Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ismail Utina

Nim : C03418020
Kelas : A Psikologi
Mata Kuliah : Teori Asesment Dasar

ALAT TES IST DAN WISC


A. IST (Intelligenz Struktur Test)
1. Penyusun alat tes : Rudolf Amthauer
2. Latar Belakang dan teori yang mendasari Tes IST (Intelligenz Struktur Test)
Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi
individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun
1953. Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari
kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi
hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau
prestasi suatu tes.
Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST
dengan hipotesis kerja sebagai berikut:
“Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang
yang dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain;
kemampuan yang dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan
mempengaruhi kemampuan yang lainnya.”
Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori
bifaktor, teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki faktor.
Berdasarkan teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu
rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya,
ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau
group factor), tapi ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masingnya
mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan kemampuan seseorang itu
merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST
sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 subtes (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST
UNPAD, 2009).
Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu interkorelasi
yang rendah antar subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah
(keseluruhan subtes) yang rendah pula (r=0.60).
Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan
dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun
2000-an. 
Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi untuk
mengukur tingkat intelegensi seseorang. Tes IST sangat familiar digunakan oleh biro-biro
psikologi saat ini.

Tes IST 1953

Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14
sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun
1953.

Tes IST 1955

Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia
untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan
norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis
kelamin dan kelompok usia.

Tes IST 1970

Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan


pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10
tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini
memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1
dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi
penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari
12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian,
pada IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan
menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini dapat
dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti
kalimatnya.

Tes IST 2000

Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal
hitungan.

Tes IST 2000-Revised

Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan
subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:

a) Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN,


GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA. 
b) Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural 
c) Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes Wissentest
(tes pengetahuan) 

3. Deskripsi subtes/aspek-aspek yang diungkap (dalam masing-masing versi)

IST terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 aitem.
Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan
dengan menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

Sembilan subtes dalam IST, yaitu:

1. SE: melengkapi kalimat. Pada subtes ini yang diukur adalah pembentukan
keputusan, common sense (memanfaatkan pengalaman masa lalu), penekanan
pada praktis-konkrit, pemaknaan realitas, dan berpikir secara berdikari/ mandiri. 
2. WA: melengkapi kalimat. Pada subtes ini akan diukur kemampuan bahasa,
perasaan empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, dan memahami
pengertian bahasa. 
3. AN: persamaan kata. Pada subtes ini yang diukur adalah kemampuan
fleeksibilitas dalam berpikir, daya mengkombinasikan, mendeteksi dan
memindahkan hubungan- hubungan, serta kejelasan dan kekonsekuenan dalam
berpikir. 
4. GE: sifat yang dimiliki bersama. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah
kemampuan abstraksi verbal, kemampuan untuk menyatakan pengertian akan
sesuatu dalam bentuk bahasa, membentuk suatu pengertian atau mencari inti
persoalan, serta berpikir logis dalam bentuk bahasa. 
5. RA: berhitung. Dalam subtes ini aspek yang dilihat adalah kemampuan berpikir
praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning, dan kemampuan mengambil
kesimpulan. 
6. ZR: deret angka. Dalam subtes ini akan dilihat bagaimana cara berpikir teoritis
dengan hitungan, berpikir induktif dengan angka-angka, serta kelincahan dalam
berpikir. 
7. FA: memilih bentuk. Pada subtes ini akan mengukur kemampuan dalam
membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa), berpikir
konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada suatu keseluruhan. 
8. WU: latihan balok. Pada subtes ini hal yang akan diukur adalah daya bayang
ruang, kemampuan tiga dimensi, analitis, serta kemampuan konstruktif teknis. 
9. ME: latihan simbol. Subtes ini mengukur daya ingat, konsentrasi yang menetap,
dan daya tahan.

