Anda di halaman 1dari 11

Gizi Non gizi

Pekerjaan
n % n %
Ayah
Tidak bekerja 3 6.3 3 6.3
Pensiun 6 12.5 5 10.4
Pegawai Negeri Sipil 6 12.5 8 16.7
Kepolisian RI 0 0.0 1 2.1
Perdagangan 12 25.0 13 27.1
Petani/pekebun 2 4.2 7 14.6
Karyawan Swasta 7 14.6 6 12.5
Karyawan BUMN 0 0.0 2 4.2
Buruh tani/perkebunan 1 2.1 1 2.1
Dosen 2 4.2 0 0.0
Guru 5 10.4 0 0.0
Dokter 0 0.0 1 2.1
Sopir 2 4.2 0 0.0
Pedagang 2 4.2 1 2.1
Total 48 100.0 48 100.0
Ibu
Mengurus Rumah Tangga 25 52.1 16 33.3
Pensiun 0 0.0 2 4.2
Pegawai Negeri Sipil 8 16.7 14 29.2
Perdagangan 2 4.2 4 8.3
Petani/pekebun 1 2.1 2 4.2
Karyawan Swasta 3 6.3 3 6.3
Buruh tani/perkebunan 1 2.1 1 2.1
Tukang jahit 0 0.0 1 2.1
Guru 6 12.5 1 2.1
Perawat 0 0.0 1 2.1
Pedagang 2 4.2 3 6.3
Total 48 100.0 48 100.0

Karakteristik Mahasiswa yang Menyisakan Makanan

Dalam penelitian ini, sebanyak 96 mahasiswa diwawancarai. Sejumlah 29 mahasiswa


mengungkapkan terbiasa menyisakan makanan, dengan rincian 14 mahasiswa merupakan
mahasiswa gizi dan 15 mahasiswa lainnya merupakan mahasiswa non gizi. Data wawancara
terkait lingkungan sosial yang dikumpulkan adalah sikap terhadap sisa makanan, kebiasaan
menyisakan makanan, tanggapan atau tindakan jika mahasiswa menyisakan makanan, jenis
makanan yang disisakan, dan alasan makanan disisakan. Selain itu, terdapat juga data tentang
kekhawatiran mahasiswa ketika menyisakan makanan dan terpengaruh atau tidaknya mahasiswa
terhadap tanggapan orang ketika menyisakan makanan. Data mengenai jenis makanan yang
disisakan oleh keluarga dan teman mahasiswa beserta alasannya juga dilampirkan.

Sikap Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Sisa Makanan


Mahasiswa diberi tiga pilihan mengenai sikap keluarga dan temannya terhadap sisa
makanan. Pilihan pertama yaitu pro (setuju) yang berarti bahwa keluarga/teman tersebut
berpendapat bahwa menyisakan makanan bukanlah suatu masalah. Pilihan kedua yaitu netral
yang berarti bahwa keluarga/teman tersebut berpendapat bahwa sikap menyisakan makanan
dipilih tergantung dengan situasi yang terjadi, misalnya sikap bisa pro di satu situasi, tetapi di
situasi lainnya kontra sehingga belum diketahui kecendrungan sikapnya lebih dominan kemana
(dalam hal ini diartikan netral). Sedangkan di pilihan ketiga yaitu kontra (tidak setuju) yang
berarti bahwa keluarga/teman tersebut berpendapat bahwa menyisakan makanan adalah suatu
masalah.
Berdasarkan Tabel 7, baik di keluarga kelompok mahasiswa gizi maupun non gizi yang
menyisakan makanan, keduanya memiliki sikap pro dan kontra dengan persentase yang hampir
sama yaitu 6.5-6.6% anggota keluarga memiliki sikap pro dan 51.6-52.5% anggota keluarga
memiliki sikap kontra. Persentase jumlah teman yang memilih sikap pro menyisakan makanan
pada kelompok mahasiswa gizi bernilai lebih rendah dibandingkan dengan non gizi. Hal ini
berkebalikan dengan persentase jumlah teman yang memilih sikap kontra pada kelompok
mahasiswa gizi yang bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan non gizi. Persentase sikap netral
pada lingkungan keluarga mahasiswa gizi lebih besar dibandingkan dengan non gizi dengan nilai
secara berurut sebesar 41.0% dan 30.6%. Sedangkan di lingkungan teman mahasiswa, persentase
jumlah teman yang memilih sikap netral bernilai hampir sama di kedua kelompok mahasiswa.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga dan teman kelompok mahasiswa gizi lebih
banyak memiliki sikap kontra menyisakan makanan dibandingkan lingkungan keluarga dan
teman kelompok mahasiswa non gizi.
Tabel 7 Sebaran lingkungan sosial mahasiswa berdasarkan sikap terhadap sisa makanan
Gizi (%) Non gizi (%)
Lingkungan (n total= 61) (n total= 62)
Kebiasaan
Pro Netral Kontra Pro Netral Kontra Menyisakan
Keluarga 6.6 41.0 52.5 6.5 30.6 51.6 Makanan
Gizi (%) Non Gizi (%) pada
(n total= 42) (n total= 45) Lingkungan
Pro Netral Kontra Pro Netral Kontra Sosial
Teman 7.1 21.4 71.4 17.8 20.0 62.2 Mahasiswa
Mahasiswa diberi pertanyaan mengenai kebiasaan keluarga dan teman dalam menyisakan
makanan. Jawaban ‘Ya’ jika menurut mahasiswa bahwa keluarga atau temannya termasuk
individu yang terbiasa menyisakan makanan, dan jawaban ‘Tidak’ jika sebaliknya.

