Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistemik
alias berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi
tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen
yang disebut hipertensi. Untuk menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi diperlukan
setidaknya tiga kali pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda. Jika dalam
tiga kali pengukuran selama interval 2-8 pekan angka tekanan darah tetap tinggi,
maka patut dicurigai sebagai hipertensi. Pengecekan retina mata dapat menjadi cara
sederhana untuk membantu menentukan hipertensi pada diri seseorang (Lani Lingga,
2017).

Hipertensi biasa dicatat sebagai tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik


merupakan tekanan darah maksimum dalam arteri yang disebabkan sistoleventricular.
Hasil pembacaan tekanan sistolik menunjukan tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan minimum dalam arteri yang
disebabkan oleh  diastoleventricular (Widyanto, S. dan Triwibowo, C., 2013).
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut Ina SH (Perhimpunan
Hiepertensi Indonesia), Untuk menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan
pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah
kurang dari 160/100 mmHg (Garnadi, 2012).

2.1.2 Etiologi

Menurut (Infodatin Kemenkes, 2014) penyebab hipertensi dapat dikelompokkan


menjadi dua yaitu:
a. Hipertensi primer atau esensial

6
7

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab


dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi
yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi
diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya


berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan
tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral,
dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
dan penyakit jantung.

2.1.3 Faktor-Faktor penyebab

Beberapa karateristik, kondisi dan kebiasaa seseorang dapat meningkatkan


resiko terjadinya hipertensi.berikut beberapa Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang
dapat di kontrol dan tidak dapat dikontrol menurut (Yunita Indah, 2014) antara lain :

2.1.3.1 Faktor yang dapat dikontrol :


Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan dengan
gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kegemukan (obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan
mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun
mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan
wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun belum diketahui secara
pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi dengan berat badan
normal.
2. Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya
cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah. Dengan
8

olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah bisa


dipompadengan baik keseluruh tubuh.
3. Konsumsi garam berlebihan
Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi
garam berlebihan dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam
merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan
volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti
oleh peningkatan ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada
kondisi keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi primer (esensial) mekanisme tersebut terganggu, disamping
kemungkinan ada faktor lain yang berpengaruh. Tetapi banyak orang yang
mengatakan bahwa mereka tidak mengonsumsi garam, tetapi masih menderita
hipertensi. Ternyata setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan
konsumsi garam adalah garam meja atau garam yang ditambahkan dalam
makanan saja. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir disemua
makanan mengandung garam natrium termasuk didalam bahan-bahan
pengawet makanan yang digunakan.
4. Merokok dan mengkonsumsi alkohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan
selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,
nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan karena dapat
meningkatkan sistem katekholamin, adanya katekholamin memicu naik
tekanan darah.
5. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika
ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat
meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka
tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi respon
sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan
natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres berkepanjanngan dapat
9

mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Hal tersebut belum terbukti


secara pasti, namun pada binatang percobaan yang diberikan stres memicu
binatang tersebut menjadi hipertensi.
2.1.3.2 Faktor yang tidak dapat dikontrol
1. Keturunan (Genetika)
Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar terhadap
munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari
satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda).
Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi
primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobata maka ada
kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan
dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan
gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan
wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap
pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan
mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.
3. Umur
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan seseorang
menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan
penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko
terhadap timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang erterosklerosis
serta pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia
tua. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun
sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.

2.1.4 Dampak hipertensi

Menurut (triyanto, 2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan sebagai berikut

a) Stroke
10

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau


akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang di perdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit kepala
secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya
wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta
tidak sadarkan diri secara mendadak.
b) Infark Miokard
Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
c) Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,
darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan
dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi
kronik.
d) Ensefalopati
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
11

Sedangkan menurut Menurut (Ahmad, 2011) Hipertensi dapat


diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipertensi,
apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk
meninggal karena komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung,
gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak : Menyebabkan stroke
b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan
c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark
jantung)
d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal
2.1.5 Klasifikasi hipertensi
a. Klasifikasi
Klasifikasi derajat hipertensi bedasarkan :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi (Sumber : American Heart asosition, 2017)

