LATAR BELAKANG
Lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam
dunia peternakan. Melalui lingkungan produktifitas suatu ternak dapat dicapai secara
maksimal. Ternak memiliki lingkungan yang mencakup semua faktor yaitu faktor fisik,
kimia, biologi, dan sosial yang ada disekitar ternak.
Beberapa ternak secara spesifik memiliki karakteristik khusus yang mengharuskan ternak
tersebut memiliki lingkungan yang sesuai agar ternak merasa nyaman. Sebab, jika ternak
merasa nyaman, produktifitas yang diharapkan oleh peternak akan secara maksimal
didapatkan. Seperti halnya di Indonesia, dimana ternak lokal memiliki ketahanan
terhadap lingkungan yang lebih baik bila dibandingkan dengan ternak yang bukan lokal.
Oleh sebab itu, perkembangan zaman membuat para ahli genetik untuk berfikir
menciptakan persilangan yang biasa disebut “peranakan”. Ternak tersebut diciptakan agar
dapat menyesuaikan dengan iklim atau lingkungan sekitar.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Penampilan seekor ternak merupakan pengaruh dari faktor genetik yang didukung
oleh faktor lingkungan serta interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Seekor
ternak menampilkan produktivitas yang tinggi merupakan dukungan dari unsur tersebut
secara maksimal. Iklim lingkungan terbagi atas dua bagian besar yaitu makrolimat
(lingkungan makro) dan mikrolimat (lingkungan mikro). Lingkungan makro mengarah
pada kondisi yang berlaku pada suatu wilayah atau negara sedangkan lingkungan mikro
lebih mengarah kondisi dimana ternak diekspos secara langsung pada waktu-waktu
tertentu.
1. Lingkungan Fisik
b. Kelembaban Udara
Alat pengukur kelembaban , tekanan dan tempertur udara sudah banyak diperjual-
belikan. Dengan alat ini kita dapat mengidentifikasi daerah kenyamanan. Kelembaban
udara maksimum terjadi pada pagi hari sedang kelembaban udara minimum dicapai pada
sore hari. Ternak yang selalu ada didalam kandang perlu diperhatikan kelembabannya.
c. Energi Radiasi
d. Gerakan Udara
Pergerakan udara dapat juga disebut angin. Angin bergerak dari daerah padat arah
udara renggang. Angin membawa panas tubuh ternak melalui pergerakannya. Laju
gerakan udara bergerak di atas permukaan kulit ternak mempengaruhi laju pelepasan
panas tubuh. Pelepasan panas tubuh ternak akan sulit dibawa angin apabila bulu tubuh
tidak dapat di tembus atau banyak kotoran yang melekat. Pelepasan panas tubuh ternak
secara evaporasi sangat bergantung pada cepat atau lambatnya pergerakan udara di
sekitar tubuh ternak. Pelepasan panas tubuh ternak akan mudah terjadi jika suhu udara
sedang dan kecepatan angin tinggi. Angin akan membawa panas tubuh secara konduksi
sepanjang temperatur udara rendah bila dibandingkan temperatur permukaan kulit.
Akan tetapi jika pergerakan udara semakin meningkat maka radiasi matahari
menjadi bertambah. Angin yang mempunyai kecepatan sekitar 8 km/jam-16 km/jam
didaerah panas penting untuk menolong ternak yang tercekam panas. Angin
yang berhembus di malam hari dengan kecepatan sekitar 8 km/jam-16 km/jam kurang
menguntungkan bagi kehidupan ternak di daerah tropis.
e. Curah Hujan
g. Tekanan Udara
Di daerah tropis tekanan udara tergantung pada letak daerah. Daerah ditepi pantai
tekanan udaranya lain dengan yang berada di pegunungan. Menurunnya tekanan atmosfir
akan merangsang jumlah konsumsi, tetapi jika tekanan tinggi sebagian makanan yang
normal diberikan tidak akan dimakan ternak. Pengembangan peternakan dengan
memperhatikan unsur-unsur lingkungan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Pangan Dan Peternakan Jawa Barat (2018). Outlook Bisnis Peternakan
2018
Hahn, G.L. 1985. Management and Housing of Farm Animal in Hot Environment. In:
Physiology of Livestock. Vol. 1. M.K. Yousef (Ed). CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.
P. 159 -168.