Tabel 8 Sebaran lingkungan sosial mahasiswa berdasarkan kebiasaan menyisakan makanan


B e r Gizi (%) d a s gizi (%) a
Non r k
Lingkungan (n total= 61) (n total= 62)
Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga 36.1 63.9 35.5 64.5
Gizi (%) Non Gizi (%)
(n total= 42) (n total= 45)
Ya Tidak Ya Tidak
Teman 31.0 71.4 35.6 64.4
jumlah lingkungan sosial mahasiswa yang tidak memiliki kebiasaan menyisakan makanan lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah lingkungan sosial mahasiswa yang memiliki kebiasaan
menyisakan makanan. Persentase jumlah anggota keluarga yang memiliki kebiasaan menyisakan
makanan pada kelompok mahasiswa gizi maupun non gizi tidak jauh berbeda dengan persentase
mahasiswa gizi 36.1% dan mahasiswa non gizi 35.5%. Sedikit selisih juga ditemukan pada
lingkungan teman mahasiswa yang menyisakan makanan dengan persentase mahasiswa gizi
31.0% dan mahasiswa non gizi 35.6%. Dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah anggota
keluarga dan teman yang memiliki kebiasaan menyisakan makanan maupun yang tidak pada
kelompok mahasiswa gizi dan non gizi memiliki selisih kurang dari 5%.
Tanggapan atau Tindakan Lingkungan Sosial Mahasiswa Jika Mahasiswa Menyisakan
Makanan
Mahasiswa diberi pertanyaan mengenai tanggapan atau tindakan yang dilakukan tiap
anggota keluarga dan teman jika mahasiswa menyisakan makanan. Pernyataan jawaban yang
terlampir merupakan gabungan jawaban terbuka yang dikemukakan secara langsung oleh
mahasiswa (tidak diberi pilihan jawaban).
Berdasarkan Tabel 9, tiga pernyataan paling banyak dikemukakan dari tiap kelompok jika
mahasiswa menyisakan makanan adalah memberi nasehat/teguran, tidak ada tanggapan/tindakan,
dan diberikan ke orang lain. Pada pernyataan ‘memberi nasehat/teguran’, persentase jumlah
tanggapan pada kelompok mahasiswa gizi lebih rendah dibandingkan dengan non gizi dengan
selisih sebesar 13.9%. Namun pada pernyataan ‘diberi ke hewan’, persentase jumlah tanggapan
pada kelompok mahasiswa gizi di keluarga maupun teman, memiliki persentase yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa non gizi. Besar persentase pada kelompok
mahasiswa gizi maupun non gizi yang tidak memberikan tanggapan/tindakan jika mahasiswa
menyisakan makanan secara berurut 36.1% dan 35.5% untuk lingkungan keluarga dan 33.3%
dan 37.8% untuk lingkungan teman. Persentase tanggapan/tindakan paling rendah dari
lingkungan keluarga dan teman pada kedua kelompok adalah pernyataan disimpan dahulu,
namun itu lebih banyak ditemukan pada keluarga dan teman kelompok mahasiswa non gizi.