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal Kurang dari <120 Kurang dari <80
Tinggi 120-129 Kurang dari <80
Hipertensi Derajat 1 130-139 80-89
Hipertensi Derajat 2 140 atau lebih tinggi 90 atau lebih tinggi
Krisis Hipertensi Lebih tinggi dari >180 Lebih tinggi >120

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi (Sumber: American Society of hypertension,


2013)
Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 >160 >100
Hipertensi Derajat 3 >180 >110
Hipertensi Terisolasi >140 <90

2.1.6 Patofisiologi hipertensi


12

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah,dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008 Dalam Widya, 2012).

2.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi


Hipertensi dapat dikontrol hingga mencapai nilai normal dan stabil. Sebagaian
besar penderita hipertensi membutuhkan proses pengobatan dalam jangka waktu
lama. Tatalaksana pengobatan hipertensi yang baik dapat membantu proses
pencegahan atau penundaan terjainya masalah kesehatan akibat hipertensi.
Menurut (Yunita Indah, 2014) Dalam penatalaksanaan hipertensi menjadi dua
macam yaitu terapi farmakologis dan terapi non farmakologis :
2.1.7.1 Terapi Farmakologis
13

Terapi farmakologis merupakan terapi dengan menggunakan obat-


obatan yang dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan
darah, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
Obat anti hipertensi dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan
cara kerjanya dalam tubuh.
1) Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid sering diberikan sebagai
terapi hipertensi baris pertama. Diuretik tiazid adalah diuretik dengan
potensi menengah yang dapat menurunkan tekanan darah, dimulai
dengan peningkatan ekskresi natrium dan air sehingga volume
ekstrasel menurun diikuti dengan penurunan isi sekuncup jantung dan
aliran darah ginjal (Mycek et al., 2001). Obat-obat ini melawan retensi
natrium dan air yang dapat terjadi bersama obat lain yang digunakan
dalam pengobatan hipertensi. Diuretik tiazid merupakan terapi
kombinasi yang berguna dengan berbagai obat-obat anti hipertensi
lain, termasuk beta blocker dan ACE inhibitorDiuretik Loop. Diuretika
loop dapat bekerja dengan cepat termasuk pada pasien dengan fungsi
ginjal yang kurang atau tidak responsif pada tiazid.
2) Beta Blocker
Beta blocker memblok beta-adrenoseptor dan biasanya
digunakan sebagai terapi hipertensi baris pertama. Reseptor
diklasifikasikan menjadi reseptor beta-1 dan reseptor beta-2. Reseptor
beta-1 dapat ditemukan di ginjal, dan utama pada jantung. Reseptor
beta-2 dapat ditemukan di jantung, dan banyak terdapat pada paru-
paru, pembuluh darah perifer, dan otot lurik. Reseptor beta juga dapat
ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan
menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akibat
pelepasan neurotransmitter. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac
output, peningkatan tahanan perifer dan peningkatan sodium yang
diperantarai aldosteron dan retensi air. Terapi beta blocker akan
mengantagonis semua efek tersebut sehingga terjadi penurunan
tekanan darah.

3) Alpha Blocker
14

Alpha blocker memblok adrenoseptor alfa-1 perifer. Alpha


blocker terdiri dari doksazosin, prazosin, dan terazosin. Obat-obat ini
menurunkan resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah
arterial dengan menyebabkan relaksasi otot polos arteri dan vena.
Obat-obatan ini dapat menyebabkan perubahan curah jantung, aliran
darah ginjal, dan kecepatan filtrasi glomerulus sehingga takikardia
jangka panjang dan pelepasan renin tidak terjadi. Efek samping yang
muncul dapat berupa hipotensi postural yang sering terjadi pada
pemberian dosis pertama kali.
2.1.7.2 Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-
obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan
tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku
hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur / latihan fisik
4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5. Mengurangi/ tidak merokok
6. Menghindari stres
7. Menghindari obesitas
8. Hidroterapi (Rendam kaki air hangat)

