Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIAYA BAHAN BAKU

Makalah ini untuk memenuhi tugas Akuntansi Biaya


Dosen pengampu:
Nurul Fauziyyah,S.Pd.,M.Sc.

Disusun Oleh :
Rossa Zakia
(AKN1840088)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat berupa
kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Tentang Biaya Bahan
Baku. Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita semua dari alam kebodohan hingga ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Makalah Tentang Biaya Bahan Baku ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
pembaca serta dapat bermanfaat bagi kita semua. Kiranya makalah tentang Biaya Bahan Baku ini
dapat dijadikan pegangan terkait dengan materi bersangkutan. Dengan paparan materi,
penyajian, dan dengan bahasa yang sederhana diharapkan dapat membantu menguasai materi
dengan mudah.

Penulis menyadari bahwa Makalah Tentang Biaya Bahan Baku ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca sekalian
untuk penyempurnaan makalah penulis yang akan datang. Akhir kata, penulis ucapkan terima
kasih.

Jakarta, 4 Febuari 2020


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................................1
1.4 MANFAAT PENULISAN.................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................1
2.1 PENGERTIAN BIAYA BAHAN BAKU..........................................................................................1
2.2 UNSUR-UNSUR DAN SISTEM PEMBELIAN BAHAN BAKU....................................................1
2.3 SISTEM PENCATATAN HARGA POKOK BAHAN BAKU.........................................................3
2.4 METODE PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU.........................................................3
1. METODE IDENTIFIKASI KHUSUS.............................................................................................3
2. FIFO................................................................................................................................................4
3. LIFO................................................................................................................................................4
4. METODE RATA-RATA BERGERAK...........................................................................................4
5. METODE BIAYA STANDAR........................................................................................................4
2.5 MASALAH-MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN BAKU...........................5
BAB III........................................................................................................................................................7
PENUTUP...................................................................................................................................................7
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................................7
3.2 SARAN..............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................1

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian
lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri.

Biaya bahan baku merupakan salah satu komponen penting dari biaya produksi.
Masalah yang dihadapi manajemen berkaitan dengan bahan baku yaitu keterlambatan
bahan yang mengganggu proses produksi. Sedangkan bahan baku yang berlebihan akan
mengakibatkan pemborosan pada dana yang tertanam pada persediaan bahan. Karena
dalam penyimpanan bahan baku menimbulkan beban (biaya) penyimpanan. Pada tahap
pengadaan dan penyimpanan bahan baku dari segi akuntansi timbul masalah penentuan
harga pokok bahan baku yang dibeli, sedangkan pada saat pemakaian bahan baku
timbul masalah penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan biaya bahan baku?
2. Apa saja metode penentuan harga pokok bahan baku?
3. Apa saja masalah yang berhubungan dengan bahan baku?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Menjelaskan pengertian dari biaya bahan baku.
2. Menjelaskan metode penentuan harga pokok bahan baku.
3. Menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bahan baku.

1
1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan
mamperkenalkan tentang Biaya Bahan Baku serta menimbulkan pemahaman dan
pandangan baru mengenai Biaya Bahan Baku.
2. Secara praktis, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pemahaman yang lebih mendalam bagi para remaja, mahasiswa, pelajar ataupun
pada khalayak umum sehingga akan lebih mengetahui apa itu Biaya Bahan Baku.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN BIAYA BAHAN BAKU
Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian
lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri.

Biaya bahan baku merupakan salah satu komponen penting dari biaya produksi.
Masalah yang dihadapi manajemen berkaitan dengan bahan baku yaitu keterlambatan
bahan yang mengganggu proses produksi. Sedangkan bahan baku yang berlebihan akan
mengakibatkan pemborosan pada dana yang tertanam pada persediaan bahan. Karena
dalam penyimpanan bahan baku menimbulkan beban (biaya) penyimpanan. Pada tahap
pengadaan dan penyimpanan bahan baku dari segi akuntansi timbul masalah penentuan
harga pokok bahan baku yang dibeli, sedangkan pada saat pemakaian bahan baku
timbul masalah penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai.