Tabel 9 Sebaran lingkungan sosial mahasiswa berdasarkan jumlah tanggapan atau tindakan jika
mahasiswa menyisakan makanan
Lingkungan sosial
Keluarga Teman
Tanggapan/tindakan
Gizi Non gizi Gizi Non gizi
n % n % n % n %
Memberi 24 39.3 33 53.2 20 47.6 26 57.8
nasehat/teguran
Tidak ada 22 36.1 22 35.5 14 33.3 17 37.8
Lingkungan sosial
Keluarga Teman
Tanggapan/tindakan
Gizi Non gizi Gizi Non gizi
n % n % n % n %
tanggapan/tindakan
Diberikan ke orang lain 15 24.6 8 12.9 10 23.8 6 13.3
Diberi ke hewan 1 1.6 7 11.3 0 0.0 1 2.2
Dibuang 2 3.3 0 0.0 1 2.4 0 0.0
Disimpan dahulu 0 0.0 3 4.8 1 2.4 2 4.4
n: jumlah tanggapan

Tanggapan Kekhawatiran Ketika Mahasiswa Menyisakan Makanan


Mahasiswa diberi pernyataan mengenai tanggapan kekhawatiran jika mahasiswa
menyisakan makanan. Pernyataan jawaban yang terlampir merupakan gabungan jawaban terbuka
yang dikemukakan secara langsung oleh mahasiswa (tidak diberi pilihan jawaban).
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa jawaban pernyataan yang dikemukakan oleh
mahasiswa gizi lebih bervariasi dibandingkan dengan mahasiswa non gizi. Baik pada kelompok
mahasiswa gizi maupun non gizi, pernyataan ‘merasa bersalah atau tidak bersyukur’,
‘membuang-buang uang’, dan ‘mengingat masih ada orang lain kelaparan’ merupakan tiga
pernyataan yang paling banyak dijawab, dimana persentase kelompok mahasiswa non gizi lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa gizi. Tanggapan kekhawatiran yang
dikemukakan juga dapat dikaitkan dengan gerakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals) nomor 12 yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung
jawab (Wiebeb 2015). Dalam hal ini, berkaitan dengan mahasiswa sebagai orang yang
mengonsumsi mesti bertanggungjawab terhadap makanan yang telah dipilihnya. Besar
persentase mahasiswa gizi pada pernyataan ‘merasa bersalah’ lebih rendah dibandingkan dengan
mahasiswa non gizi dengan persentase secara berurut sebesar 57.1% dan 73.3% dengan selisih
sebesar 16.2%. Tidak ditemukan jawaban pernyataan ‘menimbulkan bau tak sedap’, ‘takut dikira
diet’, ‘takut menjadi kebiasaan’, ‘takut dibandingkan dengan orang lain’, dan ‘melanggar prinsip
keluarga’ dari mahasiswa non gizi.

Tabel 10 Sebaran jawaban mahasiswa berdasarkan jumlah tanggapan kekhawatiran ketika


menyisakan makanan
Jumlah tanggapan (n)
Jenis tanggapan kekhawatiran Gizi Non gizi
n % n %
Merasa bersalah/tidak bersyukur 8 57.1 11 73.3
Membuang-buang uang 5 35.7 6 40.0
Mengingat masih ada orang lain 2 14.3 4 26.7
yang kelaparan
Takut pada karmaphala 1 7.1 2 13.3
Tidak menghargai perjuangan 0 0.0 3 20.0
petani
Menimbulkan bau tak sedap 2 14.3 0 0.0
Memperbanyak sampah 1 7.1 1 6.7
Menimbulkan pencemaran 1 1
7.1 6.7
lingkungan
Tidak menghargai juru masak 1 7.1 1 6.7
Takut dikira sedang diet 1 7.1 0 0.0
Takut menjadi kebiasaan 1 7.1 0 0.0
Takut dibandingkan dengan orang 1 7.1 0 0.0
lain
Melanggar prinsip keluarga 1 7.1 0 0.0
n: jumlah tanggapan