2.2 Konsep Tekanan Darah


2.2.1 Definisi
Tekanan darah merupakan kekuatan atau tenaga yang digunakan oleh
darah untuk melawan dinding pembuluh arteri dan biasa diukur dalam satuan
milimeter air raksa (mmHg). Nilai tekanan darah dinyatakan dalam dua angka,
yaitu angka tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik
merupakan nilai tekanan darah saat fase kontraksi jantung, sedangkan tekanan
darah diastolik adalah tekanan darah saat fase relaksasi jantung. Tekanan darah
bisa diukur dengan alat tensimeter atau spigmomanomater (Yunita Indah, 2014).
Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Bayi dan anak-anak secara normal
memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan usia dewasa. Tekanan darah
15

juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana tekanan darah akan lebih tinggi
ketika seseorang melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika sedang beristirahat
(Sutanto, 2010 Dalam The, At, & Baru, 2016)).
2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu dari faktor aa


makanan, dapat mempengaruhi kesehatan termasuk tekanan darah, beberapa
makanan seperti teh dan kopi memiliki efek instant terhadap tekanan darah
dalam jangka waktu yang pendek, sebagaian lainya, seperti teh dan kopi
memiliki efek instant terhadap tekanan darah dalam jangka waktu yang pendek,
sebagian lainya,seprti garam membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk
memperlihatkan efek terhadap tekanan darah namun bisa berakibat fatal pada
akhirnya, faktor stress juga dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang
mengakibatkan tekanan darah semakin tinggi dan meningkat. Ansietas, takut,
nyeri dan stres emosi mengakibatkan stimulasi simpatik yang meningkatkan
frekuensi darah, curah jantung dan tahanan perifer, efek stimulasi simpatik dapat
meningkatkan tekanan darah. Faktor selanjutnya yaitu aktivitas fisik, kurangnya
aktivitas fisik seperti olahraga membuat organ tubuh dan pasokan darah maupun
oksigen menjadi tersendat sehingga meningkatkan tekanan darah.kualitas tidur
yang buruk juga dapat berpengaruh terhadappeningkatan risiko tekanan darah
tinggi, para ahli berspekulasi bahwa kehilangan waktu tidur dapat berkontribusi
terhadap tekanan darah tinggi. Ini karena kekurangan waktu tidur membuat
sistem saraf berada pada keadaan hiperaktif, yang kemudian mempengaruhi
sistem seluruh tubuh, termasuk jantung dan pembuluh darah (Potter & Perry
Dalam Subekti, 2014)

2.2.3 Prosedure Pengukuran tekanan darah

Prosedur pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer


manual menurut (Susilo, 2013 dalam Suri, 2017) adalah sebagai berikut :

1. Responden duduk rileks dan tenang sekitar 5 menit.


2. Pemeriksa menjelaskan manfaat dari rileks, agar nilai tekanan darah saat
pengukuran tersebut dihasilkan nilai yang stabil.
3. Pasangkan manset pada salah satu lengan dengan jarak sisi manset paling
bawah 2,5 cm dari siku kemudian rekatkan dengan baik.
16

4. Tangan responden diposisikan di atas meja dengan posisi telapak tangan


terbuka keatas dan sejajar dengan jantung.
5. Lengan yang terpasang manset harus bebas dari lapisan apapun.
6. Raba nadi pada lipatan lengan, lalu pompa alat hingga denyut nadi tidak teraba
kemudian dipompa kembali sampai tekanan meningkat 30 mmHg.
7. Tempelkan stetoskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa
perlahan-lahan dan dengarkan bunyi denyut nadi tersebut.
8. Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika denyut nadi yang
pertama kali terdengar dan tekanan darah diastolik ketika bunyi denyut nadi
sudah tidak terdengar.
9. Pengukuran sebaiknya dilakukan 2 kali dengan selang waktu 2 menit. Jika
terdapat perbedaan hasil pengukuran sebesar 10 mmHg atau lebih lakukan
pengukuran untuk ke 3 kalinya.
10. Apabila responden tidak mampu duduk, pengukuran dapat dilakukan dengan
posisi baring, kemudian catat kondisi tersebut di lembar catatan.

