Anda di halaman 1dari 170

001/1/15 MC

Di Dolom Diri
Z\do Z\llob
Ada Sifat-Nya,AdaAsma-Nya,
AdaAf 'al-Nya, danAda Dzat-Nya

(.)

--
:::E
LI)


0
0
Sanksi Pelan.ggar.an Pasal 72
Undar1g-Unda11g Nomor 19 Tahun 2002
ten tang HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak 1nelakukan perbuatan seba­
gaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipi­
dana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rpl.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling
lama 7 (hijuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, 1nengedarkan, atau men­


jt1al kepada umurn suatu ciptaan atau barang hasiJ pelanggaran Hak Cipta atau hak
terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana pe11jara pa­
ling lama 5 (lin1a) tahtm dan/atat1 denda paling banyak RpS00.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).

(.)
:::E

-
LI)


0
0
Di Dolom Diri
a a
Ada Sifat-Nya, Ada Asma-Nya,
Ada Af'al-Nya, dan Ada Dzat-Nya

CIPTA HENING

Penerbit PT Elex Media Komputindo

rq:;, KOMPAS GRAMEDIA


(.)
:::E

-
LI)


0
0
E>i E>ALAM E>iJU AE>A ALLAH
Ada Sifat-Nya, Ada Asma-Nya, Ada Af'al-nya, dan Ada Dzat-Nya
Ditulis oleh: Cipta Hening
Art Desig11er: Achmad Subandi
© 2010 Cipta Hening
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia-Jakarta
Anggota IKAPI, Jakarta 2010.

998102566
ISBN: 978-979-27-9003-0

Motivasi Islami

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau selurtih isi buku
ini tanpa izin tertulis dari Penerbit, kecuali kutipan kecil dengan menyebtitkan sumbernya
denga11 layak.

Oicetak oleh Percetakan PT Gramedia,Jakarta


Isi di luar tanggung jawab percetakan.
(.)
:::E

-
LI)


0
0
Ucapan Teriin.a Kasih ............................................................. IX
Kata Pengantar ........................................................................ XI
IIustrasi ............................................................................ ........ xv
Pendahuluan ........................................................................... xvii

Bab 1 Menyelami Diri untuk Mengenal Tuhan .................. 1


Bab 2 Sudahkah Menyembah Tuhan? ................................. 15
Bab 3 Menyelami Keberadaan Tuhan.................................. 35
Bab 4 Hakikat Makrifat .................... ............................... ...... 45
Bab 5 Rasa Senang, Rasa Kasih, dan Sayang....................... 49
Bab 6 Kedudukan Hati Para Diri Manusia.......................... 71
Bab 7 Mentauhidkan Rasa dan Hati ................ .................... 87
Bab 8 Mengenal Lahiriyah, Batiniah, Diri, dan Jati Diri .... 93
Bab 9 Perjalananku, Bersama dengan Guru ....................... 127

Penutup .................................................................................... 139


...
·�
�:

t, ..••••
• .�
o. oc ,d
.....
•••

••
••
�'-.J:o-: �

I

:)

O, '
:o,co

•.. . ,,•••"'
�;
rat
.....

•• 0 •
'
'i
j

{J c>

,.

' I�
I
o,
• c.;;.

C
r

::l •
....

;J. �

l
••• _,,,
�· Cr> • O•
o· t ,,.

• I •
,,.. .Q.�

...
o;: .o�
��

OTt

0
:� �)•&i
,' •c
. ••o.;.
••
'
-
.,.
f
6b ,, ,,..• Y""
••••
.
v"
,.� I

�(l .Y:,: •

•'•

�· '1 � ? 9,0

.. og:.

:·c:.•• .. ••,
:�/!\ �I

· �o J;/ i.. .. �

"•,1'
'.'(,
·'Q:

b.,. ()
::E

-
(/)
:!'.::
Buku ini komi dedikosikon kepodo
Z\lmorbum Syeb Nur Z\lom Syob \Jsmon,
beserto keluorgo besor beliou

(.)

--
:::E
LI)


0
0

'•

;o.

ob ·*· k
� • ••
.,
,,... Q r:
• �

••
!J): • r
J:,:
.:,(I '

••

.....
iu I

..��
.. •
"'•.,O.• r1.i1 ,>

• •• •

�(c. •
\



0 �I ,,
lib


QI

� '"1,�
I
0
·�

h. .
0
,- �
i' . V

f •
• Q
"vo.

0 \'r'O


-?
t
10

'5'

,r
,
• :o.: '
,t;t
0 �

'� ··�
•·o·•
i 'r
j

., •
6.
.,. �-

!J
····•t• �

•••
o!
�..
,'..I.


""
•••
\ ��n

..
��

·o,y
:•• o ,
••
-o·
I w
);
...
• II)'


•• -,0,

�6

•••

'
0
••• 0
::l'
,0
Kepada Ibu Yahmi dan Bapak Hari, yang telah mela­
hirkan dan membesarkan kami.

Kepada guru kami, R.K.H. Asy'at Syamsul Arifin, Situbindo,


K.H. Abdullah Faqih, Langitan Tuban, Almarhum K.H. Mbah
Zahid, Denanyar Jombang, kami mohon doa restu.

Kepada KH. Lukman Hakim dan KH. Jamalludin Tambak Beras


Jombang, yang telah mengajarkan Kitab Al Hikam pada kami.

Kepada Mas Rotaji, Ustadz Hambali, Gus Jumadi, Gus


Shobirin, Gus Ghoni, Gus Nur Hadi , dan segenap jamaah
Majlis Iqtikaf.
Kepada jamaah Rotibul Hadad Bali, Mas Agus, Kak Rashidi,
Kak Mad Sholeh, Kak Mad Rashid, Kak Qusai, dan segenap
jamaah semua.

Kepada Istriku tercinta Siti Qoniah, yang selalu menemaniku


di dalam suka dan duka, untuk adiku Ana terima kasih atas
semua bantuanya.

Kepada anakku tercinta M Yoga Nahdzatul Sya'ban, semoga


menjadi anak yang sholeh.

Dan kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya


buku ini, dari lubuk hati yang paling dalam kami haturkan
terima kasih yang mendalam.
g

••• ••
• • '

••
•:o
••••
1
·· ...o.
. n
?1:: '
r
I
,.. @
0
fe

,$.111
�,

0•,..
rfo "'-
I:;;I ....

"' � .
-
� !! "l
• �

.. d ..,.•
•••

.. •
• •

��
?
O· 0 •
....
··..�,
•0
I,
:de{
••
• "•

••0
•••
I
••
••


�v .
0
'•11U•
•••
..
cJ,
.,.
-
::'E
KA lf\ PENGf\Nlf\R.

i masa sekarang banyak bermunculan agama clan


ajaran baru, yang di bawa oleh seseorang yang
mengaku sebagai Nabi baru clan Rasul baru. Dan
bahkan ada yang mengaku sebagai Tuhan. Itu semua terjadi
disebabkan oleh semakin banyaknya clan semakin mudahnya
seseorang mengakses informasi melalui media internet dan
buku-buku yang ada selama ini. Khususnya ilmu tasawuf dan
tauhid, yang mengupas clan menjelaskan tentang rahasia Diri,
rahasia asal kejadian Diri, dan rahasia Tuhan. Sebagian besar
dari mereka memahami hal ini tanpa bimbingan guru, sehing­
ga tersesat di dalam pemahaman clan keyakinanya. Yang ke­
mudian ia menyatakan diri sebagai Nabi dan bahkan Tuhan.
Hal ini tentunya sangat menyesatkan diri sendiri clan orang
lain.

Banyak orang yang enggan belajar ilmu Hakikat Makrifat


(Ilmu Tauhid) yang disebabkan oleh ketidaktahuan clan ke­
tidaksadaranya akan pentingnya ilmu tersebut. Untuk itulah
kami berusaha menulis buku ini yang merupakan hasil per­
jalanan rohani kami dan saudara seperjalanan kami, serta
perjalanan rohani guru kami. Walaupun jauh dari sempurna,
harapan kami semoga dengan hadirnya buku ini, para sauda­
raku bisa mengambil hikmah clan manfaat dalam menggapai
dan menapaki jalan Allah, clan semoga Allah membimbing
kita semua.

14)

X1 l::
Di Dolom Diri Z\do Nlob

Di dalam buku ini kami menerangkan bagaimana cara kita


memahami dan menjalani ilmu Hakikat Makrifat dengan be­
nar, menurut Allah ta' allah. Dan pemahaman yang bagaima­
na yang salah dan menyesatkan, menurut Allah, dengan con­
toh-contoh kejadian di keseharian kita, sehingga ilmu Hakikat
Makrifat ini bisa dipahami dan dijalani oleh setiap lapisan
umat yang awam. Sehingga kita semua bisa terhindar dari pe­
mahaman dan keyakinan yang salah dan menyesatkan.

Kami sampaikan juga, Tetang Rahasia Diri, Rahasia Kejadian


Diri Manusia, dan Rahasia Keberadaan Tuhan di Dalam Diri
Manusia. Tentang rahasia Sifat Tuhan, perbuatan Tuhan,
Nama Tuhan dan Dzat Tuhan di dalam diri manusia, secara
gamblang dan jelas. Diri manusia terdiri dari badan lahir dan
badan bathin. Badan lahir adalah seluruh anggota tubuh ma­
nusia, sedangkan badan bathin adalah bersifat ghaib (sesua­
tu yang tidak bisa dinyatakan oleh indra lahiriyah manusia).
Seperti keberadaan akal, nafsu, pikiran, hati, jiwa dan ruh
pada diri manusia, itu semua ghaib adanya. Nah, di dalam
diri yang ghaib itulah terdapat rahasia keberadaan Tuhan.
Kami juga menjelaskan tentang unsur diri manusia yang
terdekat dengan Tuhan, yaitu rasa. Rasa-rasa ini kami urai
dengan jelas, sehingga kita akan mudah mempraktekan rasa­
rasa itu di dalam setiap amal ibadah dan amal perbuatan kita.
Sehingga dengan rasa itu kita bisa mengenal Tuhan, berjumpa
dan bercengkarama dengan-N ya.
Selain itu kami juga sampaikan tentang bagaimana caranya
menapaki jalan melalui jalan Syariat, jalan Thoriqoh, jalan
Hakekat dan jalan Makrifat, beserta tanda-tandanya dan ben­
tuknya. Besar harapan kami buku ini bisa bermanfaat. Dan
bagi para Mursyid dan Ulama' ahli Tasyawuf kami mohon
doa restu dan sarannya, demi kebaikan dan kesempurnaan
buku ini, sehingga bisa menjadi salah satu berkah bagi orang­
orang yang menepuh jalan kasih sayang. Semoga Allah mem­
bimbing kita semua.

Hormat kami,

CIPTA HENING

..
XJll

. -
l::
-�

�='O

-�
6bb •• If •• i:
.,.
y � A.
1
;,,····
O• ;;:

,...•
:,:
...• .. )
0� '

. ••""•.
• ·,;,;J•

>

..
• •

• C
..
•••


0

. : �
'

• o
••••
.. •
•' 0 .
:o ••
'I

�:
•••

6
i'.:.l •••
••
• •
'C 11 9.
-�
u..,V
......

:c,,••
••• -o· �:
,.,
• 0
:.....,..,..p,..
... �

Q'O;

.,;..J,i, ()

1/)
iLBSlRASi
• •

iapakah diri manusia yang sesungguhnya? Manusia ter­


diri dari badan lahir (jasad) dan badan batin. Diri adalah
yang meliputi keduanya. Diri yang lahir adalah seluruh
anggota tubuh manusia. Sedangkan Diri yang batin adalah
sesuatu yang ghoib pada manusia. Seperti keberadaan akal,
nafsu, jiwa, hati, rasa, dan roh.

Keberadaan diri manusia terdapat rahasia Dzati Allah, raha­


sia keberadaan Allah. Badan lahiriyah berupa tubuh manusia,
tiada bisa bersentuhan dan bertemu langsung dengan-Nya.
Dan tubuh ini akan hancur, apabila berjumpa secara langsung
dengannya, karena tiada kuasa tubuh manusia, memerima
kehadiranya di dalam tubuhnya.
Hati dan rasa, adalah sesuatu yang ghoib, keberadaannya tia­
da bisa dicium, dilihat, dan diraba dan tiada bisa dikenali in­
dra lahiriyah manusia. Adanya hanya bisa dirasa. Begitu juga
dengan Allah, keberadaan-Nya juga tiada bisa dikenali oleh
indra lahiriyah manusia. Keberadaannya hanya bisa dirasa.
Dan hanya dengan hati dan rasa, diri manusia bisa mengenali
keberadaan-Nya.

Buku ini juga mengulas tentang segala sesuatu tentang raha­


sia Diri, dan rahasia Tuhan di dalam Diri. Karena kalau tiada
tahu akan Diri, maka tiada tahu akan Tuhannya. Seperti Allah
sampaikan di dalam hadits Qutsi, ''Di dalam hati ada fuad, di
dalam fuad ada roh, di dalam roh ada Nur, di dalam Nur ada
Allah''. Untuk mengetahui apa saja, Sifat, perbuatan, Nama
dan dzat Allah di dalam Diri. Dan hati yang bagaimana, dan

xv
14)
l::
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

rasa yang mana yang bisa bertempatan dan berjumpa Allah?


Dan perbuatan serta sifat apa saja yang menyekutukanya?
Bagaimana cara mengenali dan mengendalikan nafsu dan
akal manusia? Jawabanya ada di dalam buku ini.

Buku ini menjelaskan secara gamblang, Tentang Diri dan keja­


dian Diri, yang merupakan tempat ''tajalli-Nya''. Tentang hati
dan perbuatannya, rasa dan perbuatannya yang merupakan
kenyataan perbuatan Allah. Dan siapakan Diri manusia yang
sesungguhnya? Juga menjelaskan perbuatan akal dan nafsu,
yang merupakan, perbuatan yang berangkat dari ego dan ke­
akuan manusia , yang merupakan perbuatan yang menyeku­
tukan Allah.

Dan akhirnya kami ucapkan, selamat membaca, dan semoga


saudaraku menemukan mutiara hikmah di dalamnya. Semoga
Allah membimbing kita semua, menuju jalannya. Amin.
PENf)f\J-)l:JLl:Jf\N

lmu Tauhid, di dalam tuntunan agama Islam bersumber


dan berdasarkan dari kitab Al-Qur'an, surat Al Ikhlas.
Dalam surat itu Allah ta'allah menyatakan diri-Nya seba­
gai Tuhan Yang Maha Esa, Maha Tunggal. Baik Esa, di dalam
Asma-Nya, Esa di dalam perbuatan-Nya, Esa di dalam sifat­
Nya, dan Esa di dalam Dzat-Nya. Dia Dzat yang terjadi dan
menjadi dengan sendiri-Nya. Yang awal dan yang akhir, yang
dhohir dan batin, dan yang meliputi keduanya. Allah tempat
meminta segala sesuatu dan tempat bergantungnya semua
makhluk, di langit dan di bumi. Allah tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan, bukan pula laki-laki ataupun perempu­
an. Tidak berupa dan tidak berwarna, tidak berada di dalam
suatu tempat, tapi berada di dalam setiap tempat. Dan tidak
ada yang setara dengan Dia. Baik itu, ilmu pengetahuan-Nya,
kemuliaan-Nya, keagungan dan kesucian-Nya, dan segala se­
suatu-Nya, tiada yang menyerupai Dia.

Tauhid, berarti mengesakan Tuhan. Untuk mengesakan Tuhan,


harus mengenal Tuhan. Kenal Asma-Nya, pebuatan-Nya, sifat­
Nya, dan dzat-Nya. Al Imam al Ghozali r.a, beliau adalah seo­
rang ulama tashawuf beliau mengatakan, ''Barang siapa yang
mengenal dirinya, maka mengenalah dia, akan Tuhannya."
Dan tiada sempurna seseorang mengenal dirinya, kalau tiada
tahu asal kejadian dirinya.

Pernah suatu ketika sahabat Rasullah saw., yang bernama


Sayyidina Abdullah bin Abbas r.a, bertanya kepada Rasullah,
''Ya Rasul, sebelum Allah ciptakan segala sesuatu, apa yang

••
XVII l::
Di Dolom Diri Z\do Nlob

Allah ciptakan pertama kali, ya Rasul?'' Rasulullah menja­


wab, ''Maka ketahuilah, sebelum menjadikan segala sesuatu,
terlebih dahulu Allah jadikan Nur Nabimu." Jadi, sebelum
Allah ciptakan segala sesuatu, yang mula-mula diciptakan
oleh Allah, adalah Nur Nabi Muhammad saw. Dan Nur Nabi
Muhammad saw., dijadikannya dari dzat-Nya.

Seperti kata Syeh Abdul Wahab al Syahroni, beliau me­


ngatakan, ''Bahwasanya Allah menjadikannya Nur Nabi
Muhammad, yaitu dari dzat-Nya, dan dijadikannya alam se­
mesta dengan segala isinya, adalah dari Nur Muhammad."
Rasulullah saw., bersabda, ''Aku adalah bapak dari segala
roh, dan Adam adalah bapak dari segala batang tubuh." Nabi
Adam diciptakan dari tanah, tanah dari air, air itu dari Nur
Muhammad. Maka Roh dan batang tubuh kita ini terjadi dari
Nur Muhammad. Sebagian ulama tashawuf, menggambarkan
hubungan antara hamba dan Tuhannya, ibarat sebuah lautan
beserta isinya. Lautan, air, dan ombak, adalah lain sebutan te­
tapi satu jua adanya.

Saudaraku, setelah Allah menciptakan segala sesuatu, terle­


bih <lulu Allah ajarkan pengetahuan tentang keberadaan Dia
sebagai Tuhan Sang Pencipta. Dan tujuan diciptakannya sang
makhluk, hanyalah untuk menyembah-Nya. Disebutkan da­
lam Al-Qur'an yang artinya, ''Tidak Kuciptakan manusia dan
jin, kecuali hanya untuk bersujud kepada-Ku." Allah ta'allah
juga menyatakan, '' Aku berada dekat dengan hamba-Ku, le­
bih dekat dari urat nadimu." Inilah sebagian kecil dari dasar­
dasar ilmu ketuhanan. Semoga bisa menambah keyakinan
kita, akan keagungan dan kekuasaan Tuhan.

Saudaraku, buku ini mencoba untuk mencari rahasia-raha­


sia diri manusia, dengan lebih bisa dijelaskan, dan dengan
mudah bisa diterima oleh akal pikiran clan logika manusia.
Pendohuluon

Dengan belajar mencari, mengenali, dan memahami, juga me­


nemukan Sifat-sifat, Asma-asma, Af'al-af'al dan Dzati Tuhan,
di dalam diri manusia.
Nah! Karena kita sadari atau tidak, bahwa di dalam diri ma­
nusia terdapat Sifat, Asma, Af'al, dan Dzati Tuhan. Dan, ha­
nya dengan mengenali dan menemukan Sifat, Asma, Af'al,
dan Dzati Tuhan yang ada di dalam diri manusia, manusia
akan mudah bertauhid kepada Tuhan-Nya. Di dalam Al-Qur
'an dan Hadis Nabi, sudah dijelaskan secara gamblang dan
terang, tentang asal kejadian diri dan kejadian diri, seperti se­
buah hadis yang kami sampaikan tadi.
Asal kejadian diri dan kejadian diri, kami ibaratkan seperti
buah pisang. Kalau buah pisang masih ada kulitnya, itu na­
manya buah pisang. Buah pisang ini bisa dibuat menjadi
bermacam-macam jenis masakan, kue, dan camilan. Bisa di
buat kripik, es krim, roti, dan lain sebagainya. Walau berubah
warna, bentuk dan namanya, akan tetapi unsur dan rasa diri
pisang, tidak akan pernah hilang di dalamnya. Itulah kejadian
dan asal kejadian dari makanan, kue, dan camilan. Seperti diri
manusia, walau sudah berubah wama, bentuk dan namanya,
akan tetapi unsur dan rasa Tuhan, tidak akan pernah hilang di
dalamnya.
Buku ini, mengajak saudaraku semua untuk mengarungi
dan menyelami samudra Tauhid, mulai dari pinggir pantai­
nya dan dengan perlahan menyelam ke dalam tengah samu­
dra, dan akhimya kita tenggelam di dalamnya dan menyatu
dengan samudra Tauhid. Sehingga hilang diri kita, sifat kita,
asma kita, af'al kita. Hancur dan larut ke dalam sifat-Nya, asma­
Nya, af'al-Nya, dan dzat-Nya. Pada akhirnya, lenyaplah diri
kita ke dalam Diri -Nya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Sebelum menyelami lebih jauh, di dalam keberadaan diri dan


keberadaan Tuhan, terlebih <lulu kita pahami, dan jangan di­
campur-adukkan antara tauhid dan agama. Tauhid, menyada­
ri akan keberadaan dan kekuasaan Tuhan di dalam hidup dan
kehidupan, di dalam setiap tarikan napas dan di dalam setiap
detak jantung kita, kita menyadari akan tiada keberdayaan
kita, tanpa kehadiran kuasa Tuhan, di dalamnya.

Sedangkan agama, adalah tuntunan-tuntunan hidup yang


berisikan perintah dan larangan, serta tata cara untuk ber­
hubungan dengan sesama makhluk, sesama manusia, dan
hubungan antara hamba dan Tuhannya. Ibaratnya, tauhid
adalah tujuan dan agama adalah jalan untuk mengantarkan
hamba pada suatu tujuan. Dengan agama kita bisa meniti ja­
lan menuju haribaan Allah ta'allah.
.�

• .
J�-
' I
• •

.�.'\
•,4 l\
I •
,

-...,
I

''t •', I
• •

• •I

.•
• • 1 -'; ;
ENYEL

J �J
••

l
I :
•... .·.1I .
r

-�
• t .... ••
J ,
....f . ';

,_ ; ��··
.·.,·. ,,.�,,,.., .,('\.
��
t I
t #

'
..... ..
• •
• •
, ''
..
,, lll
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

llah ta'alla telah menjadikan manusia sebagai Makhluk


yang paling mulia dan paling sempurna, dibanding­
kan dengan makhluk Allah yang lainnya. Makhluk
yang berada di dalam langit dan bumi, dan yang berada di
dalam dunia dan akhirat, selain Allah, manusialah yang pa­
ling mulia dan paling sempuma. Makhluk Allah yang ada di
alam semesta ini, seperti surga, bidadari, malaikat, kitab suci
Al-Qur'an dengan segala kesucian dan keagungannya, dan
merupakan petunjuk dan rahmat bagi manusia dan alam se­
mesta. Dan agama Islam yang merupakan cahaya bagi alam
semesta beserta isinya, itu semua di ciptakan oleh Allah, da­
lam keadaan yang mulia dan sempurna.

Tetapi Allah nyatakan bahwa manusialah, makhluk Tuhan


yang paling sempuma dan mulia, di hadapan-Nya. Sekarang,
manusia yang bagaimana, yang mulia dan sempurna di ha­
dapan Tuhan? Manusia yang sempurna, adalah manusia yang
mau menyempumakan, kesempurnaannya, dan memuliakan
kemuliaannya, serta menjaganya.

Saudaraku, manusia dengan perbuatannya, bisa lebih ren­


dah derajatnya dibandingkan dengan derajat iblis, juga seba­
liknya, derajat manusia bisa lebih tinggi, daripada malaikat,
dengan perbuatannya pula. Derajatnya lebih tinggi dari ma­
laikat? Lalu derajatnya siapa yang lebih tinggi dari derajatnya
malaikat? Jawaban dari pertanyaan inilah yang kami coba un­
tuk mencari jawabannya di dalam diri manusia.

Allah menciptakan manusia penuh rahasia. Manusia, adalah


rohnya alam, apabila manusianya bergolak, maka alam ini
pun ikut bergolak. Karena sesungguhnya alam semesta ini,
dengan segala isinya, semuanya terangkum di dalam diri ma­
nusia. Apa yang ada di dalam langit dan bumi, dan apa yang
1\\enyelomi Diri untuk 1\\engenol 'Cuban

ada di dalam dunia dan akhirat, dan segala sesuatunya, sudah


terangkum dan menyatu pada diri manusia.

Gunung, laut, surga, neraka, dan shirotholmustaqim pun, ada


di dalam diri manusia. Di dalam ilmu tasyawuf, hal itu dije­
laskan dan diterangkan sebagai tanda kemuliaan dan kesem­
purnaan diri manusia. Dan, tentunya kemuliaan dan kesem­
purnaan manusia, datangnya dari Tuhan yang Maha Esa, dan
segala sesuatunya pasti akan kembali pada-Nya.

Selain manusia sebagai rohnya alam, juga sebagai wadah dari


semua sifat-sifat makhluk Allah, dan juga sebagai wadah, dari
sifat-sifat-Nya. Di dalam Al-Qur'an, kalau kita pelajari dengan
saksama, tidak akan pernah kita temukan sifat manusia yang
kita temui adalah sifat binatang, sifat iblis, sifat malaikat, si­
fat Rosul, dan sifat Allah ta'alla semata. ''Subhanallah, maha
suci Allah dengan segala ciptaan-Nya."
Sekarang tugas manusia adalah untuk menjaga kesempuma­
annya, dengan memilah dan memilih sifat- sifat tersebut, me­
mahami dan mengenalinya, dan mengambil sifat-sifat yang
baik dan mulia, sebagai pegangan dan pedoman di dalam se­
tiap ucapan, tindakan, dan perbuatan manusia.

Yang pertama, sifat binatang. Allah menciptakan binatang


dengan segala bentuk dan jenisnya. Binatang hanya Allah be­
rikan hawa nafsu sebagai sarana hidup dan sarana untuk ber­
tahan hidup. Jadi, segala perbuatan dan tindakan binatang,
hanya berdasarkan nafsu. Makan dan minum dan berkem­
bang biak, berdasarkan hawa nafsu.
Hawa nafsu itu tak mengenal baik dan buruk, halal dan ha­
ram, dan juga tak mengenal rasa malu. Apa pun yang menja­
di keinginannya asalkan tercapai, akan menghalalkan segala
cara demi kepentingannya. Tidak peduli dan tidak segan-
--�
T
(.)
:::E
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

segan mengorbankan sesamanya, dan bertindak tanpa rasa


belas kasihan, menindas dan memeras yang lemah, untuk ke­
puasan hawa nafsunya. Kalau manusia bertindak dan berbuat
dengan didasari hanya oleh hawa nafsu, maka manusia ini
sebagai wadah dari sifat binatang. Dan, hanya secara lahiriah
saja berwujud manusia, tetapi di dalam setiap sikap dan per­
buatannya layaknya seekor binatang.

Yang kedua, sifat setan. Setan diciptakan oleh Allah dari


unsur api dan sifat dari api itu adalah panas. Sifat-sifat setan
itu congkak, sombong, dengki, iri hati, dan segala penyakit
hati. Sifat setan ini masuk pada diri manusia 1nelalui pintu akal
dan nafsu manusia. Dan menyatu pada diri manusia, sehingga
dapat mengotori kebersihan dan kesucian hati manusia.

Apabila manusia melihat keberhasilan dan kebahagiaan


orang lain, timbul rasa iri hati dan dengki di hati, akhirnya
timbulah rasa hasut pada diri kita, jika hal itu terjadi pada diri
kita sebenarnya kita sudah menjadi wadah dari sifat setan.
Kita merasa sedih dan menderita melihat orang lain senang,
dan sebaliknya, hati kita merasa senang dan bahagia melihat
orang lain menderita. Hidup kita jadi tidak tenang, hati kita
penuh dendam, tidak mudah memaafkan kesalahan orang
lain, merasa benar sendiri, dan tidak mau disalahkan, merasa
menang sendiri dan egois.

Biasanya, orang yang seperti ini tidak mau tersaingi dalam se­
gala urusan, baik itu urusan harta dan amal ibadah, maupun
di dalam kehidupan sehari-harinya, selalu ingin menonjolkan
diri, suka disanjung, dan gila hormat. Bertindak dan berbuat
tanpa memedulikan norma-norma agama, bertindak dan
berbuat tanpa rasa sopan dan santun, berbuat sesuka hati.
Manusia yang seperti ini adalah setan yang berwujud manu-
s1a.
1\\enyelomi Diri untuk 1\\engenol 'Cuban

Yang ketiga, sifat malaikat. Malaikat diciptakan oleh Allah


dari cahaya. Malaikat diciptakan oleh Allah dengan jumlah
yang paling banyak di antara makhluk-makhluk Allah lain­
nya. Malaikat diciptakan dalam bentuk clan ukuran yang
beragam clan bermacam-macam. Ada yang kecil, sekecil debu,
ada yang besar sebesar gunung, ada yang sebesar bumi, clan
juga ada yang sebesar langit. Malaikat ini, bisa berubah wama
clan bentuknya, bisa menjadi apa saja clan menjelma menjadi
s1apa SaJa.
• •

Selain malaikat, setan pun bisa berubah warna clan bentuknya,


bisa juga menjadi apa saja, clan bisa menjelma menjadi siapa
saja kecuali menjelma menjadi diri Rasulullah saw. Bedanya,
jelmaan malaikat clan setan, kalau melihat jelmaan malaikat,
hati kita pasti tertarik, clan tiada rasa takut atau merinding di
dalam diri, meskipun jelmaannya malaikat itu buruk rupa.
Tapi, kalau kita melihat jelmaan setan hati tiada tertarik, tim­
bul rasa takut clan merinding di dalam diri, meskipun jelma­
annya setan itu, elok rupa.

Malaikat, dibagi menjadi dua bagian, tentang tugas clan ke­


wajibanya. Ada malaikat yang sejak diciptakan pertama kali
sampai akhir zaman diberi tugas clan kewajiban berizikir clan
bersujud, untuk memuliakan keagungan Tuhan.

Ada pula malaikat, yang sejak diciptakannya pertama kali


clan sampai hari akhir, hanya mengerjakan sesuatu clan men­
jaga sesuatu. Ada malaikat yang mengatur hujan, mengatur
rezeki, mengatur siang clan malam. Bahkan di dalam tubuh
kita ini, di penuhi oleh para malaikat yang bertugas menjaga
clan mengatur peredaran darah, menjaga clan mengatur detak
jantung, menjaga clan mengatur semua anggota tubuh kita.
Kalau kita hitung, ada ribuan bahkan jutaan malaikat yang
Di Dolom Diri Z\do Nlob

berada di dalam tubuh kita ini. Malaikat menjalankan tugas


dan perintah di bawah kendali dan kuasa Allah ta'alla.
Malaikat, adalah Makhluk Allah yang paling patuh kepada­
Nya. Malaikat tidak diberi nafsu dan akal. Apa pun perintah
Allah selalu dipatuhi dan dijalankan. Sifat patuh dan tunduk
pada diri malaikat, juga ada pada diri manusia walaupun ka­
dar kepatuhan manusia dengan malaikat tidaklah sama, ka­
rena kepatuhan manusia lebih banyak dicampuri oleh kepen­
tingan-kepentingan dari akal dan nafsu manusia.
Kita patuh pada atasan, kita patuh pada hukum dan adat is­
tiadat, juga patuh terhadap perintah dan larangan agama. Itu
semua kita sadari atau tidak, sifat patuh dan taat kita adalah
sifat malaikat yang diberikan kepada diri manusia oleh sang
Maha Sifat, Allah ta'alla.
Yang keempat, sifat Rasul. Sifat Rasul, hanya diberikan ke­
pada diri manusia, tidak pada makhluk yang lainnya. Seperti
yang dicontohkan oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad
saw di dalam mempraktikkan dan menjalankan sifat Rasul
pada hidup dan kehidupannya, yang merupakan contoh bagi
umat manusia. Dan merupakan sekaligus pewaris sifat kera­
sulan beliau, yang merupakan sebaik-baiknya contoh dan suri
teladan bagi umat manusia.
Pewaris sifat kerasulan kanjeng Nabi Muhammad saw., tidak
hanya para ulama, para habaib, atau para kyai saja. Akan teta­
pi oleh Allah ta'alla diberikan dan diwariskan kepada semua
umat manusia dan setiap diri manusia.
Setelah mengetahui sifat-sifat Rasul pada diri kita, bukan ber­
arti kita menjadi Rasul dan mengaku sebagai Rasul. Seperti
kejadian beberapa tahun yang lalu, ada seseorang yang meng­
aku sebagai Rasul dan mengaku sebagai utusan Tuhan, pada
Menyelomi Diri untuk Mengenol 'Cuban

akhirnya terus membuat agama baru, ajaran baru, dan mem­


buat kitab suci yang baru.

Setelah mengetahui rahasia sifat Rasul pada dirinya, dan


karena belum sampai akal pikiran dan hatinya, timbullah
keakuan dan egonya untuk mengakui dan meyakini dirinya
sendiri sebagai Nabi dan Rasul. Parahnya lagi, pengakuannya
ditularkan kepada orang lain untuk mengakui dan meyakini
kerasullannya dan kenabiannya. Ini tentunya sangat berbaha­
ya bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Karena salah di
dalam memahami dan mengartikan sifat Rasul yang ada di
dalam diri manusia.

Sebagai pedoman bagi umat manusia, sekalipun memahami


dan menjalani sifat Rasul, tidak akan menjadikan diri kita
sebagai Rasul dan Nabi. Harus diyakini, bahwa Rasul dan
Nabi Muhammad saw sebagai Rasul dan Nabi yang terakhir,
yang diutus oleh Allah ta'alla. Hanya sifat Rasul dan kelakuan
Rasul yang diwariskan pada setiap diri manusia, untuk dipa­
hami, dijalani, dan diamalkan di dalam hidup dan kehidupan
sehari-hari umat manusia, seperti yang dicontohkan oleh kan­
jeng Nabi.

Sifat Rasul ada empat, Tablik (menyampaikan), Sidik (benar),


Fathonah (cerdas) dan Amanah (dapat dipercaya).

Tablik (menyampaikan). Di masa hidup Rasulullah saw.,


beliau sifatnya hanya menyampaikan titah dan perintah Allah
untuk disampaikan kepada umat manusia. Beliau menyam­
paikan titah dan peritah Allah dengan ucapan, tindakan dan
perbuatan, sekaligus memberi contoh kepada umatnya dalam
mengerjakan dan mengamalkan titah dan perintah Allah.
Kita pun sebagai umat manusia, juga sebagai penyampai dan
Di Dolom Diri Z\do Nlob

penyambung titah dan perintah Allah, seperti yang telah di­


contohkan oleh Rasullah.

Satu contoh, seorang kyai di dalam ceramahnya beliau me­


nyampaikan tata cara menjalankan shalat yang khusuk.
Setelah mendengar hal itu, kita di rumah, menyampaikan ce­
ramah dari kyai tersebut kepada istri kita. Hal itu tanpa kita
sadari, bahwa sebenarnya kita telah menjalankan sifat Tablik.

Sidik (benar). Benar di dalam ucapan, tindakan dan perbu­


atan, tanpa dicampuri oleh kepentingan akal dan nafsu ma­
nusia. Kalau manusia sudah mampu berbuat dan bertingkah
laku berdasarkan kebenaran, dengan bersikap dan berbuat,
dengan kejujuran diri, maka manusia ini telah memahami dan
menjalani sifat Sidik.

Fathonah (cerdas). Manusia diberikan kecerdasan yang


melebihi makhluk lainnya. Allah memberikan akal dan budi
pekerti, sehingga mampu membedakan antara yang haq dan
yang batil, yang baik dan buruk, dan membedakan yang hi­
tam dan putih. Manusia dengan kecerdasannya, bisa menge­
lola dan memelihara alam semesta ini, bisa mengembangkan
bermacam-macam disiplin ilmu, dan mewujudkannya menja­
di suatu kenyataan.
Kecerdasan tentunya, harus didasari dengan iman dan takwa
kepada Allah ta'alla. Sehingga kecerdasan itu bisa membawa
manfaat bagi semua umat. Tidak sebaliknya, manusia dengan
kecerdasanya malah menjadi bencana dan malapetaka bagi
semua umat. Manusia dengan kecerdasanya harus berguna
dan bermanfaat bagi dirinya, dan bagi semua makhluk Allah.
Kalau begitu sifat cerdas sebagai sifat Rasul, ada pada setiap
diri manusia.
Menyelomi Diri untuk Mengenol 'Cuban

Amanah ( dapat dipercaya). Dapat dipercaya dalam setiap


ucapan, tindakan, dan perbuatannya. Sifat Amanah, seperti
yang dicontohkan oleh kanjeng N abi, beliau sebagai sosok
panutan, dan sebagai kiblat bagi semua umat manusia. Dan
sebagai sosok yang tidak kita ragukan lagi tentang kebenaran
dan kejujurannya dalam setiap ucapan, tindakan, dan perbu­
atan beliau.
Manusia yang menyadari akan sifat Amanah pada dirinya,
akan berusaha bersikap dan berbuat menjadi pribadi yang
jujur pada diri sendiri, dan jujur pada orang lain. Keyakinan
dan kejujurannya akan suatu kebenaran, diwujudkannya di
dalam setiap tindakan dan perbuatan, tanpa takut dengan ri­
siko yang datang menghadang. Apa yang disampaikan lisan­
nya, sesuai dengan isi hatinya, dan dinyatakan dengan perbu­
atannya. Sehingga lisannya, hatinya, dan perbuatannya dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya, dan dapat di percaya.
Sekali lagi kami sampaikan, bahwa di dalam memahami dan
menjalani sifat Rasul, bukan berarti kita menjadi Rasul. Tetapi,
kelakuan clan perbuatan kita, seperti kelakuan dan perbuatan
Rasul, yang telah dicontohkan oleh baginda Rasulullah saw.,
sebagai Rasul dan utusan akhir zaman.
Yang kelima, sifat-sifat Allah. Sifat Allah ada dua puluh.
Sifat-sifat ini, wajib diketahui oleh umat manusia. Kedua pu­
luh sifat Allah, mulai dari sifat Wujud, Qidam, Baqo' sampai
pada sifat Mutakaliman, kedua puluh sifat-sifat ini, hanya di­
berikan kepada diri manusia. Dan bagi makhluk selain ma­
nusia, Allah hanya memberikan beberapa sifat-Nya saja. Satu
contoh, makhluk Allah yang berupa tumbuhan. Tumbuhan
ini, hanya diberi sifat wujud dan sifat hayat. Tumbuhan wujud
(ada), wujudnya atau adanya tumbuhan, sebagai bukti adanya
sifat wujudnya Allah. Tumbuhan itu hayat (hidup), hayatnya
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

(hidupnya) tumbuhan sebagai bukti, adanya sifat Hayatnya


Allah.