4. Deskripsi versi yang digunakan di Indonesia

IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi
Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali
digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam
Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

5. Administrasi tes IST


Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa
setiap jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua
subtes (SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes 04-GE, setiap jawaban
benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE,
tersedia nilai 2, 1, dan 0; karena subtes ini berbentuk isian singkat maka nilai yang akan
diberikan tergantung dengan jawaban yang diberikan oleh subjek.
Total nilai benar yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai
ini belum dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang
sudah dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW
inilah yang dapat menjadi materi untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi. Adapun
norma yang digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek.
Interpretasi
Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan.
Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan
interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST
UNPAD, 2009).
Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut:
1. Taraf kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat
diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan
perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan
dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya.
2. Dimensi Festigung-Flexibilität. Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak
berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub
yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub
Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität memiliki
arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan
(pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub seiring
bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan
Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai
AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Festigung,
sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan
Flexibilitat.
3. Profil M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau
praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat dilihat
dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik
menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M (verbal-
teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-
konkrit).

Cara Skoring IST


• Telah disediakan kunci jawaban.
• Untuk subtes GE ada kunci jawaban tersendiri dengan penilaian 0 ,1, 2.
• RW — SW, dari jumlah benar — norma.
• Norma — IQ
• Norma IST didasarkan pada USIA dan TARAF PENDIDIKAN.

Langkah-langkah skoring IST


Cocokkan jawaban testee dengan kunci jawaban IST
Hitung jawaban yang benar (RW)
Jumlahkan ke bawah.
Lihat norma untuk mendapatkan skor SW
Lihat norma jumlah
Lihat norma IQ
B. WISC (Wechsler Intelligence Scale For Children)

1. Penemu alat tes: Dr. Wechsler


2. Latar Belakang dan teori yang mendasari Tes IST (Intelligenz Struktur Test)
Pada tahun 1949, Wechsler menerbitkan skala inteligensi untuk
anak-anak yang dikembangkan berdasar skala WBIS. Skala ini diberi
nama Wechsler Instelligence Scale for Children (WISC). Pada tahun 1974,
suatu revisi terhadap tes WISC dilakukan kembali dan edisi revisi ini
diterbitkan di tahun tersebut dengan nama WISC-R (huruf R merupakan
singkatan dari kata Revised) terjadi Penambahan subtes Mazes sebagai
subtes pengganti. Dilakukan perubahan susunan dan umur (6½ - 16
tahun). Di tahun 1955, Wechsler menyusun skala lain untuk mengukur
inteligensi orang dewasa dengan memperluas isi tes WISC. Skala baru ini
diberinya nama Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Revisi
terhadap WAIS dilakukan dan diterbitkan pada tahun 1981 dengan nama
WAIS-R. Skala ini untuk anak (5 tahun) sampai remaja (15 tahun). ada
tahun 2020, muncul WISC-R II. Pada perkembangan selanjutnya,
disusunlah suatu standar penyusunan tes internasional di Amerika
Serikat yang dikenal dengan “Standards
3. Deskripsi subtes/aspek-aspek yang diungkap (dalam masing-masing versi)

WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya


sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes. Kedua belas
subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu skala Verbal
(verbal) yang terdiri dari information (informasi), comprehension
(pemahaman), arithmetic (hitungan), similiarites (kesamaan), vocabulary
(kosakata), dan digit span (rentang angka). Golongan kedua adalah skala
performansi (performance) yang terdiri dari picture completion
(kelengkapan gambar), picture arrangement (susunan gambar), block
design (rancangan balok), object assembly (perakitan objek), coding
(sandi), mazes (taman sesat).

Skala Verbal : Skala Performansi :

  Information (Informasi)   Picture Completion (Kelengkapan


Gambar)
  Comprehension (Pemahaman)
·   Picture Arrangement (Susunan
  Arithmetic (Hitungan)
Gambar)
  Similarities (Kesamaan)
·  Block Design (Rancangan Balok)
  Vocabulary (Kosakata)
  Object Assembly (Perakitan Objek)
  Digit Span (Rentang Angka)
  Coding (Sandi)

·  Mazes (Taman Sesat)

Pemberian skor pada subtes WISC-R didasarkan atas kebenaran


jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan
jawaban yang benar tersebut. Skor tersebut kemudian diterjemahkan ke
dalam bentuk angka standar melalui table norma sehingga akhirnya
diperoleh satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-deviasi
untuk keseluruhan skala.

