PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Identifikasi
Pengetahuan remaja mengenai dampak pergaulan bebas masih sangat
rendah.Contoh kecil akibat dari pergaulan bebas ini adalah kegiatan seks
bebas, berdasarkan survey saat ini terjadi peningkatan angka kehamilan yang
tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia
dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan
berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis
mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan
pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan
berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat
hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka
waktu satu tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/lesbian,
bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang
menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disahkan oleh undang-
undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi
pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman.Meskipun tindakan aborsi
dilakukan oleh tenaga ahli, tetapi masih menyisakan dampak yang
membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu.Apalagi jika dilakukan oleh
tenaga tidak profesional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek
secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai
kematian.Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai
terjadinya infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga
diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua
belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan
dari masyarakat.
2. Pembatasan Masalah
Dikarenakan luasnya cakupan mengenai dampak pergaulan bebas
terhadap remaja sehingga saya merasa perlu dibuatnya pembatasan masalah
yang akan saya bahas nantinya, secara garis besar pembahasan yang saya
uraikan sebagai berikut :
Defenisi remaja dan pergaulan bebas
Kriteria masa remaja
Faktor-faktor penyebab remaja terjerumus pergaulan bebas
Bahaya Seks Bebas
Pendidikan Seks
Cara menimalisir pergaulan bebas
C. Perumusan Masalah
E. KEGUNAAN PEMBAHASAN
Kegunaan dari pembahasan ini adalah :
1. Bagi kami pembahasan ini merupakan wahana latihan
pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
pembuatan karya tulis ilmiah.
2. Dengan adanya pembahasan ini tentunya akan semakin
memperkaya ilmu pengetahuan kami, khususnya dalam mata
kuliah Anilisis Sosial yang membahas tentang Dampak Pergaulan
Bebas Terhadap Remaja.
3. Sebagai bahan antisipasi khususnya kepada kaum remaja agar
lebih berhati-hati dalam bergaul.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI REMAJA
Ada beberapa definisi mengenahi remaja, Hurlock dalam bukunya Psikologi
Perkembangan mendefinisikan masa remaja sebagai masa penuh kegoncangan, taraf
mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat (Hurlock, 1993).
Zakiah Darajad mendefinisikan remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh
seseorang dari anak-anak menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami
sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Darajad, 1990). Zakiah Darajad dalam
bukunya yang lain mendefinisikan remaja sebagai tahap umur yang datang setelah
masa anak-anak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat yang terjadi
pada tubuh remaja luar dan membawah akibat yang tidak sedikit terhadap sikap,
perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja (Darajad, 1995). Hasan Bisri dalam
bukunya Remaja Berkualitas, mengartikan remaja adalah mereka yang telah
meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju
masa pembentukan tanggung jawab (Bisri, 1995).
Dari beberapa definisi diatas dapat ditar ik suatu kesimpulan masa remaja adalah
masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, karena pada masa ini remaja telah
mengalami perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat, dimana secara fisik
remaja telah menyamai orang dewasa, tetapi secara psikologis mereka belum matang
sebagaimana yang dikemukakan oleh Calon (1953) masa remaja menunjukkan dengan
jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memiliki status
dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Monsk, 2002). Perkembangan fisik
dan psikis menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut
oleh orang barat sebagai periode sturm und drung dan akan membawah akibat yang
tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja.
Lebih jelas pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja secara
lebih konseptual, sebagai berikut (Sarwono, 2001):
Remaja adalah suatu masa dimana: Individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Jelasnya remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan masa perlangsungan
yang beragam, yang menandai berakhirnya masa anak dan merupakan masa
diletakkannya dasar-dasar menuju taraf kematangan. Perkembangan tersebut meliputi
dimensi biologik, psikologik dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan
lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara
psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan
perkembangan kepribadian. Secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan
dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda.
Mengenahi umur masa remaja, ahli-ahli ilmu jiwa tidak mempunyai kata sepakat
tentang batasan umur yang jelas dan dapat disetujui bersama sebab dalam
kenyataannya konsep remaja ini baru mulai muncul pada abad ke-20. Menurut Powel,
masa remaja digolongkan: “Pre adolescence, from ten to twelve years; early adolescence
from thirteen to sixteen, and late adolescence, from seventeen to twenty one years
(Mulyono, 1995). Leulla Cole menyebutkan masa adolescence dan membagi menjadi
tiga tingkata, yaitu: “early adolescence 13 to 15 years, middle adolescence 16 to 18 years,
late adolescence 19 to 21 (Mulyono, 1995). Sedang WHO menetapkan batas usia 10-20
tahun sebagai batasan usia remaja (Sarwono, 1995).
Kaplan & Sadock dalam bukunya Sinopsis Psikiatri, menyebutkan fase remaja
terdiri atas remaja awal (11-14 tahun), remaja pertengahan (14-17 tahun), dan remaja
akhir (17-20) tahun. Sementara F.J. Monks berpendapat bahwa secara global masa
remaja berlangsung antara 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12 – 15 tahun: masa
remaja awal, 15 – 18 tahun: masa remaja pertengahan, 18 – 21 tahun masa remaja akhir
(Monsk, 2002). Dari beberapa pendapat diatas dapat dibuat suatu batasan usia remaja
adalah dimulai dari umur 10 – 21 tahun.