Sekarang, mari mencoba mencari dan mempelajari, sifat-sifat


Allah pada diri manusia, sehingga kita bisa memahami dan
meyakini akan keberadaan sifat-sifat Allah pada diri manusia.
Sehingga pemahaman dan keyakinan itu, bisa berubah men­
jadi tindakan dan perbuatan kita, sebagai manusia yang sem­
purna, seperti yang dicontohkan oleh kanjeng Nabi, oleh para
ulama tashawuf dan para arif biillah.

Salah satu rahasia kemuliaan manusia, di antara makhluk


yang lainnya, kebaradaan diri manusia adalah sebagai wa­
dah dari sifat-sifat Allah ta'alla. Sifat ivujud pada diri manusia,
adalah merupakan sifat wujud -n ya Allah. Adanya diri manu­
sia sebagai bukti adanya Allah. Manusia ada, adalah atas ke­
hendak Allah. Adanya, karena diadakan oleh Allah. Dan se­
gala sesuatu, yang berada di dalam diri manusia, semuanya
diadakan oleh Allah, dan berada di dalam kekuasaan-Nya.

Pahami dan cermatilah dengan saksama setiap kata perkata,


setiap huruf per huruf agar tidak terjadi kesalahan dalam me­
mahami dan mengartikanya, sehingga bisa terjadi kesalahan,
di dalam menilai dan memutuskan, sebuah tindakan dan per­
buatan, dan pada akhirnya, menimbulkan fitnah dan prasang­
ka buruk, terhadap ajaran Tauhid. Karena sesungguhnya, ini
kenyataan dari keberadaan diri manusia, segala sesuatu ada­
lah dari dan atas kehendak-Nya.

Sifat kekal-Nya kalau dicermati, juga ada pada diri manusia.


Coba diperhatikan, diri manusia dari alam roh, lalu berada di
dalam alam kandungan sang ibu, lalu pindah di alam dunia
ini, lalu pindah ke alam kubur atau alam barzah. Secara haki­
kat, manusia tidak mati, hanya secara syariatnya, jasad berpi-
1\\enyelomi Diri untuk 1\\engenol 'Cuban

sah dari roh. Jasad manusia yang berasal dari tanah kembali
ke tanah, sedangkan roh yang berasal dari-Nya, meneruskan
perjalanannya menuju alam akhirat, yang merupakan alam
keabadian dan kekal, bersama dzat-Nya.

Penglihatan manusia dan pendengaran manusia, itu juga me­


rupakan penglihatan dan pendengaran Allah yang diberikan
kepada manusia. Kehendak dan keinginan manusia, adalah
kehendak dan keinginan Allah yang diberikan kepada manu­
sia. Ilmu pengetahuan dan kecerdasan manusia, itu juga titi­
pan Allah pada diri manusia.

Tidak pantas sekiranya diri manusia mengakui dan merasa


bahwa itu semua, sebagai kepunyaan diri manusia. Dan se­
pantasnya, diri manusia menyadari dan mengakui, bahwa itu
semua adalah ti tipan dan amanah dari Allah, yang harus dija­
ga dan dikembalikan kepada-Nya. Di dalam Tauhid, ''Barang
siapa yang mengakui dan merasa, apa saja yang ada di dalam
dirinya, itu hukumnya musrik, karena dengan tidak sengaja,
telah mengakui ada sumber dan kekuatan lain, selain sumber
dan kekuatan Allah, pada dirinya."
Sekarang bergantung dari manusianya itu sendiri, mau beri­
man atau ingkar kepada-Nya. Yang beriman pasti bertauhid
kepada-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa
pun dan siapa pun. Baik itu menyekutukan sifat-Nya, perbua­
tan-Nya, nama-Nya, dan dzat-Nya. Termasuk segala sifat kita,
nama kita, dan perbuatan kita, adalah bersumber dari pada­
Nya.

Dan yang mengingkari-Nya, berarti telah menduakan sifat­


Nya, nama-Nya, perbuatan-Nya, dan dzat-Nya, yang meliputi
setiap diri makhluk, termasuk diri manusia. Dan apabila diri
kita mengakui bahwa sifat, nama, dan perbuatan yang ada
Di Dolom Diri Z\do Nlob

pada diri kita itu atas kuasa kita, maka dengan terang-terang­
an diri kita, telah mengaku sebagai Tuhan, itu menurut ilmu
Tauhid. Hal ini yang tidak semua umat Islam sadari dan pa­
hami. Jadi begitu penting bagi umat Islam untuk belajar dan
menjalani ilmu Tauhid.
Sekarang bergantung amal dan perbuatan diri manusia, mau
kekal di surga atau neraka Allah ta'alla, karena janji Allah pas­
ti ditepati. Perbuatan baik walau sebesar debu pasti dibalas
oleh-Nya. Begitu juga dengan perbuatan buruk. Allah pasti
juga akan membalas-Nya dengan balasan yang setimpal.
''Sekali lagi kami sampaikan, diri manusia bisa melihat, men­
dengar, berkata-kata, dan lain sebagainya. Itu semua adalah
sifat Allah yang diberikan kepada manusia, dan manusia ti­
dak berhak mengakui dan menghaki sifat-sifat tersebut. Kalau
manusia mengakui sifat-sifat tersebut, berarti telah berbuat
musyrik pada Allah, dan meyakini ada sifat lain selain sifat
Allah. Karena segala sesuatu berasal dari Dia dan berpulang
pada-Nya. Termasuk segala sifat berasal dari-Nya, manu­
sia harus mengembalikan segala sifat tersebut kepada-Nya.
11
Inilah dasar menuju Arif billah atau makrifatitllah.
Dengan menyempurnakan pengetahuannya akan keberadaan
Tuhan, dan meyakininya dengan keyakinan yang dibenar­
kan oleh akalnya, dimantapkan oleh hatinya, dan dinyatakan
dengan perbuatanya. Maka, mereka inilah kekasih Allah.
Saudaraku, di masa sekarang banyak bermunculan ajaran­
ajaran baru yang dibawa seseorang yang mengaku sebagai
utusan Tuhan. Bahkan dengan terang-terangan berani meng­
aku sebagai Tuhan. Ini tentunya sangat memprihatinkan kita
semua, sebagai umat yang beragama yang mengakui dan me­
yakini Tuhan yang Esa, dan tiada sekutu bagi-Nya, juga tiada
Menyelomi Diri untuk Mengenol 'Cuban

yang menyerupai Dia. Orang yang mengerti akan sifat Tuhan


di dalam diri, clan memahami serta meyakini dengan akal clan
nafsunya, timbullah rasa ego clan keakuannya, clan mengakui
sifat Tuhan sebagai sifatnya, clan pada akhirnya menyatakan
diri, sebagai Tuhan. Sehingga membuat ajaran clan agama
baru, juga tuntunan clan kitab suci baru.

Tentunya pemahaman clan pengertian ini amatlah salah clan


menyesatkan diri sendiri clan orang lain. Seharusnya pema­
haman clan pengetahuan akan keberadaan Tuhan pada diri
manusia, menjadikan diri manusia sebagai makhluk yang tak
bisa apa-apa clan lemah, serta tiada daya di hadapan Allah
ta'alla. Menyadari segala sesuatu yang ada pada diri manusia
adalah atas kuasa clan kehendak Allah semata, ''Tiada daya
clan kuasa melainkan atas kuasa-Nya."

Saudaraku, selain manusia sebagai wadah sifat Allah clan si­


fat makhluk-Nya, di dalam diri manusia, dititipi akal clan naf­
su. Akal clan nafsu, adalah makhluk Allah yang paling bandel
clan kurang ajar kepada Tuhannya.

Diriwayatkan, setelah dimasukkan ke dalam neraka selama


beribu-ribu tahun, barulah akal clan nafsu, mau menyata­
kan clan mengakui bahwa Allah sebagai Tuhannya, clan diri­
nya sebagai hamba. Kadang-kadang manusia lupa akan sifat
clan perbuatan akal clan nafsu. Bahkan manusia cenderung
membanggakan diri dengan kecerdasan akal clan nafsunya.
Kita sebagai umat manusia, harus berhati-hati, karena akal
clan nafsu, bisa menghalangi pandangan manusia terhadap
kebesaran Tuhannya, clan merupakan jalan setan untuk meng­
goda para manusia.

Kita juga, harus bisa mengenali clan mengarahkan sifat dan


perbuatan akal dan nafsu, sehingga diri manusia tidak sam-
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

pai di perbudak dan terpenjara di dalam akal dan nafsu. Dan


di dalam buku ini, kami akan mengajak para saudaraku se­
kalian, untuk mengenal lebih jauh dan lebih dalam, tentang
keberadaan sifat-sifat akal dan nafsu. Dan bagaimana cara
mengenali dan mengendalikan akal dan nafsu tersebut.
Saudaraku, untuk mengenal diri lebih jauh tentang ilmu tau­
hid ini memang dibutuhkan seorang guru yang mampu mem­
bimbing diri kita dalam meniti jalan menuju kesempurnaan
diri, di dalam mengenal Tuhan, sehingga menjadi insan kamil
mukamil. Menjadi manusia yang sempurna. Amin.
. . ·.-.. :.. .
. ... .. .. - :.
.
\

......

.•
..• - •, . _... -""' · ... .-a J//1
I •
• ·
--;-
\ . --�':':-:
""' ••
- T
- ...�., .f

!,;a

� : • ,�
"I�
� - . ,,,, ;; :..,.. ,
r •4-

,_
• •
f

.
•u

..,...
•• #'

. ..
.. '::l
.,J, . ) .. .. .
' ..,,_.. ,.,
. ;.:· j,;t
I • .

,,,...,.,., •
...
• -*
-#
••
!, •

,.
" I
,


.'
• •
l'f

'
• •
.
•\

•••


••

St:J J;)
.. -.
• ( •
•� -,.
i•


... . ,,-
ENYE
••j.:!·.
••
-� I
.. •
.'.f' t • •
4 ...... 1 '
fi ' ' •

··'1W·
N? �


.

• ' _.
I •

\._ �·

,
ft'
I
I
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

etelah diri kita menyadari dan memahami bahwa se­


sungguhnya diri manusia merupakan wadah dari setiap
makhluk Allah dan merupakan wadah bagi-Nya. Perlu
di ketahui oleh saudaraku, bahwa diri dan tubuh pada manu­
sia adalah sesuatu yang berbeda. Untuk memahami ilmu tau­
hid, hal ini perlu kita ketahui dan pahami agar tidak membi­
ngungkan diri kita sendiri dalam perjalanan kita menempuh
jalan ini. Diri meliputi seluruh tubuh ini yang lahir dan yang
batin, dan diri itu sifatnya gaib.

Seperti keberadaan akal, nafsu, rasa, hati, jiwa, dan roh pada
manusia itu berada di dalam diri manusia. Diri ini begitu luas
dan besar. Luasnya dan besarnya tiada bisa di jangkau oleh
akal pikiran manusia. Jadi, kalau kita bicara tentang diri, kita
bicara sesuatu yang gaib, seperti bicara tentang akal dan naf­
su, rasa dan hati, juga bicara tentang jiwa dan roh. Itu semua
yang keberadaannya kita yakini ada, akan tetapi kita tidak
pernah menjumpai itu semua dengan indra lahiriah kita.

Itu semua ada dan adanya di dalam diri manusia, serta gaib
adanya. Keberadaannya hanya bisa di rasa, dan rasa inilah
yang dapat mengenali itu semua (baca tentang rasa, hati dan
diri, di bab selanjutnya). Dan diri manusia yang secara lang­
sung berada di dalam kekuasaan Tuhan, yang bisa berhu­
bungan langsung dan bertatap muka dengan-Nya. Sedangkan
tubuh adalah yang meliputi anggota badan lahiriah kita, dan
itu sifatnya nyata, keberadaannya bisa dibuktikan dengan in­
dra lahiriah manusia.

Sebelum membahas lebih jauh tentang keberadaan diri dan


tentang keberadaan sifat, nama dan perbuatan Tuhan di da­
lam diri. Terlebih dahulu kami mengajak saudaraku untuk
mengoreksi keyakinan dan pemahaman kita selama ini, ten­
tang perbuatan dan amal ibadah kita, dan apa saja yang telah
Sudobkob Menyemhob 'Cuban?

kita lakukan dan yakini, dan menurut diri kita hal itu sudah
benar. Akan tetapi bagaimana menurut tauhid? Perbuatan
serta amal ibadah yang bagaimana saja yang benar dan salah
menurut tauhid. Dan sudahkah segala perbuatan dan amal
ibadah kita bertauhid?

Saudaraku, menyembah berarti berserah diri. Berserah diri


kepada Allah, Tuhan semesta alam. Mengakui ketidakmam­
puan kita. Mengakui segala sesuatu terjadi, dan menjadi atas
kehendak-Nya, serta menyadari segala keberadaan berasal
dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Tuhan tempat ber­
sujud, menghaturkan doa dan pengampunan. Tempat bersan­
dar daripada segala hajat dan kebutuhan, dan tempat memin­
ta pertolongan dan perlindungan.

Saudaraku, pada hakikatnya, menyembah Allah bukan hanya


kita lakukan dalam shalat dan mengerjakan perintah agama
semata, akan tetapi juga berserah diri dalam semua ucapan
dan perbuatan, lahiriah dan batiniyah diri manusia.

Di dalam agama Islam diwajibkan shalat lima waktu, yaitu


Dhuhur, Asar, Magrib, Isya, dan Shubuh, dengan waktu-wak­
tu yang sudah ditentukan. Dalam kurun waktu 24 jam, diiba­
ratkan, di dalam mengerjakan shalat lima waktu, setiap wak­
tu shalat memakan waktu 15 menit, maka 15 menit dikalikan
5 waktu shalat, jumlahnya menjadi 75 menit. Sama dengan 1
jam 15 menit. Kesimpulannya, kita shalat dan berinteraksi de­
ngan Allah di dalam sehari semalam, adalah 1 jam 15 menit,
berarti 24 jam dikurangi 1 jam 15 menit, menjadi 22 jam 5 me­
nit. Dari sekian banyak waktu yang tersisa kepada siapakah
kita menyembah?
Saudaraku, menyembah kepada Allah bukan hanya pada saat
mengerjakan shalat, puasa, berzikir, dan amal ibadah yang
Di Dolom Diri Z\do Nlob

lainnya. Bukan pula di dalam mengerjakan sesuatu, hanya


sekadar berniatkan ibadah pada Allah semata. Tetapi memi­
liki arti yang lebih luas, dan menyeluruh di dalam hidup dan
kehidupan kita, di dalam setiap detak jantung dan tarikan na­
pas kita, sesungguhnya kita tak boleh terlepas dari menyem­
bah Allah. Allah sendiri telah berjanji di dalam Al-Qur'an,
''Sesungguhnya dosa yang tak terampuni oleh-Ku, adalah
perbuatan musyrik, menyekutukan-Ku.''

Kenapa perbuatan musyrik, dosa yang tidak diampuni oleh


Allah? Di saat berbuat musyrik, sering kali tanpa kita sadari,
bahwasannya kita telah berbuat musyrik, kok bisa? Kenapa?
Saudaraku, Allah itu Maha Esa, tunggal adanya dan tiada
yang menyerupai, dan tiada yang setara dengan Dia. Tunggal
di dalam Asma, Sifat, Af'al, dan Dzat-Nya. Dia tidak beranak
dan tidak diperanakkan, yang terjadi dan menjadi dengan
sendiri-Nya, yang awal dan akhir, yang dhohir dan batin, dan
yang meliputi keduanya.

Sedangkan yang menghalangi pandangan kita akan keesaan­


Nya, dan yang menjadi berhala bagi kita, sebanyak bilangan
makhluk yang ada di alam semesta ini, ditambah lagi, dengan
segala sesuatu yang ada di dalam tubuh kita ini, akal kita,
budi pekerti kita, bahkan anak istri dan harta kita itu semua
bisa menjadi berhala yang nyata bagi diri kita.

Contoh, di saat makan nasi, perut menjadi kenyang. Kalau


kita meyakini, bahwa yang membuat perut kenyang itu nasi,
kata Allah, ''Maka sembahlah itu nasi." Nasi hanyalah seba­
gai sarana. Pada hakikatnya yang membuat kenyang adalah
diri-Nya. Tanpa kita sadari, nasi ini telah menjadi penghalang
pandangan kita kepada-Nya dan menjadi berhala bagi kita.
Kita semua telanjur meyakini, dan keyakinan ini dibenarkan
oleh akal pikiran, bahwa rasa garam itu asin, rasa cabe itu pe-
Sudobkob Menyemhob 'Cuban?

das, dan rasa gula itu manis, tapi sadarkah kita? Bahwa sebe­
narnya wujud daripada garam, cabe, dan gula, adalah hanya
merupakan sarana, dan pada hakikatnya rasa tersebut, atas
kehendak Allah semata.

Karena perbuatan Allah di dunia ini, terikat oleh hukum se­


bab dan akibat. Perbuatan Allah di dalam dunia ini, selalu di
rahasiakan dan tidak pernah menyatakan, dan tidak pernah
dinyatakan secara langsung, pasti segala sesuatunya di dalam
setiap kejadian, ada kaitannya dengan hukum sebab dan aki­
bat. Itu semua untuk menutupi pandangan kita kepada-Nya,
dan hanya kepada hamba-hamba-Nya, yang sudah sampai
akal dan hatinya, yang mampu memandang setiap perbuatan
Allah. Hamba ini, hamba yang khusus, dan yang terpilih dan
dipilih oleh Allah ta'alla. Waullah a'llam.
Saudaraku, hakikat agama adalah jalan menuju haribaan­
Nya. Syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, adalah jalan
dan tangga menuju Allah. Jalan dan tangga itu harus dilalui,
bukan dijadikan tujuan dari perjalanan kita. Maksudnya, ja­
ngan pernah merasa dengan amal dan ibadah kita, lalu kita
merasa sudah cukup pantas menghadap-Nya. Apalagi ibadah
yang masih membayangkan pahala dan surga beserta isinya,
termasuk bidadari di dalamnya dan segala kenikmatannya.
Sungguh! Amal ibadahnya bukan karena-Nya, melainkan
terobsesi adanya pahala dan surga. Amal ibadahnya, hanya
sebagai jalan dan tangga, untuk meraih pahala dan surga.
Dan amal ibadahnya akan menutupi pandanganya terhadap
Tuhanya.

Amal ibadah yang disebabkan karena ingin ini dan itu, amal
ibadah tersebut akan tertutup awan tebal. Yang menjadikan
awan nan tebal, adalah segala bentuk keinginan dan tujuan
dari setiap amal ibadah yang tidak dikarenakan Allah ta'
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

alla. Bagaimana amal ibadah yang dikarenakan Allah ta'alla?


Jawabanya kami sampaikan di dalam bab selanjutnya.
Hakikat sebenarnya dalam mengerjakan rukun Islam dan
amal ibadah yang lainnya hanya untuk Allah semata. Selain
itu tidak. Bagaimana bisa mengandalkan amal ibadah kita
sebagai modal menghadap-Nya? Apalagi di dalam menger­
jakannya, yang menjadi tujuan pahala dan surga, sungguh
kita telah berpaling jauh dari Allah. Kita harus sadar dan me­
nyadari, bahwa keberadaan kita adalah atas kehendak-Nya
dan berada di dalam kuasa-Nya. Tiada kuasa hamba untuk
mengerjakan segala sesuatu, tanpa seizin-Nya. Kalau kita
menyadari akan hal ini, apa yang dapat kita perbuat? Wahai
saudaraku! Apa yang dapat kita andalkan di hadapan Allah,
Tuhan semesta alam!

Di dalam shalat pun kita sering lupa. Sering merasa yang ber­
diri, rukuk, dan sujud adalah atas kekuatan diri kita sendiri,
tidak pemah sedikit pun diri kita menyadari, bahwa sesung­
guhnya diri kita berdiri, rukuk, dan sujud di dalam shalat, itu
semua kuasa dan kekuatan Tuhan kita. Kalau di dalam penge­
tahuan Tauhid, disadari atau tidak, sesungguhnya kita telah
menyekutukan-Nya. ''Lho, kok bisa?''

Secara tidak sadar, kita telah meyakini bahwa ada kekuatan


lain selain kekuatan-Nya. Yaitu kekuatan yang bersumber
dari dalam diri kita. Sebenarnya, kekuatan kita adalah keku­
atan Dia j ua, yang diberikan pada kita. Jadi apa yang kita ker­
jakan dan apa yang kita miliki, yakinilah di dalam hati, bahwa
apa yang kita kerjakan dan miliki adalah hak kepunyaan-Nya.
Janganlah merasa bisa dan kuasa, karena merasa bisa dan
kuasa adalah bentuk dari sifat ego dan keangkuhan kita.
Sudobkob Menyemhob 'Cuban?

Belajarlah jujur pada diri sendiri. Hitam katakan hitam, putih


katakan putih, jangan hitam dikatakan abu-abu, jangan berbe­
lok-belok dan jangan berbelit-belit. Harus jujur dan tegas. Ya
katakan ya, tidak katakan tidak, dan jangan takut mengadapi
risiko. Kalau jujur dan benar, di dalam sikap dan tindakan,
sampai mati pun harus dipertahankan. Setelah jujur pada diri
sendiri, tentunya akan mudah bagi kita untuk bersikap dan
berbuat jujur pada orang lain.

Saudaraku, saya sendiri belum bisa sepenuhnya jujur pada


diri sendiri, masih takut untuk menghadapi sebuah risiko,
masih bersikap sebagai pengecut. Saya menyadari, hal ini ti­
dak boleh di dalam Tauhid, tetapi itu semua perlu proses dan
keberanian yang luar biasa, untuk bersikap dan berbuat jujur
pada diri sendiri.

Sering kali saya berbuat bohong pada diri sendiri. Suatu


contoh, pada suatu hari, ada undangan syukuran di tempat
tetangga. Saya pun menyanggupi akan datang, dengan meng­
ucap '' Insya Allah, saya akan datang dan semoga Allah meng­
izinkan." Sesungguhnya hati kecil saya mengatakan, saya
tidak mungkin bisa menghadiri undangan tersebut, karena
waktunya berbarengan dengan acara keluarga saya. Hal ini,
saya telah berbuat tidak jujur pada diri sendiri, dan menging­
kari hati nurani. Saya takut berkata jujur, akan ketidak hadir­
an saya, dapat menyinggung perasaan tetangga saya.

Dan, dengan mengucap '' insya Allah'' saya berharap, tetang­


ga saya bisa memaklumi atas ketidakhadiran saya. Kisah
saya ini, di dalam Tauhid, saya telah mengkambing-hitamkan
Allah. Dan sesungguhnya, dengan mengharap ucapan insya
Allah, bisa sebagai pemakluman tetangga atas ketidakhadiran
saya. Saya telah berbuat musyrik kepada-Nya, tidak berharap
pada-Nya, tapi berharap pada ucapan insya Allah.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Pernah pula, saya pulang Istighosah sampai larut malam.


Sesampainya di rumah, istri bertanya, ''Dari mana saja mas,
kok pulangnya sampai larut malam? Kok tidak seperti bia­
sanya." Karena takut istri marah, buru-buru saya mencari
alasan ini dan itu, dengan alasan tersebut, saya berharap, istri
tidak marah. Setelah sadar, perbuatan saya ini pun tergolong
perbuatan musyrik. Saya berlindung kepada alasan, dari rasa
takut kena marah istri. Sesungguhnya saya jujur pun, belum
tentu istri akan marah.

Jadi, jujur pada diri sendiri itu sangatlah penting dalam meni­
ti jalan makrifatullah. Karena dengan kebohongan-kebohong­
an akan terciptalah berhala-berhala baru, dan itu jarang sekali
kita sadari. Karena perbuatan musyrik ini sangatlah halus,
sehingga kita berbuat pun tiada terasa.

Musyrik Asma dan musyrik Wujud, akan mudah kita kenali.


Pokoknya kalau menyembah selain nama Allah dan wujud
Allah, itu musyrik. Itu sangatlah mudah, tetapi kalau musyrik
perbuatan, musyrik keyakinan, dan musyrik pemahaman, sa­
ngatlah halus dan tiada terasa oleh diri kita. Perlu pemaham­
an dan pengetahuan tentang Nama, Sifat, perbuatan dan Dzat
Tuhan di dalam diri kita, sehingga hak Tuhan tidak sampai
diakui sebagai hak hamba.

Saudaraku, di dalam agama Islam, ada rukun Iman, rukun


Islam, Tauhid dan Makrifat. Rukun Iman dan Islam, tentu
saudaraku semua sudah mengetahuinya. Sekarang kita mem­
bahas Tauhid dan Makrifat. Di dalam perjalanan menuju
Tauhid, kita mengenal Syariat, Thoriqoh, Hakikat, dan Makrifat
yang merupakan tangga-tangga menuju Arifbillah. Syariat,
Thoriqoh, Hakikat, dan Makrifat diibaratkan sebagai sebuah
jalan, Syariat diibaratkan kita melihat sinar api dari jauh,
Thoriqoh, berjalan menuju sumber api, Hakikat, bertemu de-
Sudobkob Menyemhob 'Cuban?

ngan sumber api, Makrifat, memegang dan rnerasakan rasanya


api. Pandangan Syariat gugur di dalarn pandangan T horiqoh,
pandangan T horiqoh gugur di dalam pandangan Hakikat,
pandangan Hakikat gugur di dalarn pandangan Makrifat, pan­
dangan Makrifat gugur di dalam pandangan-Nya.

Kami sering membahas dan berdiskusi dengan para sauda­


raku di majlis I'tikaf, bagaimana caranya menjalankan Syariat
dan Hakikat dalam setiap kehidupan kita. Syariat adalah baju
kita, sedangkan Hakikat adalah diri kita. Mengerjakan Syariat
tanpa Hakikat, tidak sah hukumnya. Hakikat tanpa Syariat ada­
lah batil hukumnya. Syariat adalah perbuatan tubuh lahiriah
manusia, dan Hakikat adalah perbuatan hati manusia.

Para ularna ahli tasyawuf mengibaratkan hati rnanusia seba­


gai sebuah lampu listrik. Lampu listrik itu bisa menyala apa­
bila disaluri oleh aliran listrik, antara aliran + (plus) dan aliran
- (min). Aliran plus itu diibaratkan sebagai Syariat, aliran min
diibaratkan sebagai Hakikat. Dan larnpu listrik itu supaya
tetap menyala dan tidak terbakar, di dalamnya harus dalam
keadaan hampa udara atau kosong, kalau ada udara masuk,
walau sedikit, itu akan mernbuatnya meledak dan hangus ter­
bakar.

Jadi, hati seorang mukrnin bisa bercahaya, dan cahayanya bisa


menerangi jagat raya ini, harus dengan menjalankan Syariat
dan Hakikat. Perbuatan Syariat meliputi ibadah shalat, mern­
bayar zakat, mengerjakan puasa, dan menjalankan amal iba­
dah yang dianjurkan oleh tuntunan agama.

Perbuatan Hakikat adalah merupakan perbuatan hati, ter­


masuk perbuatan tulus ikhlas, kasih sayang dan sabar. Dan
hati harus dalam keadaan kosong, hanya ada Allah semata di
dalamnya, apabila di dalam segala perbuatanya, terbesit di
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

hatinya akan sesuatu selain Allah, apa itu dikarenakan sega­


la sesuatu yang bersifat kemewahan dunia, pahala dan surga
beserta isinya, maka hati seorang mukmin itu akan meledak
dan hangus terbakar. ''Subhanallah'' semoga Allah menjaga
hati kita dan hati para saudara kita, agar selalu di dalam keko­
songan, dan hanya Allah yang ada di dalamnya.

Umat Islam di masa sekarang sering merasa cukup dengan


pemahaman yang sepotong-potong, tidak mau menyempur­
nakan Syariatnya, Thoriqohnya, Hakikatnya, dan Makrifatnya
supaya utuh pandangan kita akan keberadaan Tuhan yang
maha Esa.

Syariat dan Hakikat adalah satu kesatuan. lbarat pisang dan


kulitnya, ibarat lahiriah dan batiniah kita. Syariat perbuatan
lahir kita, Hakikat perbuatan batin kita. ''Perbuatan lahiriah
tidak bisa mengotori kesucian hati, tapi perbuatan hati bisa
mengotori perbuatan lahiriah kita.'' Menjadi suatu keharusan
bagi umat muslim untuk menyempurnakan pengetahuan­
nya, tentang Syariat dan Hakikat, supaya perbuatan lahiriah
kita tidak sia-sia, karena dikotori oleh perbuatan hati kita.
Bagaimana Syariat yang berhakikat? Bagaimana Hakikat yang
Bersyariat?
Syariat yang berhakikat adalah, segala perbuatan dan amal
ibadah yang selalu didasari oleh rasa tulus ikhlas dan dengan
penuh rasa kasih sayang. Perbuatan dan amal ibadah yang se­
mata-mata karena Allah. Bukan karena ingin pahala dan sur­
ga, dan bukan pula karena takut siksa neraka. Hakikat yang
bersyariat adalah, perbuatan hati yang diwujudkan di dalam
perbuatan lahiriah manusia. Jadi, suatu pemahaman yang ku­
rang bijak apabila seorang mukmin yang mengenal Hakikat,
tanpa menjalankan Syariat. Hal itu ibarat isi tanpa kulit, dan
begitu sebaliknya, seorang mukmin yang mengenal Syariat
Sudobkob Menyemhob 'Cuban?

tanpa menjalani Hakikat, juga ibarat isi tanpa kulit. Perbuatan


keduanya adalah suatu yang sia-sia belaka.
Saudaraku, rasa adalah unsur yang paling dekat dengan
Tuhan, dan rasa senang adalah salah satu unsur yang menya­
tu dengan Tuhan. Di dalam mengerjakan amal ibadah dan
menjalankan rukun Islam, janganlah di dasari oleh keinginan
dan harapan akan suatu apa pun. Kerjakanlah dengan rasa
senang, dan hanya mengharapkan ridha dari Allah ta'allla
semata. Coba, hal itu kita praktikkan di dalam mengerjakan
shalat, membayar zakat, menjalankan ibadah puasa, dan me­
nunaikan ibadah haji.
Dan akhirnya diri kita dipertemukan dengan rahasia di ba­
lik rasa senang itu, dan rahasia itu begitu berharga daripada
surga seisinya. Dan akan bertemu dengan hakikat dari rasa
senang itu sendiri. Begitu juga di dalam aktivitas sehari-hari
kita, di dalam bermasyarakat, berhubungan dengan tetangga
kita, harus selalu di dasari dengan rasa senang. (Baca juga bah
selanjutnya, tentang rasa).
Sesungguhnya Allah ta'alla menciptakan alam semesta ini,
dengan rasa senang dan menjaganya dengan rasa kasih dan
sayang-Nya. Dan rahasia sesungguhnya, hamba yang dekat
dan menjadi kekasih Allah, adalah seorang hamba yang di
dalam mengerjakan amal ibadah dan amal perbuatan didasa­
ri dengan rasa senang, tidak karena ini dan tidak pula karena
itu, juga bukan supaya ini, bukan supaya itu. Dan di dalam
hatinya selalu dipenuhi oleh rasa cinta, kasih dan sayang.
Yang menjadikan seorang hamba dekat dengan Tuhannya,
bukan karena ilmunya, bukan pula karena amal ibadahnya.
Dan tiada ilmu, amalan, zikir, dan wirid berupa apa pun,
yang dapat mendekatkan diri kepada Allah ta'alla, melainkan
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

berserah diri dan mengakui ketiada berdayaan diri, di hadap­


an-Nya. Dan dengan hati yang dipenuhi dengan rasa cinta,
kasih dan sayang, kepada semua makhluk-Nya. Karena unsur
rasa kasih dan sayang, adalah unsur yang menyatu dengan
Tuhan. Dan rasa itulah sesungguhnya kenyataan diri manu­
sia, sesuatu yang gaib tetapi ada, adanya di dalam rasa diri
manus1a.

Saudaraku, seperti di dalam agama Islam, ajaran pokoknya


juga cinta, kasih, dan sayang. Firman Allah, ''Islam adalah rah­
matan lil alamin'', Islam menjadi rahmat dan cahaya bagi alam
semesta beserta isinya. Kalau Islam ada yang begini-begitu itu
bukan Islamnya, melainkan pemeluknya. Mereka tidak me­
mahami Islam secara utuh, memahami Islam secara sepotong­
potong, sesuai dengan pemahaman dan penafsirannya sendi­
ri-sendiri. Islam diterima dengan akal, Islam diterima dengan
egonya, Islam diterima dengan nafsunya.

Sehingga, yang awalnya Islam satu warna, menjadi berwama­


warni, berkotak-kotak dan berkelompok-kelompok. Saling
mengklaim kelompoknya masing-masing sebagai Islam yang
paling benar dan ahli surga, dan memandang kelompok lain­
nya sebagai kelompok sesat dan ahli neraka. Saling gontok­
gontokan, sampai terjadi perseteruan dan bahkan sampai ter­
jadi peperangan sesama pemeluk Islam. ''Hal ini bisa terjadi
yang salah siapa, Islam atau pemeluknya?'' Kelompok yang
seperti ini adalah orang-orang tidak bertanggung jawab. Dia
tidak memahami hakikat Islam dan hakikat Tuhan. Memeluk
Islam hanya demi kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.

Coba kita perhatikan dengan saksama, teroris yang menge­


bom Hotel Marriot, beberapa waktu yang lalu. Beberapa stasi­
un telivisi sempat menyiarkan video rekaman yang berisikan
peryataan dari anggota dan pelaku teror pengeboman Hotel
Sudobkob Menyemhob 'Cuban?

Marriot, bahwa yang menjadikan dasar dari perbuatannya,


adalah suatu bentuk jihad, dia berdalih menegakan agama
Allah dan membela kalimat Allah.
Surga serta para bidadari sebagai tujuan perjalanan hidupnya.
''Surganya siapa?'' Tujuan hidupnya adalah surga, dengan
mengorbankan orang lain. Sungguh! Ini bukan ajaran Islam.
Dia hanya memahami Islam sebagai sebuah nama, sehingga
ada nama selain Islam, mereka memeranginya sebagai musuh
yang harus dilenyapkan. Islam bukan sekadar nama, Islam
bukan sekadar sebutan, Islam adalah sesuatu yang luas, se­
suatu yang tanpa batas.
Jangan terjebak di dalam pemahaman, pemikiran, nafsu dan
akal kita, sehingga Islam menjadi kerdil dan sempit, akhimya
kita terpenjara di dalamnya. Pemahaman kita, pemikiran kita,
nafsu kita dan akal kita, kapasitasnya tidak akan mampu me­
lihat Islam secara keseluruhan. Jadi, jangan membuat keya­
kinan dan keputusan, karena kita bisa tersesat di dalamnya.
Dan kita, tidak berhak menganggap pemahamam kita paling
benar, karena kebenaran adalah hak Allah, yang menentukan­
nya.
Sedangkan Islam adalah kebenaran yang mutlak, dan tiada
terbantahkan oleh apa pun dan siapa pun, akan kebenaran­
nya. Kebenaran tidak perlu ''pengakuan'' dan tidak perlu
''pernyataan''. Kalau kebenaran masih membutuhkan ''peng­
akuan'' dan ''pernyataan'', itu bukan kebenaran. Itu nafsu, itu
akal, itu keakuan, itu ego yang masih bercokol. Karena sifat
dari akal, nafsu, ego dan keakuan, itu butuh ''pengakuan'' dan
''pernyataan'' .
Kebenaran adalah bersifat rahasia. Maksudnya, dalam menja­
lankan kebenaran harus dilandasi kejujuran diri, terbebas dari
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

segala kepentingan-kepentingan diri, kelompok dan golong­


an. Dan di dalam mengerjakannya, tiada diketahui oleh orang
lain, cukuplah diri kita dan Allah ta'alla yang mengetauinya.
Untuk menjaga dari sifat riya' dan untuk menjaga kesucian
hati. Cukuplah Allah semata yang tahu, akan amal ibadah dan
perbuatan kita. (Baca di bah selanjutnya, tentang amal dan
perbuatan yang di rahasiakan).
Saudaraku, Islam diturunkan dengan penuh rahasia dan mak­
na. Ajarannya, perintahnya, larangannya, dan hukum fiqih­
nya, semuanya penuh maksud dan tujuan. Dan agama Islam
sebagai cahaya yang menerangi jalan, dan sekaligus sebagai
petunjuk bagi umat manusia yang meyakininya, untuk kem­
bali kepada-Nya. Juga, agar manusia kembali ke fitrahnya,
sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia.
Diriwayatkan sebelum rah manusia diturunkan ke dunia ini,
keadaanya masih suci. Sebelum di turunkan ke dunia, sang
rah terlebih dahulu di sumpah dan diamanahi oleh Allah un­
tuk menjaga Tauhid. Bahwa hanya Allah ta'alla Tuhan manusia
dan alam semesta ini. Dan untuk menguji kadar ketauhidan
sang rah, maka di turunkanlah sang rah ke dunia dan di ma­
sukanlah ke dalam diri manusia, yang merupakan wadah, da­
ripada sang rah. Allah menguji sang rah yang sudah berbentuk
manusia, dengan berhala-berhala, yang jumlahnya tidak ter­
hingga, termasuk berhala yang ada pada diri manusia, yang
berupa akal, nafsu, dan segala anak buahnya.
Maka Allah menurunkan agama dengan segala ajaranya, se­
lain sebagai sarana dan petunjuk bagi umat manusia, untuk
kembali kepada-Nya. Tetapi juga untuk mengendalikan akal
dan nafsu manusia, dengan segala anak buahnya. Supaya ti­
dak menghalangi pandangan manusia terhadap Tuhannya.
Sudohkoh Menyemboh 'Cuban?