Jenis Makanan yang Disisakan oleh Lingkungan Sosial Mahasiswa

Mahasiswa ditanya mengenai jenis makanan yang paling sering disisakan oleh tiap
anggota keluarga dan teman yang memiliki kebiasaan menyisakan makanan. Jawaban yang
terlampir di Tabel 11 diurut berdasarkan jenis makanan yang tersering disisakan.
Berdasarkan Tabel 11, baik pada keluarga dan teman mahasiswa gizi maupun non gizi
memilih makanan pokok sebagai jenis makanan yang paling sering disisakan. Persentase
menyisakan dari keluarga dan teman mahasiswa gizi lebih besar dibandingkan dengan keluarga
dan teman mahasiswa non gizi dengan persentase 81.8% dan 92.3% untuk keluarga dan teman
mahasiswa gizi dan 68.2% dan 81.3% untuk keluarga dan teman mahasiswa non gizi. Selain itu,
buah juga termasuk dalam jenis makanan yang lebih banyak disisakan pada lingkungan keluarga
daripada lingkungan teman pada kelompok mahasiswa gizi maupun kelompok mahasiswa non
gizi dengan persentase di lingkungan keluarga yaitu 18.2% (gizi) dan 4.5% (non gizi), namun di
lingkungan teman 0%.
Tabel 11 Jenis makanan yang disisakan oleh lingkungan sosial mahasiswa
Lingkungan sosial
Keluarga Teman
Jenis makanan
Gizi Non gizi Gizi Non gizi
n % n % n % n %
Makanan pokok (nasi,
18 81.8 15 68.2 12 92.3 13 81.3
kentang, mie)
Sayuran 17 77.3 14 63.6 5 38.5 6 37.5
Pangan hewani 5 22.7 13 59.1 4 30.8 13 81.3
Pangan nabati 5 22.7 8 36.4 4 30.8 6 37.5
Saus/sambal/bumbu 5 22.7 7 31.8 1 7.7 7 43.8
Buah 4 18.2 1 4.5 0 0 0 0.0

Alasan Makanan Disisakan oleh Lingkungan Sosial Mahasiswa


Mahasiswa juga ditanya mengenai alasan makanan disisakan oleh tiap anggota keluarga
dan teman yang memiliki kebiasaan menyisakan makanan. Jawaban yang terlampir di Tabel 12
diurut berdasarkan alasan yang tersering dijawab.
Tabel 12 Alasan makanan disisakan oleh lingkungan sosial mahasiswa
Lingkungan sosial
Keluarga Teman
Pernyataan
Gizi Non gizi Gizi Non gizi
n % n % n % n %
Sudah merasa kenyang 17 77.3 5 22.7 11 84.6 10 62.5
Tidak suka/ enak 11 50.0 12 54.5 2 15.4 6 37.5
Porsi terlalu banyak 6 27.3 4 18.2 8 61.5 1 6.3
Nafsu makan menurun 2 9.1 4 18.2 0 0.0 4 25.0
Suasana hati 1 4.5 5 22.7 0 0.0 2 12.5
Waktu terbatas 1 4.5 0 0.0 1 7.7 5 31.3
Lainnya 0 0.0 4 18.2 0 0.0 1 6.3
Penampilan dan cara 2 9.1 1 4.5 0 0.0 0 0.0
penyajian
n: jumlah tanggapan
Berdasarkan Tabel 12, pernyataan ‘sudah merasa kenyang’ merupakan alasan yang
paling banyak dipilih oleh keluarga dan teman dari kedua kelompok mahasiswa dalam
menyisakan makanan. Kelompok mahasiswa gizi memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa non gizi pada pernyataan tersebut. Persentase keluarga dan teman mahasiswa
gizi secara berurut 77.3% dan 84.6%, sedangkan persentase keluarga dan teman mahasiswa non
gizi secara berurut 22.7% dan 62.5%. Jumlah tanggapan ‘porsi terlalu banyak’ pada keluarga dan
teman mahasiswa gizi juga lebih besar dibandingkan dengan keluarga dan teman mahasiswa non
gizi, namun pada pernyataan ‘tidak suka/enak’, besar persentase pada kelompok mahasiswa non
gizi lebih tinggi daripada mahasiswa gizi. Pada keluarga mahasiswa non gizi, alasan pernyataan
‘lainnya’ menyisakan makanan yaitu karena merasa sakit ketika mengonsumsi makanan tersebut,
sedang dalam proses penurunan berat badan (diet), dan alasan karena akan diberi ke hewan.

Pengalaman Keikutsertaan Organisasi/ Lainnya


Pertanyaan lain yang diberikan kepada mahasiswa yang menyisakan makanan adalah
mengenai keikutsertaan kegiatan di kampus seperti kepanitian, organisasi, lomba, dan lainnya
dalam satu tahun terakhir.
Tabel 13 Sebaran mahasiswa berdasarkan keikutsertaan organisasi/aktivitas lainnya
Keikutsertaan organisasi/lainnya
Kelompok Ya Tidak
n % n %
Gizi (n total= 14) 13 92.9 1 7.1
Non Gizi (n total= 15) 14 93.3 1 6.7
Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa mahasiswa yang tidak mengikuti
organisasi/kegiatan lainnya pada kedua kelompok tidak berbeda jauh. Hampir seluruh mahasiswa
yang diwawancarai mengikuti kegiatan lain selain aktivitas belajar di kampus. Hal ini berarti
lingkungan sosial interaksi mahasiswa tidak terbatas pada aktivitas perkuliahan saja. Menurut
Kosasih (2016), organisasi kemahasiswaan adalah wadah untuk mahasiswa mengembangkan
kemampuan diri (softskill) dimana hal ini penting dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa
yang aktif berorganisasi diharapkan mampu untuk memberikan pengaruh positif bagi
lingkungannya karena terdapat tekanan/tuntutan sosial. Terkait dengan Tabel 13, maka dapat
dikatakan tidak terdapat hubungan antara keaktifan mahasiswa mengikuti organisasi dengan
kebiasaan menyisakan makanan yang dibuktikan lebih dari 90% mahasiswa yang menyisakan
makanan sedang/pernah mengikuti suatu organisasi/kegiatan non akademik lainnya. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Erpita (2013) yang menyatakan terdapat hubungan tekanan sosial
terhadap perilaku siswa dalam mencapai kompetensi belajar.

Perilaku Menyisakan Makanan

Jumlah makanan yang disisakan oleh seseorang tidak dapat dijelaskan hanya dengan satu
jenis perilaku, namun hal itu merupakan gabungan dari beberapa jenis perilaku (Aktas et al.
2018).
Gambar 2
29.2 Sebaran
mahasiswa
68.8 berdasarkan
Sisa_Gizi perilaku
Tidak Sisa_Gizi menyisakan
70.8 Sisa_Non Gizi makanan
Tidak Sisa_Non Gizi
31.3

Mahasiswa ditanya mengenai kebiasaan menyisakan makanan. Data dilampirkan dalam


Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, lebih dari separuh mahasiswa di kedua kelompok tidak
memiliki kebiasaan menyisakan makanan dengan persentase mahasiswa gizi sebesar 70.8% dan
mahasiswa non gizi sebesar 68.8%. Selain itu, jumlah mahasiswa gizi yang menyisakan makanan
lebih rendah dibandingkan mahasiswa non gizi dengan persentase secara berurut yaitu 29.2%
dan 31.3%.

Frekuensi Menyisakan Makanan

Frekuensi suatu perilaku merupakan salah satu dimensi untuk mengukur perilaku
seseorang (Sunardi 2010). Frekuensi menyisakan makanan mengukur jumlah pengulangan
perilaku menyisakan makanan pada mahasiswa. Diagram berikut menunjukkan frekuensi
menyisakan makanan dalam sehari pada mahasiswa di kedua kelompok dimana frekuensi yang
diberikan adalah 1, 2, dan 3.
90
78.6
80
70 66.7

60
50
40
30
21.4 20
20 13.3
10
0
0
1x sehari 2x sehari 3x sehari

Gizi Non Gizi


Gambar 3 Sebaran subjek berdasarkan frekuensi menyisakan makanan dalam sehari
Berdasarkan Gambar 3, secara umum, frekuensi menyisakan makanan pada mahasiswa
gizi lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa non gizi. Dari 14 mahasiswa mahasiswa gizi
yang menyisakan makanan, lebih dari separuhnya memiliki frekuensi menyisakan makanan
sebanyak 1x sehari. Tidak terdapat mahasiswa gizi yang menyisakan makanan lebih dari 2x
sehari, sedangkan pada kelompok mahasiswa non gizi, dari 15 mahasiswa yang menyisakan
makanan, ditemukan sepertiga mahasiswanya menyisakan makanan dengan frekuensi lebih dari
1x sehari. Sebagai tambahan informasi, menurut penelitian Langen et al. (2015), frekuensi
perilaku menyisakan makanan paling tinggi ketika hari sabtu dan minggu karena ingin
menikmati akhir minggu dan ketika ada perayaan.

