Nim : C03418020
Kelas : A Psikologi
Mata Kuliah : Teori Asesment Dasar
Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14
sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun
1953.
Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia
untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan
norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis
kelamin dan kelompok usia.
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal
hitungan.
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan
subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
IST terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 aitem.
Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan
dengan menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
1. SE: melengkapi kalimat. Pada subtes ini yang diukur adalah pembentukan
keputusan, common sense (memanfaatkan pengalaman masa lalu), penekanan
pada praktis-konkrit, pemaknaan realitas, dan berpikir secara berdikari/ mandiri.
2. WA: melengkapi kalimat. Pada subtes ini akan diukur kemampuan bahasa,
perasaan empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, dan memahami
pengertian bahasa.
3. AN: persamaan kata. Pada subtes ini yang diukur adalah kemampuan
fleeksibilitas dalam berpikir, daya mengkombinasikan, mendeteksi dan
memindahkan hubungan- hubungan, serta kejelasan dan kekonsekuenan dalam
berpikir.
4. GE: sifat yang dimiliki bersama. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah
kemampuan abstraksi verbal, kemampuan untuk menyatakan pengertian akan
sesuatu dalam bentuk bahasa, membentuk suatu pengertian atau mencari inti
persoalan, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa.
5. RA: berhitung. Dalam subtes ini aspek yang dilihat adalah kemampuan berpikir
praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning, dan kemampuan mengambil
kesimpulan.
6. ZR: deret angka. Dalam subtes ini akan dilihat bagaimana cara berpikir teoritis
dengan hitungan, berpikir induktif dengan angka-angka, serta kelincahan dalam
berpikir.
7. FA: memilih bentuk. Pada subtes ini akan mengukur kemampuan dalam
membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa), berpikir
konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu keseluruhan.
8. WU: latihan balok. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah daya bayang
ruang, kemampuan tiga dimensi, analitis, serta kemampuan konstruktif teknis.
9. ME: latihan simbol. Subtes ini mengukur daya ingat, konsentrasi yang menetap,
dan daya tahan.
IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi
Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali
digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam
Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Salah satu alat ukur inteligensi yang banyak digunakan di Indonesia adalah WISC.
Alat ukur ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Weschler dan telah mengalami beberapa
revisi. Untuk yang diadaptasi di Indonesia merupakan adaptasi sekala asli yang telah direvisi
(penulis menduga ini merupakan bentuk revisi ke III yang dilakukan pada tahun 1980an).
Seperti namanya yang terdapat kata children, alat tes ini diperuntukkan bagi anak berusia 5-15
tahun (Untuk usia diatasnya ada alat tes WAIS). Skala WISC terbagi atas 2 kelompok tes
yang disebut kelompok Verbal dan Kelompok Performance. Masing-masing kelompok
terdapat 6 tes yang dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok Verbal:
1. Informasi
2. Pemahaman
3. Berhitung
4. Persamaan
5. Perbedaharaan Kata
6. Rentangan Angka (tambahan).
Kelompok Performance:
1. Melengkapi Gambar
2. Mengatur Gambar
3. Rancangan Balok
4. Merakit Objek
5. Simbol
6. Mazes (tambahan).
Dalam penyekoran, dari ke 12 tes tersebut hanya digunakan 10 tes untuk menyingkat
waktu pelaksnaan tes. Kesemua tes dapat diberikan khususnya dalam situasi klinis yang
memerlukan data kualitatif dari kedua tes tersebut. Bila ke 12 tes tersebut dilaksanakan maka
perlu penyesuaian capaian skor sehingga dapat menggunkan standar skor yang sebenarnya
diperuntukkan untuk 10 tes. Penyetaraan ini disebut sebagai Prorasi.
Beberapa Hal yang patut menjadi catatan dari Tes WISC adalah sebagai berikut:
Pada skala WISC, penentuan skor tidak menggunakan perhitungan usia mental (seperti di
tes BINET). Namun skor merupakan hasil dari perhitungan norma yang telah standarisasi
sehingga kita bisa langsung mengkonfersi raw score menjadi standart score yang
tercantum dalam buku pedoman WISC.
Skala WISC terbagi dalam tes verbal dan tes performance, untuk menjaga motivasi klien
anak-anak yang mungkin mudah bosan maka asesor dapat memberikan tes secara
fleksibel misalnya membuat tes verbal dan tes performance berselang seling sehingga
klien tidak bosan dengan penugasan yang sedang dijalaninya.
Skala WISC mendapatkan 3 skor utama yaitu Skor Verbal, Skor Performance dan Skor
Skala lengkap. Masing masing skor tersebut memiliki nilai interpretatif sehingga sebagai
seorang psikolog (administrator) harus memahami nilai iterpretatif dari kombinasi skor
yang diperoleh oleh klien.
Hal yang tidak kalah penting dan patut mendapatkan perhatian adalah catatan kualitatif
selama tes berlangsung misalnya sikap selama pelaksanaan tes, komunikasi, kepercayaan
diri klien yang dapat menjadi pelengkap untuk lebih memahami dinamika psikologis dri
klien yang sedang kita uji.
5. Administrasi tes
Selama penyajian tes dan penilaian WAIS, tester harus melakukan langkah-langkah
yang bersifat administratif, yaitu sebagai berikut:
Nilai, catat angka-angka untuk setiap soal dengan teliti dan jelas sebagaimana
menilai suatu jawaban soal.
Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh subyek dan nilai hadiahnya
dengan teliti.
Bilamana soal-soal permulaan dari suatu tes tidak diberikan, seperti halnya dalam
tes informasi, pengertian, hitungan dan perbendaharaan kata, jangan lupa
memberi nilai pada soal-soal tersebut.
Periksa penjumlahan nilai-nilai soal dalam menghitung angka kasar dari tes.
Pastikan bahwa angka kasar untuk setiap tes sudah dipindahkan ke ruangan yang
selayaknya dalam bagian ringkasan pada sampul formulir penilaian.
Cocokkan umur subyek dengan mengurangi umur yang dinyatakan dengan
tanggal testing atau periksa catatan yang dapat dipercaya.
Hindari kesalahan-kesalahan dalam menyalin angka kasar ke angka skala dan
angka skala ke angka kecerdasan (IQ). Ulangi langkah-langkah dalam
menggunakan tabel-tabel untuk mengoreksi kesalahan membaca.
Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan, dan penyalinan angka-angka
secara teliti.