Allah ta'alla menurunkan agama Islam, yang dibawa oleh


Baginda Rasullulah Muhammad saw., yang merupakan caha­
ya dan rahmat bagi alam semesta. Kalau Islam sebagai cahaya
''rahmatan lil alamim '', maka seorang pemeluk agama Islam
merupakan cahaya dan rahmat bagi alam semesta dan isinya.
Bukan hanya menjadi cahaya dan rahmat bagi kelompok aga­
ma sendiri, akan tetapi juga bagi kelompok agama yang lain.

Cahaya bagi semua umat beragama dan juga cahaya bagi


umat lainnya, serta menjadi cahaya bagi makhluk lainnya.
Seperti yang telah dicontohkan oleh Al maghfurlah almarhum
Gus Dur. Sebagai umat Islam dan umat Muhammad, jangan
merasa bahwa jalan agama Islam adalah yang paling benar di
antara agama yang lainnya. ''Ingat diri kita masih berjalan'',
belum tentu kita sampai pada tujuan. Kita sebagai umat Islam
adalah atas kehendak-Nya, bukan atas kehendak diri kita sen­
diri.

Di dalam hukum syariat, anak-anak kita beragama apa, itu


bergantung dari didikan kita sebagai Ayah dan Ibu dari anak­
anak kita. Itu makudnya, kita sebagai orangtua bertanggung
jawab dalam mendidik dan membesarkannya, dengan kasih
dan sayang, termasuk mendidik tentang ajaran agama Islam.

Tetapi di dalam Hakikat, kita dan anak-anak kita menjadi


Islam itu semua atas ketetapan Allah semata. Penting diketa­
hui, agama Islam diturunkan kepada manusia, berguna seba­
gai pengikat dan penjara bagi akal, nafsu, beserta anak buah­
nya. Sehingga manusia tidak berbuat menuruti hawa nafsu,
kelicikan akal pikiran, dan kegilaan budi pekertinya sendiri.
Dengan agama, manusia bisa mengendalikan dan mengarah­
kan akal dan nafsunya dengan semestinya, dan bisa berjalan
sesuai dengan jalan yang sudah ditentukan oleh ajaran aga­
ma, untuk tunduk dan patuh kepada Tuhannya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Bukan malah sebaliknya, dengan memeluk agama Islam ma­


lah menghidupkan dan menyuburkan akal dan nafsunya.
Menjadi beringas, berbuat seenaknya sendiri, mengganggu
kepentingan umum dan ketertiban umum. Sambil meng­
acungkan senjata tajam, menghujat dan mengancam umat
yang lain. Ini gerombolannya orang yang nggak punya pikiran.
Gilanya lagi, mereka melakukan hal itu sambil mengucapkan
kalimat tasbih. Subhanallah! Sehingga orang yang melihat sulit
untuk membedakan, antara jamaah Islam dan gerombolan
preman. Itu sama dengan gerombolan preman yang meng­
atasnamakan Islam.
Islam adalah cahaya dan rahmat. Islam adalah kebenaran.
Islam tidak butuh pernyataan, pembelaan, dan penjagaan
dari umatnya. Karena pada hakikatnya justru Islamlah yang
menjaga umatnya, bukan sebaliknya. Allah menurunkan
Islam dan Allah-lah yang menjaganya, dan tiada kuasa umat
manusia untuk menjaganya, tanpa seizin-Nya. Seharusnya, di
dalam mensiarkan Islam, bukan zamannya lagi dengan meng­
angkat senjata dan dengan kekerasan. Siar, di zaman sekarang
seharusnya dengan rasa kasih dan sayang, dan dengan hati
yang tulus ikhlas, penuh kelembutan.
Saudaraku, itu sikap dan perbuatan umat Islam yang sa­
lah kaprah di dalam memahami ajaran dan tuntunan Islam.
Ajaran Islam yang seharusnya diterima dengan hati sehingga
mampu menghidupkan dan menguatkan hatinya, namun
justru diterima dengan akal dan nafsunya. Islam seharusnya
untuk mengendalikan akal dan nafsunya, bukan sebaliknya.
Jika ajaran Islam menghidupkan dan menguatkan akal dan
nafsunya, pada akhirnya mereka akan berbuat dan bertin­
dak menuruti akal dan nafsunya, dengan mengatasnamakan
Islam. Bagaimana sikap kita menghadapi saudara kita yang
Sudobkob Menyemhob 'Cuban?

begitu? Haruskah dengan menghujat dan membalas perbuat­


an mereka? ''Jangan!'' Jangan merespons atau membalas per­
buatan mereka. Kita harus tetap mengasihi, menyayangi, dan
mendoakan mereka, semoga suatu saat nanti mereka sadar
dan mau memperbaiki sikap dan perbuatanya. Kalau kita ter­
pancing dan memerangi perbuatan mereka, maka kita tidak
berbeda dengan mereka.
Saudaraku, kita kembali ke ajaran Islam dan Tauhid, yaitu
cinta, kasih, dan sayang. Rasa cinta, rasa kasih, dan rasa sa­
yang kita berikan kepada semua makhluk. Yang terpenting
kepada sesama umat manusia, tidak peduli perbedaan warna
kulit, suku, bahasa, dan agama. Rasa cinta, rasa kasih sayang,
kita berikan dengan kadar yang sama dan tidak membedakan
antara suku yang satu dan yang lainnya, yang beragama satu
dan yang beragama lainnya, dan begitu juga seterusnya.
''Kasih dan sayang sifatnya seperti cahaya." Bagaimana sifat
cahaya? Coba kita perhatikan sifat cahaya lampu yang menyi­
nari rumah kita. Lampu menyinari dan menerangi tiap-tiap
sudut ruangan di dalam rumah kita, tanpa membedakan war­
na dan benda yang ada di dalam rumah kita, dan tiada memi­
kirkan, akan pantulan cahaya yang diberikan. Itulah Hakikat
dari sifat kasih dan sayang.
Ajaran dan hukum Islam kalau diterima dan dipahami de­
ngan akal, akan terlihat kejam dan keras. Tetapi kalau dite­
rima dan dipahami dengan kebesaran hati dan kelembutan
hati, akan menjadi lembut, penuh rasa cinta kasih dan sayang.
Di dalam hukum Islam, ada hukum potong tangan, hukum
rajam, hukum cambuk, dan hukuman mati bagi kasus pem­
bunuhan. Kalau sepintas kita pahami, hukum Islam ini akan
terlihat sangat kejam dan terkesan tidak manusiawi.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Marilah kita kembali melihat dan belajar, dari peristiwa dan


kisah yang dicontohkan oleh jujungan kita, Nabi Muhammad
saw. Semua hukum Islam akan gugur dengan sendirinya de­
ngan kebesaran hati dan jiwa yang penuh rasa maaf. Hukum
Islam akan gugur dengan maaf dan pengampunan.

Begitu juga dengan janji Allah kepada umatnya. Sebesar apa


pun dosa kita asalkan bukan dosa musyrik, Allah janji akan
mengampuni dosa umatnya. Rasulullah telah banyak membe­
rikan contoh kepada umatnya, beliau membawa ajaran Islam
dengan hukum-hukumnya yang begitu keras, dengan sangat
bijaksana, dengan kemuliaan akhlak dan kelembutan hati, pe­
nuh rasa kasih dan sayang.
Ibaratnya Islam adalah pedang yang tajam. Di tangan priba­
di yang sabar dan penuh kasih, pedang tersebut tidak akan
membahayakan orang lain. Islam adalah pedang yang tajam.
Sebagai senjata bagi umat manusia untuk memerangi akal
dan nafsu beserta anak buahnya, supaya tunduk dan patuh
kepada Tuhannya. Islam di tangan Rasulullah, menjadi aga­
ma yang penuh rasa kasih dan sayang, cinta damai dan penuh
toleransi, menjadi pelindung bagi agama lainya, kebersamaan
di dalam perbedaan. Sehingga menjadi cahaya dan rahmat
bagi alam semesta. Umat Islam seharusnya mengambil contoh
dan suri teladan dari kanjeng Nabi, dan belajar memahami
sifat-sifat Allah, untuk menjadikan diri umat Islam, sebagai
pengayom dan pelindung bagi umat-umat lainnya.

Saudaraku, ajaran Islam mengajak terus berjalan di dalam


kesadaran, sebagai hamba yang tiada daya dan kuasa, mela­
inkan atas kehendak-Nya. ''Islam mengajaran kesadaran''.
Jangan berhenti pada pemahaman, jangan berhenti dalam
huruf, tulisan, sebutan, dan kata-kata. Jika kita tidak pernah
membuktikan dan mengalami sendiri akan kebenarannya.
Sudobkob Menyemhob 'Cuban?

Rasa garam itu asin, kita meyakini hal itu. Tapi kita belum per­
nah mencoba rasanya garam, keyakinan kita masih ''katanya
orang'' atau ''baca tulisan''. Keyakinan kita belum sempurna
sebelum kita sendiri merasakan asinnya garam. Keyakinan di­
buktikan dengan perbuatan, setelah berbuat, rasakan, barulah
kita menemukan kebenaran yang hakiki. Islam tidak meng­
ajarkan mimpi, hidup di alam khayal, tetapi Islam mengajar­
kan kebenaran, kenyataan, dan keberadaan. Ajarannya, janji­
nya, semuanya benar, ada dan nyata.
•• ' It't
''t '• C ·l •. �

.


\
1 ,•....
' ••
I
I
I


••


.-�·t! ;
. '

ENYEL J i';
·... ' (

I•
., • I '
t-';
.,,. 'Ir, ' ' ,.

EBE
• •
•,L
. , • I
• I
,...1"' . ')"
• }["" ·�
· ', i \ �.
,:. • •
' l \ ..
I• • ;

t

·...,·.�· ,..e,.
• •
•• t


'ti.. .,.• I•
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

llah adalah ismu dzat, nama Tuhan yang memiliki arti


dan makna. Nama Allah, berarti yang meliputi keber­
adaan langit dan bumi. Dan apabila nama Allah diurai,
akan memiliki makna yang berbeda, di mana menunjukkan
kekusaan-Nya dan keesaan-Nya. Bila huruf alifnya dibuang,
menjadi Lillahi, yang berarti karena Allah, maksudnya terjadi­
nya langit dan bumi ini karena kehendak Allah. Bila dibuang
huruf lam awalnya, menjadi Lahu yang berarti kembali kepa­
da-Nya. Segala yang ada di langit dan di bumi, datangnya dari
Dia dan akan kembali kepada-Nya. Dan bila huruf lam kedua­
nya dihilangkan, akan menjadi Hu, yang berarti Dia. Setelah
segala sesuatu kembali pada-Nya, menyatu dengan-Nya, dan
kekal di dalam-Nya, dan menjadi Dzat yang seutuhnya. Itulah
hakikat Asma Allah.

Jangan terikat pada sebuah nama dan huruf. Sempurnakanlah


pengetahuan kita tentang ilmu Tauhid. Tauhid ada empat yaitu,
Tauhid asma, Tauhid sifat, Tauhid af'al (perbuatan), dan Tauhid
Dzat. Saudaraku, kita harus belajar menemukan dan mema­
hami, belajar menjabarkan dan mengurai bermacam-macam
Tauhid ini, ke dalam hidup dan kehidupan diri kita. Ilmu
tauhid sendiri memiliki pemaknaan yang sangat dalam, buku
ini menjelaskan garis besarnya saja. Kami menganjurkan, jika
Saudaraku ada yang ingin mengetahuinya lebih dalam, perlu
mencari guru mumpuni yang mampu menjelaskan semua hal
itu.

Ilmu Tauhid sifatnya pribadi dan rahasia. Tauhid asma (nama),


segala nama yang ada di langit dan bumi ini, adalah nama­
Nya (kepunyaan-Nya). Tauhid sifat, segala sesuatu sifat yang
ada di langit dan bumi ini adalah sifat-Nya (kepunyaan-Nya).
Tauhid af'al (perbuatan), segala perbuatan di langit dan bumi
Menyelomi lieberodoon 'Cuban

ini, adalah perbuatan-Nya (atas seizinnya). Tauhid dzat, Tauhid


yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata dan huruf, tetapi
bisa dinyatakan dengan rasa. Karena rasa adalah unsur yang
paling dekat pada dzat-Nya, dan rasa kasih dan sayang ada­
lah unsur yang menyatu dengan dzat-Nya.

Saudaraku, coba perhatikan kalimat ini, ''Nama saya Cipta


Hening, itu nama saya, bukan diri saya." Karena saudaraku
belum mengenal saya, untuk mencari saya, terlebih dahulu
harus tahu ciri-ciri diri saya, sifat saya, dan perbuatan saya.
Dengan begitu, akan semakin mudah mencari dan bertemu
saya. Bukan hanya sekadar tahu nama saya, sudah mengaku
bertemu dan bercengkerama dengan saya, tentunya ini sua­
tu keyakinan yang kurang bijak, dan tidak dapat dipertang­
gungjawabkan kebenarannya. Itu sangat berbahaya, karena
ada berjuta-juta nama yang menyerupai nama saya. Untuk
menghindari keterikatan dalam asma, perlu diketahui bahwa
Tuhan kita ada di dalam diri setiap nama, yang ada di jagat
raya 1n1.
• •

Coba kita lihat dan kita cermati, keberadaan makhluk di se­


kitar kita. Pastilah tidak sama satu dan lainnya, w ujudnya,
sifatnya, dan perbuatannya pasti tidak sama antara yang satu
dan yang lainnya. Pasti berbeda. Seperti firman Allah, ''Aku
tidaklah sama dengan Makhluk-Ku dan tiada yang menyeru­
pai-Ku." Meskipun ada manusia kembar, kalau diamati pas­
tilah tidak sama. Pasti ada perbedaan wujud dan wataknya.
Coba diperhatikan lagi, bentuk dan ukuran pasir di lautan.
Pastilah tidak sama bentuk dan ukurannya. Pohon pisang
walau sama-sama pisangnya dan jenisnya, pastilah tidak
sama bentuk pohon dan daunnya. Bungkus rokok dan rokok­
nya, coba diperhatikan secara saksama, pastilah tidak sama
serat dan detailnya. Itu semua sebagai tanda keesaan Tuhan.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Esanya Tuhan berada di dalam esanya makhluk. Ini adalah


benih Ilmu Tauhid. Maka siramilah dengan kesadaran diri dan
teruslah berjalan dan belajar memahami segala keberadaan.

Di dalam belajar dan memahami keberadaan, janganlah meng­


ambil penilaian dan keputusan. Karena penilaian dan keputus­
an kita, justru akan menghalangi perjalanan kita akan adanya
keberadaan, sebab keberadaan Tuhan adalah sesuatu yang
maha luas. Penilaian dan keputusan akan mempersempit arti
keberadaan. Penilaian berarti sudah berada pada kesimpulan.
Menilai dan menyimpulkan, ini A itu B, ini putih itu hitam, ini
besar itu kecil. Penilaian dan kesimpulan ini akan menjebak
diri kita, di dalam dualisme keberadaan. Akhirnya menimbang
dan membandingkan, si A lebih baik dari si B, putih lebih me­
narik daripada hitam, begitu seterusnya. Terns membanding­
bandingkan, terus mencari-cari perbedaan, terjebak di dalam
penilaian. Pada akhimya menjadi bingung, dan berputar-putar
tiada tahu ujung dan pangkal. Keputusan adalah hasil dari pe­
nilaian dan kesimpulan, dan diyakini kebenarannya menurut
penilaian dan kesimpulannya untuk dijadikan dasar atas sikap
dan perbuatan.

Contoh, dengan menilai seorang tunasusila itu lebih rendah


derajatnya dibanding seorang ustadz. Kita buat keputusan di
hati kita untuk membenci seorang tunasusila dan menyayangi
seorang ustadz. Dan dengan keputusan tersebut, kita meng­
ambil tindakan untuk mengusir tunasusila dari lingkungan
kita. Apakah ini rasa kasih? Apakah ini rasa sayang? Tiada
sadar kita telah mengambil hak Tuhan. Bukankah keberadaan
seorang tunasusila adalah seizin Tuhan, kehendak-Nya. Dan
yang memutuskan itu baik dan ini buruk adalah hak Tuhan
pula, baik pandangan kita belum tentu baik, pada pandangan
Tuhan.
Menyelomi ]ieberodoon 'Cuban

Harus disadari oleh umat manusia, keberadaan kita di dunia


ini, hanyalah menjalankan peran. Di dalam sebuah sandiwa­
ra di dalam jagat raya ini, dan Allahlah sebagai sang maha
sutradaranya. Seorang tunasusila dan seorang ustadz hanya
menjalankan peran saja. Siapa yang paling bagus di dalam
menjalankan perannya, hanya sang sutradaralah yang tahu.
Terus apa artinya penilaian kita! Keputusan kita! Tindakan
kita! Wahai saudaraku!

Di dalam cerita sufi, banyak dikisahkan, tentang seorang tuna­


susila yang dengan mudah masuk surga, dan seorang kyai
yang dengan mudah masuk neraka. Loh, kok bisa? Menurut
akal, tunasusila jelas-jelas berbuat dosa dan melanggar ajar­
an agama. Dengan berbuat zina, yang merupakan dosa besar,
kok masuk surga. Sedangkan seorang kyai yang jelas-jelas se­
bagai panutan umat, kok masuk neraka. Waaah! Tuhan nggak
adil nih! Dan masih menurut akal, seharusnya seorang kyai,
yang pantas masuk surga karena amal dan perbuatanya, bu­
kannya seorang tunasusila.

Saudaraku. Ini pelajaran Tauhid yang luar biasa. Cobalah kita


cermati bersama. Seorang tunasusila menyadari keberada­
annya, menyadari takdirnya dan ridha akan keberadaannya,
serta ridha akan takdirnya, sebagaimana kesadarannya dan
ridhanya kepada Tuhannya. Ridha berarti menerima dengan
ikhlas dan senang hati akan keberadaannya, juga menerima
dengan ikhlas dan senang hati atas segala sesuatu yang da­
tang kepadanya, yang diakibatkan dari keberadaannya.

Dia ridha menerima hujatan dan cemoohan dari masyarakat


di sekitarnya, bahkan rela menerima sikap dan kelakuan keji
dan kejam dari si hidung belang, tanpa rasa dendam, kecewa,
dan sakit hati. Ridha akan takdirnya, menyadari dan meyakini
dengan sepenuh hati bahwa takdirnya sebagai tunasusila ada-
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

lah atas kehendak Tuhannya, takdir Allah. Dan dengan kesa­


darannya dia tidak akan mampu mengubahnya. Kalau Allah
mau, tentu dengan mudah untuk mengubah takdimya. Ridha
Tuhan berarti ridha kita. Maksudnya, seorang tunasusila me­
nyadari ridha Allah, adalah ridha dirinya di dalam menerima
akan keberadaannya dan takdirnya.
Segala sesuatu yang datang padanya, baik itu senang dan su­
sah, baik dan buruk, kasar dan lembut, adalah dari Allah se­
mata. Segala yang datang adalah tamu baginya, tidak peduli
senang atau susah, baik atau buruk dan kasar atau lembut, dia
menerima dengan sikap dan rasa yang sama, tanpa membe­
dakannya.
Dia merelakan tubuh dan perasaannya, dihinakan dan diang­
gap sebagai kotoran masyarakat, diabaikan dan dicampakan
di dalam masyarakat, dan dia mengiklaskan dirinya diren­
dahkan dan diinjak-injak harkat dan martabatnya, asalkan
Allah meridhainya. Dia rela menjadi seorang tunasusila de­
ngan ketiada-berdayaannya, daripada menjadi seorang yang
baik dengan keberdayaannya. Yang berarti, dia rela menjadi
seorang tunasusila, tetapi bertauhid kepada Allah. Itu lebih
baik, daripada menjadi seorang yang baik, tetapi menyeku­
tukan Allah.
Yang berarti, menduakan keberdayaan Allah dengan ke­
berdayaanya. Karena, pada hakikatnya keberdayaan kita
adalah keberdayaan Allah, yang diberikan kepada diri kita.
Keberdayaan kita dan keberdayaan Allah bukan berdiri sen­
diri-sendiri dan saling berhadapan, melainkan satu kesatuan,
yaitu keberdayaan Allah jua adanya. Kalau toh berhadapan,
itu hanya perasan kita, ego kita, keakuan kita yang merasa
punya daya dan upaya. Dia adalah seorang tunasusila yang
bertuhankan Allah yang Maha Esa, dan tidak mau menyeku­
tukan dengan suatu apa pun dan siapa pun.
Menyelomi ]ieberodoon 'Cuban

Setiap bertemu sang kyai, di dalam hatinya selalu berdoa dan


berharap diberi kesempatan untuk berbuat amal kebajikan,
seperti amal kebajikan yang dilakukan oleh sang kyai. Dan
sang tunasusila ini selalu mendoakan sang kyai, agar Allah
ta'ala selalu meridhai dan menjaganya, di dalam setiap amal
dan perbuatannya, dan semoga digolongkan menjadi orang
yang saleh. ''Subhanallah''. Rupanya dengan kelembutan dan
kesucian hatinya, Allah mengangkat derajatnya dan berhak
masuk surga-Nya.
Saudaraku. Sementara Sang kyai memahami dan meyakini
di dalam hati, bahwa keberadaannya dan takdirnya sebagai
seorang kyai, adalah karena ilmunya. Waiau mulutnya ber­
bicara, ''Ini semua karena Allah." Tetapi di dalam hatinya
berkata lain, lebih membanggakan ilmunya. Sang kyai lupa
diri, tidak menyadari keberadaan dan takdirnya adalah atas
kuasa Tuhan. Ilmunya menghalangi pandangannya kepada
Tuhannya. Secara lahiriah, sejauh pandangan para umat, sang
kyai mendapat kedudukan yang terhormat, sebagai sosok
yang disegani dan pribadi yang menjadi panutan, di dalam se­
tiap perkataan dan perbuatannya. Menjadi contoh bagi umat,
di dalam mengerjakan amal ibadah kepada Allah ta'alla.

Tetapi, di balik kehormatan dan kemuliaannya, di dalam hati­


nya timbul rasa bangga diri dan riya'. Sering kali membangga­
kan ilmunya, gurunya, dan nasabnya. Sehingga menjadi pri­
badi yang kaku dan kolot, di dalam mengerjakan amal ibadah
tanpa diiringi oleh rasa ikhlas, setiap amal dan perbuatannya
selalu dipamerkan dan dibangga-banggakan di depan umat.
Setiap amal perbuatannya selalu ingin dipuji dan disanjung,
dengan maksud dan tujuan untuk tetap mempertahankan ke­
dudukan dan kehormatannya, di tengah-tengah umat.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Dengan sikap sombong dan egonya, sehingga memandang


remeh, kepada orang lain. Dan dengan pribadi yang kaku dan
kolot, menjadikan sang kyai tidak mudah menerima penda­
pat dan pandangan orang lain, merasa benar sendiri dan ti­
dak pernah mau mengalah kepada orang lain, maunya benar
sendiri dan menang sendiri. Sehingga pandangannya selalu
menghakimi dan menghukumi setiap perbuatan orang lain,
termasuk kepada perbuatan sang tunasusila, sebagai perbu­
atan yang kotor, penuh dengan najis dan dilaknat oleh Allah
ta'alla, dan akan masuk neraka jahanam.
Saudaraku, mengambil contoh dari kisah tersebut, marilah
kita pahami dan belajar menata gerak-gerik hati kita, agar te­
tap dalam kesuciannya. Karena hanya dengan hati yang suci
dan bersih, kita akan selalu berada di dalam kesadaran, akan
keagungan dan kebesaran Tuhan. Hindarilah berprasangka
buruk pada perbuatan seseorang, tanpa mengetahui maksud
dan tujuan dari sang pelaku. Andai kita tahu pun, jangan!
Jangan pula berprasangka baik pada seseorang, karena belum
tentu yang kita sangka baik bagi kita, ternyata sebaliknya.
Sebaiknya hindarilah prasangka baik dan buruk, pada segala
kejadian dan keberadaan. Hindarilah setiap aksi dan reaksi
dari setiap kejadian dan keberadaan. Dengan berprasangka
baik dan buruk kita akan terjebak di dalamnya.

Ketenangan kita akan terusik. Kesucian hati kita akan terko­


tori oleh prasangka-prasangka kita. Kita akan rugi dengan
waktu yang terbuang sia-sia, karena menilai sesuatu yang tia­
da guna. Dengan tidak punya prasangka suatu apa pun, maka
akan menjadi pribadi yang tenang dan tenteram, pribadi yang
bahagia.

Jadilah pribadi yang lembut, penuh rasa kasih dan sayang,


dan janganlah menjadi pribadi yang fanatik, kaku, dan kolot,
Menyelomi ]ieberodoon 'Cuban

di dalam memahami dan meyakini sesuatu. Karena dengan


sikap fanatik, kaku, dan kolot, akan mempersempit pandang­
an kita, akan adanya kebenaran dan keberadaan.

Allah adalah sesuatu yang luas, akan kebenaran dan keber­


adaannya. Sikap fanatik, kaku, dan kolot, adalah produk akal
dan pikiran kita, yang dikuasai oleh ego dan nafsu kita. Akal
pikiran dan ego kita, tak akan pemah mampu menjangkau
kebenaran dan keberadaan Tuhan. Akal pikiran dan ego akan
berbuat dan bertindak berdasarkan kepentingan-kepentingan
diri sendiri, kelompok, dan golongan. Berbuat dan bertindak
masih menimbang untung dan rugi.

Hanya dengan menjadi pribadi yang lembut, penuh rasa kasih


dan sayang, yang bisa menuntun kita, berjalan di dalam kebe­
naran dan keberadaan Tuhan. Pribadi yang lembut dan penuh
rasa kasih sayang, adalah hasil dari keikhlasan hati, di dalam
menerima kebenaran dan keberadaan Tuhan. Kebenaran akan
datang, tanpa memikirkan untung dan rugi, dan tanpa di­
tunggangi oleh kepentingan- kepentingan apa pun, dan siapa
pun. Kebenaran berdiri sendiri, tanpa bergantung pada apa
pun, dan siapa pun. Kebenaran adalah sesuatu yang univer­
sal, yang tiada terbatasi oleh apa pun dan siapa pun. Itulah
hakikat kebenaran dan keberadaanTuhan.

Kalau berbuat masih karena ini dan itu, bergantung ini dan
itu, supaya ini dan itu, kita belum berada di dalam kebenar­
an dan keberadaan Tuhan. Kita masih jauh berada di luar
kebenaran dan keberadaan Tuhan. Pemahaman kita, sikap,
dan perbuatan kita masih belum berada di jalan Allah ta'alla.
Kebenaran yang diyakini selama ini, dengan mempertahan­
kan sikap fanatik, kaku, dan kolot adalah produk dari akal
dan nafsu, dan bukan dari kesadaran diri manusia.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Saudaraku, jangan terikat pada huruf dan nama. Tuhan bukan


sekadar huruf dan nama. Jangan terbingkai pada pengetahu­
an kita, karena Allah berada di dalam setiap pengetahuan.
Dan Allah tidak hanya berada di dalam satu huruf, tetapi ber­
ada di dalam setiap huruf, dan Allah tidak hanya berada di
dalam satu nama, tapi berada di dalam setiap nama dan me­
liputi keduanya. Pemahaman bahwa Allah berada di dalam
salah satu huruf dan nama saja, berarti pemahaman kita telah
menyekutukannya. Karena kita meyakini masih ada huruf
dan nama yang lain, selain huruf dan nama-Nya.

Dan yang terpenting lagi di dalam Tauhid, ''Jangan merasa


senang, karena sudah bisa beribadah, dan menjalankan perin­
tah dan menjahui larangan Allah. Tetapi merasa senanglah,
karena telah diberikan kekuatan oleh Allah, untuk beribadah,
dan menjalankan perintah dan menjahui larangan-Nya." Dua
hal itu, terkesan sama, tetapi kalau kita perhatikan dengan
saksama, akan kita temukan maksud dan arti yang berbeda di
antara keduanya. Yang pertama, menyekutukan Allah dengan
kuasa kita. Dan yang kedua, menauhidkan Allah, dengan
mengakui bahwa ibadah kita, atas kuasa Tuhan.
Saudaraku, Aku menyembah pada yang merukukkanku, me­
nyembah yang menyujudkanku. Merasakan kehadira-Nya
dalam setiap tarikan napasku dan di setiap detak jantungku,
semakin kurasakan, semakin aku tahu bahwa sesungguhnya
rukuk dan sujudku adalah rukuk dan sujud-Nya. Kehadiran­
Nya pada diriku, menutupi kehadiranku, sehingga lenyaplah
aku, namaku, sifatku dan perbuatanku di dalam nama-Nya,
sifat-Nya, dan perbuatan-Nya dan lenyaplah aku di dalam ke­
beradaan-Nya.
. .., .,:... .. �- -••
• 0

If
. ... , ,,,.- _-;:,�....�
" . .. •.. ....,_..._a:..-- -, ..: a;-._>,,.: . "V"'""
...
..,. _ .-
;-
(
.
..
,,,.,,,
·· > f ;.
. .,..,
--- ..... �

i
ii

.. '\ It
.......
0

••
.:

... .. .L...:. •
• ..
,,j •
� I

.. •._,..,-·') ·.:,.;
- .,_ .

_....._. ,�- - -�·......


)ft J !

,. . •4
• • •


}
"' I
:·...

'

• .\

�,

•• I

''t l• ( • •1 •• .f •
• \
• 1 1•

(:i
\ ..·

I'
• •
••

I
I


f .


�·
.,- ·¢' • •
£-., �
'4 � \I •
� • , I \ l., 1
-.,:,�1..' '
l • •

.. .. ,...... i
t
• I ·•

. I '
• • •
• '

..
•1 ...
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

lmu hakikat makrifat adalah teramat tajam, setajam pedang.


Teramat keras, sekeras batu. Tetetapi, teramat berharga da­
ripada dunia dan isinya.

Saudaraku, dari manakah asalnya ilmu? ''Ilmu berasal dari


Al-Qur'an dan Hadis." Jadi janganlah mencari dan belajar
ilmu, dari segala keilmuan selain dari padanya. Dan sabda
Baginda Nabi saw, ''Bahwasanya mencari ilmu itu wajib bagi
muslim laki-laki dan perempuan." Wajib hukumnya dan tiada
berkesudahan di dalam menuntut ilmu, selama napas masih
di kandung badan. Pada hakikatnya hidup kita adalah untuk
mencari ilmu, belajar dan belajar, dengan terus-menerus tan­
pa henti. Maksudnya, jangan merasa sudah cukup, sehingga
kita berhenti di tengah jalan, teruslah berjalan seiring sang
waktu yang terus berdetik, dan berputar tiada henti.
Dan di dalam menuntut ilmu, jangan sampai timbul rasa fana­
tik dengan salah satu ilmu, dan dengan salah satu guru, kare­
na sesungguhnya segala ilmu itu adalah baik dan wajib dipa­
hami dan dipelajari oleh umat manusia, baik tidaknya suatu
ilmu, bermanfaat atau tidaknya, bergantung pada sifat dan
tujuannya, bergantung dari diri manusia yang menggunakan
ilmu tersebut. Untuk tujuan apa! Untuk kepentingan apa!
Sebaik apa pun ilmu, walau itu datangnya dari ayat-ayat Al­
Qur'an, kalau tujuannya adalah untuk menyakiti orang lain,
maka ilmu yang berupa ayat-ayat Al-Qur'an tersebut, menjadi
sesuatu yang tidak baik.
Begitu juga bagi seorang guru, jangan merasa bahwa guru kita
lebih baik dari guru-guru yang lain. Harus kita ketahui bahwa
antara guru thoriqoh yang satu dengan yang lainnya, antara
guru hakikat makrifat yang satu dengan yang lainnya adalah
satu jua, mereka saling berhubungan satu sama lainnya. Tiada
yang lebih tinggi, dan tidak ada yang lebih rendah di antara
t)okikot Mokrifat

yang satu dengan yang lainnya. Hanya pandangan dan pene­


rimaan kita yang berbeda.

Saudaraku, apa yang disebut agama? ''Agama adalah terdiri


dari kumpulan Iman, Islam, Tauhid, dan Makrifat. Iman adalah
yakin dan percaya dengan sungguh-sungguh kepada Allah
ta'alla, Islam adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, Tauhid mengesakan Dia, Makrifat adalah jalan
untuk mengesakan Dia.
Yang sering dipahami oleh umat Islam, bahwasanya agama
hanya kumpulan iman dan Islam, sedangkan yang disebut
agama adalah Iman, Islam, Tauhid, dan Makrifat. Tentunya ke­
yakinan ini perlu ada pelurusan. Agama ibarat satu batang tu­
buh, iman sebagai kepalanya, Islam sebagai badannya, Tauhid
sebagai tangannya, dan Makrifat sebagai kakinya. Agama se­
seorang kurang sempurna hukumnya, apabila hanya beriman
dan Islam. Tanpa mengetahui dan menjalankan ilmu Tauhid
dan ilmu Makrifat. Seperti sabda Baginda Nabi saw, ''Awalnya
agama adalah makrifat (mengenal Allah)."

Sebenarnya oleh Baginda Nabi, dalam mencari ilmu hakikat


makrifat juga diwajibkan kaum muslimin laki-laki dan perem­
puan. Tetapi sayangnya sebagian umat Islam tidak mengang­
gap begitu penting, ilmu Tauhid dan ilmu Makrifat. Menurut
sebagian Ulama, justru sebaliknya, Iman dan Islam adalah se­
suatu yang sia-sia, tanpa mengetahui dan memahami Tauhid
dan Makrifat. Karena pada hakikatnya Iman dan Islam, ada­
lah sebagai sarana atau jalan, Sedangkan Tauhid dan Makrifat,
adalah sebagai tujuan, dan akhir dari sebuah perjalanan.
Sebagian Ulama Sufi, mengibaratkan Iman dan Islam adalah
kayu pengait, sedangkan Tauhid dan Makrifat adalah buahnya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Saudaraku, Syariat, Thoriqoh, Hakikat, dan Makrifat adalah me­


rupakan ajaran dan tuntunan yang saling berhubungan, di
antara yang satu dan yang lainnya. Bagaikan rangkaian kata
yang terdiri dari empat huruf, sehingga membentuk satu kata,
dan apabila dipisah antara huruf yang satu dengan yang lain­
nya, maka akan menjadi kata tanpa makna. Maka sempurna­
kanlah Syariat, T horiqoh, Hakikat, dan Makrifat kita.
Untuk itu, marilah kita belajar ilmu Hakikat dan Makrifat de­
ngan mudah diterima oleh akal clan logika kita, walaupun
ilmu Hakikat dan Makrifat, akan sulit diterima oleh akal dan
logika. Tetetapi marilah kita mencoba untuk memahami, dan
belajar dari yang ringan-ringan saja, sehingga tidak memu­
singkan kepala kita. Sambil dengan perlahan membukakan
hati kita, akan kebenaran ilmu Hakikat Makrifat, semoga Allah
membimbing diri kita. Amin.
.. '�.. .:..,..... . -� '1!!!f - ,.' ' ••
...
.. .......-��
,,,. ..:.� . ' ' ••..
• -;

..
...

,. .... -�'/.
'. i,. � - ,,;_ ���- · -
.
:.. •• • - .. .-ae.;�

..
. • •,

�' .... . ... - .


\.
• .'\., �

....
..;:·•
.f
. ..
.. . ..