Awal Mulai Kebiasaan Menyisakan Makanan

Kebiasaan berasal dari kata biasa, yang bermakna pengulangan dalam waktu dan tempat
yang berbeda. Kebiasaan merujuk pada tingkah laku yang biasa diulang seseorang yang nantinya
dapat menjadi suatu perilaku yang biasa dilakukan seseorang tersebut (Nunu dan Risnawati
2019). Awal mulai kebiasaan menyisakan makanan pada mahasiswa digali lebih lanjut dalam
penelitian ini. Adapun data dibagi menjadi empat durasi waktu seperti pada diagram di bawah
ini.
80
70 66.7

60
50
50
40
30
20 21.4
20 14.3 14.3 13.3
10
0
0
3 bulan terakhir 6 bulan terakhir 1 tahun terakhir >1 tahun terakhir

Gizi Non Gizi


Gambar 4 Sebaran awal mulai kebiasaan menyisakan makanan pada mahasiswa
Berdasarkan Gambar 4, kebanyakan mahasiswa baik pada mahasiswa gizi maupun non
gizi mulai menyisakan makanan lebih dari satu tahun terakhir. Mahasiswa non gizi yang mulai
menyisakan makanan lebih dari satu tahun terakhir memiliki persentase lebih besar dibandingkan
dengan mahasiswa gizi dengan persentase secara berurut yaitu 66.7% dan 50.0%. Menurut
Machfoedz (2003), suatu perilaku dibentuk dari kebiasaan. Sehingga dapat disimpulkan,
kebiasaan menyisakan makanan pada mahasiswa non gizi lebih awal terbentuk dibandingkan
dengan mahasiswa gizi.

Jenis Makanan yang Paling Sering Disisakan beserta Alasannya

Seluruh mahasiswa diminta untuk menyebutkan jenis makanan yang paling sering
disisakan beserta alasannya. Penelitian Ventour (2008) menggunakan informasi mengenai jenis
makanan yang disisakan beserta alasannya sebagai upaya pengembangan dan penargetan
kampanye yang bertema Love Food Hate Waste yang diluncurkan pada tahun 2007 lalu untuk
meminimalisisr perilaku menyisakan makanan. Oleh karena itu, ditampilkan juga data mengenai
jenis makanan yang disisakan terbagi menjadi enam jenis seperti pada Tabel 24.
Berdasarkan Tabel 24, baik pada mahasiswa gizi maupun non gizi memilih makanan
pokok sebagai jenis makanan yang paling sering disisakan. Lebih dari separuh kelompok
mahasiswa gizi menyisakan makanan pokok lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa non
gizi dengan persentase berurut sebesar 57.1% dan 40.0%. Hal ini sesuai dengan penelitian
Langen et al. (2015), dimana roti merupakan makanan yang paling sering disisakan dan
sebaliknya, pangan hewani adalah makanan yang jarang disisakan. Penelitian yang dilakukan
oleh Ventour (2008) juga menyebutkan bahwa roti termasuk dua makanan tertinggi yang paling
sering disisakan setelah sayuran. Sedangkan pada penelitian ini, sayur merupakan makanan
tertinggi kedua yang paling sering disisakan oleh mahasiswa. Kelompok saus/sambal/bumbu
menempati urutan tiga sebagai makanan yang paling sering disisakan mahasiswa.
Tabel 24 Sebaran jenis makanan yang paling sering disisakan pada mahasiswa
Gizi Non gizi
Jenis makanan
n % n %
Makanan pokok 8 57.1 6 40.0
Sayuran 2 14.3 2 13.3
Saus/Sambel/Bumbu 2 14.3 3 20.0
Pangan nabati 0 0.0 4 26.7
Pangan hewani 2 14.3 0 0.0
Buah 0 0.0 0 0.0
Total 14 100.0 15 100.0
Jenis makanan yang paling tidak disisakan oleh kedua kelompok yaitu buah. Alasan tidak
ada yang memilih buah sebagai jenis makanan yang paling sering disisakan diperkirakan karena
beberapa hal seperti rasa dan harga buah yang dikonsumsi, namun rasa buah yang enak dapat
menjadi salah satu alasan buah dipilih untuk tetap dikonsumsi (Ulfah 2011). Pandangan lain
menurut Kusumajaya et al. (2010), harga buah yang relatif mahal menjadikan buah sebagai
pangan yang jarang dikonsumsi yang dapat menjadi salah satu alasan buah menjadi jarang
disisakan. Sebagai tambahan, Irfan et al. (2012) menyebutkan bahwa porsi konsumsi buah pada
mahasiswa di Kota Makassar belum sesuai dengan rekomendasi kecukupan konsumsi buah di
Indonesia. Rekomendasi konsumsi buah yang disarankan adalah sebanyak 2-3 buah per hari
seperti yang terdapat pada tumpeng gizi seimbang.
Disajikan beberapa pernyataan alasan yang mendasari mahasiswa menyisakan makanan.
Mahasiswa dapat memilih lebih dari satu alasan atau menambahkan alasan lainnya secara
mandiri jika diperlukan. Sebaran mengenai alasan makanan disisakan dapat dilihat di Tabel 25.