Gambar 2.1 Sphygmomanometer (Sumber : Dearjane, 2018)

a. Persiapan Sphygmomanometer Sebelum Digunakan


1. Pasang dengan rapat manset atau sabuk tensimeter pada lengan kiri atas pasien.
2. Tempatkan stetoskop pada telinga terapis.
3. Pastikan kepala stetoskop dalam posisi terbuka (on).
4. Cara memastikannya dengan mengetuk secara perlahan-lahan pada area sensor
kepala stetoskop.
5. Jika terdengar bunyi, maka stetoskop dalam kondisi on.
17

6. Cari denyut nadi atau arteri brakhialis di bagian siku dalam lengan kiri pasien.
7. Biarkan lengan nyaman, kemudian letakkan kepala stetoskop pada denyut nadi
atau arteri tadi (gunakan tangan kiri).
8. Pastikan katup kantung tekanan dalam keadaan tertutup (dengan memutar skrup
searah jarum jam sampai rapat).

2.3 Konsep Rendam Kaki Air hangat


2.3.1 Definisi
Rendam kaki air hangat adalah metode pengobatan menggunakan air untuk
mengobati atau meringankan kondisi yang menyakitkan dan merupakan metode
terapi dengan pendekatan “lowtech” yang mengandalkan pada respon-respon tubuh
terhadap air. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari terapi air antara lain: untuk
mencegah flu/demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan kelelahan,
meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan energi tubuh, dan membantu
kelancaran sirkulasi darah. rendam kaki air hangat merupakan salah satu jenis
terapi alamiah yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan
relaksasi otot, menyehatkan jantung, mengendorkan otot- otot, meningkatkan
permeabilitas kapiler, memberikan kehangatan pada tubuh sehingga sangat
bermanfaat untuk terapi penurunan tekanan darah pada hipertensi (Perry & Potter,
2006 dalam Dilianti, 2017).
2.3.2 Mekanisme Kerja
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.
Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat
sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air
yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh
(Hembing, 2000 Dalam Ernawati & Maulana, 2015). Hidroterapi rendam air
hangat sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya yang
mahal, dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Potter & Perry, 2006).
Pada pengobatan tradisional Tiongkok, telapak kaki merupakan titik awal
dan akhir dari enam merdian. Terdapat lebih dari 60 titi akupuntur di telapak kaki
yang berhubungan dengan empedu, kandung kemih, lambung, limpa, hati, dan
ginjal. Merendam kaki dalam air hangat dapat membantu membuka meridian yang
tersumbat dan meningkatkan sirkulas darah di seluruh tubuh.
18