' ..,,_..,., ) .....•


.,J,.
. ;.: · J,;f I• ...
• ...
,,,,--.. • • -* !, •
-#
••

,. ," I, ...


.'

• •
l'f
•\
' .
• •
•••


••

.: .

s SEN NG,,
(
• -,.
-�
i.

• • ,/,:!• ·'. [I...


s• SJ J • �
. . '· - .
.L
I I I
'.f' ,, • •

• fi ' ' •

. :,,, �
· ..•
'4 • <
I _) \
�;
I• • \(
• t

�-·. . .:Ae;
i

fts
-� . .\
• • _. \ I
• -. ,-• '
I
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

audaraku, ini bahasan tentang rasa dan tentang diri, dan


pahamilah dengan hati. Di saat kita bercermin di depan
kaca, pernahkah kita bertanya, yang manakah diri kita?
'' Yang di dalam cermin, atau yang bercermin. Sesungguhnya
diri kita, adalah yang di dalam cermin." Dia bergerak karena
kita bergerak, dia tertawa karena kita ketawa, adanya bayang­
an di dalam cermin, karena ada yang bercermin. Itulah haki­
katnya diri kita yang sesungguhnya, kita adalah bayangan
dari Allah ta'alla. Maksudnya, segala sesuatu yang ada di da­
lam diri kita adalah kepunyaan Allah. Kita bergerak, karena
ada yang menggerakkan, kita melihat karena ada yang meli­
hatkan, dan lain sebagainya.
Kita ibarat sebuah wayang, wayang bisa bergerak dan menja­
lani sebuah lakon karena adanya dalang. Sesungguhnya itulah
kenyataan diri kita, ibarat sebuah bayangan dan ibarat sebuah
wayang. Mustahil bayangan dan wayang bisa bergerak, tanpa
digerakkan oleh yang punya bayangan dan sang dalang. Ini
harus kita pahami dan sadari, bahwa sesungguhnya kita ada­
lah hamba di mata Allah ta'alla. Hamba yang lemah dan tiada
berdaya.

Coba, rasa lemah dan rasa tak berdaya sebagai hamba, kita ra­
1
sakan di dalam kehidupan sehari-hari kita, niscaya Allah ta al­
la akan memberikan segala kekuatan yang luar biasa bagi diri
kita, inilah dasar makrifat. Firman Allah di dalam Hadis Qudsi,
''Kepada hambaku yang berserah diri pada-KU, dengan sega­
la ketiadaannya, maka AKU jaga dia. Dan kekuatannya ada­
lah kekuatan-KU, penglihatan dan pendengarannya, adalah
penglihatan dan pendengaran-KU, dan AKU tempatkan dia,
di dalam dunia dan akhirat, berada dekat di sisi-KU."

Saudaraku, di salah satu bab tadi kami menuliskan bahwa


sesungguhnya unsur yang paling dekat dengan Tuhan, ada-
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

lah rasa. Begitu juga, jika kita ingin mendekat dengan Tuhan
harus dengan rasa. Karena kehadiran dan keberadaan Allah
ta'alla sangatlah rahasia, dan tidak bisa dijangkau oleh indra
lahiriah kita, dan hanya dengan ''rasa'' kehadiran dan keber­
adaan Allah, bisa di kenali dan di ketahui. Maksudnya, keha­
diran dan keberadaan-Nya hanya bisa dirasakan. Ini adalah
hakikat perbuatan makrifat.
Coba rasakan kehadiran-Nya, di dalam detak jantung kita, ra­
sakan di setiap tarikan napas kita, rasakan setiap aliran darah
di dalam tubuh kita. Itu adalah salah satu kekuasaan Tuhan,
bukan kekuasaan kita. Coba pikirkan, jika itu menjadi kekua­
saan hamba, bisakah hamba menghentikan detak jantung, bi­
sakah hamba menghentikan tarikan napas dan bisakah ham­
ba menghentikan setiap aliran darah di dalam tubuh. Kita
tentunya yakin dan percaya, bahwa kita tidak akan mampu
melakukannya. Itu sebagai pertanda bahwa kita yang merasa
mempunyai tubuh ini, tetapi tidak kuasa untuk memiliki dan
menguasai tubuh ini. Hanya milik dan kuasa Tuhan semata.

Selama ini, sering kita merasa bahwa yang bisa melihat itu
mata, yang bisa mencium itu hidung, dan yang bisa berkata­
kata adalah mulut. Tetapi sesungguhnya bukanlah mata yang
bisa melihat, bukanlah hidung yang bisa mencium, dan bu­
kanlah mulut yang bisa berkata-kata. Pernahkah kita memper­
hatikan pada orang yang sudah meninggal. Dia masih punya
mata, tetapi sudah tidak bisa melihat, masih punya hidung,
tetapi tidak bisa bisa mencium, dan masih punya mulut, teta­
pi tidak bisa berkata-kata. Karena nyawa sudah berpisah dari
jasad, maka sang jasad sudah tidak bisa melihat, mencium,
dan berkata-kata. Jadi sang jasad bisa melihat, bisa mencium
dan bisa berkata-kata, adalah dengan adanya nyawa di dalam
jasad.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Nah, nyawa inilah yang memiliki rasa. Rasa ini sifatnya gaib,
tidak bisa terlihat ataupun tercium oleh indra lahiriah kita,
tiada bisa dijelaskan oleh huruf dan kata-kata, hanya bisa
dirasakan, bagi orang yang sudah merasakan. Seperti ma­
nisnya gula. Bisa merasakan manisnya gula, apabila sudah
mencicipinya. Kita meyakini bahwa rasa. gula itu manis, tetapi
kita tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata tentang manis
itu bagaimana, seperti apa, sebelum dirinya sendiri mencici­
pi rasanya gula. Jadi rasa itu gaib, tetapi ada, adanya hanya
bisa dirasakan. Satu contoh kita berjalan di medan gelap gu­
lita, tiba-tiba kaki kita terbentur batu. Kaki kita yang terkena
batu, tetapi seluruh tubuh kita yang merasakan sakit. Mulut
meringis menahan rasa sakit, mata mengeluarkan air mata.
Dan dengan rasa, kita tahu bahwa yang membentur kaki kita
itu adalah sebuah batu, padahal gelap gulita. Rasa sakit, rasa
demam, rasa dingin, rasa senang, rasa sedih, rasa... rasa... se­
muanya rasa.

Rasa juga tiada terikat dengan ruang dan waktu, bisa ke


mana-mana dan bisa di mana-mana, tanpa jasad menyertai­
nya. Rasa kita bisa ke Jakarta, bisa ke Mekah, bisa ke London
bahkan bisa ke matahari, bulan, dan bintang-bintang. Sedang­
kan jasad kita tidak ke mana-mana. Hal ini bisa dibuktikan
dan dipraktikkan. Rasa itu, luar biasa dahsyat kekuatan clan
kemampuanya, dia bisa tahu apa yang akan terjadi dan apa
yang sedang terjadi di dunia ini, meskipun terhalang ruang
dan waktu.

Saudaraku, dan dengan rasa pula, kita bisa mengenali bahasa


dan perbuatan akal dan nafsu kita, seperti yang telah dijelas­
kan pada bab sebelumnya, tentang dasar-dasar bahasa dan
perbuatan, akal dan nafsu. Sekarang tinggal keberanian dan
kejujuran kita untuk memilah dan memilih jalan kita. Karena
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

hanya keberanian dan kejujuran yang akan menuntun kita


pada rasa yang sejati, rasa yang sesungguhnya, rasa yang be­
nar-benar tahu akan Tuhannya. Dengan rasa, sesungguhnya
kita bisa tahu diri kita, sebenamya mengabdi pada siapa?
Mengabdi kepada makhluk, atau kepada Tuhannya?

Saudaraku, perhatikan dan pahami, ini sangat penting!


Perasaan, rasa, dan merasa itu sangat berbeda. Perasaan itu
datangnya dari akal. Merasa itu datangnya dari nafsu. Dan
rasa datang dari hati (letak nyawa bersemayam). Jadi pera­
saan, merasa, dan rasa itu sifat dan perbuatannya sangatlah
berbeda. Begitu juga perasaan dan merasa masih bisa menipu
dan tertipu, karena sifat dan perbuatan perasaan dan merasa
adalah sifat dan perbuatan makhluk, sedangkan rasa adalah
sifat dan perbuatan Tuhan, yang hanya diberikan kepada roh
(disebut nyawa karena terbungkus oleh jasad). Rasa inilah
yang bisa mengenal Tuhannya.

Saudaraku, marilah kita belajar berguru pada diri sendiri, ka­


rena diri sendiri adalah guru sejati. Berguru pada orang lain
adalah baik, berguru dari pengalaman adalah bijaksana dan
berguru pada diri sendiri adalah mulia. Untuk itu marilah be­
lajar memahami perasaan diri, merasa diri dan rasa diri, ka­
rena hanya diri sendiri yang tahu mana perasaan diri, merasa
diri, dan rasa diri.

Perlu diketahui oleh umat Islam, bahwa sesungguhnya Allah


ta'alla menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya,
adalah dengan rasa senang, dan Dia menjaga dan memeliha­
ranya dengan rasa kasih dan sayang. Saudaraku, setelah kita
memahami dan menyadari, bahwa di dalam diri manusia,
ada unsur yang terdekat dan ada unsur yang menyatu dengan
Tuhan. Unsur tersebut adalah rasa, dan unsur yang menyatu
adalah rasa kasih sayang, rasa tulus iklas, rasa sabar, dan rasa-
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

rasa yang lainya, yang merupakan manifestasi dari Asmaul


Husna (Nama Allah).

Jadi, unsur yang menya tu dengan Tuhan, ada di dalam


Asmaul Husna, yang bukan hanya diucapkan sebagai amal­
an dan wirid, akan tetapi Asmaul Husna yang dijadikan rasa
pada diri manusia, dan rasa tersebut menyatu dengan darah,
tulang, dan sungsum, sehingga menyatu di dalam setiap amal
perbuatan dan tingkah laku, semuanya di sertai dengan rasa
Asmaul Husna. Lalu bagaimana caranya mentauhidkan rasa?
Pertama-tama, kita harus menyadari dan memahami akan
keberadaan rasa-rasa tersebut, selanjutnya kenali dan rasakan
keberadaannya. Dan, mulailah belajar dan menjadikan setiap
amal perbuatan dan amal ibadah, didasari dengan rasa-rasa
terebut. Rasa-rasa itu ada, dan adanya tanpa bergantung oleh
suatu apa pun dan siapa pun. Rasa yang timbul bukan dise­
babkan oleh keadaan dan keinginan, baik itu masalah hajat
dunia dan hajat akherat, rasa yang berdiri sendiri dan mandi­
ri, itulah tauhid rasa. (Baca juga bab selanjutnya, tentang tau­
hid rasa dan hati).

Teruslah belajar dan belajar, teruslah menjadi dan menjadi,


dan sampailah di dalam suatu keadaan, di mana tiada amal
perbuatan dan amal ibadah tanpa di dasari oleh rasa-rasa ter­
sebut. Dan dari perjalanan ini, sampailah pada suatu keber­
adaan, di mana diri kita menjadi satu titik dan satu sumber,
dari rasa tulus ikhlas, rasa sabar, rasa ridha, dan rasa kasih
sayang. Inilah salah satu tauhidnya dzat. Jadi, sempuma­
lah Tauhid kita, sempurnalah pandangan kita akan keesaan
Tuhan kita. Esa Asma-Nya, Esa sifat-Nya, Esa af 'al-Nya dan
Esa Dzat-Nya.

Allah menciptakan makhluk berupa burung, gunung, laut


bahkan Allah menciptakan nyamuk, semua didasari dengan
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

rasa senang. Jadi perbuatan dan kehendak Allah didasari oleh


rasa senang. Begitu juga, Allah menciptakan bintang-bintang
di dalam susunan tata surya kita, agar tidak berbenturan an­
tara yang satu dengan yang lainnya. Allah jaga, Allah pelihara
dengan rasa kasih dan rasa sayang. Inilah yang kami sebutkan
di bab sebelumnya, rasa senang, rasa kasih dan rasa sayang
sebagai unsur yang menyatu dengan Tuhan.
Bagaimana dengan rasa benci, rasa dendam, dan lainnya. Apa
bisa disebut dengan rasa Tuhan? Saudaraku, semua rasa me­
mang asalnya satu, yaitu dari Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi
perlu kita ketahui bahwa rasa benci, rasa dendam, rasa iri, rasa
hasut, dan lain sebagainya, adalah rasa Tuhan yang diberikan
kepada iblis, dan sebagai sifat iblis. Itulah tadi, yang kami
sebutkan di bab sebelumnya, bahwa manusia adalah sebagai
wadah dari rasa, dan wadah dari sifat binatang, sifat iblis, sifat
malaikat, sifat rasul, dan sifat Allah ta'alla. Dan, manusia yang
punya rasa benci dan rasa dendam kepada sesamanya adalah
manusia yang berhati iblis. Ulama Sufi menyatakan, ''Barang
siapa di antara kalian yang masih punya rasa benci kepada sesama
kalian, meskipun satu orang sekalipun, sesungguhnya kalian adalah
11
iblis berwujud manusia.
Subhanallah! Begitu pentingnya rasa senang, begitu penting­
nya rasa kasih, dan begitu pentingnya rasa sayang di dalam
hidup dan kehidupan kita di dunia ini, sampai-sampai rasa
benci walau hanya kepada satu orang, kita disebut sebagai ib­
lis berwujud manusia. Rasa benci, dendam, dan lain sebagai­
nya, itu juga ada di dalam diri manusia, apabila rasa ini yang
dihidupkan di dalam diri kita, maka diri kita akan jauh dari
Tuhan kita. Sebaliknya jika rasa senang, rasa kasih dan sayang
yang kita hidupkan, maka diri kita akan dekat dengan Tuhan.
Di Dolom Diri Z\do Nlob

Rasa senang, rasa kasih, dan rasa sayang adalah hanya seba­
gai salah satu jalan menuju haribaan Allah ta'alla, dari sekian
banyak, dari sekian juta, dan dari sekian miliar jalan menuju
haribaan Allah ta'alla. Perlu dihindari sikap fanatik dan kaku
dalam memahami dan menjalani salah satu jalan menuju ke­
haribaan Allah ta'alla, agar diri manusia tidak terjebak di da­
lamnya.
Sejenak kita kembali ke ajaran Islam. Inti dari ajaran Islam
adalah kasih dan sayang kepada semua makhluk, termasuk
pada alam di sekitar kita, pada binatang di sekitar kita dan ke­
pada sesama manusia di sekitar kita. Tidak membeda-beda­
kan agama dan keyakinan, dan tidak membeda-bedakan war­
na kulit, suku, dan bahasa. Kita harus memberikan rasa kasih
dan sayang dengan kadar yang sama.
Seperti yang telah dicontohkan Baginda Rasulullah saw.,
di dalam kehidupan sehari-harinya. Pemah suatu hari
Rasulullah saw dilempari batu dan diludahi muka beliau,
oleh salah satu kaum Qurays. Dan malaikat Jibril pun datang
memberi bantuan, untuk membalas perbuatan orang tersebut.
Tetapi apa jawab Rasulullah? ''Jangan fibril, jangan! Mereka ber­
buat aniaya kepadaku karena mereka tidak tahu akan diriku dan ke­
benaran ajaranku. Andai mereka tahu, pastilah mereka tidak berbuat
aniaya kepadaku. Kita maafkan mereka dan doakan mereka, agar
Allah ta'alla membukakan mata hatinya, sehingga mereka tahu kebe­
naranku dan kebenaran ajaranku.'' Begitu mulianya budi pekerti
beliau, begitu penuh rasa kasih dan sayangnya beliau terha­
dap sesama, bahkan dengan nyata orang tersebut, telah me­
nyakiti beliau. Akan tetapi beliau dengan mudah memberikan
maaf, malah mendoakan orang tersebut. Ini merupakan con­
toh dan suri teladan yang luar biasa bagi kita, sebagai umat
Islam dan umatnya. Berbuat baik kepada orang yang baik ke-
R.oso Senong, R.oso 't(osih, don Soyong

pada kita, adalah suatu hal yang biasa. Tetapi berbuat baik ke­
pada orang yang memusuhi kita dan aniaya kepada diri kita,
adalah perbuatan yang amat luar biasa.

Pernah suatu hari Rasulullah, tidur dengan berselimut dan se­


telah terbangun didapati seekor kucing tertidur di atas seba­
gian selimutnya. Beliau sobek selimut tersebut menjadi dua.
Yang satu tetap dipakai alas tidur oleh si kucing dan yang sa­
tunya lagi dibawa oleh baginda Rasulullah saw.
Ini contoh bagi kita umat Islam bahwa Rasulullah saw., begi­
tu lembut hatinya, begitu besar rasa kasih sayangnya kepada
semua makhluk Allah. Beliau dengan rela merobek selimut­
nya yang hanya tinggal satu-satunya, hanya karena tidak mau
mengganggu tidurnya si kucing, yang numpang tidur di atas
selimut beliau. Beliau begitu menghargai makhluk Allah, wa­
laupun berupa binatang sekalipun, apalagi sesama umatnya.
Subhanallah! Begitu cinta dan kasihnya kepada umatnya, dan
cinta kasih tersebut, beliau buktikan di saat beliau mengha­
dapi sakaratul maut. Beliau menitipkan umatnya kepada ma­
laikat Jibril seraya menyebut, '' umati, umati, umati. " Sebagai
pertanda cinta beliau kepada umatnya.

Dan sebagai rasa cinta kita pada junjungan kita Nabi


Muhammad saw., seharusnya diri kita, tidak cukup hanya
bersholawat lewat ucapan saja, akan tetapi harus bersholawat
lewat hati dan perbuatan kita. Apa yang disebut sholawat
hati dan perbuatan? Sholawat hati dan perbuatan adalah
belajar memahami, memaknai, dan mengambil hikmah dari
contoh-contoh kehidupan, dan amal perbuatan Baginda Nabi
Muhammad, dan belajar sedikit demi sedikit, berbuat dan
beribadah seperti yang dicontohkan beliau. Itulah hakikat
sholawat hati dan perbuatan.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Di dalam Al-Quran, Allah berfirman yang artinya, '' Sesung­


guhnya di dalam diri Rasulullah terdapat contoh dan suri teladan
yang baik bagi kamu sekalian." Bukankah kita sebagai umat
Muhammad diperintah oleh Allah, untuk mencontoh tingkah
laku serta amal perbuatan Rasulullah. Pernahkan kita sadari
dan terpikirkan oleh kita. ''Wahai saudaraku!'' Dan hanya de­
ngan rasa cinta, dan rasa kasih sayang yang bisa menyambung
kepada junjungan kita Rasulullah saw.

Saudaraku, apa yang di firman Allah di dalam Al-Quran, ada­


lah hak dan benar adanya. Janji Allah itu hak, dan Allah tidak
akan ingkar janji. Tentang adanya surga dengan segala kenik­
matannya. Tentang adanya neraka dengan segala siksanya. Itu
semua adalah benar adanya. Dan apa yang disabdakan oleh
Rasulullah juga benar adanya. Adanya alam kubur, adanya
hisab di hari akhir, adanya padang Maksyar itu semua benar
adanya.

Khusus tentang adanya surga dengan segala kenikmatannya,


Allah juga menyatakan bahwa sesungguhnya kenikmatan
dan kebahagiaan surga, tiada sebanding dengan kenikmatan
dan kebahagiaan bila berjumpa dan menatap wajah Allah
ta'alla. Ada yang lebih daripada surganya Allah ta'alla. Jalan
untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan berjumpa de­
ngan Allah dan memandang wajah- Nya disebut makrifat, me­
ngenal diri dan mengenal Tuhan. ''Setelah mengenal diri dan
mengenal Tuhan, dengan apa diri kita tersambung dengan
Rasulullah danTuhan?'' Jawabnya adalah, ''Dengan rasa, yaitu
rasa senang dan rasa kasih sayang."

Saudaraku, sebelum lebih jauh kita menyelami rasa senang,


kasih dan sayang, terlebih dahulu harus kita pahami, bahwa
sesungguhnya Allah itu begitu dekat dengan kita, bahkan
Allah itu melayani kita, mencukupi segala kebutuhan kita.
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

Coba kita rasakan lebih dalam lagi kehadirannya di dalam


hidup kita. Allah sediakan udara untuk kita bemapas. Allah
sediakan air untuk kita minum. Segala sesuatu telah dihi­
dangkan pada diri kita, hanya ego kita, keangkuhan kita yang
kadang-kadang tiada menyadari akan kehadiran-Nya di da­
lam kehidupan kita.

Coba kita perhatikan, di saat kita meminta pertolongan ke­


pada istri untuk membuatkan secangkir kopi, tanpa kita sa­
dari kita telah mengajukan doa permohonan kepada Allah.
Hakikatnya itu doa, dan apabila sang istri kita menuruti per­
mintaan kita, hakikatnya adalah doa yang terkabul. Sekarang
bergantung kita sadar apa nggak! Coba kita perhatikan, sia­
pa yang menggerakkan sang istri untuk menyuguhkan kopi
pada diri kita, kalau bukan Allah. Itu berarti Allah mengabul­
kan permohonan kita.
Seharusnya, selain berterima kasih pada sang istri, tentu­
nya di dalam hati kita, kita juga berucap puji syukur kepada
Allah. Hal sekecil ini, sering kita lupakan dan tanpa kita sa­
dari, begitu dekat dan mudahnya doa kita di kabulkan oleh­
Nya. Sadarilah dan syukurilah hal-hal yang paling terkecil di
dalam kehidupan kita, baru kita memohon dan berdoa yang
hal-hal yang begitu besar, kepada-Nya.

Saudaraku, rasa senang adalah pencapaian amal ibadah yang


paling tinggi, di atas ganjaran dan pahala yang dijanjikan
oleh Allah ta'alla. Seorang Arif billah di dalam mengerjakan
tuntunan agama Islam, selalu didasari oleh rasa senang.
Shalatnya dengan rasa senang. Puasanya dengan rasa senang,
zakatnya dengan rasa senang, begitu juga dengan ibadah ha­
jinya dan segala amal perbuatannya, dia lakukan dengan rasa
senang, jauh dari keinginan pahala dan surga Allah.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Arif billah tiada rasa ragu dan khawatir akan semua janji-janji
Allah, dan seorang Arif billah tiada pernah mengerjakan amal
ibadah karena ini dan itu. Walau itu nyata-nyata di dalam
agama, Allah janjikan ganjarannya, pahala dan surga. Di da­
lam hati beliau tiada pernah barang sedikit pun, walau sebe­
sar debu, terlintas dan terbayang akan ganjaran, pahala dan
surga di dalam setiap amal ibadahnya. Beliau beramal ibadah
benar-benar karena Allah semata. Bagaimana beramal ibadah
yang benar-benar karena Allah? ''Dengan ikhlas'' dengan
menyadari bahwa segala perbuatan kita adalah atas izin Dia,
tiada kuasa diri kita atas sesuatu, segala sesuatu adalah dari
kuasa-Nya. Inilah ikhlas yang sempurna, ikhlas Arifbillah.
''Ikhlas sendiri ada berapa tingkat dan tahapan. Ikhlas karena
makhluk, ikhlas karena perintah Allah, ikhlas karena Allah,
dan ikhlas yang sempurna, yaitu perbuatan ikhlas yang sudah
mentauhidkan Allah.''
Ikhlas karena makhluk adalah, perbuatan yang di dasari kare­
na sesuatu yang disebabkan oleh makhluk, dan karena makh­
luk.
Ikhlas karena perintah Allah adalah, perbuatan yang di dasari
oleh tuntunan agama. Ikhlas karena peritah Allah, perbuat­
annya masih mengharapkan pahala dan surga, dan takut sik­
sa api neraka.
Ikhlas karena Allah adalah perbuatan yang tidak mengharap­
kan pahala dan surga, dan tidak pula takut dengan adanya api
neraka. Perbuatannya semata-mata hanya mengharap ridha
dan rahmat dari Allah semata. Ikhlas yang sempurna adalah
perbuatan yang tanpa di dasari karena makhluk, karena pe­
rintah Allah, karena Allah. Perbuatannya di kerjakan begitu
saja, tanpa mengharap sesuatu apa pun, baik itu dari makhluk
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

dan dari Allah. Karena dia menyadari bahwa perbuatannya


adalah atas kuasa dan izin-Nya. Bagaimana bisa mengharap
sesuatu dari makhluk dan Allah, sedangkan perbuatannya
berasal dari Dia, dan akan kembali kepada-Nya. Begitu juga
dengan rasa kasih dan sayang, semua dari Dia dan kembali
kepada-Nya.

Cobalah sekarang kita mulai belajar di dalam mengerjakan


amal ibadah, didasari oleh rasa senang. Karena rasa senang
ini, kedudukannya di atas rasa ikhlas, dan kita juga harus
belajar membedakan mana perasaan senang, merasa senang,
dan rasa senang. ''Perasaan senang adalah berangkat dari
motivasi dan obsesi, merasa senang adalah rasa yang timbul
setelah tercapainya motifasi dan obsesi.

Sedangkan rasa senang terbebas dari motivasi dan obsesi, ter­


bebas dari segala tujuan akan tercapainya obsesi dan motiva­
si. Apabila kita beramal ibadah masih berdasarkan motivasi
dan obsesi, perbuatan kita belum bisa dibilang ikhlas, belum
beramal ibadah dengan rasa senang. Masih menginginkan ini
dan itu, masih takut ini dan takut itu. Juga bukan, rasa senang
yang disebabkan oleh keadaan, rasa senang karena harta ber­
limpah sehingga setiap kemauan dan keinginan dunia bisa
terpenuhi, rasa senang karena tercapai cita-citanya, dan rasa
senang pada anak dan istri.

Tetapi rasa senang yang timbul dan ada, bukan karena dise­
babkan sesuatu apa pun dan siapa pun. Rasa senang yang di
timbulkan oleh sesuatu, itu bukan rasa senang yang sebenar­
nya, itu rasa senang yang semu dan kamuflase belaka.

Rasa senang yang masih bergantung oleh sesuatu, dan apabi­


la sesuatu itu pergi, maka rasa senang itu pun pergi. Jiwa kita
kembali goyah, jiwa kita belum tenang, kehidupan kita belum
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

tenang, jiwa kita masih bergejolak. Karena jiwa yang tenang


clan kehidupan yang tenang, adalah sebagai pertanda kede­
katan kita kepada Allah ta'alla, clan rasa senang adalah bukti
kedekatan kita kepada Allah ta'alla.
Sekarang, marilah kita sering-sering mengoreksi diri, berta­
nya pada diri sendiri, sudahkah amal ibadah kita, shalat clan
puasa kita, sudah bisa kita rasakan hasilnya. Sudahkah amal
ibadah kita, shalat clan puasa kita sudah mampu mengubah
diri kita lebih baik dari sebelumnya. Sudahkah seperti yang
diharapkan oleh ajaran agama Islam clan Al-Qur'an. Apabila
belum, wahai saudaraku! Itu sebagai pertanda ada yang salah
di dalam memahami clan menjalani ajaran agama Islam, yang
berdasarkan Al-Qur'an clan Hadis dengan benar, seperti yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah.
Saudaraku, itu bisa terjadi pada diri kita, karena di dalam me­
ngerjakan amal ibadah tidak dibarengi dengan menghadirkan
hati kita, di dalam setiap amal ibadah kita. Kita mengerjakan
amal ibadah hanya sekadar menggugurkan kewajiban sema­
ta, sehingga amal ibadah kita tiada yang membekas clan tiada
yang tumbuh di dalam diri kita, clan tiada mampu mengubah
clan memengaruhi setiap aspek hidup clan kehidupan kita.
Seperti yang dikatakan oleh ahli mazhab Imam Syafi'i r.a,
''Bahwasanya tidak sah amal ibadah seseorang, apabila di
dalam niatnya tiada menghadirkan hati." Kata hati bukannya
bahasa clan bukan pula suara. Dan jikalau niat itu kata nisca­
ya berhuruf, clan jikalau diucapkan lidah niscaya bersuara.
Sedangkan kata hati adalah diam. Jadi, seharusnya di dalam
setiap amal perbuatan kita didasari dengan niat yang berang­
kat dari kata hati, clan di dalam menjalankannya, kita barengi
dengan rasa senang. Inilah sempumanya niat clan sempurna­
nya perbuatan.
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

Saudaraku, rasa kasih dan rasa sayang, hanyalah salah satu


metode untuk mencapai makom Jana' dan ketiadaan diri, yaitu
makom para Wali Allah ta'alla. Selain metode-metode yang
diajarkan oleh toriqoh, rasa kasih dan sayang adalah salah satu
unsur yang terdapat di dalam setiap diri manusia.
Pada intinya setiap metode pengajaran tiap-tiap toriqoh, tuju­
annya adalah ke rasa kasih dan rasa sayang yang merupakan
hakikat sebenarnya dari diri manusia. Kalaupun ada jamaah
toriqoh yang bisa ini dan bisa itu, itu adalah merupakan efek
samping dari menjalani dan mengamalkan ajaran toriqoh, dan
tujuan akhirnya bukan itu. Tujuannya adalah menuju ketiada­
an diri, atau mati sebelum mati.

Nah, unsur rasa kasih dan sayang adalah unsur yang jauh dari
rasa ingin ini, ingin itu, rasa ingin sakti, rasa ingin bisa mene­
rawang, ingin menjadi ini dan menjadi itu. Unsur rasa kasih
dan sayang adalah merupakan unsur tertinggi di dalam pen­
capaian dan perjalanan rohani seseorang. Dan sifat, dari unsur
rasa kasih dan sayang adalah memberi. Coba kita perhatikan
sifat-sifat ini! Sifat menerima dan ingin memiliki yang bukan
haknya, adalah sifat hewan, sifat memberi dan menerima ada­
lah sifat manusia, dan sifat memberi adalah sifat Tuhan.

Karena rasa kasih dan sayang adalah bersifat lembut, dia


datang bukan untuk mengalahkan atau dikalahkan, men­
jinakkan atau dijinakkan. Tetapi rasa kasih dan sayang akan
mampu melembutkan akal dan hawa nafsu kita, supaya tidak
bergolak terus-menerus, sehingga mampu menutupi dan
menghalangi, perjalanan kita. Akal dan hawa nafsu tidak
mungkin bisa dikalahkan dan dibinasakan, dia akan selalu
ada dan selalu berontak. Andai kata bisa ditahan atau dike­
kang, itu sifatnya hanya sesaat, lama-lama dia pasti lepas juga.
Begitulah sifat akal dan hawa nafsu. Han ya dengan rasa kasih
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

dan sayang yang mampu mengenali dan mengarahkan akal


dan hawa nafsu. Dan dengan hati yang dipenuhi rasa kasih
dan sayang, yang akan mampu menghilangkan sifat dan per­
buatan akal dan nafsu, beserta anak buahnya.

Saudaraku, rasa kasih dan sayang adalah rasa yang menya­


tu dengan Tuhan, yang merupakan salah satu Asma-Nya.
Agama Islam pun mengajarkan di dalam mengerjakan segala
sesuatu dianjurkan untuk mengucapkan, Bismillahir rahma­
11

nirrahim," dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih


dan Penyayang. Sebenarnya Tuhan kita, mengajarkan kepada
diri manusia semua. ''Kerjakanlah segala sesuatu dengan rasa
kasih dan sayang, dan pada segala sesuatu, tanamkanlah rasa
kasih dan sayang." Rasa kasih dan sayang adalah rasa Tuhan
yang ditanamkan di dalam setiap diri manusia. Diri manusia
sama sekali tidak memiliki rasa kasih dan sayang dan tidak
bisa mengakuinya sebagai rasanya, itu hak Tuhan.

Saudaraku, berhati-hatilah di dalam memahami setiap kata­


kata ini, karena kita sudah bicara tentang hati, tentang rasa,
tenang sesuatu yang siri (rahasia) sesuatu yang tidak bisa ter­
lihat, tidak bisa didengar dan tidak bisa diraba, hanya bisa di­
rasa. Jadi saudaraku, mulailah mendengar, melihat dan mera­
ba dengan rasa, sehingga saudaraku mampu memahami dan
mengambil hikmah dari apa yang kami sampaikan.

Saudaraku, kembali kami tegaskan, rasa kasih dan sayang


adalah rasa Tuhan, yang ditanamkan di dalam setiap diri
manusia. Sejenak kita kembali pada diri manusia, yang meru­
pakan hamba yang tidak bisa apa-apa dan tidak mempunyai
apa-apa. Adanya kita diadakan oleh Tuhan, dan setiap segala
sesuatu yang ada pada diri manusia adalah atas pemberian
Tuhan.
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

Begitu juga dengan rasa kasih dan sayang, Allah berikan kepa­
da wadah ini, sekaligus Allah memberikan tugas kepada wa­
dah ini agar tetap menjaga rasa kasih dan sayang supaya te­
tap berada di dalam kesuciannya. Dan supaya tidak terkotori
oleh rasa-rasa yang lainnya, terkotori oleh rasa susah, rasa iri,
rasa riya', rasa sombong, dan lain sebagainya. Dan diri kita se­
sungguhnya adalah rasa kasih dan sayang. Seperti yang kami
sampaikan di bab sebelumnya, bahwasanya manusia adalah
rasa. Nah! Manusia merupakan wadah dari segala rasa. Tetapi
rasa yang sesungguhnya adalah rasa kasih dan sayang.
Saudaraku, rasa kasih dan sayang kalau sudah terucap, bukan
rasa kasih dan sayang lagi namanya. Berubah menjadi perasa­
an dan merasa, yang merupakan hasil dari sikap dan perbuat­
an dari akal dan nafsu, serta ego kita. Maksudnya, rasa kasih
dan sayang yang sudah dikeluarkan dari dalam hati manusia,
dan dinyatakan dengan ucapan dan kata-kata bukan rasa ka­
sih dan sayang lagi namanya. Bukan rasa Tuhan lagi, tapi su­
dah menjadi rasa makhluk.
Contoh, suatu hari kita mengunjungi panti asuhan, kita mem­
berikan bantuan berupa uang dan barang dengan mengata­
kan, ''Saya memberi bantuan ini dengan didasari rasa kasih
dan sayang saya pada anak-anak Yatim di panti asuhan ini."
Contoh ini kalau kita kaji dengan ilmu tauhid, nyata-nyata
kita telah menduakan Tuhan kita, sebagai yang memiliki rasa
kasih dan sayang. Dan contoh ini, itu bukan diri kita yang se­
sungguhnya, itu ego kita, itu akal kita, dan itu nafsu kita.
Sedangkan kita bukan akal, bukan ego, dan bukan nafsu.
Perbuatan dan sifat rasa kasih dan sayang yang sesung­
guhnya adalah sangat rahasia dan cukup di dalam hati saja.
Biarkanlah rasa kasih dan sayang itu tetap memenuhi hati
kita, dan ikut terpompa dengan jantung kita, dan biarkan
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

mengalir bersama darah, yang mengalir di setiap anggota tu­


buh kita. Sehingga di setiap langkah dan tarikan napas kita,
selalu diiringi dengan rasa kasih dan sayang.
Seperti yang saya jelaskan di bab sebelumnya, bahwasanya
unsur rasa adalah unsur dari nyawa (roh) kita, jadi rasa kasih
dan sayang adalah hasil dari sifat dan perbuatan nyawa kita,
dan sifat dan perbuatan dari nyawa adalah sesuatu yang raha­
sia pada diri kita, sesuatu yang tidak bisa dilukiskan dengan
kata-kata dan tidak bisa dijelaskan dengan huruf.

Kami perjelas, dan apabila rasa kasih dan sayang sudah di­
nyatakan dengan kata-kata dan huruf, maka rasa itu adalah
sudah terkotori oleh sifat dan perbuatan dari akal, nafsu, dan
ego manusia. Dan apabila itu terjadi maka bukan rasa kasih
dan sayang lagi namanya, melainkan perasaan kasih dan
sayang, merasa kasih dan sayang. Kalau amal dan perbuat­
an kita berdasarkan perasaan kasih dan sayang atau merasa
kasih dan sayang, berarti perbuatan kita berangkat dari ego
kita, berangkat dari akal kita dan berangkat dari nafsu kita.
Perasaan kasih dan sayang dan merasa kasih dan sayang,
timbul dari adanya sebab akibat, untung dan rugi, akan selalu
berada di dalam dualisme.

Sedangkan sifat dan perbuatan rasa kasih dan sayang terbe­


bas dari keterikatan-keterikatan dan tiada bergantung pada
siapa pun dan apa pun, berdiri sendiri, dan berdirinya hanya
di dalam hati, tiada terucap dan terungkap. Perasaan dan me­
rasa kasih sayang tiada bisa menyambung kepada Tuhannya.
Malah sebaliknya, perasaan, dan merasa kasih sayang akan
menghijabnya (menutupi) jalan keharibaan Tuhan. Hanya
dengan rasa kasih dan sayang yang sejati, yang bisa menyam­
bung dengan Tuhan kita. Wallahu a 'lam.
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

Saudaraku, itu sebabnya junjungan baginda Rasulullah saw.,


merupakan pribadi yang penuh rasa kasih dan sayang, begitu
juga dengan para Waliyullah, para ulama dan kyai. Mereka
semua menjadi pribadi yang dipenuhi dengan rasa kasih dan
sayang, inilah rahasianya. Baginda Rasulullah saw., meru­
pakan panutan dan contoh yang baik bagi umat Islam. Nah,
yang menjadi contoh bukan perbuatannya dan tingkah laku­
nya, melainkan rasa kasih dan sayangnya.