2.2 UNSUR-UNSUR DAN SISTEM PEMBELIAN BAHAN BAKU


Sistem pembelian bahan baku merupakan gambaran untuk membentuk unsur
harga pokok bahan baku, jadi sistem pembelian bahan baku meliputi :

1. Prosedur permintaan pembelian.


Permintaan pembelian bahan baku dimulai jika persediaan bahan baku yang
ada di gudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali
(reorder point). Bagian Gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian
(purchase requisition) untuk dikirimkan ke Bagian Pembelian.

2. Prosedur order pembelian.


Prosedur standar order pembelian dimulai dari Bagian Pembelian yang
melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari Bagian
Gudang. Untuk pemilihan pemasok, bagian pembelian mengirimkan surat
permintaan penawaran harga (purchase price quotation) kepada para pemasok.

3
Dalam surat permintaan penawaran harga berisi permintaan informasi harga dan
syarat-syarat pembelian dari masing-masing pemasok tersebut. Setelah pemasok
yang dianggap baik dipilih, Bagian Pembelian kemudian membuat surat order
pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih.

3. Prosedur penerimaan barang.


Prosedur penerimaan bahan baku dilakukan ketika Pemasok mengirimkan
bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat order pembelian yang
diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas menerima barang, mencocokkan
kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang diterima dari pemasok
dengan tembusan surat order pembelian. Bila bahan baku yang diterima telah
sesuai dengan surat order pembelian, Bagian Penerimaan membuat laporan
penerimaan barang untuk dikirimkan kepada Bagian Akuntansi.

4. Prosedur pencatatan penerimaan barang di gudang.


Prosedur standar pencatatan penerimaan bahan baku di Bagian Gudang
dilakukan setelah Bagian Penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari
pemasok kepada Bagian Gudang. Bagian Gudang menyimpan bahan baku tersebut
dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima dalam kartu gudang (stock card)
pada kolom barang masuk.

Kartu ini digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat mutasi tiap-tiap jenis
barang gudang. Kartu gudang hanya berisi informasi kuantitas tiap-tiap jenis
barang yang disimpan di gudang dan tidak berisi informasi mengenai harganya.
Catatan dalam kartu gudang ini diawasi dengan catatan yang diselenggarakan oleh
Bagian Akuntansi yang berupa kartu persediaan (sebagai rekening pembantu
persediaan). Bagian gudang di samping mencatat mutasi barang gudang dalam
kartu gudang, juga mencatat barang dalam kartu barang yang ditempelkan atau
digantungkan pada tempat penyimpanan masing-masing barang.

4
5. Prosedur pencatatan utang.
Prosedur ini dimulai ketika Bagian Pembelian menerima faktur pembelian
dari pemasok. Bagian Pembelian memberikan tanda tangan di atas faktur
pembelian, sebagai tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayar. Karena pemasok
telah memenuhi syarat-syarat pembelian yang ditentukan oleh perusahaan.

Faktur pembelian yang telah ditandatangani oleh Bagian Pembelian tersebut


diserahkan kepada Bagian Akuntansi. Dalam transaksi pembelian bahan baku,
Bagian Akuntansi memeriksa ketelitian perhitungan dalam faktur pembelian. Dan
mencocokannya dengan informasi dalam tembusan surat order pembelian yang
diterima dari Bagian Pembelian. Dan laporan penerimaan barang yang diterima
dari Bagian Penerimaan.

Faktur pembelian yang dilampiri dengan tembusan surat order pembelian


dan laporan penerimaan barang dicatat oleh Bagian Akuntansi dalam jurnal
pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal pembelian, faktur pembelian beserta
dokumen pendukungnya tersebut dicatat dalam kartu persediaan. Sebagai rekening
pembantu persediaan bahan baku pada kolom masuk. Faktur pembelian dan
dokumen pendukungnya kemudian dicatat dalam kartu utang (sebagai rekening
pembantu utang), untuk mencatat timbulnya utang kepada pemasok yang
bersangkutan.

