Penyakit utama : AIDS kategori klinis C2 AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virus HIV merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Kategori klinis C meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS. Pada tahap ini, individu yang terinfeksi HIV menunjukkan perkembangan infeksi dan keganasan yang mengancam hidupnya. Jumlah imun pada kategori C2 yaitu 200-499/µl (Nursalam dan Kurniawati 2007). Infeksi HIV pada Os ditularkan melalui penggunaan narkoba suntik yang pernah dilakukan Os sewaktu kuliah (Laksana dan Lestari 2010). Jarum suntik yang tidak steril dan telah tercemar HIV dapat menjadi salah satu media penularan AIDS. Selain itu, penularan HIV/AIDS pada Os juga dapat disebabkan karena faktor perilaku seksual Os yang sering berganti- ganti pasangan (Laksana dan Lestari 2010).Sperma dan cairan vagina/serviks merupakan media penularan AIDS (Budiono 2012). Penyakit penyerta : Karena os terjangkit HIV, os memiliki Infeksi paru-paru infeksi oportunistik berupa infeksi paru- paru yang dapat disebabkan oleh bakteri pneumococcus (Pneumocystis carinii) yang dapat menyebabkan pneumonia. Infeksi paru-paru pada os dapat ditandai dengan gejala takikardia, takipnea, dan demam (Bradley et al. 2007). Penyakit penyerta : Oral thrush merupakan infeksi pada mulut Oral thrush pada mulut dan yang dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, mukosa pipi atau virus. Os mengalami oral thrush akibat infeksi yang dapat mudah terjadi karena banyaknya sel-sel imun yang rusak sehingga tubuh os rentan terhadap infeksi jamur atau virus. Oral thrush pada mulut dan mukosa pipi os menyebabkan rasa sakit atau nyeri saat makan (Lacey et al. 2010) No. Problem List Why Penyakit penyerta : Diare adalah kondisi dimana terjadi Diare frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses cair) (Baughman dan Hackley 1996). Diare yang terjadi pada Os disebabkan akibat infeksi parasit cryptospordium atau microspordium yang menyerang sistem pencernaan Os. Infeksi parasit ini merupakan salah satu infeksi oportunistik. Os akan rentan mengalami infeksi oportunistik karena sistem imunitas tubuh Os yang telah memburuk akibat infeksi HIV (Nursalam dan Kurniawati 2007). Tanda dan Gejala : AWS (AIDS related Os mengalami wasting hingga kehilangan Wasting Syndrome) lebih dari 10% berat badannya dalam kurun waktu 6 bulan. AWS biasanya disertai dengan demam dan diare berkelanjutan, seperti yang dialami os. AWS pada os dapat terjadi karena anoreksia sehingga intake energi dan zat gizi lain tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Selain itu, kaheksia pada os juga dapat terjadi karena diare yang dialami os apabila diare bersifat kronis (Pinna et al. 2009 dan Lacey et al. 2010). Anoreksia Anoreksia merupakan gejala berupa penurunan atau hilangnya nafsu makan. Os mengalami anoreksia karena faktor oral thrush yang membuat os merasa nyeri ketika makan (Pinna et al. 2009). Selain itu, masalah psikologis seperti depresi karena vonis mengidap AIDS kategori klinis C2 dapat berkontriusi terhadap terjadinya anoreksia pada Os (Rofles et al. 2009). Sulit menelan (disfagia) Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum terjadi pada orang terinfeksi HIV. Infeksi yang terjadi pada mulut disebut dengan trush. Infeksi ini disebabkan oleh jamur yang umum, disebut kandida. Infeksi ini dapat menyebar lebih dalam pada tenggorokan os, sehingga menimbulkan esofagitis. Salah satu dampak esofagitis ini adalah Os mengalami disfagia atau sulit menelan karena terasa No. Problem List Why nyeri (Patel 2005). Bising usus meningkat Bising usus merupakan frekuensi usus dalam melakukan gerakan peritaltik per menit (normal: 15-30x/menit). Os mengalami peningkatan bising usus karena diare dan malabsorpsi dalam tubuhnya. Diare dapat menyebabkan kejang usus sehingga diare akan meningkatkan frekuensi gerakan peritaltik usus. Malabsorpsi pada usus terjadi karena usus menjadi tempat bereplikasi virus HIV sehingga usus tidak dapat menyerap zat-zat gizi dan menyebabkan usus menjadi lebih aktif melakukan