Anda di halaman 1dari 15

Manajemen Risiko Dalam Keselamatan Pasien

Mata Kuliah : Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja


Dalam Kesehatan
Dosen Pengampu : Melisa Frisilia,S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh :

Nadia
(2019.C.11a.1052)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019/ 2020
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................
2.1 Peran Manajemen Risiko Dalam Keselamatan Pasien...........
2.2 Pentingnya Manajemen Risiko...............................................
2.3 Proses Manajemen Risiko......................................................
2.4 Hirarki Pengendalian Risiko..................................................
2.5 Manajemen Risiko K3 Di Dalam Gedung.............................
2.6 Manajemen Risiko K3 Di Luar Gedung.................................
BAB 3 PENUTUP...................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................
3.2 Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum mendalami materi tentang manajemen risiko, dalam kehidupan
sehari-hari kita sering mendengar kata “Risiko” dan sudah biasa dipakai dalam
percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Pengertian risiko sendiri adalah
hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktivitas yang
dilakukan manusia. Karena dalam setiap kegiatan, pasti ada berbagai
ketidakpastian (uncertainty).

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau


tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang(opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja.

Dalam hal ini tempat pelayanan kesehatan merupakan tempat kerja yang
unik dan kompleks, yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Semakin luaspelayanan kesehatan dan fungsi suatu tempat pelayanan kesehatan
maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi
segala hal tersebut menyebabkan tempat pelayanan kesehatan mempunyai potensi
bahaya yang sangat besar,tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, risiko ini
juga membahayakan pengunjung tempat pelayanan kesehatan tersebut.

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan


bahwa terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di
industri lain. Kasusyang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit
pinggang, tergores/ terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi, dan sebagainya.
Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja rumah sakit
yaitu sprains, strains: 52%; contussion, crushing, bruising: 11%; cuts, laceration,
puncture: 10,8%; fractures: 5,6%; multiple injuries: 2,1%;thermal burns: 2%;
scratches, abrasions: 1,9%; infections: 1,3%; dermatitis : 1,2%; danlain-lain:

1
12,4% (US Departement of Laboratorium, Bureau of Laboratorium
Statistics,1983).

Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan


oleh rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit
maupun keamanan pasien. Tujuan dari pelaksanaan keselamatan pasien di rumah
sakit adalah untuk melindungi pasien dari kejadian yang tidak diharapkan. Risiko
kejadian ini berasal dari proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui program-program yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes RI,
2008).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana peran manajemen risiko dalam keselamatan pasien ?
1.2.2 Apakan manajemen risiko itu penting ?
1.2.3 Bagaimana proses manajemen risiko?

1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami peran manajemen risiko dalam keselamatan pasien
1.3.2 Mengetahui pentingnya manajemen risiko
1.3.3 Mengetahui proses manajemen risiko
1.3.4 Memahami hirarki pengendalian risiko

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Manajemen Risiko Dalam Keselamatan Pasien

manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori
accident model (investigasi kecelakaan) Internaltional Loss Control Institute
(ILCI). Manajemen Risiko K3 merupakan suatu usaha atau proses untuk
mengelola risiko agar tidak terjadi hal yang tidak diinginan atau kecelakaan secara
komprehensif (logis), terencana dan terstruktur. Hal ini memungkinkan
manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan
menganalisis risiko yang ada dalam suatu proyek. Pendekatan manajemen risiko
ini dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan dalam suatu proyek kedepannya.

2.2 Pentingnya Manajemen Risiko

Penerapan Manajemen Risiko K3 menjadi suatu keuntuhan dari sistem


manajemen suatu perusahaan/organisasi. Proses ini dapat diterapkan di semua
tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen Risiko
akan memberikan dampak yang optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan.
Meskipun demikian, Manajemen Risiko sering dilakukan pada tahap pelaksanaan
kegiatan. Manfaat penerapan Manajemen Risiko K3 ini selain mengurangi
peluang kecelakaan juga bermanfaat untuk memberikan pemahaman kepada
semua pihak mengenai potensi bahaya yang ada pada setiap kegiatan/aktifitas di
suatu proyek perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta
kewaspadaan dan kesadaran akan keselamatan kerja.