Kalau kita mencontoh perbuatannya dan tingkah lakunya,


belum tentu kita menjalaninya dengan rasa kasih dan sayang.
Tetapi kalau mencontoh rasa kasih dan sayangnya, tentunya
di dalam setiap amal perbuatan dan tingkah laku kita akan
selalu disertai dengan rasa kasih dan sayang seperti yang di­
contohkan oleh Baginda Rasulullah saw.

Saudaraku, Hakikat Makrifat ajaran intinya adalah cinta, ka­


sih, dan sayang. Begitu juga dengan inti dari ajaran agama
Islam, mengajarkan cinta, kasih, dan sayang kepada siapa
pun dan kepada apa pun. Hakikat makrifat tidak mengajarkan
ilmu, tidak mengajarkan kanuragan, dan kesaktian. Kalau ada
guru yang mengajarkan ilmu, amalan, kanuragan dan kesak­
tian, sesungguhnya itu bukan hakikat dan makrifat, walaupun
ilmu yang diajarkan, amalan yang diajarkan, serta kanuragan
dan kesaktian yang diajarkan bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadis sekalipun. Sekali lagi itu bukan hakikat dan makrifat.
Hakikat makrifat tidak bisa ditempuh dengan ilmu dan amalan,
juga dengan kanuragan. Hakikat makrifat hanya bisa ditempuh
dengan berserah diri dalam hidup dan mati, hanya kepada
Qodho' dan Qodar Allah Ta'alla semata. Dengan jalan menge­
nal diri dan mengenal asal kejadian diri.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Salah satunya dengan mengenal rasa kasih dan sayang yang


merupakan unsur dari nyawa (roh) kita. Nah, nyawa (roh)
adalah berasal dari Nur Muhammad, dan Nur Muhammad
adalah diciptakan dari Nur Allah. Selanjutnya nyawa (roh)
inilah besok yang menghadap Allah ta'alla di hari akhir. Kalau
kita tidak mengenali sifat dan perbuatan nyawa (roh) dari se­
karang, terus kapan lagi, sedangkan sifat dan perbuatan diri
nyawa (roh) inilah yang dipertangungjawabkan di hadapan
Tuhan. (Seperti yang kami jelaskan di bab selanjutnya).

Saudaraku, kasih dan sayang tidak bisa ditempuh dengan


ilmu ataupun dengan amal. Rasa kasih dan sayang akan mun­
cul di dalam hati kita, akan timbul di dalam diri kita, apabila
diri kita bisa jujur terhadap diri sendiri, berbicara, bersikap
dan berbuat sesuai dengan hati nurani. Sering mengoreksi diri
sendiri, sering melihat kekurangan diri sendiri, dan berusaha
memperbaiki kekurangannya, dengan bertanya kepada hati
dan diri sendiri. Segala sesuatu yang terjadi kepada dirinya,
segala sesuatu yang datang pada dirinya, baik itu yang baik
atau yang buruk, selalu menilai bahwa segala sesuatu terse­
but adalah hasil dari sikap dan perbuatannya, dan berusaha
menerima dengan ikhlas, tanpa mencari kesalahan orang lain
dan mengkambing-hitamkan orang lain.

Hidupnya selalu memperbaiki dan memperbarui diri, hatinya


tiada mudah terpengaruh oleh kejadian ini dan itu, dijalani
hidupnya dengan rasa tenang dan senang. Sedih pun rasa­
nya senang, senang pun tiada diterima dengan berlebihan,
bingung pun rasanya tenang, bahagia pun tidak diterima
dengan berlebihan. Hidupnya selalu kekinian, tidak diba­
yangi oleh masa lalu, dan tidak dihantui oleh masa yang akan
datang. Apa yang datang hari ini, dinikmati dan di syukuri.
Itulah sumber dari rasa tenang dan rasa senang, akhirnya tim-
Roso Senong, Roso 'liosih, don Soyong

bullah rasa cinta, kasih dan sayang yang akan selalu meliputi
diri dan mengiringi diri, di setiap tarikan napas dan detak jan­
tung kita. Amin.

Saudaraku, rasa kasih dan sayang, meskipun sifatnya lembut,


tetapi mampu mengalahkan sesuatu yang sifatnya keras dan
kaku. Sifat emosi dan amarah akan bisa dipadamkan dengan
sifat kasih dan sayang. Rasa iri, rasa dengki, rasa dendam dan
lain sebagainya, hanya mampu diredam dengan sifat kasih
dan sayang. Untuk itu penuhilah diri kita dengan rasa kasih
dan sayang, jadikanlah diri kita sebagai tempat berteduh bagi
umat manusia yang kepanasan, jadikanlah diri kita bagaikan
air, yang bisa diminum bagi setiap makhluk yang kehausan,
di tengah petjalanan. Jadikanlah diri kita cahaya, bagi setiap
makhluk yang berada di dalam kegelapan. Jadilah...jadilah...
sesuatu yang berguna bagi makhluk di jagat raya ini.

Akhirnya, dengan menjalankan perintah dan menjauhi la­


rangan agama, diri kita selalu mengiringinya dengan rasa se­
nang, dan terhadap semua makhluk kita perlakukan dengan
rasa cinta, kasih dan sayang, berarti kita telah menemukan
jalan kembali pada-Nya. Seperti jalan Arif billah, seperti jalan­
nya para Wali, seperti jalannya Sayyidina Ali, seperti jalannya
para Nabi dan seperti jalannya Baginda Nabi saw. Amin ya
rabbal alamin.

...
• •

( I

...
• J' :,,.,
I

- -; 1,-, •

'' . ..\

,.,.•v
'°t '' C
,,....
•1 •
• •
• • �

• •
\
••
I

••

••



E• B � B N
• .. •l't
..

'J• '•

�J
d

Jp
' I
�·. '
J- ,L
. (
.
?' • •

,"'l ..
(j .., j '
1
I
' ·xi �· ·t, •
\
.,
�.l'.
/!rO < �
I j �;

NBSJ
l� . ,.-

·.,.� ,t,
I� •'
I
• 1
,, ,:II
,�.1'
.
·. · � ,,. ,..., ...
" •
I '



... • •
. 4
Di Dolom Diri Z\do Nlob

audaraku, yang kami sampaikan ini teramatlah tajam,


lebih tajam dibandingkan sebuah pedang, jadi berhati­
hatilah di dalam memahami setiap kata per kata, dan
tanyakanlah kepada ahlinya, apabila kurang memahami apa
yang kami sampaikan ini. Tiada satu ilmu pun dan tiada satu
amal perbuatan pun yang mampu mengantarkan diri manu­
sia, kehadapan Tuhan, kecuali ketiada-berdayaan diri dan
kepasrahan diri. Maksudnya, tiada amalan, tiada zikir, tiada
amal ibadah yang mampu mengantarkan kita, tanpa diikuti
oleh pengetahuan ilmu tauhid yang benar.

Jadi, mumpung masih diberi kesempatan oleh Allah, marilah


kita pergunakan untuk belajar setapak demi setapak, meniti
jalan menuju keharibaan-Nya. Karena, perlu diketahui oleh
kita, bahwasanya Allah ta'alla sangat senang dan sangat me­
rindukan, kepada mereka-mereka yang belajar mengenal Dia.
Setiap satu langkah kita menuju Dia, Allah akan mendatangi
kita dengan seratus langkah. Dan seandainya diri kita berjalan
menuju Dia, Allah akan berlari menyambut kita.

Jadi, marilah di dalam hiruk pikuknya persoalan dunia de­


ngan aneka permasalahannya, kita sempatkan diri barang se­
jenak untuk merenungi dan mencari hakikat dari hidup dan
kehidupan kita, yang merupakan suatu titipan dari Tuhan
Yang Maha Esa. Dan untuk menjaga titipan tersebut, kita tia­
da kuasa menjaganya kecuali atas pertolongan-Nya.

Karena Tuhan itu bukan sekadar nama dan bukan sekadar se­
butan semata, dan Tuhan tidak bisa dijelaskan dan dilukiskan
dengan kata-kata, kehadiran-Nya hanya bisa dirasa, rasa pun
tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata dan suara, karena rasa
adalah bahasa hati, bahasa hati pun tiada bisa di jelaskan oleh
kata-kata dan suara. Karena di dalam hati terdapat Baitullah.
Tiada yang tahu isi hati seseorang, kecuali Allah semata dan
]iedudukon t)oti Poro Diri Monusio

diri yang punya hati. Sampai-sampai malaikat pencatat amal


perbuatan kita tiada tahu akan bahasa dan perbuatan hati, ke­
cuali Allah dan diri kita, jadi jagalah kesucian hati kita, agar
tidak terkotori oleh perbuatan akal dan nafsu kita.
Saudaraku, seperti sabda Rasulullah saw., Sesungguhnya di
11

dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Apabila kotor


segumpal daging tersebut, maka kotorlah seluruh jasad manu­
sia, dan apabila bersih segumpal daging tersebut, maka bersih­
lah seluruh jasad manusia. Segumpal daging itu adalah hati."

Di dalam tubuh manusia terdapat pula yang disebut Baitul


Makmur yang letaknya di dalam kepala, Baitul Mukadas yang
letaknya (maaf) di dalam alat kelamin, dan Baitullah yang le­
taknya di dalam hati. Jadi hati adalah Baitullah (Rumah Allah).
Seperti yang tadi saya sampaikan, tiada yang tahu akan isi
hati seseorang, walau malaikat pencatat amal perbuatan seka­
lipun, tidak akan pernah tahu, jadi yang tahu isi hati kita ada­
lah kita dan Allah semata. Seharusnya kalau kita sudah peka
dengan kata hati, dan belajar jujur pada diri sendiri, maka
sejujumya diri kita sudah tahu akan kedekatan kita, kepada
Tuhan kita. Dan kalau di dalam beramal dan ibadah dengan
menggunakan rasa hati, yaitu rasa kasih dan sayang, sesung­
guhnya tiada rahasia lagi antara Tuhan dan diri kita. Kita akan
tahu bukan di kasih tahu, tapi tahu akan sendirinya tentang
rahasia-rahasia Ilahi Robi. Subhanallah''.
11

Kita tahu shalat kita diterima atau tidak, kita tahu akan da­
tangnya ajal menjemput kita, kita akan tahu rahasia keber­
adaan surga dan neraka, beserta isinya. Masalah yang satu ini
bukan hanya sekadar tahu, tapi akan merasakannya di dunia
ini. Allah akan beri tahu pada kita, apa yang orang lain tidak
diberi tahu akan rahasia-rahasia-Nya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Hati! Jagalah kesuciannya. Dengan menjaga kesucian hati


akan kita dapatkan sesuatu yang luar biasa, penglihatan clan
pengrasa yang luar biasa, yang tidak bisa di dapat dari segala
amalan, clan dari segala ilmu apa pun di dunia ini.

Kata hati itu, kejujuran clan kebenaran. Penglihatan clan pen­


dengaran hati itu, iman clan keyakinan. Langkah hati itu,
itiqomah, takwa, sabar, rela, clan berserah diri. Pembicaraan
hati itu, diam. Perbuatan hati itu, kelembutan, cinta, kasih clan
sayang, tulus ikhlas. Sikap clan perilaku hati itu, senang, ba­
hagia, tenang, tentram, clan damai. Itulah sifat clan indra hati
manusia. Kalau menghidupkan sifat clan indra hati, harus
menghidupkan rasa-rasa tersebut di dalam diri manusia, clan
di dalam setiap perbuatan diri manusia.

Dan hati ini begitu luas, coba kita rasakan, coba kita renungi,
hati ini secara lahiriah memang kecil, letaknya di dada sebe­
lah kiri, tepatnya dua jari di bawah puting susu laki-laki, teta­
pi secara gaibnya, ''Subhanallah'' begitu luas, clan maha luas.
Karena di dalam hati terdapat rahasia diri clan rahasia Tuhan.
Seperti firman Allah di dalam Hadis Qudsi, ''Bahwa di dalam
tubuh manusia, ada segumpal daging. Dan di dalam segum­
pal daging ada hati. Di dalam hati ada ''fuad'', di dalam ada
''Roh'', di dalam Roh ada ''Nur'', clan di dalam Nur terdapat
rahasia Dzat Tuhan." Rahasia itu ada di dalam hati diri manu-
s1a.
Dan Hadis Qudsi ini perlu penjelasan yang lebih dalam lagi,
agar tidak membingungkan diri kita semua. Sebelum mem­
jelaskan maksud dari hadis ini, terlebih <lulu kami meng­
ingatkan bahwa hati secara lahiriah adalah bagian dari tubuh
manusia, akan tetapi secara gaib bukan anggota tubuh manu­
sia. Jadi ini bahasan gaib (batiniah), bukan bahasan lahiriah.
Maksud dari hadis ini adalah, bahwa tubuh manusia sesung-
]iedudukon t)oti Poro Diri Monusio

guhnya ada di dalam kekuasaan hati manusia. Hati manusia


ada di dalam kekuasaan Fuad (hati yang paling dalam). Fuad
manusia ada di dalam kekuasaan roh manusia. Roh manusia
ada di dalam kekuasaan Nur. Dan Nur ada di dalam kekuasa­
an Dzat Tuhan.
Nah, untuk menuju ''kekusaan'' Dzati Tuhan, ada bermacam­
macam tahapan dan tingkat, dan kekuasaan Dzati Tuhan ada
di dalam setiap tahapan dan tingkat itu. Dan itu juga sebagai
tolok ukur bagi seorang hamba, di dalam perjalanan rohani­
nya, di dalam menggapai derajat ketahuidan, kepada Tuhan­
Nya. Itulah sebagai tanda kebesaran dan kemaha-luasan hati.
Dan hati yang mencapai peringkat ini adalah, hati seorang
mukmin yang arif billah. Dan, kesimpulan dari Hadis Qudsi
ini, ''Bahwa di dalam hati seorang mukmin yang bersih dan
suci terdapat tajali (kenyataan) Tuhan. Kenyataan Asma-Nya,
Af'al-Nya, Sifat-Nya, dan Dzat-Nya." (Mohon, jangan men­
coba memahami dan mengartikan, yang kami sampaikan ini,
tanpa bimbingan seorang guru, karena bisa berbahaya bagi
keyakinan dan keimanan kita).

Sebelum kita membahas hati lebih lanjut, perlu diketahui


oleh kita, bahwasanya diri kita ini terdiri dari unsur lahir dan
batin, unsur lahir sendiri terdiri dari jasad kita, sesuatu yang
bisa dilihat, sesuatu yang bisa diraba, sesuatu yang bisa dide­
ngar dan bisa dijelaskan oleh kata- kata dan huruf. Contohnya
tangan kita, mata kita, dan lain sebagainya, yang merupakan
anggota jasad kita, itu semua bisa dilihat, bisa diraba, bisa di­
dengar dan bisa dijelaskan oleh kata-kata dan huruf.

Unsur batin adalah unsur yang berlawanan dengan unsur la­


hir. Contoh seperti akal kita, selama ini kita meyakini bahwa
letak daripada akal berada di dalam kepala. Sekarang teliti
lebih saksama di manakah letak akal, di dalam kepala? Di
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

dalam otak! Bukan! Itu otak, bukan akal. Di dalam otak be­
lakang, juga bukan. Lalu di manakah letak akal. Saudaraku,
akal, pikiran, angan-angan, napas, dan lain sebagainya me­
mang ada di dalam tubuh kita, memang ada di dalam diri
kita, tetapi keberadaannya hanya bisa dirasa, saja. Tidak bisa
dilihat, tidak bisa diraba, dan tidak bisa didengar, juga tidak
bisa dijelaskan oleh kata-kata dan huruf, gaib adanya, tetapi
yang membikin beda adalah rasanya.
Apabila menuruti akal, pikiran, angan-angan, nafsu, dan
lain sebagainya, hati akan merasa tiada ketenangan dan ke­
bahagiaan. Hati rasanya sedih, susah, was-was, bingung dan
bimbang, tiada keteduhan barang sedikit pun, di dalam hati.
Sekalipun merasa tenang dan bahagia, itu pun tiada bertahan
lama, hati selalu berubah, hati selalu bergolak dan hati selalu
berontak. Lain dengan menuruti kata hati, kita akan merasa
tenang, bahagia, teduh dan lembut, tiada kekhawatiran dan
ketakutan sedikit pun di dalam mengarungi hidup dan kehi­
dupan di dunia ini. Itulah kata hati dan kenyataan hati.

Hati begitu luas, maha luas. Sebelumnya kami sampaikan


bahwa rasa kita bisa ke mana-mana, tanpa jasad menyertai­
nya. Kalau hati kita, bisa memuat apa saja yang ada di jagat
raya ini, beserta isinya. Sekarang kita buktikan, kota Mekah
yang di Arab Saudi, coba kita bayangkan di dalam hati dan
masukkan di dalam hati, pasti muat. Sekarang matahari, coba
bayangkan di dalam hati dan masukkan di dalam hati, pasti
muat. Sekarang kita pandang langit beserta bintang-bintang
di dalamnya dan bayangkanlah di dalam hati, dan masuk­
kan di dalam hati, pasti muat semuanya. Itu baru kebesaran­
nya hati dan maha luasnya hati, sekarang kekuatannya hati.
Kekuatan hati dibagi menjadi dua, kekuatan hati yang kotor
dan kekuatan hati yang bersih.
]iedudukon t)oti Poro Diri Monusio

'ltekuatan t)oti yang 'ltotor


Hati yang kotor, terkotori oleh sifat dan perbuatan akal dan
nafsu beserta anak buahnya. Sehingga sang hati mempunyai
sifat iri, dengki, dan dendam. Hati yang sudah terkotori cen­
derung akan mati dan menjadi sempit, akan berbuat dan ber­
tindak berdasarkan kemauannya akal dan nafsu, berbuat dan
bertindak tanpa memikirkan sebab dan akibat dari perbuatan
dan tindakan yang ditimbulkan. Yang penting bisa senang
dan melampiaskan hawa nafsunya, tanpa berpikir panjang,
tiada peduli kepada orang lain, bisa menyantet orang dan bisa
mencelakai orang.

Perlu diketahui oleh kita, bahwasanya santet adalah keku­


atan akal pikiran yang penuh dendam, ditambah oleh keku­
atan nafsu, yang dihantarkan oleh hati yang kotor, sehingga
menimbulkan energi negatif, dan energi itu mampu maujud
dan menyakiti orang lain. Jadi berhati-hatilah di dalam hidup
bermasyarakat, dan jaga hati kita agar jangan sampai perbu­
atan hati kita, menyakiti hati orang lain. Orang lain tersakiti
dengan fisik akan mudah memaafkan kita, tetapi apabila sese­
orang tersakiti oleh lidah dan hati kita, maka orang lain akan
sulit memaafkan kita, tersakiti oleh lidah maka hati yang ter­
kena sakitnya. Kalau hati yang tersakiti, maka rasa yang terke­
na sakitnya, kalau rasa yang tersakiti, maka Tuhan yang akan
murka, jadi selain menjaga hati kita, jagalah juga lidah kita.

'ltekuatan t)oti yang Bersib


Ketika pertama kali bertemu dengan guru kami, Al
Maghfurlloh Syekh Nur Alamsyah Usman, kami bertanya,
''Dengan hati yang bersih apakah mampu memadamkan
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

matahari?'' Beliau menjawab, ''Mampu!'' Mengenai hati yang


bersih ini seorang ulama' Sufi pemah menceritakan, bahwa­
sanya dengan hati yang bersih, akan mampu memadamkan
api neraka! Sampai-sampai beliau menyatakan, ''Andai kata,
aku tidak malu kepada Rasulullah, maka akan aku padamkan
kobaran api neraka, karena aku malu, maka hal itu tidak aku
lakukan." Subhanallah, begitu besar kekuatan hati yang bersih.
Sekarang bagaimana tanda-tanda hati yang bersih? Hati yang
bersih, adalah hati yang dipenuhi dengan rasa cinta, rasa ka­
sih dan sayang. Seorang bidadari pernah ditanya oleh seorang
Wali Allah, ''Apa hakikat surga yang sesungguhnya? Wahai
bidadari!'' Bidadari menjawab, ''Hakikat surga sesungguhnya
adalah hati yang penuh dengan rasa cinta, rasa kasih dan sa­
yang." Saudaraku surga yang hakiki adalah hati yang penuh
dengan rasa cinta, rasa kasih dan sayang. Benar apa yang di­
katakan sang bidadari, karena di dalam Surga hanya dipenuhi
rasa cinta, rasa kasih dan sayang.
Saudaraku, marilah kita belajar pada diri sendiri, dengan
mulai belajar mencintai, mengasihi dan menyayangi semua
makhluk, dengan mencintai tanpa ingin memiliki dan dimili­
ki, cinta yang membebaskan dan memerdekakan, bukan cinta
yang mengikat dan membelenggu. Dengan hati yang bersih,
hati kita akan menjadi lapang dan luas, sehingga mampu se­
bagai wadah surga dan neraka. Bahkan Padang Maksar seka­
lipun. Di dalam ilmu Tasyawuf, hati diibaratkan dunia kecil,
dan alam semesta ini sebagai dunia besar. Hati akan mampu
memuat dunia yang besar, sedangkan dunia yang besar tiada
mampu memuat hati. Itulah kekuatan dan kemahaluasan dari
hati, yang penuh dengan rasa cinta, rasa kasih dan sayang.
Saudaraku, kalau isi hati kita, yang tahu hanya kita dan Allah
semata. Lalu bagaimana kita menerima catatan amal dan per-
]iedudukon t)oti Poro Diri Monusio

buatan kita di hari pembalasan? Catatan amal perbuatan kita


yang dicatat malaikat, atau amal perbuatan yang di perbuat
oleh hati. Saudaraku seperti sabda Rasulullah saw., yang arti­
nya, ''Hisablah <lulu dirimu, sebelum kamu sekalian di hisab."
Rasulullah memerintahkan pada umat manusia, untuk selalu
menimbang, memilah dan memilih di dalam setiap amal dan
perbuatan, untuk selalu berpegang teguh pada tuntunan aga­
ma, dan di dalam setiap amal dan perbuatan, selalu berada di
dalam akal pikiran yang sehat dan hati yang bersih. Karena
segala sesuatunya telah diserahkan dan dipasrahkan pada
umat manusia, atas hitam dan putihnya, baik dan buruknya
bergantung pada diri manusia itu sendiri.

Kita mau hitam, Allah tidak akan rugi. Andai kita menjadi pu­
tih pun Allah tidak akan mendapatkan keuntungan dari setiap
amal dan perbuatan kita. Allah hanya turunkan agama Islam
dengan Al-Qur'an dan Hadisnya sebagai jalan dan petunjuk,
untuk menuju jalan cinta, kasih dan sayang-Nya. Nah! di da­
lam diri manusia, Allah telah berikan sarana dan jalan untuk
menuju cinta, kasih dan sayang-Nya, yaitu melalui kebersih­
an dan kesucian hati, dan setiap amal perbuatan didasari oleh
kata hati dan kehendak hati.

Saudaraku, kembali ke catatan amal. Catatan amal yang


mana, yang kita terima di saat hari pembalasan nanti? Amal
perbuatan yang dicatat malaikat atau catatan amal dan perbu­
atan yang dikerjakan oleh hati. Saudaraku, catatan amal yang
dicatat oleh malaikat adalah catatan amal perbuatan lahiriah
semata, sedangkan perbuatan batiniah, malaikat tidak akan
mengetahuinya.

Perbuatan batiniah akan menjadi rahasia bagi kita, dan ra­


hasia bagi Allah. Jadi, malaikat hanya mencatat setiap amal
perbuatan yang bisa dilihat, dicium dan diraba oleh indra
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

lahiriah saja. Malaikat tiada tahu perbuatan hati, seperti ikh­


las, ridha, tulus, jujur, dan lain sebagainya. Malaikat itu tiada
tahu amal perbuatan yang didasari oleh rasa ikhlas, oleh rasa
ridha. Pokoknya yang dia tahu, hanya mencatat amal perbuat­
an yang baik dan buruk, tanpa mengetahui maksud dan tuju­
an si pelaku.
Nah! Ajaran agama Islam itu adalah hak, benar adanya. Islam
tidak mengajarkan mimpi tentang pahala dan Surga beserta
isinya. Tetapi Islam mengajarkan kebenaran, Islam mengajar­
kan kenyataan dan Islam mengajarkan keberadaan, dan itu
bisa dibuktikan dan dirasakan, hanya kepada hamba-hamba
yang bersih dan suci hatinya

Saudaraku, dengan hati kita, kita akan dipertemukan dengan


kebenaran Islam. Dengan kebenaran Al-Qur'an dan Hadis.
Dengan hati pula, sesungguhnya kita tahu akan amal dan
perbuatan kita, akan iman kita, tentang tauhid kita, Dan kita
akan tahu, Surga atau Neraka yang pantas sebagai tempat kita
kelak, di hari pembalasan.

Karena di samping Allah ta'alla yang tahu dengan isi hati


kita, kita juga mengetahui isi hati kita sendiri. Jadi yang tahu
isi hati kita, hanya Allah dan kita sendiri. Marilah saudaraku,
kita mulai belajar jujur di dalam melihat, dan belajar menuruti
kata hati di dalam setiap amal dan perbuatan kita. Sekali lagi
kuncinya jujur pada isi hati dan kata hati. Dengan kejujuran,
kita mulai bisa menimbang dan menghisab diri sendiri. Kita
sebelum berbuat dan bertindak, tanyakan dulu pada hati kita,
ini baik apa buruk, ini ikhlas apa tidak ikhlas, ini ridha apa
tidak ridha. Hati kita, tahu akan segala perbuatan kita.

Kalau tidak sesuai dengan kata hati, hati akan selalu menen­
tang perbuatan itu, dengan rasa-rasa yang kurang srek, dan
]iedudukon t)oti Poro Diri Monusio

tidak nyaman di hati, itu pasti ada yang salah di dalam perbu­
atan kita, entah itu kurang ikhlas, atau kurang tulus di dalam
perbuatan tersebut, apakah itu perbuatan yang merugikan
orang lain dan lain sebagainya.

Hati ini akan selalu menentang perbuatan yang tidak sesuai


dengan ajaran agama. Hati akan selalu menentang apabila
perbuatan kita didasari dengan akal dan nafsu. Kalau timbul
pertentangan di dalam hati, di dalam setiap amal dan perbu­
atan kita, harusnya kita berpikir dua kali untuk melakukan
perbuatan tersebut. Hati menentang, berarti Allah juga me­
nentang perbuatan kita.

Sudaraku, kita mengerjakan shalat dengan khusyuk, hati


kita yang tahu. Kita mengerjakan puasa dengan bersungguh­
sungguh, hati kita yang tahu. Kita beramal dengan ikhlas, hati
kita yang tahu. Shalat kita diterima atau tidak, hati kita yang
tahu. Puasa kita diterima atau tidak, hati kita yang tahu, dan
amal kita diterima atau tidak, hati kita yang tahu.

Benar, apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw., bahwasanya


apabila hati kotor maka seluruh tubuh akan kotor, dan apa­
bila hati itu bersih maka seluruh tubuh akan bersih. Maksud
dari sabda Rasulullah saw., tersebut adalah, setiap amal dan
perbuatan yang didasari dengan hati yang bersih dan suci,
itu pasti diterima oleh Allah ta'alla dan di ridhai oleh Allah
ta'alla, walaupun di mata umat manusia dan secara lahiriah,
amal perbuatan itu dipandang suatu kejelekan dan kejahatan.
Karena seseorang yang sudah bersih dan suci hatinya, mereka
di dalam setiap amal dan perbuatannya selalu orientasinya
adalah Allah ta'alla dan Rasulullah saw., sebagai panutan dan
suri teladan, di dalam setiap amal perbuatanya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Suatu ketika ada seorang ulama bertemu dengan seorang


pemuda, tiba-tiba ulama tersebut memukul sang pemuda
dengan sandal bakiak (sandal dari kayu) sampai babak belur.
Tidak terima dengan perbuatan sang ulama, sang pemuda
melaporkan sang ulama, ke kantor polisi. Sang ulama sempat
ditahan di kantor polisi, sampai akhirnya dibebaskan setelah
dilakukan persidangan.
Nah, rupanya di dalam persidangan tersebut terungkaplah
kasus pembunuhan yang sudah 10 tahun tidak terungkap.
Rupanya sang pemuda tersebut, sebagai pelaku pembunuhan
terhadap ibu kandungnya sendiri, dan mayatnya dikubur di
dalam kamar. Kasus tersebut, tidak bisa diungkap oleh pihak
kepolisian. Maksud dari perbuatan sang ulama dengan me­
mukul sang pemuda, tidak bermaksud menyakiti sang pe­
muda tersebut. Melainkan supaya kasusnya terungkap oleh
pihak kepolisian, dan sang pemuda mendapatkan hukuman
yang setimpal sesuai dengan perbuatannya.
Hati yang bersih dan niat yang bersih, adalah kunci dari sega­
la amal dan perbuatan kita. Walaupun di mata lahiriah perbu­
atan itu, dianggap sesuatu kejahatan, akan tetapi di mata ba­
tiniah, itu adalah suatu kebajikan. Karena perbuatan lahiriah,
tidak bisa mengotori perbuatan hati (seperti yang kami telah
sampaikan di bab sebelumnya).
Amal perbuatan yang didasari dengan hati yang kotor, tiada­
lah diterima oleh Allah ta'alla. Dan Allah ta'alla tiada merihai
perbuatan tersebut, walaupun di mata manusia dan secara
lahiriah, amal perbuatan tersebut adalah amal perbuatan
yang baik dan bagus. Suatu contoh kita melaksanakan ibadah
shalat, itu adalah amal perbuatan yang menurut manusia dan
secara lahiriah adalah perbuatan yang baik.
]iedudukon t)oti Poro Diri Monusio

1
Tetapi menurut Allah ta alla, ibadah shalat tanpa didasari de­
ngan hati dan niat yang bersih, ibadah shalat tersebut akan
sia-sia belaka. Ibadah shalat tanpa didasari oleh hati dan niat
yang ikhlas, adalah suatu perbuatan yang sia-sia. Ibadah sha­
lat masih karena ingin dilihat orang dan dipuji orang, ibadah
shalat hanya sekadar gugur kewajiban. Ibadah shalat kita,
tidak akan pernah mendapatkan apa-apa, dan tidak mampu
mengubah apa-apa, di dalam hidup dan kehidupan kita.

Begitu juga dengan puasa kita, zakat kita dan haji kita, serta
amal-amal ibadah yang lainya, kalau tanpa didasari hati yang
bersih dan niat yang bersih, juga dengan hati yang ikhlas dan
niat yang ikhlas, itu semua akan menjadi sia-sia dan tiada
guna. Jadi, kesimpulannya, setiap amal perbuatan lahiriah
akan bisa dikotori oleh perbuatan hati yang kotor.
Saudaraku. Begitu pentingnya kedudukan hati pada diri ma­
nusia, sampai-sampai ''perbuatan hati'', mampu membatal­
kan ''perbuatan lahiriah'' manusia. Agama Islam mengajarkan
syarat rukunnya amal dan ibadah. Apabila syarat dan rukun­
nya sudah benar, maka dianggap sah amal tersebut, menurut
ajaran agama. Sedangkan sah dan tidaknya suatu amal iba­
dah, diterima tidaknya amal dan ibadah, itu bergantung dari
seberapa jauh, dari amal dan ibadah manusia, yang didasari
oleh niat dan hati yang bersih dan ikhlas.

Sering kita mendengar ceramah dari seorang da'i di majelis­


majelis. Sering beliau mengingatkan kepada para jamaah,
supaya diri kita selalu meningkatkan amal dan ibadah kita,
kepada Allah ta'alla. Tetapi ada yang terlupa oleh kita semua,
bahwa setiap amal ibadah yang tanpa didasari oleh hati yang
bersih, adalah suatu hal yang sia-sia belaka. Ibaratnya, seperti
menyuruh menanam padi di padang pasir yang tandus dan
gersang. ltu adalah perbuatan yang tiada guna.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Seperti yang kami sampaikan di bab sebelumnya, di dalam


mencari suri teladan Baginda Rasullullah saw., janganlah se­
kadar mencontoh amal dan perbuatan beliau. Tetapi mencon­
tohlah rasa kasih dan rasa sayangnya kepada semua makhluk.
Nah, rasa kasih dan rasa sayang adalah w ujud dari rasa hati
yang bersih dan suci. Yang dimaksud dengan hati yang bersih
dan suci adalah, hati yang dipenuhi dengan rasa cinta, kasih
dan sayang.

Sesungguhnya rasa cinta, kasih dan sayang sudah menja­


di bagian diri kita, seperti keberadaan akal dan nafsu kita.
Sekarang, tinggal bagaimana kita belajar mengenali dan
menghidupkan rasa cinta, kasih dan sayang, sehingga di da­
lam setiap amal ibadah kita, dan di setiap tarikan napas dan
detak jantung kita, selalu dibarengi dengan rasa cinta, kasih
dan sayang. Itulah hakikat perbuatan Rasulullah saw.

Saudaraku, seperti yang pernah disabdakan oleh baginda


Rasulullah saw. Beliau menyatakan kepada para sahabat bah­
wa setelah perang Badar, ada perang yang lebih besar lagi,
yaitu perang melawan hawa nafsu kita sendiri. Saudaraku,
sekarang timbul pertanyaan di dalam benak kita, bagaimana
kita melawan hawa nafsu? Sedangkan hawa nafsu tiada ter­
lihat oleh mata kita, tiada bisa disentuh oleh tangan kita dan
tiada terdengar oleh telinga, serta tiada tercium oleh hidung
kita. Bagaimana kita bisa melawannya?

Nafsu adalah bersifat gaib. Sesuatu yang tiada bisa dijelaskan


oleh kata-kata dan huruf, tetapi nyata adanya, keberadaaan­
nya hanya bisa dirasa, tanpa bisa dinyatakan keberadaannya
dengan indra lahiriah manusia. Seperti keberadaan angin
yang tidak bisa dilihat, tetapi bisa dirasakan kehadirannya.
]iedudukon t)oti Poro Diri Monusio

Begitu juga dengan ikhlas, tidak bisa dinyatakan dan tidak


bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hanya bisa dirasa. Ikhlas
ini sering di ibaratkan, seperti orang yang sedang buang ha­
jat, pekerjaan tanpa disertai rasa berat hati, bahkan jika tidak
bisa buang hajat, bingungnya setengah mati. Yang dimaksud
perbuatan ikhlas adalah, rasanya seperti orang buang hajat.
Ikhlas sendiri tidak bisa dijelaskan. Hanya bisa dirasakan dan
rasanya seperti diibaratkan seperti orang yang sedang buang
hajat.

Begitu juga dengan nafsu, keberadaannya tidak bisa dijelas­


kan. Keberadaannya hanya bisa dirasakan. Dalam Al-Qur'an,
Allah memberikan tanda, salah satu wujud dari perbuatan
nafsu adalah perbuatan yang berlebih-lebihan. Selalu mera­
sa kurang. Maka kita harus belajar peka terhadap rasa kita.
Belajar merasakan setiap amal dan perbuatan kita, cermati
dan renungi, lalu rasakan. Kita beramal dan berbuat berdasar­
kan dengan akal atau nafsu, atau beramal dan berbuat dengan
rasa kasih dan sayang kita, yang merupakan rasa hati kita.
Hanya diri kita yang tahu.
Akal mempunyai rasa, nafsu mempunyai rasa dan hati pun
mempunyai rasa. Rasanya akal dan rasanya nafsu hanya bisa
ditundukkan dengan rasanya hati, yaitu rasa cinta, kasih dan
sayang. Jadi, kita bisa melawan akal dan nafsu dengan rasa
cinta, kasih, dan sayang. Dengan begitu, diri kita sesungguh­
nya telah menemukan jalan untuk menundukkan akal dan
nafsu kita. Dan, jika kita mau jujur pada diri sendiri, sesung­
guhnya tiada suatu amalan dan perbuatan apa pun untuk
mengalahkan dan mengendalikan akal dan nafsu, kecuali de­
ngan hati yang dipenuhi rasa cinta, kasih dan sayang.

Saudaraku, perwujudan diri kita ini adalah berasal dari rasa


cinta, kasih dan sayang dari Ibu dan Bapak kita. Rasa cinta,
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

kasih dan sayang Ibu dan Bapak, adalah rasa dari Tuhan. Diri
kita sesungguhnya adalah perwujudan dari rasa cinta, kasih
dan sayang dari Ibu dan Bapak, yang merupakan perwujudan
dari rasa cinta, kasih, dan sayang Tuhan. Jadi, diri kita adalah
perwujudan dari cinta, kasih, dan sayang. Dan asal kejadian
diri kita adalah cinta, kasih, dan sayang. Kesimpulannya, rasa
cinta, kasih, dan sayang adalah kenyataan diri kita yang se­
sungguhnya. Dan rasa cinta, kasih, dan sayang tempatnya di
dalam hati.

Kita harus tetap menjaga supaya kondisi hati tetap bersih


dan suci. Jangan sampai hati kita, terkotori oleh rasa iri, rasa
dendam, rasa dengki, rasa gengsi dan rasa buruk lainnya.
Pokoknya selain rasa cinta, kasih dan sayang yang berada di
dalam hati kita, cepat-cepatlah usir rasa tersebut, supaya hati
kita tidak terkotori oleh rasa-rasa yang ditimbulkan oleh rasa
akal dan nafsu.

Rasa iri, rasa dengki, rasa dendam, rasa gengsi, rasa riya dan
lain sebagainya, merupakan produk rasa akal pikiran dan
nafsu kita. Karena sesungguhnya diri kita bukan produk dari
akal dan nafsu, melainkan produk dari hati. Untuk itu, mari­
lah di dalam setiap amal dan perbuatan kita, harus didasari
dengan rasa hati. Dan di dalam hati kita, terdapat rahasia
diri dan rahasia Tuhan. Dan rahasia tersebut akan terungkap
hanya dengan rasa cinta, kasih, dan sayang. Rasa inilah yang
akan menuntun kita, ke hadapan Allah ta'alla. ''Semoga Allah
membimbing kita semua. Amin''
-• •
r •I,
·-

..," ......I
• I!

• I

.\ •• .,

• •
11 • ( • (::i, 1 ' ·1 •• � •
' '' l t•...
.
• • •

••

•• •

.,

EN • ,•;.,'
. I
l
'
L';

s•
,• II

J
I ., ..�
.

,. " l
I • · ..
.; •"'.l t
:;. �

It 'l .. ,. -:i: . • '.• �;
' . . �·

I
t'r�
/ J\
I i
� . ' '
'�-1 ;··�; .t
:l'I
.. . ....., .I
l •- .

•• � ._
\ '

.,
'•
I ...

••
J I(
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

audaraku, di dalam ilmu hakikat dan makrifat, ada tauhid


lahiriah dan tauhid batiniah. Tauhid lahiriah adalah men­
tauhidkan setiap indra lahiriah kita, segala sesuatu yang
terlihat, tercium, terdengar, dan teraba keberadaannya, atas
kehendak-Nya. Ada istilah ''La wujuda ilallah'', tiada suatu
w ujud melainkan atas kehendak Allah ta'alla. Juga ada isti­
lah '' memandang satu di dalam yang banyak, memandang banyak
di dalam yang satu." Maksud dari istilah tersebut adalah, di
dalam makhluk yang beraneka ragam di dalam wujud dan
keberadaannya, semuanya ada di dalam satu kekuasaan, ya­
itu kodrat dan irodat Allah ta'alla. Arti secara garis besamya
dari istilah itu semua adalah, di dalam setiap diri makhluk,
Allah menyertai dan meliputi di dalamnya. Baik itu Sifat-Nya,
Asma-Nya, Af'al-Nya, dan Dzat-Nya.

Saudaraku, perlu diketahui, ilmu tauhid secara lahiriah juga


menerangkan asal kejadian kita. Yang dijadikan oleh Allah
terdiri dari unsur angin, air, tanah, dan api. Unsur-unsur ter­
sebut menjadi nafsu pada diri kita. Asal kejadian kita juga me­
nerangkan, bahwa diri kita tercipta dari Nur Muhammad, dan
Nur Muhammad tercipta dari Nur Allah. ''Jadi di dalam diri
manusia terdapat unsur dan rasa Muhamad dan Tuhan. Dan
masih banyak lagi, keterangan-keterangan yang menjelaskan
rahasia diri dan rahasia kejadian diri, yang tentunya kami ti­
dak bisa menjelaskan secara rinci dan detail kepada umum,
karena takut terjadi fitnah dan bisa menyesatkan, bagi sauda­
raku yang belum sampai akal dan hatinya."

Nah, pemahaman yang kurang sempurna inilah yang sering


menyesatkan dan membingungkan saudara-saudara kita.
Pemahaman yang setengah-setengah mengenai diri dan
Tuhan, akhirnya ego dan keakuannya menyeretnya ke dalam
Mentouhidh:on R.oso don t)oti

suatu pemahamam yang tidak sempurna. Sehingga mengaku


sebagai Rasul dan bahkan ada yang mengaku sebagai Tuhan.

Pengakuan-pengakuan ini muncul, karena mereka mempela­


jari dan memahami ilmu hakikat dan makrifat secara tidak utuh,
dan kepada seorang guru yang bukan ahlinya. Ilmu hakikat
dan makrifat hanya dipahami sebatas akal saja. Sedangkan
hakikat makrifat adalah masalah ,,,perbuatan Hati'', ''perbuatan
Diri'' dan ''perbuatan Jati diri''. Jadi, harus dipahami dan di­
masukkan di dalam Hati, dimasukan di dalam Diri dan Jati
diri.

Ada juga sebagian saudaraku, yang setelah memahami hakikat


makrifat, mereka tidak mau lagi menjalankan syariat. Begitu
juga sebaliknya, mereka yang mendalami syariat tidak mau
lagi menjalankan hakikat makrifat. Tentunya hal ini adalah sua­
tu kesalahan yang fatal, di dalam memahami agama Islam.
Kalau sudah cukup menjalani syariat, kenapa harus ada thori­
qoh, kalau sudah cukup menjalani thoriqoh, kenapa ada hakikat,
kalau sudah cukup menjalani hakikat, kenapa ada makrifat.

Saudaraku, syariat, thoriqoh, hakikat, dan makrifat adalah saling


melengkapi satu dengan lainnya, dan tiada yang lebih pen­
ting di antara satu dengan yang lainnya. Sekarang, bagaimana
saudara kita yang hanya menjalankan hakikat dan makrifat saja,
tanpa menjalankan syariat? Itu namanya hakikat makrifat yang
terputus. Terputus dan tiada sambungan kepada Syaidina Ali,
terputus dari Rasulullah dan terputus dari Allah ta'alla. Jika
mereka merasa tersambung, itu adalah perasaan mereka saja,
itu hanya ego dan keakuanya saja.

Saudaraku, sekarang bagaimana men-tauhid-kan rasa dan


hati? Ada tiga unsur rasa di dalam diri kita, jika kita pahami
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

dan kita pelajari, maka ketiga u nsur itu adalah sangat berbeda
sifat dan perbuatanya.

Yang pertama adalah perasaan. Perasaan timbul dari rasanya


makhluk seperti perasaan sayang, perasaan senang dan pe­
rasaan kasih. Perasaan-perasaan itu adalah produk dari akal
kita.

Yang kedua adalah merasa. Merasa ini juga timbul dari rasa­
nya makhluk, seperti merasa sayang, merasa senang dan me­
rasa cinta. Merasa adalah produk dari nafsu kita. Yang ketiga
adalah rasa.

Yang ketiga adalah rasa. Rasa adalah produk dari hati kita,
seperti rasa cinta, rasa senang dan rasa sayang. Rasa inilah
yang merupakan unsur terdekat dengan Tuhan dan menyatu
dengan Tuhan, dan merupakan perbuatan Tuhan di dalam
diri manusia.
Sekarang bagaimana dengan rasa benci, rasa dendam, rasa iri,
dan lain sebagainya. Seperti yang telah kami sebutkan pada
bab sebelumnya, bahwa rasa benci, rasa dendam, rasa iri dan
lainnya, adalah produk dari akal dan nafsu manusia.

Rasa di dalam hati yang merupakan rasa Tuhan adalah rasa


cinta, kasih dan sayang. Kalau rasa itu tumbuh dan memenuhi
hati kita, berarti hati dan rasa kita, sudah ber-tauhid kepada
Tuhan. Karena perbuatan hati sudah didasari oleh rasa cinta,
kasih dan sayang yang merupakan wujud dari rasa Tuhan,
dan perbuatan Tuhan. Seperti yang sudah kami sampaikan
di bab sebelumnya, jika amal perbuatan yang didasari oleh
rasanya perasaan dan rasanya merasa, berarti rasa kita belum
ber-tauhid, karena perasaan atau merasa adalah produk dari
makhluk, yang berarti juga rasa kita masih mengandalkan
rasa makhluk, berupa rasa akal dan nafsu kita.
Mentouhidh:on R.oso don t)oti

Saudaraku, dengan rasa cinta, kasih dan sayang, kita akan


mudah men-tauhid-kan rasa-rasa yang lain, dan kita akan
mudah menganggap semua rasa, bagaikan tamu bagi diri
kita. Diri kita akan bersikap dan menerima mereka dengan
rasa yang sama, baik itu rasa senang dan susah, sedih dan
gembira, antara baik dan buruk. Jika diri kita belum bisa me­
nerima mereka dengan perasaan yang sama, berarti kita juga
belum men-tauhid-kan hati dan rasa kita. Dan jika kita sudah
men-tauhid-kan hati dan rasa kita, berarti kita juga telah men­
tauhid- kan lahiriah kita.

Jadi saudaraku, sekali lagi, dasarilah setiap amal perbuat­


an kita dengan rasa cinta, kasih dan sayang, sampai pada
akhirnya diri kita tidak merasakan lagi kehadiran rasa cinta,
kasih dan sayang, karena sudah menyatu dengan diri kita.
Maksudnya, rasa cinta, kasih dan sayang itu sudah tidak di­
rasakan lagi, tetapi sudah menyatu dengan darah dan daging,
sehingga di dalam setiap detak jantung dan tarikan napas kita
selalu di sertai oleh rasa cinta, kasih dan sayang. Seperti aliran
darah di dalam tubuh kita, darah tetap mengalir, tetapi kita
tidak merasakan aliran darah tersebut. Begitulah hakikat rasa
cinta, kasih dan sayang di dalam setiap amal dan perbuatan
manusia. Dan pada akhirnya diri kita menjadi rasa cinta, ka­
sih dan sayang itu sendiri. Itulah hakikat diri manusia sesung­
guhnya.
.
--- . -
,· ... (_ �i·-,!
' ...
. .. -
�.�
,, .- -.. •
.
... .., ., �

•'
••.
•- . �--·
. ....
. ..1 .-

e ls
. ... . '4
� � t ,.

. -. ,.,.,
-. °!•k "1,.

-�-,.• . ..

•,
·
t;.
.. ., :,:,. ..
,_-.·
. -·. ·}·l'.,,.,if
... , I. .....
••

.. ..
,......__ . f
1"
• � i.
.,

!-

'
..

l'f
'
I {

•'
f

• •
• •
•• t


·1. :rl: '

·

·•r!.j L•.•.
L ,,
• I •
i•
•• I,
.,
'�}·,"'l I
• ..- .,; 9 t I

. �- .
,� ' j •

B :, It' • ,'• ' '.


I •
I
�· ' I,
•A
' < I
j \ �;
I
• ..



·• •�• •t
,, ,:II
,�.1' '

..
• •
"" •

., .
I

..• .• . , ... •.,.' . ,

�• J J•,, �•
J �J
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

ernah suatu masa, dikawasan Jazirah Arab, mengalami


musim kemarau yang berkepanjangan, begitu juga
yang terjadi dikota Makkah Al-Mukaromah. Sehingga
berkumpulah para wali Allah, termasuk wali kutub, di kota
Makkah. Para wali Allah berdoa bersama di dalam Ka'bah
memohon pertolongan kepada Allah, dengan segala kemu­
rahan-Nya. Agar segera diturunkan rahmat-Nya, berupa air
hujan. Tetapi, apa yang terjadi, setelah berhari-hari sampai
berbulan-bulan, Allah belum juga mengabulkan doanya.

Sampai suatu hari, datanglah seorang misterius masuk ke


dalam Ka'bah, dia lalu bersujud dan berdoa memohon kepa­
da Allah, agar segera turun hujan. Terjadilah kejadian yang
luar biasa, belum sampai doanya selesai, Allah telah menu­
runkan hujan dengan begitu lebatnya. Padahal sebelumnya
langit tampak begitu cerah, dan sinar matahari begitu terik­
nya, panasnya membakar padang pasir dan bebatuan di kota
Makkah. Sehingga kejadian itu, membuat kaget dan penasa­
ran para Wali Allah. Begitu tersadar dari rasa kaget, dilihatnya
orang misterius tersebut, sudah meninggalkan Ka'bah.

Keesokan harinya, para wali Allah mencari keberadaan orang


misterius tersebut. Ada kabar bahwa orang tersebut adalah
budak dari si Fulan. Dan, si Fulan pun tampak begitu kaget
karena kedatangan tamu, yang sebelumnya dikenalnya seba­
gai para kekasih Allah, yang sudah singgah beberapa bulan
ini, dikota Makkah. Singkat cerita, si Fulan pun menceritakan
keberadaan budaknya. Beliau menceritakan, kalau siang hari
sang budak bekerja seperti biasa. Tetapi anehnya, kalau ma­
lam hari, sang budak tidak pernah tidur. Tiap malam selalu
berada di dalam kamarnya, dan kerjanya selalu menanggis,
sepanjang malam.
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

Dan, pada akhirnya si Fulan pun menawarkan sang budak,


kepada wali Allah, untuk dimerdekakan. Mendengar cerita si
Fulan, para wali Allah pun semakin penasaran kepada sang
budak. Berhubung, para wali Allah tidak menemukan sang
budak, di rumah si Fulan, karena masih bekerja. Para wali pun
berpamitan kepada si Fulan. Dan para wali Allah berjanji akan
kembali esok harinya, untuk bertemu dengan sang budak.

Keesokan harinya, para wali Allah melihat sang bu.dak masuk


lagi ke dalam Ka'bah. Dengan terburu-buru para wali Allah
mengikutinya dari belakang. Sesampai di dalam Ka'bah, para
wali melihat sang budak sedang bersujud sambil berdo'a, ''Ya
Allah! Telah hamba rahasiakan diri hamba dan keberadaan
diri hamba, dari penglihatan semua makhluk sampai, akhir­
nya Engkau buka rahasia hamba. Ya Allah! Hamba malu de­
ngan keberadaanku, dengan rahasiaku, sekarang sudah tiada
lagi rahasia bagiku, dan kiranya Engkau berkenan memang­
gilku, hamba telah siap menghadap-MU'' . Beberapa saat ke­
mudian, sang budak menghadap Tuhannya, dalam keadaan
bersujud kepada-Nya.

Melihat kejadian tersebut, para wali Allah pun terharu dan


tanpa disadari mereka pun bersujud kepada Allah, tepat ber­
ada dibelakang sang budak. Dan para wali baru menyadari,
bahwa sang budak tersebut adalah termasuk wali Allah, yang
keberadaannya dirahasiakan oleh dirinya sendiri dan Allah.
Sang budak bersujud, seraya memohon kepada Allah supaya
dicabut nyawanya, karena takut rahasianya terbungkar, dan
ketahuan oleh para umat dan para wali Allah, atas kewalian­
nya. Sang budak merasa malu atas terbongkarnya jati dirinya,
sebagai salah satu kekasih Allah. Jadi, kepergian ''Roh'' sang
budak, diiringi dengan sembah sujud para wali dan para ke­
kasih Allah.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Apa yang terjadi saudaraku? Ternyata sang budak tadi, ter­


masuk wali Allah, yang keberadaannya dan derajatnya tidak
jauh beda dengan para wali dan wali kutub, sehingga kewa­
liannya tiada diketahui oleh para wali yang lainnya. Dan bagi
Allah, mungkin saja derajatnya lebih tinggi, daripada derajat
para wali dan wali kutub. ltu terbukti dengan doa sang bu­
dak, yang dengan begitu mudah dikabulkan oleh Allah, di­
bandingkan dengan doa para wali dan wali kutub. Sedangkan
meraka sudah berdoa selama beberapa bulan di dalam
Ka'bah, yang merupakan rumah Tuhan. Wallah A'lam.
Saudaraku, ini adalah kisah yang bukan hanya bercerita ten­
tang siapa yang lebih tinggi derajatnya. Tetapi, Allah ta' alla,
bermaksud memberikan contoh kepada umat manusia, bah­
wa segala sesuatu yang dikerjakan tanpa diketahui oleh orang
lain, atau sesuatu yang dikerjakan dengan rahasia, adalah per­
buatan yang amat mulia. Yang dimaksud dengan perbuatan
yang rahasia di sini, bukan perbuatan seorang pencuri yang
mengendap-endap dan sembunyi-sembunyi supaya tidak
diketahui oleh sang pemilik rumah. Atau perbuatan seorang
koruptor, yang sembunyi-sembunyi mengambil uang rakyat.
Tetapi perbuatan amal kebajikan yang berdasarkan syariat
agama.

Dulu, para ulama kalau beramal saleh, selalu tidak mau seca­
ra langsung disampaikan kepada si penerima, tetapi biasanya
selalu diberikan di saat si penerima sedang tidur di malan
hari, atau ditaruh di jalan yang sering dilalui oleh si penerima.
Rasulullah dan para sahabat pun, sering melakukan amal iba­
dah seperti ini, rahasia dan sembunyi-sembunyi. Kenapa dila­
kukan dengan rahasia dan sembunyi-sembunyi? Ada rahasia
apa, di balik itu?
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

Karena untuk mengurangi rasa riya' di dalam hati, dan meng­


hindari rasa kurang ikhlas di dalam hati.
Rasulullah dan para sahabat akan merasa malu, apabila per­
buatan dan amalnya diketahui oleh orang lain. Sekarang ba­
gai mana dengan amal perbuatan? Sudah malukah kita, di
saat kita beramal, dan amal kita di ketahui oleh orang lain. Di
saat kita menyumbang pembangunan masjid, beramal zakat,
bersedekah, beramal shalat, dan lain sebagainya. Bagaimana
reaksi kita, khususnya rasa hati kita, apabila hal itu di ketahui
oleh orang lain. Jangan-jangan, malah membuat diri dan hati
kita, menjadi bangga dan terkesan pamer kepada mereka.

Saudaraku, kita kembali ke ilmu tauhid, bahwasannya diri


makhluk adalah bayang- bayang Diri Tuhan. Dan perbuat­
an Tuhan tiada pernah dinyatakan, dan selalu dirahasiakan.
Tuhan menyediakan udara untuk bernapas, memberi rezeki,
menyediakan semua kebutuhan, dan keperluan setiap makh­
luk-Nya, pernahkah Tuhan menyatakannya? Semua dilaku­
kan-Nya dengan sangat rahasia. Nah, di sinilah letak rahasia
perbuatan Rasulullah, para sahabatnya, para ulama dan para
wali Allah, di dalam mengerjakan amal perbuatannya. Beliau
menyadari bahwa dirinya merupakan bayang-bayang, dari
perbuatan dan kenyataan Diri Tuhan.

Saudaraku, amal perbuatan yang dirahasiakan adalah bentuk


pentauhidan amal perbuatan diri kita. Dan amal perbuatan
yang dipamerkan dan dibanggakan di hadapan orang lain,
adalah bentuk dari perbuatan yang menduakan Tuhan, di
dalam amal dan perbuatan diri kita. Amal perbuatan yang
dirahasiakan akan terjaga kesuciannya, dan tiada terkotori
oleh sifat-sifat riya', pamer, sombong, dan ingin dipuji orang.
Juga bisa menghindari sifat-sifat iri hati, hasut dan fitnah dari
orang lain.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Di hadapan Tuhan, amal dan perbuatan yang dirahasiakan


akan dihindarkan dari sifat-sifat keangkuhan dan ego. Juga,
sebagai bentuk kesadaran diri di dalam beramal dan berbuat.
Kesadaran, bahwa sesungguhnya tiada yang bisa beramal dan
berbuat, melainkan atas kuasa-Nya. Seperti yang kami sebut­
kan sebelumnya, bahwa perbuatan Tuhan itu sangat rahasia,
dan tiada pernah dinyatakan dengan apa pun. Maka, kalau
kita menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di dalam diri
kita, adalah atas kuasa-Nya, diri kita adalah bayang-bayang­
Nya, dan diri kita adalah kenyataan-Nya. Oleh karena itu,
hendaklah amal perbuatan kita, seperti amal dan perbuatan
yang mempunyai bayang-bayang, dan seperti amal dan per­
buatan yang mempunyai kenyataan, yaitu Allah, Tuhan se­
mesta alam.

Kalau tidak bisa merahasiakan secara lahir, cukup dirahasia­


kan di dalam hati saja. Para ulama terdahulu mengibaratkan
perbuatan ikhlas, seperti orang yang buang hajat besar, itu be­
nar adanya. Coba diperhatikan, seseorang kalau mau buang
hajat pasti mencari tempat tersembunyi, agar tiada orang lain
yang tahu apa yang sedang dikerjakanya. Dan dia pasti mera­
sa malu apabila perbuatannya itu, diketahui oleh orang lain.
Amal perbuatan yang dipamerkan dan dibanggakan kepada
orang lain, adalah amal perbuatan yang sudah dikotori oleh
kepentingan akal dan nafsu manusia. Bagi sebagian umat, hal
ini tidak jadi masalah, bahkan ada yang beranggapan, dengan
mengumumkan suatu amal perbuatan yang baik, akan bisa
menjadi motivasi dan pendorong bagi orang lain untuk ber­
buat yang sama.

Tetapi bagi Allah ta'alla, hal itu adalah perbuatan yang sia­
sia belaka. Bagi Allah, segala amal perbuatan tanpa didasari
dengan keikhlasan hati, maka hal itu adalah perbuatan yang
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

tiada berguna. Beramal dan berbuatlah dengan didasarkan


kesadaran diri dan kesadaran hati. Selain itu, amal perbuat­
an yang dipamerkan dan dibanggakan bertentangan dengan
ajaran agama Islam, dan bertentangan dengan tauhid kita, ke­
pada Allah ta'alla.

Ada suatu kisah, di saat Imam Al-Ghozali menjalani hisab di


hari Kiamat, amal ibadah dan amal kebajikan beliau, teryata
belum cukup untuk masuk ke dalam surga Allah. Subhanallah!
Padahal kita semua tahu siapa Imam Al-Ghozali, beliau ter­
masuk golongan ulama besar, seorang ulama ahli tasyawuf
termasyhur dan salah satu ulama pengarang kitab-kitab se­
bagai rujukan di pondok-pondok pesantren. Beliau termasuk
penggarang kitab Ikhya 'Ulumuddin dan seorang wali Allah.
Tetapi ternyata, di hadapan Allah ta'alla amal dan perbuatan
beliau belum cukup mengantarkannya ke dalam surga Allah.
Bagaimana dengan amal dan perbuatan diri kita? Yang hanya
sebagai hamba biasa.

Dan akhirnya, datanglah seekor lalat menghadap Allah


ta'alla. ''Ya Allah! Hamba datang kehadapan-MU untuk
memohonkan ampun dan ridha-MU, atas diri Imam Al­
Ghozali. Atas segala dosa-dosanya, dan golongkanlah dia
bersama dengan orang-orang yang Engkau kasihi. Sehingga
beliau berhak atas surga-MU, Ya. . . Allah!'' Allah pun bertanya
kepada sang lalat, ''Wahai hamba-KU, apa yang membuat
dirimu memohonkan ampun, atas diri Imam Al-Ghozali?''
Sang lalat pun menjawab, ''Ya, Tuhanku, pernah suatu ketika,
di saat beliau sedang menulis, hamba hinggap ditinta beliau.
Melihat hal itu, beliau dengan sabar membiarkan hamba
meminum tintanya sampai hamba kenyang dan pergi. Hamba
melihat dan menyaksikan keikhlasan, ketulusan, kesabaran,
dan kelembutan hati beliau. Untuk itu, hamba memohonkan
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

ampun dan ridha kepada- MU. Ya . . . Rob!'' Allah dengan kasih


dan sayang-Nya, akhirnya menerima permohonan sang lalat.
Kisah ini bukan bermaksud merendahkan dan menistakan
segala amal dan perbuatan dari Imam Al-Ghozali. Tetapi
hanya sebagai contoh dan kiasan, supaya umat manusia bisa
mengambil hikmah dan pelajaran di dalam kisah tersebut.
Tentunya, Imam Al-Ghozali dengan kesalehan dan kearifan­
nya, akan begitu mudah mendapatkan pengampunan dan
ridha dari Allah ta'alla. Dan, beliau merupakan salah satu ula­
ma besar, yang ajaran dan perilakunya menjadi rujukan dan
panutan bagi sebagian besar umat Islam dunia.
Saudaraku! Hikmah dan pelajaran apa yang ingin disampai­
kan oleh Allah ta'alla kepada hambanya. Yang Allah ingin
sampaikan, janganlah umat manusia membanggakan diri dan
memamerkan diri, di setiap amal dan perbuatannya. Allah
mengambil contoh pada diri Imam Al-Ghozali, bahwasannya
amal dan perbuatan beliau, belum cukup untuk mendapat­
kan surga Allah ta'alla. Apalagi, amal dan perbuatan umat
Islam semacam kita-kita ini. Sedangkan kita tahu siapa beliau,
sebagai seorang arif billah, dan salah satu kekasih Allah. Itu
pun belum cukup untuk mendapatkan surga Allah. Apabila
dibandingkan dengan amal perbuatan kita ini, tentunya tidak
ada apa-apanya, bila dibandingkan dengan amal perbuatan
beliau. Perbandinganya ibarat bumi dengan langit.
Melanjutkan kisah tersebut, setelah Allah ta'alla mengabul­
kan permohonan sang lalat, Allah bertanya kepada Imam
Al-Gozhali, ''Wahai hambaku, apakah engkau ingat kepada
si lalat ini, dan perbuatanmu kepadanya?'' ''Sungguh, ham­
ba telah melupakan kejadian tersebut." ''Wahai hambaku,
karena engkau telah berbuat dengan tulus dan ikhlas, walau
kepada seekor lalat sekalipun. AKU mengampuni dan me-
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

ridhaimu. Dan menjadi pelajaran bagi hamba-KU semuanya,


bahwa amal dan perbuatan yang dilupakan, dan seakan dia
tidak pernah melakukanya, dan didasari dengan tulus ikhlas,
itu adalah perbuatan yang akan mampu menolongmu di hari
pembalasan. Dan ketahuilah wahai hamba-KU, bahwa bukan
amal dan perbuatanmu yang bisa menolongmu, tetapi atas
ridha dan kasih-KU, kamu sekalian berada di dalam surga­
KU."
Saudaraku! Ini kisah tentang keikhlasan dan ketulusan.
Banyak cerita-cerita sufi, yang menceritakan tentang perbu­
atan yang terlihat kecil dan terkesan sepele, tetapi bisa ber­
dampak besar di dalam hari pembalasan kelak. Seperti kisah
seorang pelacur yang masuk surga, hanya dengan memberi
minum seekor anjing yang sedang kehausan. Anjing itu men­
coba memasukkan kepalanya ke dalam air, karena aimya be­
gitu dalam, maka anjing itu tidak bisa menjangkau air di da­
lam sumur.
Melihat hal itu, timbulah rasa belas kasih sang pelacur, sang
pelacur membantu mengambil air dengan sepatunya, dan
memberikan minum kepada si anjing. Yang membuat pelacur
masuk surga bukan karena perbuatannya, tetapi rasa kasih­
nya kepada seekor anjing tersebut. Perbuatan sang pelacur
yang didasari oleh kasih dan sayang, walau hanya kepada se­
ekor anjing, perbuatan itulah yang bisa membawanya kepada
ridha dan pengampunan Allah ta'alla, dan berhak mendapat­
kan surga Allah ta'alla.
Saudaraku, sebelum lebih jauh, kita mendalami buku ini, ter­
lebih dahulu marilah kita mengambil hikmah dan pelajaran
dari ketiga kisah, yang kami sampaikan di atas tadi. Kisah
yang pertama, kisah seorang kekasih Allah yang menjaga ke­
rahasiannya, beliau takut kedekatannya dengan Allah ta'alla
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

diketahui oleh orang lain, dan para wali Allah. Beliau malu,
apabila sampai terbongkar rahasianya sebagai seorang wali
Allah. Ini adalah hikmah yang sangat luar biasa bagi umat
Islam, di zaman sekarang.

Sekarang banyak bermunculan Gus-Gus baru, yang mengaku


sebagai wali dan kekasih Allah. Dan, banyak di antara para
mursid yang mengaku sebagai seorang wali, walau sang mur­
sid tidak menyatakannya secara langsung kepada sang murid,
tetapi banyak para pengikut dan muridnya, meyakini bahwa
sang mursid adalah seorang wali. Celakanya lagi, keyakinan
tersebut disebarluaskan kepada orang lain, akhirnya timbu­
lah fanatisme yang berlebihan pada sang mursid dan golong­
annya. Bagi mereka, kalau tidak mursidnya tidak sah, kalau
tidak golongan dan toriqohnya tidak diakui oleh Allah ta'alla.

Dan masih banyak lagi kasus-kasus yang terjadi di tengah-te­


ngah umat Islam sekarang. Tentunya hal itu bisa menyesatkan
dan membingungkan, bagi umat Islam itu sendiri. (Lebih je­
lasnya, baca bah selanjutnya). Kekasih Allah, wali Allah, ada­
lah sesuatu rahasia bagi Allah, dan hanya kepada orang-orang
yang diridhai-Nya, Allah membukakan rahasia kewalian sese­
orang. Jadi hindarkanlah diri kita dari sifat latah yang menilai
bahwa si A itu wali, dan si B juga wali, biarlah rahasia tetap
rahasia. Yang terpenting bagi kita, belajar mengambil hikmah
dari setiap kejadian dan setiap pengalaman hid up kita. Belajar
malu, dan belajar merahasiakan setiap amal dan perbuatan
kita dari sepengetahuan orang lain.
Hikmah dan pelajaran dari kisah Imam Al-Ghozali. Dari
sekian banyak amal ibadah dan perbuatan beliau, hanya satu
amal dan perbuatan beliau, yang bernilai di hadapan Allah
ta'alla. Allah dengan sifat pengasih dan penyayang kepada
setiap makhluk, termasuk umat manusia. Dia selalu membe-
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

rikan pentunjuk dan bimbingan kepada hamba-Nya, selain


pentunjuk yang telah disampaikan di dalam kitab Al-Qur'an
dan Hadis Nabi, juga berupa kisah-kisah perjalanan para ula­
ma dan para wali Allah,, yang ditulis di dalam kitab-kitab para
ulama dan para wali Allah, yang merupakan bentuk imple­
mentasi dari kitab Al-Qur'an dan hadis Rasullulah. Termasuk
kisah Imam Al-Ghozali tersebut. Di dalam kisah tersebut
Allah ta' alla memberikan pengampunan kepada Al-Imam,, se­
telah beliau berbuat amal kebajikan kepada seekor lalat.

Saudaraku, Allah ta'alla tidak menilai seberapa besar dan ke­


cilnya perbuatan itu,, tetapi Allah menilai dari seberapa ikhlas
dan tulusnya perbuatan itu. Begitu ikhlas dan tulusnya,, sam­
pai-sampai beliau lupa telah melakukan perbuatan itu.

Nah! Sudahkah amal dan perbuatan kita,, didasari rasa ikhlas


dan tulus, dan sudahkah kita melupakan amal dan kebajikan
yang kita perbuat? Tentunya kita akan terdiam diri mendapat­
kan pertanyaan ini. Jawaban kita pasti diam, entah itu terdiam
karena telah berbuat begitu, terdiam karena belum berbuat
begitu,, atau terdiam karena introspeksi diri. Tentunya hanya
diri kita masing-masing yang tahu, akan amal dan perbuatan
kita sendiri.

Saudaraku! Di dalam Hakikat Ma'rifat, mengajarkan kepada


umat manusia, hendaknya setelah melakukan amal dan per­
buatan kebajikan, mereka segera melupakan perbuatan itu.
Dan sebaliknya, apabila telah melakukan perbuatan salah,
kepada sesama umat manusia maupun kepada Allah ta'alla,
meraka selalu mengingatnya. Saudaraku, di antara keduanya,
mana yang sering kita lakukan? Kita termasuk golongan yang
mana? Dan ada rahasia apa, di balik itu semua?
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Saudaraku! Hakikat Ma'rifat mengajarkan keihklasan, ketulus­


an, kejujuran, kelembutan, keindahan, kedamaian, ketenang­
an, juga mengajarkan ketenteraman dan kebahagiaan. Tanda­
tanda orang yang ikhlas dan tulus, apabila melakukan perbu­
atan baik kepada seseorang, dia akan cepat melupakannya,
seakan-akan dia belum pemah berbuat baik kepada orang itu.
Dan apabila melakukan perbuatan yang salah kepada seseo­
rang, dia selalu mengingatnya, walau orang itu sudah mema­
afkan perbuatannya. Rasanya seumur hidup perbuatan salah
pada orang itu, selalu diingatnya, kemudian timbul rasa malu
pada diri sendiri.
Tanda-tanda orang tidak ikhlas dan tidak tulus, di saat mela­
kukan amal perbuatan yang baik kepada seseorang, dia selalu
mengingatnya, bahkan terkesan membanggakan dan mema­
merkan perbuatannya. Di saat orang yang dibantu dan dito­
longnya, tidak memberikan respons yang dia harapkannya,
biasanya orang yang begini ini, akan mengungkit-ungkit ke­
baikan dan pertolongannya.
Dia bilang, orang yang tak tahu terima kasihlah! Orang yang
tak tahu diuntunglah dan lain sebagainya. Kamu bisa begini
dan bisa begitu, berkat bantuan saya. Sekarang kamu som­
bong dan melupakan saya, bertemu saja kamu sudah tidak
mau menyapa. Ingat! Kamu bisa sukses seperti ini berkat
bantuan siapa? Dan lain sebagainya. Nah! Yang begini ini,
perbuatan yang tidak patut kita jadikan contoh, karena bisa
membuat seseorang menjadi sombong, riya', dan congkak.
Sifat-sifat seperti ini sangat dibenci oleh makhluk dan Allah
ta'alla. Semoga diri kita terhindar dari perbuatan dan sifat-si­
fat tersebut. Amin.
Sekarang, bagaimanakah ajaran Hakikat Ma'rifat, jika yang
berbuat baik dan salah itu orang lain? Dan bagaimanakah kita
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

menyikapinya? Kalau. ada seseorang yang berbuat baik pada


diri kita, walau sebesar apa pun itu kebaikannya dan siapa
pun orangnya, apa pun agama dan golongannya, kita harus
selalu mengingatnya.

Dan apabila seseorang berbuat salah pada diri kita, walau se­
besar apa pun itu kesalahannya, siapa pun orangnya, apa pun
agama dan golongannya, kita wajib melupakannya seketika
itu juga, dan wajib memaafkan perbuatanya, walaupun dia
tidak meminta maaf kepada diri kita.
Sekarang kami bertanya, sudahkah kita melakukannya? Kami
tahu jawabannya pasti terdiam! Yang membuat diri kita sulit
untuk berbuat seperti yang diajarkan oleh ulama dan wali
Allah, dan ilmu hakikat ma'rifat adalah ego kita, akal kita,
nafsu dan keakuan kita. Sekarang bergantung keberanian
kita menghadapi itu semua. Akal, nafsu, ego, dan keakuan
adanya di dalam diri setiap manusia, keberadaannya tia­
da bisa dilihat, dicium, diraba, dengan indra lahiriah kita.
Keberadaannya itu nyata tapi gaib adanya, dan keberadaan­
nya hanya bisa dirasa.

Jalan ini memerlukan kejujuran diri sendiri, jujur pada hati


nurani. Sering sekali hal ini terjadi pada diri kita, yang dengan
mudah menghilangkan rasa jujur pada diri sendiri, hanya
karena ego, kepentingan diri sendiri, gengsi dan kehormatan,
dan hanya karena ini dan itu. Diri kita begitu mudah meng­
ingkari hati nurani. Sedangkan ego, akal, nafsu, dan kepen­
tingan-kepentingan itu semua, adalah musuh yang nyata bagi
diri manusia. Kenapa kami sampaikan begitu pentingnya ju­
jur pada diri sendiri?