gerakan peristaltik (Hidayat dan Hidayat 2008). Leukositosis Hasil pemeriksaan biokimia menunjukkan bahwa Os memiliki nilai leukosit diatas normal. Leukositosis atau peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan adanya infeksi, inflamasi dan nekrosis jaringan. Adanya infeksi oportunistik pada paru- paru, usus, mukosa, dan mulut Os merupakan penyebab yang menimbulkan peningkatan jumlah leukosit dalam darah. Peningkatan jumlah leukosit ini bertujuan sebagai respon pertahanan tubuh terhadap nekrotik yang dianggap benda asing (Atmadja et al. 2016). Nilai viral load tinggi dan Viral load merupakan angka perbanyakan kadar CD4 rendah virus sedangkan CD4 merupakan salah satu jenis sel imun yang menjadi target primer dari infeksi virus HIV. Viral load berkaitan dengan kadar CD4 dalam tubuh. Nilai viral load yang tinggi akan disertai dengan nilai CD4 yang rendah. Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia os, kadar viral load os cukup tinggi dan kadar CD4 nya sangat rendah dari rentang normal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tubuh os akan sangat mudah mengalami infeksi-infeksi lainnya. Semakin tinggi angka viral load dapat mengindikasikan bahwa semakin pendek rentang waktu tahap AIDS menuju ke tahap akhir AIDS (kematian). Penurunan nilai CD4 dapat terjadi karena sel CD4 dilumpuhkan oleh virus sehingga banyal sel CD4 yang mati (Lacey et al. No. Problem List Why 2010 dan Dyk 2008). LED tinggi Laju endap darah (LED) adalah kecepatan di mana sel darah merah mengendap dalam tube test. Hasil pemeriksaan biokimia menunjukkan Os memiliki LED yang tinggi. Kondisi ini disebabkan inflamasi atau peradangan sehingga kecepatan laju endap darah meningkat (Tambayong 1999). Inflamasi atau peradangan dapat terjadi sebagai akibat infeksi yang dialami Os (Kee dan Hayes 1994). Takikardia Takikardia adalah kondisi denyut jantung diatas kecepatan normal. Kecepatan denyut nadi akan meningkat ketika penyakit disertai demam. Os mengalami demam yang disebabkan infeksi oportunistik yang dialami OS. Kecepatan denyut nadi biasanya sebanding dengan derajat demam, akan bertambah rata-rata delapan denyutan untuk setiap kenaikan satu derajat celsius (Delp dan Manning 1996). Selain itu, takikardia yang dialami Os juga dapat disebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul karena diare berat yang dialami Os (Sinclair 2003). Takikardia pada os juga dapat disebabkan karena adanya infeksi paru-paru (Bradley et al. 2007). Takipnea Takipnea merupakan peningkatan frekuensi pernapasan tanpa memperhatikan ada atau tidaknya perubahan pada ventilasi paru secara keseluruhan (Muttaqin 2008). Pneumonia yang dialami os menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru-paru sehingga jantung paru-paru berusaha memperoleh oksigen lebih banyak dengan cara meningkatkan laju pernafasan (Asmadi 2008). Eksudat putih pada laring Eksudat merupakan cairan yang terkumpul pada rongga atau jaringan. Eksudat putih pada laring os diduga adalah eksudat tipe purulen karena berwarna putih. Eksudat purulen merupakan eksudat yang mengandung “pus” (nanah) atau netrofil fagositik yang terletak di area pertahanan untuk mencegah infeksi (Tambayong 2000). Terbentuknya eksudat putih pada laring os disebabkan oleh adanya infeksi No. Problem List Why bakteri pneumonia pada paru-paru os yang ditandai dengan kadar CD4 <200 sel/µL (Lacey et al. 2010). Eritema pada laring Adanya eritema (kemerahan) pada tenggorokan Os merupakan tanda bahwa tenggorokan Os mengalami inflamasi. Inflamasi ini merupakan respons tubuh Os terhadap cedera jaringan dan infeksi jamur kandida (Kee dan Hayes 1994). Rhonkhi pada paru-paru Rhonkhi merupakan bunyi yang terus- bagian sinistra inferior menerus pada sistem pernafasan terutama pada bagian bronkus atau bronkhiolus karena adanya penyumbatan sebagian yang mempersempit aliran udara menuju alveolus. Rhonkhi pada os terjadi karena adanya penyempitan lumen tempat udara keluar-masuk akibat pembengkakan mukosa bronkiolus karena infeksi bakteri Pneumococcus (Pal dan Pal 2005). Merasa lelah Os mengeluh mudah lelah sepanjang waktu. Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan Os membuat tubuh Os merasa lelah dan tidak dapat beraktivitas normal (Maulisa 2014). Inflamasi dapat timbul sebagai respon karena adanya infeksi dan cedera jaringan pada Os. Nyeri dan eritema pada bagian tenggorokan merupakan tanda bahwa Os mengalami inflamasi (Kee dan Hayes 1994). Demam Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan Os memiliki suhu tubuh 37.8°C yang menandakan Os mengalami demam (Fitriani 2013). Demam pada AIDS tidak diketahui penyebabnya (Eliastam et al. 1994). Namun, kemungkinan yang memicu demam pada Os disebabkan infeksi oportunistik yang timbul sebagai akibat dari infeksi HIV, seperti pneumonia bakterialis, pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) atau infeksi yang berhubungan dengan pemasangan infus. DAFTAR PUSTAKA
Atmadja AS, Kusuma R, Dinata F. 2016. Pemeriksaan laboratorium untuk
membedakan infeksi bakteri dan infeksi virus. Jurnal CDK.43(6): 457 461. Asmadi 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta(ID): Salemba Medika. Budiono I. 2012. Konsistensi penggunaan kondom oleh wanita pekerja seks/pelanggannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7(2): 90-94. Baughman DC dan Hackley JC. 1996. Handbook for Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia(US): Lippincott Raven Publisher. Bhat P, Dretler A, Gdowski M, Ramgopal R, Williams D. 2016. The Washington Manual of Medical Therapeutics, 35th Edition. Hong Kong (CN): Lippincott Williams & Wilkins. Bradley J, Rubenstein D, Wayne D. 2007. Kedokteran Klinis Edisi 6. Jakarta (ID): Erlangga Delf MH dan Manning RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. Jakarta(ID): Buku Kedokteran ECG. Depkes. 2003. Petunjuk teknis pemantauan status gizi orang dewasa dengan indeks massa tubuh (IMT). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Dyk AV. 2008. HIV/AIDS Care and Counselling: A Multidisciplinary Approach, 4th Edition. Cape Town (ZA) Ceri Prenter. Eliastam M, Sternbach GL, Bresler MJ. 1994. Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta(ID): Buku Kedokteran ECG. Farrer H. 1996. Perawatan Maternitas. Jakarta(ID): Buku Kedokteran ECG. Fitriani D. 2013. Pengobatan Mandiri. Jakarta(ID): Bhuana Ilmu Populer. Kurniawan RF. 2014. Rahasia Terbaru Kedahsyatan Terapi Enzim. Depok(ID): Mahadaya Langit Hidayat M, Hidayat AAA. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan edisi 2. Jakarta (ID)l: Salemba Medika. Hidayat O, Giyarsih SR. 2012. Tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Gajah Mada tentang bahaya penyakit AIDS. Jurnal Bumi Indonesia. 1(2): 159 166. JNC 7 Express.2003. The Seventh Report of the joint national commitee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Boston (US) : National Institute id Health. Kee JL dan Hayes ER. 1994.Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta(ID): Buku Kedokteran ECG. Laksana ASD dan Lestari DWD. 2010. Faktor risiko penularan HIV/AIDS pada laki-laki orientasi seks heteroseksual dan homoseksual di Purwokerto. Mandala of Health. 4(2): 113-123. Madyan AS. 2009. AIDS dalam Islam. Bandung (ID): Mizan. Muttaqin A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta(ID): Salemba Medika. Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL.2011. Nutrition Therapy and Pathophisiology. Belmont(US): Cengage Learning. Nursalam, Kurniawati ND. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta(ID): Salemba Medika. Pal GK, Pal P. 2005. Textbook Of Practical Physiology - 2Nd Edn. Chennai (IN): Orient Longman Private Limited. Pate RP. 2007. Lecture Notes: Radiologi. Jakarta(ID): Erlangga. Rofles SR, Pinna K, Whitney E. 2009. Understanding Normal and Clinical Nutrition. Belmont(US): Cengage Learning. Sinclair C. 2003. Buku Saku Kebidanan. Jakarta(ID): Buku Kedokteran ECG. Tambayong J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta (ID): EGC Yayasan Spiritia. 2015. Lembaran Informasi tentang HIV dan AIDS untuk Orang yang Hidup dengan HIV. Jakarta (ID): Yayasan Spiritia.