2.3 SISTEM PENCATATAN HARGA POKOK BAHAN BAKU


1. SISTEM FISIK
Digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga
pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. 
2. SISTEM PERPETUAL
Digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan
dengan metode harga pokok pesanan.
2.4 METODE PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU
1. METODE IDENTIFIKASI KHUSUS

5
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang adfa di gudang harus diberi
tanda pada harga pokok persatuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian
bahan baku yang harga persatuannya berbeda dengan harga per satuan harga bahan
baku yang sudah ada di gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda
pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalm metode ini, tiap-tiap jenis bahan baku
yang ada di gudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan
baku dapat diketahui harga pokok per satuannya secara tepat.

2. FIFO
Metode masuk pertama, keluar pertama (first in first out) menentukan biaya
bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama
masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama
kali dipakai. Perlu ditekankan di sini bahwa untuk menentukan biaya bahan baku,
anggapan aliran biaya tida harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.

3. LIFO
Metode masuk terakhir, keluar pertama (last in first out) menentukan harga
pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok
per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk
menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.

4. METODE RATA-RATA BERGERAK


Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga
pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya.
Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga
pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga
pokok rata-rata per satuan yang baru. Bahan baku yang di pakai dalam proses produksi
dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan bahan baku yang dipakai
dengan harga pokok rata-rata per satuan harga bahan baku yang ada di gudang. Metode
ini disebut pula dengan metode rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung rata-rata
harga pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas bahan baku
sebagai angka penimbangnya.

6
5. METODE BIAYA STANDAR
Dalam metode ini bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan
sebesar harga stadart (stadart price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga
yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Harga standart merupakan
harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku
dibebankan kepada produk pada harga standart tersebut.

2.5 MASALAH-MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN BAKU

1. SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS)

Di dalam proses produksi, tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian produk
jadi. Bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses pengerjaannya disebut sisa bahan.
Jika di dalam proses produksi mengalami proses produksi terdapat sisa bahan, masalah
yang timbul adalah bagaimana mamperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut. Hasil
penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai :

i. Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan sisa
bahan tersebut.
ii. Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
iii. Penghasilan di luar usaha (other income).

2. PRODUK RUSAK (SPOILED GOODS)

Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standart mutu yang vtelah
ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik.
Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang
mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi produk,
sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

3. PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)

7
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standart mutu yang telah
ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi
produk yang lebih baik.

Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya
tambahan untuk mengerjakan kembali (rework cost) produk cacat tersebut. Perlakuan
terhadap pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yang telah
dibicarakan dalam produk rusak(spoiled goods).

8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Biaya bahan baku merupakan salah satu komponen penting dari biaya produksi.
Masalah yang dihadapi manajemen berkaitan dengan bahan baku yaitu keterlambatan
bahan yang mengganggu proses produksi. Sedangkan bahan baku yang berlebihan akan
mengakibatkan pemborosan pada dana yang tertanam pada persediaan bahan. Karena
dalam penyimpanan bahan baku menimbulkan beban (biaya) penyimpanan. Pada tahap
pengadaan dan penyimpanan bahan baku dari segi akuntansi timbul masalah penentuan
harga pokok bahan baku yang dibeli, sedangkan pada saat pemakaian bahan baku
timbul masalah penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai.

3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka dapat penulis ajukan beberapa saran
yang sekiranya dapat menambah pengetahuan mengenai biaya bahan baku. Sebaiknya
menggunakan sistem pencatatan perpetual agar mempermudah karena semua mutasi
yang perhubungan dengan penjualan dan pembelian bahan baku terdapat pada kartu
persediaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Carter William. (2009). Akuntansi Biaya. Jakarta: Penerbit


Salemba Empat

10

Anda mungkin juga menyukai