Dalam Manajemen Risiko K3 dilakukan identifikasi risiko, segala aspek


yang dapat menimbulkan kecelakaan saat bekerja dipertimbangkan, sehingga
nantinya akan didapatkan daftar risiko dari kejadian-kejadian yang dapat
berdampak pada setiap elemen kegiatan. Analisis Risiko dilakukan untuk
mengetahui penyebab kecelakaan serta kerugian apa saja yang diterima pada saat
terjadinya kecelakaan serta dampak dan kemungkinan kedepannya.

3
Evaluasi Risiko perlu dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko hasil
analisis dengan kriteria standar yang digunakan perusahaan/organisasi. Setelah
didapatkan semua gambaran risiko maka dilakukan Pengendalian Risiko untuk
mengatasi Permasalahan tersebut.

2.3 Proses Manajemen Risiko

Kecelakaan kerja bisa terjadi pada setiap tahapan dalam pelaksanaan


pekerjaan pembangunan, mulai dari tahap penyimpanan peralatan dan
material,tahap persiapan, tahap pekerjaan struktur , tahap pekerjaan arsitektur dan
tahap pekerjaan plumbing, mekanikal dan elektrikal. Setiap risiko pada tahapan
pekerjaan tersebut harus dinilai untuk mendapatkan penanganan/pengendalian
risiko secara proposional dengan mempertimbangkan faktor biaya dan efektifitas.
Untuk itu diperlukan manajemen risiko K3 yang bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian dalam pelaksanaannya

Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk


mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga
memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen risiko
yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan.

Dalam menerapkan Manajemen Risiko K3, ada beberapa tahapan/langkah


yang perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar proses Manajemen Risiko K3 dapat
berjalan dengan tepat dan sesuai. Tahapan yang perlu dilakukan dalam
menerapkan Manajemen Risiko K3 adalah :

1. Menentukan Konteks dan Tujuan (Establish Goals and Context )

Tahap identifikasi hubungan antara organisasi/perusahaan dan lingkungan


disekitarnya sesuai visi dan misi, mengidentifikasi kelebihan, kekurangan,
kesempatan dan kendala yang ada.

4
2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko yaitu proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-
proses teknis yang memiliki risko untuk meningkatkan kemungkinan dalam
mencapai sasaran biaya, kinerja/performance dan waktu penyelesaian kegiatan

3. Identifikasi risiko (Identify risk)

Adalah proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang


memiliki risiko potensial yang akan dikelola.

4. Analisa risiko (Analyse risk)

Adalah proses menilai risiko yang telah teridentifikasi menggunakan


matrix risiko untuk menentukan besarnya risiko. (risk = likelihood x
consequences)

5. Evaluasi risiko ( Evaluate the risk)

Adalah proses penilaian risiko untuk menentukan apakah risiko yang


terjadi dapat diterima atau tidak dapat diterima.

6. Pengendalian risiko ( Treats the risk)

Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatifpengendalian risiko,


dengan cara menghindari risiko, mengurangi frekuensi terjadinya risiko,
mengurangi konsekuensi dari terjadinya risiko, mentransfer risiko secara penuh
atau sebagian kepada pihak lain yang lebih berkompeten menangani risiko
tersebut dan mempertahankan risiko.

7. Pemantauan dan Telaah Ulang (Monitor and Review)

Adalah proses evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan
risiko yang telah dilakukan dan sebagai dasar dalam penyusunan strategi
penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