Yang pertama, karena jujur adalah langkah awal dan


dasar di dalam mengarungi jalan batiniah (menjelajahi dan
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

menyelami rohaniah diri manusia, dan jalan menuju kebe­


naran dan keberadaan Tuhan). Tanpa sikap yang jujur, maka
pengetahuan dan perjalanan batiniah kita akan mudah goyah
oleh pemandangan-pemandangan alam batiniah, tentu saja
dengan begitu akan mudah tersesat di dalamnya.
Yang kedua, dengan kejujuran pada diri sendiri, maka diri
manusia akan begitu mudah mengenali rasa. Dengan menge­
nali rasa, diri manusia akan dengan mudah mengenali akal
dan nafsunya, yang nyata-nyata sebagai musuh diri manusia.
Sebenarnya kalau sudah jujur pada diri sendiri, pada dasar­
nya diri manusia sudah mengenali akal dan nafsunya. Di saat
marah kita tahu, kita sedang marah, tetapi dengan nafsu ama­
rah kita, bisa menutupi kesadaran diri kita.
Kalau mau jujur, kita seharusnya bisa mengontrol nafsu ama­
rah kita, dan tidak menuruti hawa nafsu amarah kita. Begitu
juga dengan kejujuran, akan tahu amal dan perbuatan kita,
beramal dan berbuat karena didorong oleh siapa? Dan kare­
na apa? Ego kita, kehormatan kita, akal, atau nafsu kita? Atau
kita berbuat dan beramal berdasarkan ketulusan dan keikh­
lasan hati kita?
Kalau sudah bisa berbuat jujur pada diri sendiri, dan sudah
bisa merasakan amal dan perbuatan yang berdasarkan akal
dan nafsu, serta ego dan keakuan kita. Segeralah sadar, dan
gantilah perbuatan itu dengan rasa tulus dan ikhlas. Karena
perbuatan yang didasari oleh akal dan nafsu, dan tanpa di da­
sari oleh rasa tulus ikhlas, akan menjadi perbuatan yang sia­
sia, dan akan menjadi bara api yang menyala-nyala, yang akan
membakar diri manusia, di dunia kini dan di akhirat kelak.
Saudaraku, marilah belajar jujur pada diri sendiri dan mem­
pertahankan kejujuran itu, meskipun dengan risiko disiksa
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

dan dipenjara, walau beradapan dengan tajamnya pedang


sekalipun dan bahkan nyawa sebagai taruhanya, kita harus
tetap mempertahankan rasa jujur di dalam diri. Apalagi ha­
nya sekadar untuk meraih harta benda, pangkat dan jabatan,
dan segala urusan dunia yang fana dan sementara, kita de­
ngan mudah mengingkari diri sendiri, itu sesungguhnya kita
telah menggadaikan dan menghambakan diri, kepada selain
Tuhan. Sama juga, kita telah bunuh diri dengan nyata. Karena
kejujuran diri, merupakan cahaya untuk menuju kebenaran
dan keberadaan Tuhan.
Saudaraku, ini rahasia diri manusia, dengan jujur pada diri
sendiri, bisa mengenali rasa-rasa yang ada pada diri manu­
sia. Dengan jujur pada diri sendiri, bisa melawan keganasan
akal dan nafsu diri manusia. Ibaratnya jujur pada diri sendiri,
adalah panglima perang hati, untuk melawan akal dan nafsu
manus1a.

Nah! Kekuatan akal dan nafsu, yang didominasi rasa iri,


dengki, dendam, ingin ini dan itu, supaya begini dan begitu,
karena ini dan itu, dan lain sebagainya. Keberadaannya hanya
bisa dirasakan oleh rasa jujur. Dengan rasa jujur pula, kita bisa
mengenali rasa kasih dan sayang. Begitu datang kekuatan
akal dan nafsu, maka rasa jujur akan memerintahkan rasa ka­
sih dan sayang untuk menghadapinya.

Kesimpulannya, jujur pada diri sendiri adalah senjata dan


panglima di dalam diri manusia. Selamat dan hancurnya diri
sendiri, bergantung dari seberapa jauh keberanian diri untuk
jujur, di dalam semua ucapan, tindakan dan perbuatan yang
dibenarkan oleh akal dan diyakini oleh hati, atas kebenaran­
nya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Saudaraku, dewasa ini kami sangat prihatin, atas begitu ba­


nyaknya umat Islam, di dalam memahami dan menjalani sya­
riat-syariat Islam, dan khususnya di dalam memahami haki­
kat diri dan hakikat Tuhan. Banyak sekali, di antara saudara­
saudaraku umat Islam, hanya memahaminya sebatas logika
dan akal semata. Al-Qur'an diterjemahkan sebatas logika dan
akal, begitu juga dengan hadis-hadis nabi. Sedangkan bahasa
Al-Qur'an adalah bahasa Tuhan, bahasa hati, begitu juga de­
ngan hadis-hasis Nabi. Tentunya bahasa Tuhan dan bahasa
hati, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata dan huruf, dan ti­
dak bisa dicema, di jelaskan dan di pahami dengan akal pikir­
an dan logika, begitu saja. Karena bahasa Tuhan dan bahasa
hati, penuh dengan rahasia, makna dan arti.

Mungkin bahasa Al-Qur'an bisa dijelaskan dengan huruf dan


bisa diterjemahkan, akan tetapi bahwa sesungguhnya di da­
lam setiap ayat-ayatnya tersimpan arti, makna, dan rahasia
di dalamnya, yang tidak mungkin setiap orang bisa meng­
ungkap setiap rahasia, di balik setiap huruf dari ayat-ayat Al­
Qur'an dan hadis Rasullulah.

Seharusnya, di dalam memahami Al-Qur'an dan hadis-hadis


Rasullulah, setelah kita pahami dengan akal pikiran dan logi­
ka, tentunya hati kita harus memahaminya. Setelah itu, men­
jalani dan mengerjakan setiap petunjuk dan rahasia, yang ter­
dapat di dalamnya, sampai akhirnya menemukan dan mera­
sakan setiap petunjuk dan rahasianya, supaya kita yakin dan
menyaksikan sendiri, kebenaran dan kesucian dari Al-Qur'an
dan hadis Rasullulah. Bukan kata orang dan kata buku, tapi
menyaksikan dan mengalami sendiri, dan merasakan kebe­
naran tersebut, itulah haqul yakin. Kebenaran yang tiada bisa
terbantahkan oleh apa pun dan siapa pun.
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

Seperti di dalam diri manusia, terdiri dari lahiriah dan batini­


ah, atau yang nyata dan yang gaib. Perbuatan lahiriah adalah
sesuatu yang bisa dinyatakan dan dijelaskan dengan kata dan
huruf. Dan bisa dilihat, didengar, dicium, dan diraba dengang
indra lahiriah. Sedangkan perbuatan batiniah, adalah perbut­
an yang tidak bisa dinyatakan dan dijelaskan dengan kata dan
huruf, dan tidak bisa dikenali oleh indra lahiriah. Contoh per­
buatan lahiriah, mengerjakan ruku ' dan sujud di dalam shalat,
pergi ke masjid, dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan
oleh tubuh kita.

Sedangkan perbuatan batiniah adalah menyangkut rasa, se­


perti rasa ikhlas, rasa tulus, rasa kasih sayang. Dan bila hati
sedang kotor, bisa menjadi rasa jengkel, rasa dendam, dan
rasa iri dengki, lain sebagainya. Perbuatan hati tidak bisa di­
nyatakan dan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata dan hu­
ruf. Kata hati dan perbuatan hati hanya bisa dirasakan.

Adalah pemahaman yang kurang bijak, apabila kita tidak bisa


melihat dan mendengar, apalagi menjalankan kata hati dan
perbuatan hati. Pemahaman ini, tidak bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya, mereka memahami bahwa masalah
hati adalah masalah yang amat rahasia, dan tidak bisa di li­
hat dan dijelaskan dengan akal pikiran dan logika manusia.
(Di bab sebelumnya telah kami sampaikan, tentang indra hati
manusia).

Apabila diri manusia telah menghidupkan indra di dalamnya,


melihat dan mendengar, berbuat dan bertingkah laku dengan
indra hati yang kami sebutkan tadi. Maka hati akan bisa me­
lihat dan mendengar, berbuat dan bertingkah laku dengan
indra hati. Dan penglihatan, pendengaran, dan pengetahuan
hati begitu luas dan tiada batas, tiada terbatasi oleh ruang dan
waktu. Indra hati adalah rasa.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Dengan rasa, kita akan mengenali bahasa setiap makhluk dan


bahasa Tuhan. Jadi penglihatan hati dan pendengaran hati,
tidak sama dengan penglihatan dan pendengaran lahiriah.
Penglihatan dan pendengaran lahiriah, dengan mata dan teli­
nga, tetapi penglihatan dan pendengar hati, dengan rasa, ben­
tuk dan wujudnya seperti ilham atau firasat (krentek, bahasa
jawa) pada hati.
Diri manusia terdiri dari lahiriah dan batiniah, apabila manu­
sia telah meninggal dunia, maka bagian-bagian lahiriah dan
batiniah akan terpisah. Lahiriyah atau jasmani manusia, yang
berasal dari empat unsur, yaitu air, api, tanah dan angin, akan
kembali lagi ke asal. Unsur air akan kembali ke air, unsur api
akan kembali ke api, unsur tanah akan kembali ke tanah, dan
unsur angin akan kembali ke angin. Kesimpulannya, tubuh
manusia akan di kubur di dalam tanah. Badan lahiriah kita su­
dah berakhir di dalam tanah. Lalu apa yang dapat kita bang­
gakan dengan perbuatan lahiriah? Wahai saudaraku!
Dan badan batiniah meneruskan perjalanan menuju Dia. Apa
yang ada di dalam diri batiniah manusia? Itulah yang disebut
roh, roh inilah yang asalnya dari Nur Muhammad, dan Nur
Muhammad dari Nur Allah. Dan Nur Allah dari dzat Allah,
yang suci keadaannya. Kami sebutkan dipembukaan tadi,
di dalam memahami hal ini, kami tidak menyatakan bahwa
kita Muhammad dan kita Tuhan, kami menyampaikan bahwa
di dalam diri kita ada unsur Muhammad dan unsur Tuhan,
bukan Muhammad dan bukan Tuhan. Maksudnya bahwa
diri kita ada di dunia ini adalah merupakan bagian dari sifat,
asma, af'al, kehendak, dan kuasa Tuhan. Jadi, secara batiniah
diri manusia adalah kenyataan Muhammad dan kenyataan
Tuhan, dan secara lahiriah diri manusia adalah umat dari
Muhammad, dan hamba bagi Tuhan.
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

Kenyataan batiniah adalah rahasia bagi hamba, dan kenya­


taan batiniah haram hukumnya apabila dinyatakan dengan
kata-kata, dan dengan huruf, dan dinyatakan dengan akal dan
nafsu. Rahasia tetap rahasia, jangan sampai terungkap dan di
ungkap, menyatakan dan dinyatakan secara lahiriah manusia,
karena itu hukumnya musyrik.
Rahasia itu seperti keberadaan roh ini, di dalam tubuh kita,
keberadaannya tiada bisa dikenali dan tiada bisa dirasa.
Tetapi nyata adanya. Itulah hakikat Muhammad dan hakikat
Tuhan di dalam diri manusia. Saudaraku, apabila kurang pa­
ham dengan apa yang kami sampaikan, mintalah penjelasan
kepada ahlinya.
Saudaraku, batiniah kita yang sudah kembali menjadi roh se­
perti sedia kala, akan mempertanggungjawabkan amal dan
perbuatannya selama di dunia, dihadapan Tuhan, Allah ta'al­
la.
Yang dipertanggungjawabkan bukan perbuatan yang berhu­
bungan dengan perbuatan lahiriah manusia, yang berupa amal
ibadah dan amal perbuatan jasmani manusia. Yang berupa
shalat, puasa, zakat, haji dan amal kebajikan lainnya. Tetapi
amal perbuatan dan amal ibadah batiniah (roh) manusia. Amal
perbuatan dan amal ibadah batiniah (roh) yang tidak bisa dira­
sakan oleh lahiriah, tidak bisa dikenali oleh indra lahiriah ma­
nusia. Sesuatu yang tidak bisa dinyatakan dan tidak bisa di­
jelaskan oleh kata-kata dan huruf. Amal perbuatan dan amal
ibadah batiniah hanya bisa dirasakan oleh manusia itu sendiri,
yang sifatnya sangat rahasia.
Roh akan mempertanggungjawabkan rasa ikhlas, rasa tulus,
rasa kasih sayang, rasa ridha, dan lain sebagainya. Sudahkah,
di dalam setiap amal perbuatan dan amal ibadah lahiriyahnya,
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

semasa di dunia, dibarengi dengan amal perbuatan dan amal


ibadah sang roh. Karena bagi Allah, setiap amal perbuatan
lahiriah walau sebesar apa pun, dan sebagus apa pun itu, akan
sia-sia di hadapan Allah, tanpa diikuti oleh amal perbuatan
roh.
Saudaraku, seperti telah kami sampaikan di bab sebelumnya,
bahwa batiniah kita adalah suatu dunia yang begitu luas, begi­
tu juga dengan penglihatan dan pengetahuan batiniah manu­
sia, begitu luas dan tiada batas, tiada suatu apa pun dan siapa
pun yang mampu menghalangi dan membatasi, juga menu­
tupi ke Maha luasanya. Karena disitulah terletak dzati illahi
yang berada di dalam roh manusia (roh sendiri terdiri roh jas­
mani, roh nurani, roh robbani dan roh idhofi. Itu semua hanya
beda nama dan sebutan, hakikatnya hanya satu jua).
Saudaraku, pandangan lahiriah, pandanglah dengan cara
pandang lahiriah, pandangan batinyiah, pandanglah dengan
pandangan batiniyah. Jangan sampai diri kita mencapur aduk­
an kedua pandangan terse but. Jangan sampai pandangan
batiniyah, di pandang dengan pandangan lahiriah, sehing­
ga timbul pandangan dan pemahaman, bahwa pandangan
batiniyah tiada bisa diselami dan tiada bisa dikenali. Terang
saja, pandangan lahiriah tiada bisa menyelami dan memahami
pandangan batiniah, karena pandangan batiniah tiada bisa di
lihat, di cium dan di raba indra lahiriah.
Akhirnya kita mempunyai kesimpulan, keyakinan dan kepu­
tusan, tidak perlu menyelami, memahami dan menjalani pan­
dangan batiniyah. Kesimpulan, keyakinan, dan keputusan itu
timbul dari akal pikiran, logika dan nafsu yang berdasarkan
pandangan lahiriah, karena tiada bisa di jelaskan dan di nya­
takan dengan pandangan lahiriah.
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

Begitu juga sebaliknya, pandangan lahiriah di pahami dengan


pandangan batiniyah, itu juga akan membuat diri kita, menjadi
orang yang kurang bijak, dan menganggap bahwa pandangan
lahiriah tiada perlu bagi manusia. Perbuatan dan amal iba­
dah secara dhohir tiada perlu lagi, karena pandangan lahiriah
tiada bisa di pahami dan dijalani oleh pandangan batiniyah.
Batiniyah dan lahiriah ibarat nyawa dan tubuh manusia, nyawa
tanpa tubuh bukan manusia namanya, tetapi roh. Dan tubuh
tanpa nyawa bukan pula manusia namanya, tetapi bangkai
namanya.
Kerena keberadaan manusia masih di dunia, dan roh masih
terbungkus dengan tubuh, diri manusia masih terikat dengan
hukum sebab akibat. Untuk itu sempurnakanlah lahiriah dan
batiniah kita. Lahiriyah manusia menjalani dan taat kepada
hukum-hukum agama, dan batiniah manusia taat dan patuh,
kapada Tuhan-Nya dan menjaga kesuciannya dan tauhidnya
kepada-Nya. Jadi, lahiriah dan batiniyah saling melengkapi dan
saling membutuhkan di antara keduanya, sehingga menjadi
satu kesatuan. Yang membedakan di antara keduanya adalah,
beda sifatnya, bahasa, dan perbuatannya, tetapi tetap satu
adanya.
Saudaraku, bagaimana caranya untuk menghidupkan indra
batiniyah manusia? Dan bagaimana caranya untuk meng­
arungi dan menyelami batiniyah manusia? Saudaraku, hati
manusia akan hidup, apabila diri manusia bisa menghidup­
kan rasa di dalamnya. Dan di antara sekian banyak rasa di da­
lam hati manusia, rasa kasih sayang yang paling cepat meng­
hidupkan indra hati manusia.
Bagaimana cara menghidupkan rasa di dalam hati manusia?
Cobalah belajar dengan istiqomah di setiap kesempatan, baik
di saat kita sedang beraktivitas, dan di saat sedang tidak
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

beraktivitas. Tanamkanlah selalu kesadaran di dalam hati dan


kesadaran di dalam diri, dengan selalu menghidupkan rasa
tulus dan ikhlas, rasa bahagia clan senang, rasa kasih clan sa­
yang, clan rasa-rasa yang lainnya.
Yaitu rasa yang bisa membuat hati clan diri menjadi damai
clan tentram, tanpa disebabkan oleh kejadian dan keadaan,
dan tanpa tergantumg oleh kejadian clan keadaan, di dalam
diri atau di dalam dunia ini. Karena hati dan diri yang damai
clan tentram yang masih disebabkan dan bergantung oleh ke­
jadian dan keadaan, itu masih belum kedamaian clan keten­
traman yang abadi.
Rasa yang sebenarnya, adalah rasa yang tiada bergantung dari
adanya sebab, keadaan clan kejadian. Dan bukan pula rasa
yang di karenakan dari adanya keadaan clan kejadian. Dan
tiada bisa di tutupi dengan adanya sebab, keadaan dan keja­
dian. Dia ada dengan sendirinya, clan tiada bergantung pada
suatu apa pun dan siapa pun, itulah rasa yang sesungguhnya.
Jadi, mulailah tanamkan kesadaran yang paling kecil, dan ra­
wat setiap hari kesadaran itu dengan baik, clan tambahkanlah
kesadaran itu sedikit demi sedikit setiap waktu clan kesem­
patan, sehingga tumbuh menjadi kesadaran yang begitu be­
sar. Contoh, hari ini kita tanamkan rasa kasih sayang sebesar
debu, besuknya kita tambah menjadi sebesar biji jagung, begi­
tu seterusnya, bertambah clan terus bertambah, menjadi sebe­
sar bumi, clan pada akhimya rasa kasih sayang kita, besamya
bisa meliputi jagat raya ini.
Saudaraku, rasa tulus, rasa ikhlas, rasa sabar, rasa senang, rasa
bahagia, rasa kasih, dan rasa sayang merupakan bahasa dan
perbuatan, pendengaran, clan peglihatan hati. Nahl Supaya
hati kita bisa mengerti bahasanya, perbuatannya, pendengar-
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

annya dan penglihatannya, di dalam setiap aktifitas amal dan


perbuatan, harus diikuti dengan menghadirkan rasa hati.

Contohnya, di dalam bersedekah harus didasari oleh rasa


tulus dan ikhlas, di dalam menerima cobaan harus diterima
dengan rasa sabar, di dalam menjalankan dan menjauhi la­
1
rangan Tuhan a tau menjalankan syari at agama, harus didasa­
ri dengan rasa senang dalam keadaan apa pun. Baik di dalam
keadaan, sedang menghadapi kesulitan ataupun kemudahan,
harus di hadapi dengan rasa bahagia di dalam hati.

Kepada siapa pun dan apa pun, selalu memberikan rasa kasih
dan sayang, tanpa membedakan keduanya. Rasa-rasa itulah
sebagai bahasa dan perbuatan, pendengaran, dan penglihat­
an hati. Apabila diri manusia membiasakan diri, di dalam
beramal ibadah dan amal perbuatan, baik itu menyangkut
sesama makhluk dan Tuhan-Nya, harus selalu di dasari oleh
kata hati. Kalau itu sering kita lakukan, semakin lama hati
kita akan hidup, hidupnya penuh dengan cahaya, cahayanya
meliputi pendengaran dan penglihatan hati. Sehingga pende­
ngaranya dan penglihatanya, bisa menjangkau seluruh alam,
alam lahiriah dan alam batiniah. Kehidupan hati adalah me­
nuju kehidupan yang abadi, pendengaran dan penglihatan
hati tiada batas, dan tiada suatu apa pun yang bisa mengha­
langi pendengaran dan penglihatan hati. Hati yang hidup
akan mejadi cahaya yang menuntun umat manusia menuju
Tuhan-Nya.

Saudaraku, kembali kita menyimak kisah ketiga tentang seo­


rang pelacur yang masuk ke dalam surga Allah, hanya dengan
membantu sang anjing mengambil air minum, dari dalam su­
mur dengan sepatunya. Allah adalah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kasih sayang-Nya tiada batas kepada setiap ham­
ba-Nya, yang menyembah maupun tidak menyembah-Nya,
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

yang berbakti maupun yang mengingkari-Nya. Rasa kasih


sayang-Nya tiada beda di antara semuanya.

Dan Allahlah yang merupakan sumber rasa kasih sayang,


dan hanya kepada-Nya, kembalinya rasa kasih sayang. Begitu
juga terhadap sang pelacur ini, Allah juga memberikan rasa
kasih sayang-Nya. Allah juga memberikan kesempatan untuk
merasakan nikmatnya surga Allah. Dengan jalan apa? Allah
memberikan jalan surga bagi sang pelacur, dengan jalan kasih
sayang-Nya.
Allah ta'alla memberikan hikmah dan pelajaran bagi umat
manusia, amal perbuatan oleh kata hati dan dengan mengha­
dirkan hati, seperti perbuatan sang pelacur itu. Walau sebesar
debu, atau kepada hewan sekalipun, dan kepada makhluk
Allah yang lainnya, maka Allah ta'alla akan mengampuni se­
gala dosa-dosanya, dan melupakan setiap amal perbuatan ba­
tilnya. walau dosa-dosanya dan perbuatan batilnya sebesar ja­
gad raya ini, Dan memasukkannya hamba itu ke dalam surga,
melalui pintu-pintu mana saja yang dia suka. ''Subhanallah''.
Begitu pengasih-Nya, dan begitu penyayang-Nya Allah ta'alla
kepada setiap hamba-nya.

Saudaraku, begitu juga sebaliknya, amal ibadah dan amal ke­


bajikan seorang hamba, walau amal ibadah dan amal kebajik­
an tersebut, sebesar jagat raya. Itu semua tiada arti di hadapan
Allah ta'alla, apabila amal ibadah dan amal perbuatan itu tan­
pa didasari oleh kata hati dan dengan menghadirkan hati, di
dalam setiap amal ibadah dan amal kebajikanya.

Perbuatan itu menjadi hampa, kosong tiada isi, dan hambar


tiada rasa. Begitu besar dan begitu pentingnya, kata hati dan
menghadirkan hati di dalam setiap tarikan napas, di dalam
setiap detak jantung manusia.
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

Untuk itu, marilah! Wahai saudaraku, janganlah sampai kita


lupa di dalam setiap aktivitas, dan di dalam setiap waktu
senggang kita, tetaplah mendengar, melihat dan berbuat me­
nuruti kata hati, dan belajar menghadirkan hati, di dalam ke­
hidupan ini. Karena sesungguhnya hati adalah cahaya, yang
bisa menerangi jalan, untuk menuju keharibaan Allah ta'alla.
Tanpa cahaya tersebut, maka diri kita akan tersesat di dalam­
nya.

Saudaraku, ada empat macam, amal perbuatan pada diri ma­


nusia, ada empat macam kenyataan pada diri manusia. Yaitu
dhohir (lahiriah), batin (hati), Diri, dan Jati diri. Dhohir, Hati
dan Diri, adalah manusia seutuhnya. Jati diri adalah kenyata­
an manusia seutuhnya, yaitu kenyataan Tuhan-Nya. Yang me­
liputi tubuh manusia, sifatnya, namanya dan perbuatanya.

Amal perbuatan dan kenyataan dhohir, adalah segala sesuatu


yang bisa dilihat, didengar, dicium, dan diraba dengan indra
lahiriah manusia.

Amal perbuatan dan kenyataan batin (hati), adalah rasa. Rasa


ini tidak bisa dijelaskan dan dinyatakan dengan indra lahiriah
manusia. Bentuk dan wujud dari amal perbuatan batin (hati)
hanya bisa dirasakan.

Amal perbuatan dan kenyataan Diri, adanya di dalam raha­


sia. Amal perbuatan dan kenyataan Diri sudah tidak bisa di­
rasakan, tetapi ada di dalam rahasia. Rasa yang sudah tidak
bisa dirasa, rasa di dalam rahasia, rahasia di dalam rasa. Diri
adalah meliputi keseluruhan anggota badan yang dhohir (la­
hiriah) dan batin (hati), atau manusia seutuhnya. Maksudnya,
perbuatan diri adalah perbuatan lahiriah yang didasari dan
bersumber dari dalam hati. Lahiriyah yang berbuat, hati yang
merahasiakannya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Amal perbuatan dan kenyataan Jati diri, adalah amal perbuat­


an dan kenyataan dzati illahi, yang meliputi diri setiap makh­
luk, dan merupakan sumber dari segala sumber, cahaya dari
segala cahaya dan kekuatan dari segala kekuatan. Amal per­
buatan dan kenyataan Jati diri, tidak bisa dijelaskan dan tidak
bisa dinyatakan, dengan lahiriah, batiniah, clan diri manusia.
Amal perbuatan Jati diri, adalah rahasia di dalam rahasia.
Rahasia perbuatannya, rahasia maksud dan tujuannya, dan
rahasia sumbernya. Itulah amal perbuatan dan kenyataan
yang haq pada diri manusia.

Bagaimana seorang hamba, bisa melalui setiap tahapan, ke­


nyataan diri manusia? Sebelum terjawab tentang pertanyaan
tersebut, kami terlebih dahulu mengingatkan pada diri kita
semua, bahwa di dalam diri manusia ada sifat-sifat dan ke­
nyataan, hewani, setan, malaikat, rasul, dan Dzati Ilahi. Untuk
membersihkan dan menyucikan sifat dan kenyataan dzati Ilahi
di dalam diri manusia, kita harus mengenali sifat dan kenya­
taan yang berada di dalam diri manusia.

Kenyataan tersebut adalah badan lahiriah kita, batiniah kita,


Diri kita, dan Jati diri kita. Nahl Diri manusia tidah cukup ha­
nya mengenali kenyataan diri manusia, tetapi juga harus me­
ngenali sifat-sifat dan perbuatan, setiap bagian dari kenyataan
diri manusia.
Saudaraku, ibarat sebuah tangga di dalam diri manusia, Allah
ta'alla, telah menyediakan tangga tersebut, untuk menaiki dan
menapaki jalan menuju haribaan-Nya.
Tangga pertama, dengan menjalani amal ibadah dan per­
buatan lahiriah, ini juga yang disebut syari'at. Tangga kedua,
dengan menjalani, amal ibadah dan perbuatan hati, ini yang
disebut toriqoh. Tangga ketiga, dengan menjalani amal ibadah
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

dan perbuatan Diri, ini yang disebut Hakikat. Tangga keempat,


dengan menjalani, amal ibadah clan perbuatan Jati diri, ini
yang disebut Ma'rifat.

Saudaraku, matinya lahiriah hidupnya hati. Matinya hati, hi­


dupnya Diri. Matinya diri, hidupnya J ati diri. Maksud dari
perkataan tersebut, mematikan lahiriah clan menghidupkan
hati, adalah mematikan segala sifat clan kenyataan lahiriah.
Segala sifat clan kenyataan lahiriah yang sudah tidak lagi, di­
dasari oleh kepentingan akal clan nafsu. Tetapi, sifat clan ke­
nyataan lahiriah yang sudah didasari oleh rasa tulus dan ikh­
las penuh kasih sayang.

Perlu kita ketahui, bahwasannya perbuatan tulus dan ikhlas


adalah perbuatan yang tiada digerakkan oleh suatu apa pun,
clan karena apa pun, termasuk karena surga, dan pahala dari
Allah ta'alla sekalipun.

Perbuatan ikhlas, kalau dinyatakan di dalam lisan, berarti


karena Allah, dan kalau dinyatakan di dalam hati, berarti
berbuat bukan karena siapa-siapa clan bukan karena apa­
apa, karena Allah sekalipun. Kalau dinyatakan di dalam Diri,
ikhlas itu berarti clan bersumber dari dalam Diri. Dan kalau
dinyatakan di dalam Jati diri, berarti rahasia di dalam rahasia.
Dengan begitu maka, matilah lahiriah manusia, hati manusia
clan Diri manusia, clan menjadi hidup di dalam Jati diri manu­
sia, clan kekal di dalamnya.

Bagaimana hati yang hidup? Hati yang hidup adalah hati


yang dipenuhi oleh kasih clan sayang. Karena kasih clan sa­
yang, adalah kedudukan hati yang paling tinggi. Tetapi untuk
mematikan hati clan menghidupkan Diri, clan juga mematikan
Diri dan menghidupkanJati diri, janganlah sampai diri manu­
sia menganggap, bahwa hidupnya hati adalah suatu tujuan,
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

begitu juga dengan hidupnya Diri dan hidupnya Jati diri,


menjadi suatu tujuan. Apabila hal itu terjadi, manusia akan
terpenjara dan terbingkai dan tersesat di dalamnya.

Saudaraku, apabila kita sudah berjalan dan menyelami hati


kita, biarlah hati kita yang menuntun dan membimbing kita,
ke dalam Diri dan ke dalam Jati diri. Karena hati adalah pintu
utama untuk menuju Diri dan Jati diri. Karena hati, tidak bisa
dikotori oleh kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan, dia
suci adanya. Dengan begitu, umat manusia akan bisa menghi­
dupkan indra, di dalamnya.

Saudaraku, Rasulullah saw., berpesan pada setiap umatnya,


untuk senantiasa menjaga kesucian hati, ada rahasia apa di
dalam hati? Nah, saudaraku rahasia hati, hanya bisa dilihat,
dengan hati yang bersih dan suci. Dengan hati yang bersih,
dan dengan hati yang suci Allah ta'alla akan membukakan
rahasia-rahasia, ilmu-ilmu, hikmah- hikmah, dan kebenaran­
kebenaran yang tiada tertulis di dalam kitab-kitab Allah, ter­
masuk di dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi.

Dan tiada tersirat di dalam alam semesta ini. Termasuk, Allah


ta'alla akan membukakan rahasia alam kubur, alam arwah,
alam para wali, dan alam para nabi, bahkan akan dibukakan
alam ketuhanan, dan betatap muka dengan-Nya. Walau, diri
manusia tersebut, belum meninggal dunia, inilah yang dinama­
kan maqom Jana, mati sebelum mati. N ah! Tentunya untuk men­
capai hal itu, harus tetap berjalan tiada berhenti, oleh halangan
dan rintangan oleh pandangan dan keadaan, berupa apa pun
dan siapa pun. Walau jalannya terjal, dan licin, dan meskipun
kita terjatuh dan terperosok, cepatlah kita sadar dan bangkit,
untuk meneruskan perjalanan menuju ridha Tuhan. Tetaplah
berharap dan yakin Allah ta'alla, akan menolong dan membim­
bing setiap jengkal langkah kita, menuju haribaan-Nya.
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

Saudaraku, kalau hati sudah bersih dan suci, hati akan pin­
tar-pintar sendiri (mempunyai ilmu laduni) hati akan hidup,
indranya akan bekerja, dan ilmu pengetahuannya akan luas
tiada batas. Hati yang mempunyai kemampuan laduni,de­
ngan sendirinya, akan mudah bisa membaca, dan memahami
setiap rahasia, dibalik kejadian dan keadaan, yang tersurat
dan tersirat.

Hati yang hidup, akan menjadi cahaya bagi seluruh anggota


tubuh manusia, dan menjadikan amal perbuatan manusia, di­
penuhi oleh cahaya dari kebersihan dan kesucian hati. Indra
hati yang bekerja, penglihatan dan pendengaran hati, akan
mampu melihat dan mendengar yang sudah terjadi, yang
sedang terjadi dan yang akan terjadi, pada segala sesuatu di
dalam dunia dan alam akhirat, alam dhohir dan alam batin,
alam nyata dan alam gaib.

Dan pengetahuan hati, begitu istimewa. Pengetahuan hati


yang bersih dan suci, tiada yang memberi tahu, pengetahuan­
nya terjadi dengan sendirinya. Tiba-tiba, bisa ini bisa itu, pa­
ham ini paham itu. Karena di dalam hati yang bersih dan suci
(hati yang kudus) terdapat rahasia Ilahi. Di dalam hati yang
kudus, terdapat tajalli Ilahi. Terdapat kenyataan Sifat, Asma,
Af'al dan dzat Allah.

Pengetahuan, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan­


kemampuan yang lainnya, adalah merupakan kenyataan dan
keberadaan dari Dzati Ilahi, itu ada di dalam hati yang kudus.
Tentunya pengetahuan, penglihatan, pendengaran, dan ke­
mampuan hati yang kudus, tiada sama pengetahuan, pengli­
hatan, pendengaran, dan kemampuan lahiriah manusia. Kalau
hati pengetahuannya, penglihatannya, pendengarannya dan
kemampuannya, tiada bisa dinyatakan dengan apa pun, teta­
pi hanya bisa dirasakan. Tiada bisa direncanakan, dipikirkan
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

dan dibayangkan sebelumnya. Tetapi ada, dan terjadi dengan


tiba-tiba, seperti firasat atau ilham.
Firasat dan ilham, tiada yang membisikkan, dan tiada yang
memperlihatkan. Kalau firasat dan ilham ada yang membi­
sikkan dan ada yang memperlihatkan, itu bukan kata hati, itu
bukan pegetahuan hati. Kata hati dan pengetahuan hati, tiada
datang dari luar, tapi datang dari dalam hati, itu sendiri.

Hati-hati wahai saudaraku, kalau ada bisikan dan penglihat­


an dari luar, itu bisa-bisa tipu daya dari jin, dan dari halusina­
si akal dan nafsu manusia, itu sendiri. Pengetahuannya, dan
penglihatannya tidak juga, seperti ilmu terawangan, atau
ilmu-ilmu yang didapat dari mengamalkan, dan menzikirkan
sesuatu, yang itu semua, masih bisa menipu diri manusia.
Tetapi pengetahuan dan penglihatan hati, adalah kebenaran
yang datang dari dzati Ilahi.

Saudaraku, kembali pada hati yang dipenuhi rasa kasih dan


sayang. Di dalam bab sebelumnya, kami telah menyampaikan,
betapa maha dahsyatnya kekuatan kasih dan sayang. Kami
mau menambahkan, supaya timbul keyakinan di dalam diri
kita semua. Dan harapan kami, saudaraku semua bisa mera­
sakan keindahan dan keelokkan rasa kasih dan sayang terse­
but.
Bahwasannya, apa yang disampaikan di dalam Al-Qur'an dan
Hadis Nabi tentang keberadaan surga beserta keindahan dan
keelokkanya, juga kecantikan bidadarinya, itu benar adanya.
Tetapi itu semua tiada artinya bagi penduduk surga. Mereka
tiada terpangaruh atau tergiur oleh keberadaan surga, beserta
isinya dan kecantikan bidadarinya. Karena penduduk surga,
sudah merasa nikmat dan bahagia, merasakan kasih dan sa­
yang-Nya. Dan begitu nikmat dan bahagia menatap wajah
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

Allah ta'alla.

Nahl Rasa nikmat dan bahagia yang tiada batas dan tidak bisa
dibayangkan oleh manusia, semakin lama semakin bertambah
dan terus bertambah. Kalau sekadar ingin membayangkan
rasanya seperti orang yang mencapai klimaks di dalam ber­
hubungan suami istri, tetapi rasanya lebih dari itu, dan terus
bertambah nikmat. Karena merasakan nikmatnya kasih dan
sayang dan menatap wajah Tuhan, penduduk surga menjadi
hilang kesadaran, dan tiada memedulikan keberadaan surga,
beserta bidadari dan segala keindahannya.

Karena di dalam surga, sudah tiada nafsu dan akal manusia.


Surga adalah keadaan yang suci, dan keberadaan nafsu dan
akal manusia tiada bisa sampai padanya, untuk itu hanya
perbuatan yang tidak berangkat dari akal dan nafsu manusia,
yang bisa menghantarkannya.

Saudaraku, hanya dengan rasa kasih dan sayang pada diri


manusia saja, yang bisa menghantarkan kita pada maqom ter­
sebut, dan keadaan ini tidak bisa diceritakan atau disampai­
kan, kepada orang awam dan kepada semua orang. Yang bisa
memahami dan meyakini, adalah orang-orang yang sama­
sama berjalan di dalam kasih sayang, dan yang menempuh
jalan ini.

Nahl Biasanya, Allah ta'alla akan memberikan preskot (mera­


sakan dulu sebelum mati) kepada orang-orang yang berjalan,
di jalan ini. Allah akan izinkan untuk menikmati rasa, ketika
nyawa (roh) terpisah dari jasad manusia. Seorang yang ber­
jalan di dalam kasih dan sayang, dan tiada keterikatan oleh
suatu apa pun, dan siapa pun di dunia ini. Dikala roh mening­
galkan jasad, roh ini, akan merasakan kenikmatan dan keba­
hagiaan yang tiada tara. Roh melihat jasad yang di tinggalkan-
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

nya, tergeletak tak berdaya, kemudian rah semakin menjauh,


dan semakin jauh meninggalkan jasad, dan dunia.

Melalui penglihatan rah, jasad dan bumi terlihat begitu kecil,


sekecil debu, begitu juga dengan jagad raya ini, terlihat be­
gitu kecil. Sang rah merasakan kenikmatan yang luar biasa,
sehingga hilang kesadarannya, dan tiada tahu di mana dia
berada, yang dia tahu dan sadari hanya rasa, dan keberada­
nya memenuhi jagat raya ini. Sampai pada akhirnya, Allah
ta'alla mengembalikan rah tersebut, kembali kepada jasadnya.
Dan itu semua hanya Allah ta'alla berikan pada orang-orang
yang berjalan di dalam kasih dan sayang. Sebagai bukti atas
kebesaran dan keagungan-Nya, supaya menambah keyakin­
an bagi hamba-hamba-Nya, yang dikasihi dan disayangi-Nya.
Dan perjalanan rahani ini tidak bisa di tempuh dengan ritual
meditasi, yoga, ilmu dan amalan yang lainya. Perjalanan ini
atas kuasa dan kehendak Tuhan, yang di berikan kepada ham­
ba-Nya, yang dipilih dan terpilih.