Menurut (Destia, 2014 Dalam Ferayanti, Erwanto, & Sucipto, 2017),


prinsip kerja dari terapi ini yaitu dengan menggunakan air hangat yang bersuhu
37,7 oC selama 15 menit secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari
air hangat ke tubuh akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan dapat
menurunkan ketegangan otot sehingga dapat melancarkan peredaran darah yang
akan mempengaruhi tekanan arteri oleh baroseptor pada sinus kortikus dan arkus
aorta yag akan menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal
tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf
simpatis ke pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan merangsang tekanan
sistolik yaitu tegangan otot ventrikel untuk segera berkontraksi.
Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar belum terbuka.
Untuk membuka katup aorta, tekanan di dalam ventrikel harus melebihi tekanan
katup aorta. Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga dengan
adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar sehingga akan mudah
mendorong darah masuk ke jantung sehingga menurunkan tekanan sistolik nya.
Pada tekanan diastolic keadaan relaksasi ventrikel isovolemik saat ventrikel
bereklasasi, tekanan di dalam vektrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan
adanya pelebaran pembuluh darah sehingga akan menurunkan tekanan diastolic.
Maka dinytakan ada hubungan yang signifikan antara terapi rendam kaki air
hangat dengan penurunan tekanan darah sistolic dan diastolic (Perry& Potter,
2006 Dalam Enggar, 2016)
2.3.3 Kontra indikasi
Rendam kaki air hangat ini memiliki banyak manfaat diantaranya seperti
dapat melancarkan sirkulasi darah, mengurangi edema, meningkakan relaksasi
otot, menyehatkan jantung, mengendorkan otot-otot, menghilangkan setress,
meringankan rasa sakit, meningkatkan permeabilitas kapiler, memberikan
kehangatan pada tubuh sehingga sangat bermanfaat untuk terapi penurunan
tekanan darah pada kasus hipertensi. namun dalam beberapa kasus terapi ini justru
menjadi kontra indikasi, yaitu pada kasus dengan orang yang memiliki tekanan
darah rendah, serta penderita diabetes karena kulit pasien diabetes akan mudah
rusak walaupun hanya dengan air hangat (Lalage, 2001 Dalam Aprilita, 2014).
2.3.4 Prosedure Rendam kaki air hangat
1. Persiapan alat dan lingkungan: Ember dan air hangat, kursi, handuk kecil,
19

termometer, timer, lingkungan yang nyaman dan juga privasi pasien


(Madyastuty, 2012).
2. Perisapan klien: Melakukan kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan
dilaksanakannya terapi rendam kaki air hangat.
3. Prosedur Tindakan (Boone, 2007 Dalam Jamal, 2015)
1. Membawa peralatan mendekati responden.
2. Posisikan klien dalam posisi duduk di kursi.
3. Masukan air hangat ke dalam baskom sebanyak 2100cc dengan suhu
370C (Damayanti, 2014).
4. Celupkan dan rendam kaki sampai mata kaki biarkan selama 15
menit.
5. Tutup baskom dengan handuk untuk menjaga suhu.
6. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun tambahkan
air hangat sampai suhu sesuai kembali.
7. Setelah selesai (15 menit), angkat kaki lalu keringkan dengan
handuk. Rapikan peralatan.

2.4 Konsep Isometric Handgrip exercise


2.4.1 Definisi

Latihan isometrik merupakan bentuk latihan static yang terjadi bila otot
berkontraksi tanpa adanya perubahan pada panjang otot atau pergerakan sendi
yang terlihat. Terdapat 2 jenis latihan isometrik yaitu: muscle setting exercise
dan latihan isometrik dengan tahanan. Muscle setting exercise merupakan
latihan isometric intensitas rendah dengan sedikit sedikit atau tanpa tahanan
sedangkan latihan isometrik dengan tahanan digunakan untuk meningkatkan
kekuatan otot bila terdapat nyeri gerak sendi (Basuki, 2008). Isometric handgrip
exercise merupakan sebuah kegiatan mencengkram dimana kontraksinya terjadi
pada bagian lengan bawah dan tangan,sehingga akan menyebabkan perubahan
dalam ketegangan otot tangan (Nurindra, 2011).

2.4.2 Manfaat
Latihan isometrik selain terbukti menurunkan tekanan darah, latihan
ini juga bermanfaat untuk mencegah atrofi otot, membangun volume otot,
meningkatkan stabilitas sendi, serta mengurangi edema. Latihan dengan
20

menggunakan handgrip memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dengan


menggunakan handgrip yakni jauh lebih sederhana, tidak membutuhkan fasilitas
atau ruangan yang banyak untuk melakukan latihan, tidak memakan waktu yang
banyak dan tidak terpengaruh oleh cuaca karena dapat dilakukan di dalam
ruangan. Kelemahannya lebih terfokus pada alat yang hanya digunakan satu
orang pada satu waktu (Owen, 2010).
2.4.3 Mekanisme kerja