4. Deskripsi versi yang digunakan di Indonesia

Salah satu alat ukur inteligensi yang banyak digunakan di Indonesia adalah WISC.
Alat ukur ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Weschler dan telah mengalami beberapa
revisi. Untuk yang diadaptasi di Indonesia merupakan adaptasi sekala asli yang telah direvisi
(penulis menduga ini merupakan bentuk revisi ke III yang dilakukan pada tahun 1980an).
Seperti namanya yang terdapat kata children, alat tes ini diperuntukkan bagi anak berusia 5-15
tahun (Untuk usia diatasnya ada alat tes WAIS).  Skala WISC terbagi atas 2 kelompok tes
yang disebut kelompok Verbal dan Kelompok Performance. Masing-masing kelompok
terdapat 6 tes yang dikelompokkan sebagai berikut:

Kelompok Verbal:

1. Informasi
2. Pemahaman
3. Berhitung
4. Persamaan
5. Perbedaharaan Kata
6. Rentangan Angka (tambahan).

Kelompok Performance:

1. Melengkapi Gambar
2. Mengatur Gambar
3. Rancangan Balok
4. Merakit Objek
5. Simbol
6. Mazes (tambahan).
Dalam penyekoran, dari ke 12 tes tersebut hanya digunakan 10 tes untuk menyingkat
waktu pelaksnaan tes. Kesemua tes dapat diberikan khususnya dalam situasi klinis yang
memerlukan data kualitatif dari kedua tes tersebut. Bila ke 12 tes tersebut dilaksanakan maka
perlu penyesuaian capaian skor sehingga dapat menggunkan standar skor yang sebenarnya
diperuntukkan untuk 10 tes. Penyetaraan ini disebut sebagai Prorasi.

Beberapa Hal yang patut menjadi catatan dari Tes WISC adalah sebagai berikut:

 Pada skala WISC, penentuan skor tidak menggunakan perhitungan usia mental (seperti di
tes BINET). Namun skor merupakan hasil dari perhitungan norma yang telah standarisasi
sehingga kita bisa langsung mengkonfersi raw score menjadi standart score yang
tercantum dalam buku pedoman WISC.
 Skala WISC terbagi dalam tes verbal dan tes performance, untuk menjaga motivasi klien
anak-anak yang mungkin mudah bosan maka asesor dapat memberikan tes secara
fleksibel misalnya membuat tes verbal dan tes performance berselang seling sehingga
klien tidak bosan dengan penugasan yang sedang dijalaninya.

 Skala WISC mendapatkan 3 skor utama yaitu Skor Verbal, Skor Performance dan Skor
Skala lengkap. Masing masing skor tersebut memiliki nilai interpretatif sehingga sebagai
seorang psikolog (administrator) harus memahami nilai iterpretatif dari kombinasi skor
yang diperoleh oleh klien.

 Hal yang tidak kalah penting dan patut mendapatkan perhatian adalah catatan kualitatif
selama tes berlangsung misalnya sikap selama pelaksanaan tes, komunikasi, kepercayaan
diri klien yang dapat menjadi pelengkap untuk lebih memahami dinamika psikologis dri
klien yang sedang kita uji.

5. Administrasi tes

Selama penyajian tes dan penilaian WAIS, tester harus melakukan langkah-langkah
yang bersifat administratif, yaitu sebagai berikut:

 Nilai, catat angka-angka untuk setiap soal dengan teliti dan jelas sebagaimana
menilai suatu jawaban soal. 
 Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh subyek dan nilai hadiahnya
dengan teliti.
 Bilamana soal-soal permulaan dari suatu tes tidak diberikan, seperti halnya dalam
tes informasi, pengertian, hitungan dan perbendaharaan kata, jangan lupa
memberi nilai pada soal-soal tersebut.
 Periksa penjumlahan nilai-nilai soal dalam menghitung angka kasar dari tes.
 Pastikan bahwa angka kasar untuk setiap tes sudah dipindahkan ke ruangan yang
selayaknya dalam bagian ringkasan pada sampul formulir penilaian.
 Cocokkan umur subyek dengan mengurangi umur yang dinyatakan dengan
tanggal testing atau periksa catatan yang dapat dipercaya.
 Hindari kesalahan-kesalahan dalam menyalin angka kasar ke angka skala dan
angka skala ke angka kecerdasan (IQ). Ulangi langkah-langkah dalam
menggunakan tabel-tabel untuk mengoreksi kesalahan membaca.
 Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan, dan penyalinan angka-angka
secara teliti.

Anda mungkin juga menyukai