Saudaraku, apa yang kami sampaikan ini, tentunya berten­


tangan dengan kisah yang disampaikan oleh Rasulullah saw.
Apa yang disampaikan oleh baginda Rasulullah saw, ada
rahasia dan hikmah dibalik peristiwa tersebut. Rasulullah
saw, menceritakan bahwasannya, di saat rah (nyawa) dicabut
oleh malaikatul maut, di saat rah meninggalkan jasad seorang
hamba, akan merasakan sakit yang tiada tara. Untuk meng­
gambarkan rasa sakitnya, beliau kiaskan, seperti orang yang
dikuliti hidup-hidup.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Itu bisa terjadi pada diri umat,
yang di saat sakaratul maut, masih tebersit di hatinya akan
segala sesuatu, dan terikat dirinya oleh dunianya. Tiada ke­
ikhlasan dan ketulusan, di dalam meninggalkan dunia ini.
Masih cinta terhadap istri dan anak-anaknya, harta dan ja-
Mengenol fohiriyoh, Botiniyoh, Diri, don Joti Diri

batanya. Mereka ini, akan merasakan siksa di saat sakaratul


maut. Tetapi apabila hatinya, sudah dipenuhi oleh rasa kasih
sayang, tulus dan ikhlas, juga tiada keterikatan oleh suatu apa
pun, dan siapa pun di dunia ini, maka sang hamba, akan me­
rasakan kenikmatan sakaratul maut.

Dan bagi orang-orang yang hatinya, sudah dipenuhi oleh rasa


kasih sayang, baginya tiada bedanya, antara hidup dan mati,
surga dan neraka, susah dan senang. Karena dengan kasih
dan sayang, tiada terpengaruh oleh adanya kehidupan dan
kematian, surga dan neraka, kenikmatan dan siksa, susah dan
senang. Karena, keberadaan kasih dan sayang, tiada bisa dihi­
dupkan oleh kehidupan, dan tiada bisa dimatikan oleh kema­
tian. Dan surga pun, tiada bisa memberikan kenikmatan dan
kebahagiaan. Neraka pun, tidak bisa menyiksanya, api neraka
sekalipun, tiada bisa membakarnya. Karena, kasih dan sayang
merupakan unsur di dalam diri manusia, yang merupakan
unsur dzat Ilahi. Keberadaannya kekal di dalam diri Tuhan.
Sedangkan, kehidupan dan kematian, surga dan neraka, ada­
lah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Mereka semua ada masanya
dan ada batasnya.
Saudaraku, apa yang kami sampaikan ini, kami mengguna­
kan bahasa rasa, bahasa hati. Dan tiada mudah dipahami oleh
bahasa dan indra lahiriah. Sesuatu yang tiada sekadar wacana
dan bahasan belaka, tetapi sesuatu yang dijalani, dan mera­
sakan apa yang dijalaninya, dan adanya setelah ditemukan di
dalam perjalanan.

Dan bukan sesuatu yang dijadikan perdebatan dan bantahan


semata, tetapi sesuatu yang harus diraih, dan diselami, kebe­
naran dan keberadaannya. Karena segala sesuatu, yang dija­
dikan perdebatan dan bantahan, adalah sesuatu yang belum
dijalani dan diyakini, akan kebenaran dan keberadaannya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Sesuatu yang masih menjadi perdebatan dan bantahan masih


merupakan pemahaman dan wacana, dari akal dan nafsu.
Sedangkan, segala sesuatu yang sudah dijalankan, dan mene­
mukan kebenaran dan keberadaan, mereka akan diam. Untuk
itu, marilah kita belajar menghidupkan hati kita, menghidup­
kan Diri kita, menghidupkan Jati diri kita, supaya menjadi
insan kamil mukamil, insan yang sempuma dan mulia di ha­
dapan Allah ta'alla, dan di hadapan makhluk-Nya. Amin, Ya
Robbal alamin.
' -.:. -

."
,..
'
• ._
I
I

• •
• If,

.
'l!
\ •. ""
• •

,, ...
l 'f ' C
• ..


• \
\ •

I
• •
. �. ,

I ••

•• • •

' \''
j. -[-..
I '
1. ...
.� �1
• •'
• • I ... I ·•
,,. .J' " I•
J ·r,, • •

r, ,• ,
':;
• ' . ;(
· t
,;,; • • \
I• • ..,
I \ .,;
•;,
��
-.f, �.- 1(:
i . � •

.

, I'
•• • •
• I ,....... .

,,.. ...

, . .•
i
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

ang guru ibarat sang ahli berlian, sang ahli pembuat


berlian. Beliau tidak bisa membuat batu akik menjadi se­
buah berlian, begitu juga sebaliknya, tidak bisa membu­
at berlian menjadi batu akik. Sang guru Tashaioufberbeda de­
ngan sang guru ilmu kanuragan clan sang guru-guru lainnya.
Sang maha guru Tashawufmengajarkan ilmu ketuhanan, harus
diajarkan dengan sang guru yang sudah mempunyai sifat-si­
fat ketuhanan. Karena ilmu Tashawuftidak bisa hanya dipaha­
mi clan dipelajari begitu saja, tanpa dijalankan clan diamalkan.
Memahami clan mempelajari Tashawuftanpa menjalankan clan
mengamalkan, adalah suatu kesesatan belaka. Karena pema­
haman clan wacana hanyalah sebatas akal, karena perbuatan
yang berdasarkan pemahaman clan wacana adalah perbuatan
akal juga, sedangkan Tashawufadalah perbuatan hati clan Diri,
menujuJana ketiadaan diri.
Di dalam perjalanku, mengarungi samudra cobaan ini, saya
dipertemukan sosok sang maha guru, dengan rasa kasih clan
sayangnya serta dengan kesabaran clan kebijaksanaannya,
telah membimbing saya menuju cahaya-Nya. Kata beliau,
''Belajarlah pada apa pun clan siapa pun, jangan melihat siap­
anya, tapi lihatlah apanya." Janganlah menjadi gelas yang pe­
nuh dengan air, pasti tumpah kalau di isi. Jadilah gelas yang
selalu kosong, biar selalu muat untuk diisi. Dan, taruhlah ha­
timu di atas tanah agar tak terjatuh lagi.
Maksudnya, jadikanlah alam semesta ini sebagai guru bagi
diri kita. Jangan memandang siapa yang berkata, meskipun
itu perkataan seorang penjahat. Kalau perkataannya benar,
maka ambillah perkataannya tanpa melihat yang berkata­
kata. Biarpun keluar dari mulut anjing, kalau itu emas, maka
ambillah. Biarpun keluar dari mulut kyai kalau itu tahi, ja­
ngan diambil.
Perjolononku, Bersomo dengon Guru

Janganlah merasa bisa, jangan merasa pandai, sudah mampu


ini dan itu. Sehingga kita lupa dan meremehkan kepandaian
dan kemampuan orang lain, dan tidak mau menerima ma­
sukan dan ilmu dari orang lain. Karena merasa sudah pandai
dan sudah mampu, pada akhirnya menjadi pribadi yang kaku
dan kolot. Jadilah pribadi yang merasa tiada apa-apanya.
Merendahkan diri di atas semua orang dan selalu menghargai
setiap pendapat dan perkataan orang lain. ''Janganlah merasa!''

Dengan menaruh hati di atas tanah, kita tak lagi terbebani


oleh kehormatan, harga diri dan gengsi. Diinjak kehormatan
kita, kita diam. Dilecehkan dan dihina harga diri kita, kita juga
diam. Dengan hati yang sudah ditaruh di bawah, kita merasa
tak punya apa-apa. Manusia yang lemah tiada daya dan upa­
ya.
Alangkah indahnya filosofi gula. Gula yang rasanya manis
apabila dicampur dengan kopi yang pahit, hilang nama gula­
nya. Yang tinggal hanya rasa manisnya. Rasanya menjadi rasa
kopi yang manis. Itu satu contoh bagi kita tentang keberadaan
gula dan kopi. Gula merelakan keberadaannya. Len yap begitu
saja dan merelakan rasanya menjadi rasa kopi. Kopi pun me­
nerima rasa gula dengan tanpa menyatakannya, sehingga an­
tara gula dan kopi tidak timbul rasa egonya, dengan menya­
takan rasa manis sebagai rasanya. Perbuatan kita hendaklah
jangan sampai dinyatakan bahwa kita yang berbuat, biarkan
orang lain yang merasakan dan menilainya.

Jangan heran dan kagum kepada kemampuan makhluk, ka­


rena bisa mengganggu pandanganmu kepada keagungan
Tuhanmu. Makluk yang bisa ini dan bisa itu, andai bisa ter­
bang tanpa sayap dan bisa melipat dunia ini, itu hanya perma­
inan anak kecil yang tiada berarti apa-apa, bila di bandingkan
dengan perjumpaan kita kepada-Nya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Di dalam diri manusia, terdapat rasa yang bias bertemu de­


ngan-Nya, walau belum meninggal dunia, yaitu rasa kasih
dan sayang. Dan, jasad ini tiada bisa bertemu dengan-Nya,
jasad ini akan hancur kalau bertemu langsung dengan-Nya.
Hanya rasa kita yang bisa bertatap muka dengan-Nya. Jadi
hidupkanlah rasa itu di dalam hatimu.
Bersifatlah seperti daun talas, yang tidak akan basah terkena
air. Maksudnya, segala sesuatu yang datang dan mengenai
diri kita, janganlah mengotori hati kita. Segala pujian, san­
jungan dan hinaan sekalipun, jangan sampai terpengaruh dan
merespons. Kita harus tetap tenang. Dipuji pun tidak senang,
dihina pun tidak sakit hati, biasa saja. Pribadi yang tenang
dan dipenuhi rasa senang, adalah pribadi yang dekat dengan
Allah.
Untuk mendekat kepada-Nya, tidak cukup hanya dengan ja­
lan memperbanyak zikir, ibadah shalat dan puasa saja. Karena
untuk mendekat pada-Nya, harus benar-benar ditata niat dan
maksudnya. Sempurnanya zikir, ibadah shalat dan puasa
apabila kita telah mampu mengembalikannya kepada Allah
semata, dan berserah diri pada-Nya.
Bukan pula dengan ilmu dan amal kita. Seandainya kita sak­
ti, bisa menerawang segala sesuatu, bisa melipat bumi dan
mampu memadamkan matahari sekalipun, belum tentu dekat
dengan Allah. Orang yang dekat dengan Allah, orang yang
tenang, tidak bisa ini dan itu, orang yang tak berdaya diha­
dapan Tuhannya, pasrah di dalam hidup dan matinya, dan di
dalam hatinya tiada rasa khawatir dan ragu-ragu sedikit pun,
akan kebesaran Tuhannya.
Orang yang senang. Rasa senang identik dengan rasa berke­
cukupan, tidak khawatir akan terjadi ini dan itu, hidupnya
Perjolononku, Bersomo dengon Guru

dipasrahkan secara total kepada Tuhannya, dan mau meneri­


ma dengan ikhlas segala sesuatu yang datang, baik dan bu­
ruknya, dia selalu menerima dengan rasa yang sama sebagai
wujud dari keikhlasannya. Segala sesuatu yang datang pada­
nya dianggap sebagai pemberian Tuhan, yang mana, apabila
Tuhan sudah memberi, tentunya itu yang terbaik. Bergantung
bagaimana kita memaknai dan menerimanya.

Hidup ini adalah sebuah perjalanan, yang sudah ditentukan


oleh-Nya. Diri manusia tidak bisa menghindari segala sesua­
tu yang datang dan temui di dalam perjalanan, baik itu susah
dan senang, musibah dan anugerah, kebangkrutan dan ke­
untungan, itu semua harus di hadapi dengan rasa tulus dan
ikhlas.

Banyak di antara saudaraku, di dalam memahani kesulit­


an hidup, dan kebangkrutan usahanya, adalah merupakan
hukuman dari Tuhan. Banyak di antara mereka yang lari ke
tempat-tempat keramat, ke dukun dan kyai, untuk mencari
berkah dan doa. Untuk menghindari kenyataan dan keadaan
yang menimpanya. Tentunya hal ini adalah suatu bentuk pe­
larian yang kurang bijaksana.

Allah mendatangkan sesuatu kepada diri kita, bukan tanpa


maksud dan tujuan. Apabila kita sedang dalam kesulitan dan
kebangkrutan, itu Allah berikan kita kesempatan untuk mela­
wan akal dan nafsu kita, untuk menghadapi ego, gengsi, ke­
hormatan dan harga diri kita. Sudahkah diri kita mampu me­
ngenali dan menundukan mereka, yang merupakan musuh
manusia yang nyata.
Dan, hukuman dan anugerah dari Tuhan, tidak bisa di ukur
dengan kesulitan dan kebangkrutan, maupun kesuksesan dan
keberhasilan di dalam dunia ini. Kesulitan dan kebangkrutan
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

akan bisa menjadi jalan menuju ampunan Allah dan meraih


derajat yang lebih tinggi di hadapan-Nya, apabila kita mene­
rimanya dengan rasa tulus iklas. Kesuksesan dan keberhasil­
an akan menjadi azab Ilahi, apabila menjadikan diri manusia
sombong dan lupa diri dengan keadaan itu, begitu juga seba­
liknya.
Jadi, janganlah menilai dan menghakimi segala sesuatu yang
terjadi di dunia ini, karena diri manusia tiada tahu rahasia dan
hikmah dari tiap-tiap kejadian itu, itu rahasia Tuhan. Tuhan
sudah tentukan yang terbaik bagi hamba-Nya, bergantung
penerimaan hamba-Nya, atas pemberian-Nya.
Sang guru tashawuf akan menyuguhkan semuanya pada sang
muridnya, baik itu berupa susu, air, sirup, racun dan minum­
an keras, terserah sang murid mau memilih yang mana. Beliau
tidak akan menunjukkan mana yang boleh diminum, dan
mana yang tidak boleh diminum, terserah pilihan sang murid.
Sang murid mau minum susu, bukan karena diperintah sang
guru, mau minum racun pun bukan pula atas larangan sang
guru. Jadi, memilih susu atau racun atas kehendak dan ke­
mauan diri sang murid sendiri. Kalau sang murid memilih
susu karena diperintah sang guru, itu namanya sang murid
belum mempunyai kesadaran diri. Sang guru menyuguhkan
segala sesuatu pada sang murid, bukan berarti boleh dimi­
num semuanya, tetapi untuk memilih sang murid, mana yang
benar-benar bisa dijadikan berlian, bukan berlian yang sepuh­
an, atau berlian yang imitasi.
Saudaraku, shalat kita dan puasa kita, kadang-kadang masih
berdasarkan perintah Allah, bukan berdasarkan kesadaran
diri kita. Bagaimana kita mengenal rasa ikhlas, bagaimana
kita merasakan rasa senang, di dalam amal dan ibadah kita.
Perjolononku, Bersomo dengon Guru

Kalau kita mengerjakannya berdasar perintah Allah. Kalau


tidak diperintah tidak dikerjakan, kalau tidak diiming-imingi
surga, kita tidak mau mengerjakan amal dan ibadah, dan ber­
sujud pada-Nya.

Saudaraku, kata beliau, ''J anganlah berguru padaku, bergu­


rulah pada diri sendiri, itulah guru sejati bagi dirimu. Jangan
pernah menjadi diriku, jadilah dirimu sendiri." Saya sempat
bingung dengan kata-kata beliau ini. Beliau, yang selama ini
kuanggap sebagai guru dan panutanku, tiba-tiba mengata­
kan, bahwa saya jangan berguru padanya. Butuh waktu yang
cukup lama untuk memahami kata-kata beliau.

Sampai suatu ketika beliau berkata, '' Aku mengajarkan ten­


tang ketiadaan diri, untuk apa aku mengaku guru, sedang­
kan guru adalah wujud dari keadaan itu sendiri, untuk apa
menyebut diri seorang syekh, seorang mursyid, seorang wali,
kalau itu bertentangan dengan yang aku ajarkan kepadamu.
Nama-nama itu, sebutan-sebutan itu malah bisa membebani
perjalananku menuju ketiadaan diri, dan bisa menghijabku
dari pandangan Tuhanku, dan bisa menyesatkanku."

Keelokan sifatku, keelokan sifat guru dan para wali Allah, ke­
elokan sifat dan perbuatan Rasulullah hanya sebagai contoh
bagimu untuk menauhidkan Tuhanmu, selain itu tidak. Jadi,
janganlah segala keelokan sifatku, keelokan sifat gurumu, dan
keelokan sifat dan perbuatan Nabimu, menjadi penghalang
pandanganmu, dari keelokan sifat dan perbuatan Tuhanmu.

Tiadalah kuasa segala sesuatu akan diri ini, tiadalah kuasa


segala sesuatu atas gurumu dan atas N abimu, kecuali atas
kuasa-Nya. Jadi, jangan kamu duakan pandanganmu atas
Tuhanmu, dengan segala sesuatu selain kuasa-Nya. Dia yang
menggerakkan, dan Dia yang meliputi segalanya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Percayalah pada diri sendiri. Suatu ilmu, suatu bahasan, ha­


rus dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan, sehingga
kita bisa merasakan ilmu dan bahasan tersebut. ltulah yang
dinamakan berguru pada diri sendiri. Jadi bukan sekadar ce­
rita dari guru atau cerita dari Rasulullah, tapi kita mengalami
dan merasakan sendiri. ltulah yang dinamakan hakul yakin.
Keyakinan yang dibenarkan oleh akal dan perbuatan, diman­
tapkan dengan hati.
Saudaraku. Banyak seorang yang ahli Syariat tidak mu belajar
Makrifat, begitu juga sebaliknya. Seorang ahli Makrifat tidak
mau menjalankan Syariat. Seorang ahli Syariat memandang
Makrifat sebagai ajaran yang menyesatkan, begitu juga seo­
rang ahli Makrifat memandang Syariat sebagai perbuatan sia­
sia belaka.
Saudaraku, perlu diketahui oleh umat Islam semua bahwa­
sannya, '' Dzat Allah menjadi cahaya bagi Muhammad, dan
menjadi rahasia bagi kita. Sifat Allah menjadi tubuh bagi
Muhammad dan menjadi roh bagi kita. Asma Allah menja­
di ilmu bagi Muhammad, dan menjadi iman pada kita. Af'al
Allah menjadi kelakuan pada Muhammad, dan menjadi hati
bagi kita. Itulah kenyataan dan kesatuan, antara hamba, dan
Muhammad sebagai Rosul dan Allah sebagai Tuhan. Di dalam
keyakinan, hal ini tidak boleh di pisah-pisah, karena sebagai
bentuk keesaan Tuhan. Esa Asma-Nya, Esa Sifat-Nya, Esa Af'al­
Nya dan Esa Dzat--Nya, dan yang meliputi semuanya.
Jadi saudaraku, bijaksanalah di dalam memahami dan mem­
pelajari ilmu ini, dan tanyakanlah kepada ahlinya, sehingga
saudaraku tak tersesat di dalamnya. Dan sempurnakanlah
perjalananmu, dengan menempuh Syariat, Thoriqoh, Hakikat
dan Makrifat, sehingga menjadi insan yang sempurna, insan
kamil mukamil.
Perjolononku, Bersomo dengon Guru

Di saat kita menjalankan ibadah shalat, berdo'a dan menja­


lankan ibadah-ibadah yang lainnya, dengan masih menyebut
nama Allah, sesungguhnya kita belum sampai pada-Nya.
Kalau masih menyebut nama-Nya, berarti kita masih berjalan
pada pemahaman kita. Sedangkan Tuhan kita tanpa nama dan
tanpa sebutan. Keberadaan-Nya tiada bertempat, bagaimana
kita memahami hal ini?
Saudaraku hanya dengan rasa, kita dapat melihat keberada­
an-Nya, dan rasa itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata
dan sebutan. Kalau sudah merasakan, tentunya hati kita akan
yakin atas keberadaannya, dan mulut akan terdiam seribu ba­
hasa, karena memandang takjub akan kemuliaan Tuhan kita.

Jadi di dalam beribadah kepada Allah ta'alla, jangan sekadar


menyebut nama dan kata-kata belaka, tapi juga merasakan
kehadirannya dan kuasanya di dalam setiap peribadatan kita.
Karena keberadaan Tuhan, tidak bisa hanya diyakini, tapi
kita harus menyaksikan keberadaan Tuhan di dalam diri kita,
agar amal dan ibadah kita, sampai kepada-Nya. Janji-Nya itu
nyata, keberadaan dan kehadiran-Nya itu nyata. Tidak hanya
sekadar diyakini tetapi nyata adanya.

Saudaraku, ''Marilah belajar bersama. Tiada guru dan tiada


murid dan tetaplah berada di garis yang lurus (berada di shaf).
Jangan terlalu di depan, dan jangan terlalu di belakang''. Sang
maha guru mengajarkan pada kita tetang kebersamaan di da­
lam perjalanan. Jangan pernah ada, dan jangan pernah timbul
perasaan menggurui dan digurui. Janganlah merasa paling
pintar dan paling mengerti. Juga jangan merasa paling bodoh.
Marilah kita saling menghargai sesamanya, dan saling meng­
isi dan menutupi kekurangan yang satu, dengan yang lainnya.
Jangan hanya mau menjadi imam saja, tetapi juga hams mau
menjadi makmum. Dan harus bisa meliputi keduanya.
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

Dalam menyampaikan ilmu tashawuf tidak bisa pilih-pilih,


sesuai dengan selera sang guru. Andai si A itu kaya, dengan
kekayaannya si A telah membantu perekonomian sang guru,
sang guru merasa berutang budi, dan memberi ilmu tashawuf
ini kepada si A. Dengan membedakan antara si B yang orang
miskin, atau menghalang-halangi agar ilmu ini tidak sampai
pada seseorang. Itu pun tidak bisa.
Ilmu ini tidak bisa diberikan kepada seseorang berdasarkan
sesuatu, dan tidak akan berdaya menghalangi ilmu ini, datang
kepada seseorang, karena ilmu ini adalah hak priogatif Tuhan
semata. Kepada siapa ilmu ini akan diberikan, itu tiada kuasa
manusia menghalangi dan menolak ketentuan Tuhan. Allah
yang memilih hamba-Nya dan mengangkat hamba-Nya, biar­
pun disayang dan dikasihi oleh sang guru, belum tentu bisa
memahami dan menjalankan ilmu ini. Dan, Ridha sang guru
adalah apabila ilmunya bisa bermanfaat bagi sesamanya.
Saudaraku, ''Janganlah mencari berkah pada kyai, janganlah
mencari berkah pada para wali, jadilah kyai dan jadilah wali
itu sendiri''. Kita harus sadar dan menyadari berkah para kyai
dan berkah para wali, datangnya dari Allah juga. Dan berkah
Allah itu di berikan kepada setiap hamba, asalkan hamba itu
mau berserah diri kepada-Nya, dan asalkan berkah tersebut,
jangan jadi tujuan kita. Jadilah umat Islam yang mandiri, tiada
bergantung pada suatu apa pun dan siapa pun, kecuali kepa­
da Allah semata.
Saudaraku! Allah tidak hanya sekadar diingat. Kalau sekadar
diingat, berarti pemahaman kita hanya sekadar huruf dan
Asma-Nya saja. Sedangkan Tuhan, bukan sekadar nama dan
huruf. Rasulullah menganjurkan umatnya, di dalam melak­
sanakan segala amal ibadah, seakan-akan melihat Tuhan kita.
Jika tidak bisa, hendaklah di dalam melaksanakan segala amal
Perjolononku, Bersomo dengon Guru

ibadah, rasanya Allah melihat kita. Harapan beliau, segala


sesuatu yang dikerjakan, diri kita merasa selalu tidak pernah
terlepas dari pengawasan Allah ta'alla, akhirnya timbullah
kontrol pada diri sendiri. Dan di dalam tauhid, Allah hanya
bisa dirasa. Rasakanlah kehadiran-Nya di dalam diri kita (se­
perti yang kami sampaikan pada bab sebelumnya). Rasakan
kehadiran-Nya disetiap amal ibadah kita. Itulah bentuk
Pentauhidan rasa, Pentauhidan amal perbuatan kita.

''Seorang kekasih (wali) bukan orang yang mudah terkabul doanya,


bukan yang sakti, bukan yang banyak jamaah dan tamunya, bukan
kyai dan bukan ulama, bukan pula seorang yang ahli ibadah. Tetapi
adalah, seorang hamba yang hatinya selalu dipenuhi oleh rasa cinta,
kasih sayang kepada siapa pun dan apa pun''
Saudaraku. Apa yang kita temui di dunia ini, maka kita akan
dipertemukan di akhirat kelak. Bila kita bertemu Dia di dunia
ini, maka di akhirat kelak kita pasti akan berjumpa dengan­
Nya. Dan apabila kita juga bertemu surga di dunia ini, maka
kita akan dipertemukan surga di akhirat.

Yang menjadi pertanyaan kita apa surga dan neraka di dunia


ini? Saudaraku, surga di dunia ini adalah rasa cinta, kasih dan
sayang, yang selalu memenuhi hati kita. Dan neraka adalah
kesedihan dan kesusahan, kebencian dan dendam, yang sela­
lu memenuhi hati kita. Itulah hakikat surga dan neraka yang
sesungguhnya. Dan segala perbuatan kita akan dibalas lang­
sung oleh Allah di dunia ini, tidak menunggu besok di akhi­
rat.

Saudaraku, dunia ini ibarat panggung sandiwara, dan jalani­


lah peran kita, dengan sebaik-baiknya, agar kita selamat dan
tiada tersesat, di dalam melakoni peran-peran kita. Dan pada
akhirnya, datangnya segala sesuatu dari Dia, dan dengan izin
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

dan kuasa-Nya. Dan hanya kepada-Nya, kita memohon per­


tolongan dan bimbingan, di dalam melakoni semua peran di
dunia ini.
Semoga Allah meridhai jalan kita. Amin... amin... ya robbal
'a lamin.
I

t I



,

• •

.,.,

'
It't
'"' '•
• •
'• I •l •. •
• �

I
1,
•....

I I·

I



I

I ••

PENB B P I-�·t ;
••

I.
,. ' • ' •..
1, •

...
•• Ir• J

• •'

; • ', i '. '.


,f'
·�-· �
... • • ' l \
�,
I• •
t •

.. ·.,·�· .e,
.
• •

.•t
. �

'ti.. .,.•
.

, '
I•

..
•1 h,

'
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

audaraku, setelah kita membaca dan memahami isi dari


buku ini, sekarang marilah kita belajar menimbang dan
menilai diri kita sendiri. Kira-kira sampai mana keiman­
an dan keyakinan kita, dan sampai sejauh mana perjalanan
Rohani kita, kepada Allah ta' alla. Sudahkah diri kita benar­
benar mengakui dan berserah diri kepada-Nya. Ataukah ke­
yakinan dan keimanan kita, hanya pengakuan dan perasaan
diri kita sediri, tanpa tahu arti sesungguhnya dari keyakinan
dan keimanan kita, pada-Nya.

Untuk menimbang dan menilai sampai sejauh mana keyakin­


an dan keimanan kita, kami, sampaikan berapa macam dan
bentuk tawakal (berserah diri). Tawakal ada empat macam,
tawakal pada harta, tawakal pada makhluk, tawakal pada diri
sendiri, dan tawakal pada Allah.

Yang pertama tawakal pada harta. Tanda-tanda dari tawakal


pada harta adalah, segala sesuatunya diri kita mengandalkan
pada harta, baik itu berupa barang, uang, perhiasan, dan lain
sebagainya. Dan dengan itu semua diri kita merasa terlin­
dungi dan tercukupi dengan adanya harta itu. Segala keingin­
an dan cita-cita bisa diraih dengan harta kita. Ingin menjadi
pejabat, ingin menjadi pegawai negeri dan ingin menghindar
dari masalah hukum. Kita meyakini itu semua dapat dicapai
dengan uang kita, tanpa peduli dengan jalan yang ditempuh,
baik itu dengan jalan baik, atau jalan buruk dengan cara me­
nyuap orang yang berkepentingan, untuk meluluskan kei­
nginan kita. Jadi, tawakal pada harta, segala kepentingan dan
kebutuhan hidup yang mengandalkan harta kita.

Yang kedua tawakal pada makhluk. Tanda-tanda tawakal


pada makhluk adalah, dalam segala urusan hidup dan kehi­
dupan kita, mengandalkan kekuatan dan kekuasaan makhluk.
Suatu contoh, di saat diri kita mau kerja di salah satu instansi
Penutup

pemerintah atau swasta, diri kita mengharapkan bantuan dari


orang terdekat kita baik itu bapak dan ibu kita, keluarga kita
atau kenalan kita, yang kebetulan beliau punya wewenang
dalam hal penerimaan pegawai baru. Hal ini diri kita telah ta­
wakal kepada makhluk, dengan berharap padanya. Atau kita
berbuat dan bertindak, tidak merasa takut karena ada beking
dari polisi dan tentara, itu juga suatu bentuk tawakal kepada
makhluk.

Apalagi diri kita mengandalkan kyai, mengandalkan doa kita,


mengandalkan jimat dan barang-barang keramat, berupa
keris pusaka, rajah, sabuk dan lain sebagainya, untuk melan­
carkan urusan dagang dan untuk memuluskan segala kepen­
tingan dan keinginan kita, hal itu juga tawakal pada makhluk.
Jadi, segala bentuk dan segala sesuatu yang mengandalkan
pada makhluk adalah, tawakal pada makhluk.

Yang ketiga tawakal pada diri sendiri. Bagaimana bentuk


tawakal pada diri sendiri? Takwakal pada diri sendiri adalah,
kita meyakini dan memercayai bahwa dengan kekuatan dan
kemampuan diri kita, kita bisa meraih dan menggapai sega­
la sesuatu yang kita inginkan dan cita-citakan. Kita meyakini
bahwa dengan kecerdasan dan kemampuan akal pikiran kita,
kita mampu mewujutkan apa yang menjadi angan-angan kita.
Dengan kecerdasan pula, diri kita meyakini segala kebutuh­
an dunia dapat kita raih. Begitu pula kita meyakini, bahwa
dengan kekuatan kita, kita bias meraih segala bentuk jabat­
an, kekuasaan, kehormatan di tengah-tengah umat dengan
mengandalkan kekuatan diri kita. Jadi, bentuk dari tawakal
pada diri sendiri adalah, segala sesuatu yang mengandalkan
kemampuan, kecerdasan, dan kekuatan diri sendiri.

Yang keempat tawakal pada Allah. Tawakal pada Allah


adalah, segala sesuatu yang berlawanan dari ketiga bentuk
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

tawakal yang kami sampaikan tadi. Tanda-tanda tawakal


pada Allah adalah, segala sesuatunya, baik itu masalah ke­
pentingan, kebutuhan dan keperluan hidup hanya bergan­
tung pada Allah semata. Bagaimana bentuk dari tawakal pada
Allah? Berupa bentuk tawakal pada Allah sebagian besar su­
dah kami ulas di dalam bab-bab sebelumnya. Kami perjelas,
tawakal pada Allah berarti berserah diri dan mengantungkan
diri, akan segala sesuatu pada Qodho' dan Qodar-Nya.
Dan sebagai tanda tawakal kita pada-Nya, diri kita di dalam
mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini tiada rasa ragu
dan was-was, di dalam menghadapi segala persoalan dan
masalah, segala kesulitan dan kerasnya hidup ini. Kita yakin
bahwa segala sesuatu yang datang pada diri kita, adalah yang
terbaik bagi kita, menurut-Nya. Tiada keraguan sedikit pun
di dalam hati, apalagi mempunyai perasaan untuk menghin­
darinya, segala sesuatu yang menimpa kita. Meskipun hal itu
terasa pait dan pedih bagi kita, kalau hal itu datang dari-Nya,
tentunya hal itu yang terbaik bagi kita. Inilah bentuk tawakal
yang sesungguhnya.
Saudaraku, sudahkah diri kita bertawakal kepada Allah, yang
sesungguh-sungguhnya? Jawabnya diri kita masing-masing
yang tahu. Hidup ini adalah suatu proses, segala persoalan
dan permasalahan adalah merupakan proses menuju pen­
dewasaan diri dan untuk menuju kesadaran diri. Jadi segala
sesuatunya hadapilah dan janganlah sesekali menghindar da­
rinya, karena kalau sampai diri kita menghidar darinya, maka
kesempatan kita untuk suatu proses tersebut akan berhenti.
Saudaraku, ada tiga kategori atau tingkatan, seorang hamba
di dalam menggapai Makrifat kepada Allah. Ada tingkatan
Awam, tingkatan Murid (hamba yang masih di dalam berjalan
Penutup

menuju Dia) dan tingkatan Arif (hamba yang sudah sampai


pada-Nya).
Yang pertama tingkatan Awam. Hamba pada tingkatan ini,
dia mengerjakan segala amal ibadah dan amal perbuatan ma­
sih sekadar gugur kuwajiban saja. Dan di dalam mengerjakan­
nya tidak mengenal khusyuk, iklas dan lain sebagainya. lnilah
orang Awam.
Yang kedua tingkatan Murid. Hamba pada tingkatan ini,
dia mengerjakan amal ibadah dan amal perbuatan sudah se­
penuh hati, tetapi masih mengharapkan pahala, surga dan
takut akan siksa dan neraka. Segala bentuk amal perbuatan
dan amal ibadahnya masih mengharapkan sesuatu dari Allah,
karena masih mengharapkan sesuatu, maka hamba ini masih
merasa bisa beramal dan berbuat. Jadi tingkatan seorang mu­
rid adalah, segala bentuk amal perbuatan dan amal ibadah,
yang masih berharap sesuatu dari Allah, dan masih merasa
bisa beramal dan berbuat.
Yang ketiga tingkatan Arif. Hamba pada tingkatan ini, segala
amal ibadah dan amal perbuatan di kerjakanya dengan sepe­
nuh hati, dengan rasa tulus iklas, dan tiada berharap sesuatu
apa pun baik dari makhluk atau dari Allah. lnilah tingkatan
Arif billah, hamba yang mengenal hakikat sesungguhnya ten­
tang diri dan perbuatan diri, yang berasal dari-Nya dan kem­
bali pada-Nya. Marilah diri kita mulai menilai dan memilah,
kira-kira kita masuk di dalam tingkatan dan golongan yang
mana.
Saudaraku, ada berapa jalan untuk menggapai Makrifat ke­
pada Allah. Di antaranya adalah dengan amal ibadah dan
amal sedekah yang dilakukan dengan istiqomah atau terus­
menerus. Amal ibadah misalnya, dengan shalat malam, zikir
Di Dolom Diri Z\do Z\llob

dengan jumlah tertentu, puasa sunah seperti yang di sunah­


kan oleh Rasullullah, dan berbagai jenis ibadah yang lainnya,
termasuk ikut di dalam jamaah thoriqoh tertentu.
Amal perbuatan seperti sedekah, beramal jariyah, dalam ben­
tuk menghidupi anak yatim dan janda-janda tua. Membangun
tempat idadah dan prasarana umum yang bermanfaat bagi
semua umat.
Dan ada lagi jalan yang disebabkan oleh suatu keadaan, yang
di ciptakan oleh Allah, kepada seorang hamba. Keadaan itu
berupa kesulitan hidup, masalah dan persoalan yang begitu
berat, kebangkrutan usaha, kegagalan rumah tangga dan ma­
sih banyak persoalan yang lainya, sehingga dengan keadaan
itu seorang hamba sudah tiada berdaya lagi. Dan hanya ke­
pada Allahlah hamba ini memohon perlindungan dan perto­
longan, untuk menghadapi dan keluar dari semua masalah
dan keadaan yang menimpanya. Jalan ini harus di hadapi de­
ngan sabar dan ridha akan takdir Allah.
Jalan yang ditempuh dengan jalan melaksanakan amal iba­
dah dan amal perbuatan, di sebut juga Salik, perjalanan yang
berangkat dari niat dan keinginan seorang hamba, di dalam
menggapai Makrifat kepada Allah. Perjalanan ini harus dida­
sari oleh rasa sabar dan ikhlas, sehingga rasa sabar dan ikhlas
itu menjadi cahaya, dan cahaya itu menuntun kita menuju
cahaya yang sesungguhnya, yaitu cahaya Allah. Jalan yang
ditempuh dengan disebabkan adanya sebuah jejadian dan ke­
adaan, adalah jalan yang dikehendaki oleh Allah untuk mem­
perkenalkan diri-Nya pada seorang hamba. Jadi, kehendak
Allah untuk berjumpa dengan seorang hamba.
Dari beberapa yang kami contohkan tadi itu semua bisa di
jadikan thoriqoh atau jalan awal untuk melembutkan hati,
Penutup

membukakan hati dan menyucikan hati. Setelah hati lembut


dan suci, barulah hati akan mengenal rasa. Dengan hati yang
lembut dan suci, kita akan dipertemukan oleh Allah, kepada
seorang guru yang mampu membimbing kita, menuju jalan
Makrifat Allah, dan Allah akan membimbing dan menjadi
guru kita secara langsung, di dalam menggapai kasih dan
sayang-Nya. Setelah mengenal rasa barulah diri manusia bisa
mengenal Tuhanya. Dengan mengenal Tuhanya maka akan
menjadi manusia yang mulia dan sempurna, di mata makhluk
dan di mata Tuhan. Amin.
AGAMA ISLAM
ISBN 978-979-27-9003-0

998102566

Anda mungkin juga menyukai