Kontraksi Isometrik atau statis berbeda dari gerakan dinamis karena


tidak melibatkan kekuatan dan tanpa adanya perubahan panjang otot. Penelitian
awal dibidang isometric exercise berfokus pada perbedaan antara isometrik dan
olahraga dinamis. Salah satu perbedaan utamanya ialah insiasi metabarorefleks
dalam upaya untuk memulihkan aliran darah, karena kontraksi isometrik
mengganggu aliran darah bahkan pada tingkat intensitas rendah. Aspek kedua
yang lebih kontroversial adalah respon kardiovaskular pada kontraksi isometrik,
sering terbukti bertentangan dengan beberapa populasi khusus. Respon tekanan
darah dan denyut jantung terhadap latihan isometrik dipengaruhi oleh kekuatan
kontraksi, ukuran otot dan lamanya waktu kontraksi. Sama halnya denga latihan
kekuatan, respon kardiovaskular ditandai dengan peningkatan cardiac output dan
arterial blood pressure (ABP) menghasilkan beban tekanan pada jantung dengan
sedikit perubahan pada tahanan perifer total (Millar, 2009).

Respon kardiovaskular sistemik terhadap latihan bergantung pada jenis


kontraksi yang dominan di otot, yakni isometric atau isotonic dalam kaitannya
dengan kinerja eksternal. Pada kontraksi isometrik, frekuensi denyut jantung
meningkat. Peningkatan ini tetap terjadi jika kontraksi otot dicegah dengan
pembesaran penghambatan neuron muscular secara lokal. Hal ini juga terjadi
hanya dengan berfikir tentang melakukan kontraksi otot sehingga peningkatan
tersebut mungkin terjadi akibat rangsangan psikis pada medulla oblongata.
Dalam beberapa detik setelah kontraksi isometrik dimulai, tekanan darah sistolik
dan diastolik meningkat tajam. Isi sekuncup tidak banyak berubah, aliran darah
berkurang pada otot yang tetap berkontraksi akibat kompresi pada pembuluh
darahnya (Ganong, 2008). Pada waktu permulaan melakukan latihan fisik terjadi
peningkatan denyut jantung yang menyebabkan terjadinya peningkatan curah
jantung sehingga mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Peningkatan
21

curah jantung terjadi karena meningkatnya kebutuhan suplai oksigen dari otot-
otot yang bekerja. Denyut jantung yang terus bertambah seiring dengan
meningkatnya intensitas latihan akan mencapai batas maksimal dan tidak
meningkat lagi yang disebut sebagai steady state heart rate (Ganong, 2008).

Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap penurunan tekanan darah


pada isometric handgrip exercise masih sulit dipahami, tetapi berdasarkan
penelitian termasuk di dalamnya adalah modulasi otonom (Millar, 2009),
perbaikan stres oksidatif (Peters, 2006), dan atau terjadinya peningkatan fungsi
endotel pembuluh resistensi (Gowan, 2007). Fungsi resistensi pembuluh darah
endotel mungkin yang paling berperan, mengingat pembuluh resisten ini
terutama bertanggung jawab untuk modulasi tekanan darah arteri dan terbukti
telah berperan penting dalam pathogenesis kronis peningkatan tekanan darah
atau hipertensi (Badrov, 2013).

2.4.4 Kontra Indikasi

Isometric handgrip exercise pada umum nya Tidak ada efek samping
pada saat dilakukan Isometric Handgrip exercise.Tetapi alat handgrip sebaiknya
tidak direkomendasikan pada responden dengan arthritis di tangan, sindrome
carpar tunnel, atau sindrom nyeri lainnya, dimana alat tersebut dapat memicu
timbulnya nyeri pada mereka dengan aneurisme atau masalah katup mitral,
dimana kenaikan awal tekanan darah dapat dipicu dengan penggunaan alat bisa
sangat berbahaya (Abe & Bisognano, 2011)

2.4.5 Prosedure Isometric Handgrip Exercise

Gambar 2.2 Handgrip exercise (Sumber : Stephen, 2018)


22

Isometric Handgrip Exercise dalam (Mortimer & Mckune, 2011) :