Jika dikaitkan dengan Tabel 24 dan Tabel 25, jenis makanan yang paling banyak
disisakan adalah makanan pokok dengan alasan disisakan karena porsi terlalu banyak. Menurut
Haryadi (2004), makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia sampai kini adalah nasi, dimana
kebanyakan masyarakat Indonesia akan merasa belum kenyang jika belum makan nasi (beras).
Beras banyak disukai karena harganya yang murah, cepat dan mudah dalam pengolahannya, dan
dapat dicampurkan dengan berbagai jenis masakan (Denardin 2012).

Tabel 25 Sebaran subjek berdasarkan alasan makanan disisakan


Gizi Non gizi
Pernyataan
n % n %
Porsi terlalu banyak 14 100.0 11 73.3
Sudah merasa kenyang 13 92.9 10 66.7
Tidak suka/ enak 7 50.0 9 60.0
Suasana hati 6 42.9 5 33.3
Nafsu makan menurun 3 21.4 7 46.7
Waktu terbatas 4 28.6 2 13.3
Pelayanan penyaji makanan 3 21.4 0 0.0
Penampilan dan cara
penyajian 1 7.1 2 13.3
Lainnya 1 7.1 2 13.3
n: jumlah tanggapan
Berdasarkan Tabel 25, pernyataan ‘porsi terlalu banyak’,’sudah merasa kenyang’,’tidak
suka/enak’ merupakan tiga alasan yang paling banyak dipilih oleh kedua kelompok mahasiswa.
Hal ini sesuai dengan penelitian Langen et al. (2015), dimana alasan’ tidak suka/enak’ dan ‘porsi
terlalu banyak’ termasuk 5 alasan tertinggi makanan disisakan, sedangkan alasan ‘sudah merasa
kenyang’ berada di posisi 8 dari 11 alasan yang dijawab pada penelitian tersebut. Kelompok
mahasiswa gizi memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa non gizi pada
pernyataan ‘porsi terlalu banyak’ dan ‘sudah merasa kenyang’. Sedangkan pada pernyataan
‘tidak suka/enak’, kelompok mahasiswa non gizi memiliki persentase yang lebih tinggi daripada
mahasiswa gizi sebesar 60.0% dan 50.0%. Pernyataan alasan dengan persentase terendah berada
pada ‘penampilan dan cara penyajian’ dan alasan ‘lainnya’. Pada kelompok mahasiswa gizi,
pernyataan lainnya yang merupakan alasan menyisakan makanan yaitu bentuk wadah makanan
yang digunakan menyusahkan mahasiswa mengambil makanan pada sisi tertentu, misalnya
wadah makanan yang berbentuk bunga. Sedangkan pada kelompok mahasiswa non gizi, terdapat
dua pernyataan alasan lainnya. Pertama, karena terdapat pengalaman beberapa makanan yang
sering menyebabkan sakit di tenggorokan setelah dikonsumsi. Kedua, karena ada adat istiadat
yang diyakini. Misalnya, masyarakat Bali memiliki tradisi untuk menyisihkan sebagian
makanannya sebelum dimakan yang dikenal dengan banten saiban (Jendra 1993).

Anda mungkin juga menyukai