Identifikasi risiko merupakan upaya sistimatis untuk mengetahui adanya


risiko dalam aktivitas organisasi. Lalu untuk menganalisa risiko mengunakan

5
analisa kualitatif untuk memberikan gambaran tentang tingkat risiko, dengan
menggunakan skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko
yang akan diidentifikasi. Setelah di analisa selanjutnya di evaluasi. Suatu risiko
akan memberikan makna yang jelas bagi stakeholders jika diketahui apakah risiko
tersebut signifikan bagi kelangsungan bisnis. Sehingga diperlukan tindak lanjut
dari penilaian risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau
tidak dan menentukan prioritas pengendalian risiko. Setelah dilakukannya
evaluasi risiko, selanjutnya dilakukan pengendalian risiko. Pengendalian adalah
proses, pengaturan, alat, pelaksanaan atau tindakan yang berfungsi untuk
meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif (AS/NZS
4360:2004). Proses pengendalian risiko yang terjadi menurut AS/NZS 4360: 2004
adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risko dapat ditentukan apakah suatu
risiko dapat diterima atau tidak. Pengendalian lebih lanjut tidak dilakukan jika
risiko dapat diterima (Generally Acceptable)

Dalam peringkat risiko, dikategorikan sebagai risiko yang dapat di


toleransi (Tollerable) maka risiko dapat dikendalikan menggunakan konsep
ALARP. Jika risiko berada di atas batas yang dapat diterima toleransi (Generally
Unacceptable) maka perlu dilakukan pengendalian lebih lanjut.Pengendalian
risiko dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu:

 Hindari risiko (avoid risk)


 Pengurangan Probabilitas (reduce probability)
 Pengurangan Konsekuensi (reduce consequence)
 Transfer risiko (risk transfer)

6
2.4 Hirarki Pengendalian Resiko

Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat


risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat
ditolerir. Cara pengendalian risiko dilakukan dengan menghilangkan sumber
bahaya (hazard), mengganti proses, mengganti input dengan yang lebih rendah
risikonya. Selain itu mengurangi risiko dari bahaya dapat dilakukan dengan
metode rekayasa teknik pada alat kerja, melakukan pembuatan prosedur serta
aturan, dan menggunakan alat perlindungan diri sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan.

Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian


memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya
menuju ke titik yang aman. Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi
memiliki tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara
pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi menurun.

Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan


sampai dengan tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman).
Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi,
perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat pada
tabel di bawah :

7
Hierarki Pengendalian Resiko K3

Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya

Substitusi Substitusi Alat/Mesin/Bahan Tempat Kerja/Pekerjaan


Aman
Mengurangi Bahaya
Modifikasi/Perancangan
Perancangan Alat/Mesin/Tempat Kerja yang
Lebih Aman

Prosedur, Aturan, Pelatihan,


Administras
Durasi Kerja, Tanda
i
Bahaya, Rambu, Poster, Label
Tenaga Kerja Aman
Mengurangi Paparan
Alat Perlindungan Diri Tenaga
APD
Kerja

1.4 Manajemen Risiko K3 Di Dalam Gedung


Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik ,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Pencahayaan.
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam . Cth : Ampul
Obat, Jarum Suntik,
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

8
1.5 Manajemen Risiko K3 Di Luar Gedung

Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau
instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Ruang bangunan dan halaman RS.
2. Lingkungan bangunan RS.
3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir.
4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak
becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju ke
saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan
disesuaikan dengan luas halaman.
5. Pencahayaan Faktor-Faktor Risiko K3 di Luar Gedung
6. Kebisingan
7. Kebersihan
8. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan
10. Tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan
tempat sampah.
11. Selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara
kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan.
12. Jalur lalu lintas pejalan kaki
13. dan jalur kendaraan harus dipisahkan.
14. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefinisikan : Polutan, Limbah terkendali, Limbah khusus.
15. Kriteria limbah berbahaya.

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/egya/5cab71a5cc5283434b03dd65/manajemen-risiko-
k3-kesehatan-dan-keselamatan-kerja

https://www.kompasiana.com/smldhrmwn/5cab7c5295760e10e9713593/pentingnya-
manajemen-risiko-kesehatan-dan-keselamatan-kerja

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html

https://www.scribd.com/document/430296574/Makalah-Manajemen-Risiko-k3-Di-
Dalam-Dan-Di-Luar-Gedung-docx

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319686-S-PDF-Evryanti.pdf

http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs/index.php/juke/article/download/172/10

http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs

1
1

Anda mungkin juga menyukai