1. Pre testing dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan
responden (menentukan indeks massa tubuh).
2. Responden diminta untuk duduk beristirahat selama 5 menit
3. Setelah istirahat, dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
menggunakan tensi digital, kemudian catat hasilnya.
4. Responden tetap dalam keadaan duduk, diminta untuk melakukan
kontraksi isometrik (menggenggam handgrip) dengan satu tangan selama
45 detik.
5. Kemudian membuka genggaman dan istirahat selama 15 detik.
6. Responden diminta kembali untuk melakukan kontraksi isometrik
(menggenggam handgrip) dengan tangan yang lain selama 45 detik.
7. Prosedur diulang, sehingga masing-masing tangan mendapatkan 2 kali
kontraksi, jumlah total durasi selama latihan sebanyak 180 detik atau 3
menit.
8. Pada saat melakukan genggaman responden dianjurkan untuk latihan
mengambil dan menghembuskan nafas secara teratur.
9. Setelah 3 menit, kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan
denyut nadi kembali

2.5 Kerangka Konseptual


23

2.5.1 Kerangka Konsep

Faktor penyebab Hipertensi :

A. Faktor yang dapat di kontrol


1. Kegemukan (obesitas)
2. Kurang olahraga
3. Sering konsumsi garam berlebihan
4. Merokok dan mengkomsumsi alkohol
5. Strees
B. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1. Keturunan genetika
2. Jenis kelamin Klasifikasi hipertensi :
3. umur
1. Hipertensi
a. Tinggi
120-129 / kurang dari 80
b. Hipertensi derajat 1
130-139 / 80-89
c. Hipertensi derajat 2
140 atau lebih tinggi / lebih
HIPERTENSI tinggi dari 120

d. Krisis hipertensi
Lebih tinggi dari >180 /
lebih tinggi >120
Penanganan Hipertensi :
1. Rendam kaki air hangat
2. Aktivitas Fisik
(isometric handgrip
exercise)
3. Menghindari obesitas
4. Menghindari stres
5. Proses Pembedahan

Keterangan : : yang diteliti : yang tidak diteliti

2.5.2 Narasi kerangka konsep


24

Hipertensi terjadi akibat peningkatan tekanan darah dari arteri yang


bersifat sistemik alias berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu lama.
Faktor resiko yang berperan terjadinya hipertensi adalah faktor yang dapat
dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Sementara hipertensi itu sendiri memiliki
klasifikasi yang dibagi dalam empat kategori yaitu tinggi, hipertensi derajat 1,
hipertensi derajat 2 dan yang terakhir yaitu krisis hipertensi. Pada penelitian
ini untuk klafikasi krisis hipertensi tidak diambil karena krisis hipertensi atau
hipertensi grade 3 berdasarkan tekanan darah sistolik >180 mmHg dan
diastolik >110 mmHg direkomendasikan dievaluasi terlebih dahulu. Untuk
penangan Pada penderita hipertensi penanganan yang mudah dilakukan yaitu
aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari dan juga menjaga pola makan yang
dikonsumsi agar tidak menjadi obesitas.
Penanganan pada penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan
darah yang normal adalah dengan melakukan aktivitas fisik, terapi
komplementer , menghindari obesitas dan solusi yang mudah dilakukan adalah
menghindari stress. Teknik pencegahan pada penderita hipertensi salah
satunya adalah dengan cara melakukan terapi komplementer dan aktivitas fisik
, salah satu terapi komplementer yang dilakukan salah satunya adalah rendam
kaki air hangat. Rendam kaki air hangat ini pada pembuluh darah dimana
hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Selain rendam kaki air
hangat, terapi pencegahan yang bisa dilakukan pada penderita hipertensi
adalah latihan fisik. Salah satu latihan fisik yang aman untuk hipertensi adalah
handgrip isometric exercise. Yang memeiliki dampak jika dilakukan secara
rutin dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

2.6 Hipotesis Penelitian


HO : Tidak ada pengaruh rendam kaki air hangat dan isometric handgrip
exercise terhadap Tekanan darah setelah diberikan tindakan .
H1 : ada pengaruh rendam kaki air hangat dan isometric handgrip exercise
terhadap Tekanan darah setelah diberikan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai