja akan
menjadi tanda tanya yang sangat besar bagi Kirman.
***
197| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Kebenarannya, tujuan sekolah adalah untuk
mencari ijazah, bekal untuk cari kerja, sudah titik.
Yang lain-lain hanyalah pembenaran.”
rifi hadju.
198| M I N T U R O B I L A Q D A M
CAK SYBAN & MAN, YAT, MBON
199| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Yat, ke Kyai Sudrun ini aku enaknya pakai celana apa
sarung, ya?”
“Maksutnya gimana?”
***
***
202| M I N T U R O B I L A Q D A M
Di suatu lingkaran ruang dan waktu pula, awal kalinya
Kirman, Kayat dan Jimbon bertemu dengan Cak Syban tanpa
disengaja, yang saat itu hingga beberapa kesempatan
selanjutnya masih saja bertahan dengan panggilan Cak sing
iku (yang itu), karena memang belum mengerti dan
mengenal kalau ternyata namanya adalah Cak Syban.
Nyambunglah pada perjalanan ceritanya. Kirman, Kayat dan
Jimbon diajak, diundang, disumonggohkan atau apapun
namanya, untuk bertamu di gubuk dari Cak Syban, yang
sunyi dan tersudut oleh gegap gemilau - riah riunya
Metropolitan.
203| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kemudian Cak Syban segera masuk kedalam untuk
mempersiapkan suguhan kopi kepada tiga serangkai. Cak
Syban kembali, duduk, mempersilahkan mereka meminum
dan menghembuskan asap rokok.
204| M I N T U R O B I L A Q D A M
kesana-kesini yang ditimpali oleh Cak Syban. Menjadi salah
tingkah Kirman, kalau Jimbon masih konsisten
mbegendheng. Nyruput kopi yang telah disediakan,
beberapa kali ia meminta rokok ke Cak Syban, ndlodhok.
205| M I N T U R O B I L A Q D A M
Untuk kita pelajari, untuk kita renungkan dan yakini akan
kebesaran Allah Swt man, yat, mbon.”
***
206| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Heh heh huss.. huss.. wis talah, rek” Kayat menengahi.
207| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Hahaha iyo wis iyo.”
“Bangsa kita saat ini kan sudah sangat diinjak-injak Cak, kita
itu dilucuti, bahkan pemuda seumuranku juga malah hampir
blas gadas nol putul memahami tentang bangsanya. Tapi
kok, kita ini kok masih tetep tangguh ditengah penderitaan
ya, Cak. Kita ini kayak nggak ada sedih-sedih nya gitu, masih
bisa cengengas-cengenges ngopi rokokan sebal-sebul kayak
gini.”
“Asem.”
208| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Ya memang tingkat ketangguhan bangsa kita ini nggak ada
duanya dibandingkan bangsa-bangsa lainnya, mbon.
Meskipun ditengah carut-marut nya bangsa ini pun, masih
ada kok orang-orang keramat yang sengaja disembunyikan
untuk menyeimbangkan, yang memang beliau-beliau masih
belum menampakkan dirinya, masih disembunyikan itu tadi.
Nanti mereka juga akan “turun gunung” juga jika kondisinya
sudah sangat genting. Terus soal pemuda-pemuda itu, ya
memang siklus itu sudah mulai dilakukan sekitar ratusan
tahun lalu. Bahkan pada zaman penjajahan Belanda dulu,
Belanda sampai kalang kabut untuk menaklukan perlawanan
rakyat yang sifatnya juga masih perlawanan daerah-daerah
untuk show off kekuatan bahwa “iniloh kami, jangan
sembarangan dengan kami”. Setelah diteliti, ternyata
tentang silsilah-silsilah bangsa kita yang begitu kuat itu
adalah menjadi tonggak tangguh leluhur-leluhur bangsa
yang sehingga hal itu menyulitkan penaklukan yang
dilakukan oleh Belanda. Karena itulah, silsilah-silsilah itu
dirusak dan berusaha untuk diputus rantainya oleh Belanda.
Karena itu juga, para anak cucu keturunan beliau-beliau
diperintahkan agar melarikan diri, menyamar, mengaburkan,
209| M I N T U R O B I L A Q D A M
meninggalkan gelar yang disandangnya, dan berbaur dengan
masyarakat jelata agar tidak dideteksi dan ditangkap oleh
kolonialisme Belanda.
Bahkan sekarang pun kita satu hal yang tidak tahu dimana
saja para keturunan wali itu, tapi diperkirakan memang
sekarang ini ada sekitar 80 juta bani waliyullah, Kyai Sudrun
termasuk diantaranya. Jadi hancur atau tidaknya bangsa ini
kedepan juga tergantung apakah bangsa ini untuk mau
dengan tulus mengingat leluhurnya atau tidak, mau belajar
tentang masa lalu untuk menyongsong masa depannya atau
tidak. Itu pilihan yang harus dipegang.”
210| M I N T U R O B I L A Q D A M
Pemuda-pemuda kita sekarang masa bodoh dengan asal-
usul panjang dan besarnya akan bangsanya sendiri.
211| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Saya heran, mengapa bangsa ini masih
menyanjung bangsa Barat yang baru mampu
menciptakan pil pengenyang. Padahal itu sudah
dilakukan sekian ratus tahun yang lalu oleh Gajah
Mada, ditambah beliau mampu mengenyangkan
pasukannya walaupun tidak makan di medan
perang.”
rifi hadju.
212| M I N T U R O B I L A Q D A M
Mereka diam. Merasa ditampar dengan uraian-
uraian Cak Syban. Malu mereka, karena mereka merasa
adalah satu bagian jenis dari pemuda-pemuda yang
disebutkan oleh Cak Syban.
***
“Lah bagaimana kita bisa tahu, cak. Mana itu kita sudah
mendapatkan berkah mana tidak nya?”
“Ya antonim nya loh, yat. Kita akan merasa lebih tentram,
anteng, damai hati nya, memiliki kontrol cukup di dalam
sanubari. Kalau melihat situasi yang terlihat sekarang, saya
kira kok semakin sedikit menemui manusia-manusia yang
mampu merasakan sentuhan-sentuhan guyuran
keberkahan.”
“Iya-iya, cak.”
215| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Nggak sematerialistis itu lah, man. Masak diibaratkan kalau
kamu melakukan ibadah itu dalam rangka menghitung
pahala dan dosamu. Ya jebol kalkulatormu.”
216| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Jangan memulai, mbon.”
217| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Hahahahaha ada-ada saja kamu man man.”
“Yang jelasnya kan wanita itu tidak bisa lepas dari sosok
humoris, sikap ngemong, dan juga ketika ia merasa bahwa
dirinya ini selalu mendapatkan perhatian.”
“Itu, ta. Tiga hal faktor utama kenapa wanita menolak itu
ya yang pertama karena ia merasa dirinya cantik, yang
kedua ia merasa bahwa dirinya pandai, yang ketiga karena
218| M I N T U R O B I L A Q D A M
ia merasa memiliki kelebihan secara materi. Sudah itu saja,
selanjutnya kamu gali sendiri.”
219| M I N T U R O B I L A Q D A M
Begitu menikmati sarapan dini hari yang Cak Syban
dan tiga serangkai lakukan, diiramakan dengan gerak-gerik
awan merah muda mendung yang sedikit demi sedikit
menyatu dan menebalkan volume. Sekian menit sunyi, fokus
pada apa yang terisi di balik bungkus, hlap-hlap-hlap.
“Loh cak?”
“Hmmm….”
“Maksutnya cak?”
“Hehehehe.”
221| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Bagaimana beliau mendatangi, cak?”
222| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Satu hal yang tidak bisa dicapai oleh logika adalah
ketika mengolah mekanisme hati agar merindukan
sesuatu yang belum ditemui. Termasuk rindu agar
bertemu dengan Kekasih Nya.”
rifi hadju.
223| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Oh ngoten.”
“Saya ini makrifat loh cak, tapi saya gak bilang-bilang. Biar
rahasia.” jimbon mbanyol.
“Cak, cak. Mumpung sudah kenyang nih, aku mau tanya lagi
sekarang?”
224| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Lak nggak nyambung.”
“Gini, cak. Soal sejarah lagi ini, kalau kita ngomong soal
Suroboyo, kita bicara soal asal-usul nya, itu gimana ya cak?
Ya beberapa cerita gitu, cak.”
225| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kekaisaran Mongol yang sudah tersulut kemarahannya
karena apa yang diperlakukan Kartanegara kepada Meng Qi,
yang kemudian menyulut kemarahan Kubilai Khan,
memerintahkan untuk menyerbu tanah ini dengan
mendatangkan berpuluh-puluh ribu pasukan ke tanah Jawa
dengan tujuan membalas apa yang telah dilakukan
Kartanegara kepada delegasinya. Namun, Mongol tidak tahu
kondisi disini jika ternyata Kartanegara sudah kalah oleh
Jayakatwang.
226| M I N T U R O B I L A Q D A M
bahaya. Pun kelahiran Kota Surabaya juga menunjuk dari
penanggalan sewaktu kalahnya pasukan Tartar pada tahun
1293 lalu.”
227| M I N T U R O B I L A Q D A M
Buntet yang di daulat menjadi komandan perang pada 10
November lalu, mbon.”
228| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Kenapa begitu, cak?” kirman ganti bertanya.
“Hehehe, iya man. Itu yang zaman sekarang jarang bisa kita
temui orang-orang yang memiliki karomah-karomah.”
230| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Ada, yat.”
“Siapa, cak?”
“Lah ya itu.”
“Haha, gundhulmu.”
233| M I N T U R O B I L A Q D A M
Cak Syban meneruskan, “Ya kapan-kapan lah saya
cerita lebih panjang lebar lagi, kita sama-sama belajar.”
234| M I N T U R O B I L A Q D A M
Kirman, Kayat dan Jimbon mengangguk dengan
pesan yang menyimpan pesan dibalik pesan yang diserap
dari Cak Syban. Ada yang berbeda dengan dua pertiga waktu
malam Bersama dengan Cak Syban. Ada kesegaran, ada
nafas panjang, ada sistem mental yang aktif dari mereka
bertiga. Mereka pamit, salim juga mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya atas segala pentransferan yang
sebelumnya belum mereka dapatkan, yang menguatkan dari
lesu mereka. Cak Syban menutup pagar dengan
Waalaikumsalam.
235| M I N T U R O B I L A Q D A M
“Sak apik-apik’e menungso iku sing ngguyu
cengengesan nang ngarepe menungso, nangis
sesengguk’an nang ngarepe Gusti Allah.”
rifi hadju.
236| M I N T U R O B I L A Q D A M
Karya yang jauh dari kata sempurna ini, tak
mungkin saya selesaikan jika tidak ada semangat ibu yang
bersemayam di dalam sekujur tubuhku. Sejujurnya, tak
layak aku mempuisikan ibuku, bagiku, ibu jauh lebih indah
dan sastra dibandingkan puisi. Aku yang lain menjawab, ya
memang ini salah satu ketidakmampuan cara membalas
sepanjang masa ibu padaku. Buku ini, memang bukan
sempurna yang menjadi tuju, tetapi menuangkannya
adalah sebuah kepuasan batin yang tak terkira.
Upaya apresiasi.
237| M I N T U R O B I L A Q D A M
IBU...
238| M I N T U R O B I L A Q D A M
Memurnikan fikiranku yang tergumpal awan gelap kabut
239| M I N T U R O B I L A Q D A M
MIN TUROBIL AQDAM
240| M I N T U R O B I L A Q D A M
241| M I N T U R O B I L A Q D A M
242| M I N T U R O B I L A Q D A M