B. KRITERIA REMAJA
3. Perilaku moral
Ketidakmatangan moral jelas dalam kenakalan anak dari kelompok kaya
dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan dalam lingkungan yang lebih baik yang
patut menimbulkan sikap-sikap antisosial, namun justru patah pada peraturan.
E. PEMUDA DAN PERGAULAN BEBAS
1. PENGERTIAN PERGAULAN BEBAS
Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku
menyimpang, yangmana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran
yang ada. Masalahpergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media
massa.Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri
yangbenar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman
yangbergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam
kemajuanbangsa
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan
dalam bentuk tingkah laku. Faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas karena adanya
pertentangan dari lawan jenis, adanya tekanan dari keluarga dan teman. Dari tahun ke tahun data
remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% pada tahun 1980-an
menjadi 20% di tahun 2000.
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diajukan responden dengan jumlah sampel 42
responden. Hasil penelitian yang terlibat pergaulan tidak baik sebanyak 80,9% sedangkan remaja
yang memperoleh sumber informasi tentang seks bebas sebanyak 47,6% dan remaja yang
keadaan ekonominya baik sebanyak 35,6% serta remaja yang berpengetahuan cukup tentang seks
bebas sebanyak 43% sedangkan baik dan kurang masing-masing sebanyak 28,5%.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan remaja
tentang seks bebas disebabkan karena kurangnya kesadaran remaja tentang keadaannya dan tidak
ada keterbukaan antara orang tua dan anaknya. Munculnya istilah pergaulan bebas seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita
patut bersyukur dan bangga terhadap hasil cipta karya manusia, karena dapat membawa
perubahan yang positif bagi perkembangan/kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari
bahwa tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja kemajuan
itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak negatif yang diakibatkan
oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah budaya pergaulan bebas tanpa batas.
Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah
pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya
terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang lain terlepas dari
ikatan yang mengatur pergaulan.
Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu
bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak
belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam
pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang.
2. Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas
G. PENDIDIKAN SEKS
H. Penanggulangan Masalah Seks Bebas
Untuk menghindari sex bebas perlu dilakukan pengontrolan dan pengendalian
nafsa syahwat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
1. Memperdalam keimanan
Memperdalam keimanan adalah menyakini bahwa Allah senantiasa
bersamanya, mendengar dan melihat, mengetahui apa yang tersembunyi dan yang
tampak serta apa yang tersirat di dalam lubuk hati yang paling dalam. Allah SWT
berfirman ” Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah memngetahui apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, tiada pembicaraan yang rahasia antara
tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima
orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiadalah (pula) pembicaraan antara
(jumlah) yang kiurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka
dimanapun mereka berada ..... ” (QS. Al-Mujaadilah (58): 7)
Dengan itikad dan perasaan ini, seseorang mukmin akan terlepas dari jeratan
hawa nafsu dan dorongan nafsu yang buruk, bisikan syetan serta fitnah harta dan
wanita.
2. Mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat
Rasulullah SAW bersabda ” Tekunilah yang bermanfaat untukmu dan mintalah
pertolongan kepada Allah, jangan sampai kamu lemah’ (HR. Muslim). Seorang pemuda
bila ia sendirian diwaktu-waktu kosong, akan datang kepadanya angan-angan, bisikan-
bisikan dan hawa nafsu yang membawa kepada dosa juga khayalan-khayalan seksual.
Seorang pemuda harus mentahui bagaimana ia menghabiskan waktunya dan mengisi
waktu kosongnya. Banyak sekali hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang remaja
untuk mengisi waktu kosongnya, bisa dengan olahraga, rekreasi, membaca buku yang
berfaidah, membuat kerajinan tangan, menghadiri pengajian, mengiktui perlombaan
dan lain-lain aktifitas yang bermanfaat.
5. Berpuasa
Berpuasa sunnah dapat mengendalikan hawa nafsu seksual, disamping itu juga
akan menghindari timbulnya pikiran-pikiran kotor, sehingga dapat melindungi
seorang remaja dari melakukan seks bebas. Rasulullah SAW bersabda ”Wahai sekalian
pemuda, siapa di antara kalian yang telah mempunyai kemampuan (untuk menikah) maka
menikahlah. Sesungguhnya pernikahan itu lebih dapat menjaga pandangan mata dan
mengekang hawa nafsu. Bagi siapa yang belum memiliki kemampuan, maka berpuasalah.
Sesungguhnya puasa adalah penawar baginya” (HR Bukhari)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fa’iz,Cita Keluarga Islam, (Serambi, ), hal. 246Untung Sentosa dan Aam
Amiruddin,Cinta dan Seks Rumah TanggaMuslim, (Bandung:Khasanah Intelektual,
2006), hal. 5.
Majalah Nikah,Vol. 3, No. 5, hal. 73-75.www.wikipedia.com
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.themodernreligion.com/misc/sex/s1.html
Al-Makatti, Abdurahman, 2001; Pacaran Dalam Kacamata Islam. Jakarta; Media Dakwah.
Sultoni, Wahyu Bagja, 2007; Ilmu Sosial Dasar. Bogor; STKIP Muhamadiyah.
……..http://luluvikar.wordpress.com/2009/08/26/peran-orang-tua-dalam-pencegahan-sex-bebas-
bagi/
…….http://maroebeni.wordpress.com/2008/03/02/menanggulangi-bahaya-hiv-aids/