Evidence-Based Practice (EBP), salah satunya adalah Evidence-Based Nursing (EBN),
merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. Pengertian tentang EBP/N dapat dilihat di : http://www.shef.ac.uk/scharr/ir/def.html Selama ini, khususnya dalam keperawatan, seringkali ditemui praktik-praktik atau intervensi yang berdasarkan “biasanya juga begitu”. Sebagai contoh, sewaktu di pendidikan, cairan yang digunakan dalam perawatan luka adalah povidone-iodine 10%. Nah, praktik ini dipakai “over & over” meskipun yang bersangkutan menjelang pensiun. Bila diberikan masukan, kadang-kadang jawaban yang keluar adalah : ” Selama ini juga begini, pasiennya juga sembuh kok, kok repot…” Padahal, berdasarkan penelitian yang terbaru, air kran atau air matang saja bisa digunakan untuk perawatan luka. Ini hanyalah satu contoh. Padahal ada satu tulisan yang menarik untuk penulis : “apa yang kau dapatkan dari bangku sekolah itu hanyalah berumur satu tahun setelah wisuda…..” (maaf, penulis lupa dimana baca tulisan ini). Menjadi change agent sangatlah sulit. Ada pengalaman, di suatu ruang, ada satu perawat yang baru lulus dari kuliah DIII keperawatannya. Perawat yang lain, termasuk kepala ruangnya adalah lulusan SPK. Perawat yang baru lulus ini menerapkan ilmu terbaru yang dia dapatkan, sekaligus implementasi lifelong learning (pembelajaran berkelanjutan, tidak sebatas dari bangku sekolah saja). Akhirnya hampir semua perawat yang ada di sana “protes” dengan treatment aneh yang dilakukan oleh perawat baru tersebut. Saat ditanya oleh salah satu perawat senior, perawat baru ini menjawab : “Ini saya dapatkan dari hasil kuliah saya. Kata dosen saya seperti ini. Di buku yang saya baca juga bilang seperti itu….” Sulit memang…. Merubah sikap adalah sesuatu yang sangat sulit, bahkan mungkin hal yang sia-sia. Orang tidak akan bisa merubah adat orang lain, kecuali orang-orang di dalamnya yang merubah diri mereka sendiri. Tetapi meningkatkan kesadaran, status ekonomi dan masalah kesehatan di masyarakat, akan meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Tentu yang mereka tuntut adalah pelayanan yang paling efektif & efisien. Cara apa yang bisa digunakan? Ya EBP tadi…. Kok repot!!! Buat saja satu essay tentang research report yang isinya adalah pembahasan mengenai EBP. Caranya sudah penulis jelaskan di tulisan sebelumnya. Essay ini sifatnya harus persuasive, artinya mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal tertentu atau mempunyai pikiran tertentu secara otomatis setelah membaca essay tersebut. Kenapa? Jelas bisa! Tetapi tentu saja harus ada evidence yang mendasari essay tersebut. Evidence ini dapat berupa hasil penelitian terbaru atau buku/sumber yang lain. Jadi jelasnya, harus ada data atau literatur yang mendasari penulisan essay tersebut (hmm, sebenarnya kata essay lebih banyak digunakan dalam lingkup pendidikan). Datanya pun tidak boleh berat sebelah. Harus ada counter-argument yang lain. Ini dimaksudkan supaya orang tidak menyangka bahwa dirinya baru “dirayu atau dipengaruhi”. Singkatnya, evidence dalam tulisan tersebut harus balance positif-negatif-nya atau keuntungan- kerugian-nya (lihat tulisan lain tentang “menulis”). So, satu : harus ada data atau literatur yang mendasari, dua : harus ada keseimbangan antara argument penulis dan counter argument (perspektif yang lain). Dan yang ketiga jelas harus di-desiminasi-kan. Bagaimana orang lain tahu tulisan kita kalau hanya ditumpuk saja di rak buku???? Sebenarnya perawat baru yang penulis contohkan di atas mempunyai maksud yang baik. Tetapi jelas orang akan tetap menganggapnya aneh dengan jawabannya tadi. Bagaimana mungkin perawat senior yang sudah bekerja puluhan tahun kok dikibulin oleh anak seumur jagung yang pasang infus saja belum tentu jadi? Tidak bisa hanya sekedar bilang : “Katanya begitu… katanya begini….” Tetapi kalau perawat junior tersebut bisa menunjukkan evidence yang jelas dan ada penelitiannya, cepat atau lambat, budaya “biasanya” tersebut juga akan terkikis sedikit- demi-sedikit. Orang akan mampu apabila dia sudah mau. Dia mau kalau dia memang tahu. Memberi tahu dengan cara bijak akan lebih berhasil dibandingkan dengan “ini loh gue…” Bagaimana mencari evidence-based practice dalam keperawatan? Lihat di website penting dalam keperawatan di blog ini. Tetapi tidak bisa langsung di print-out dan diumumkan langsung, melainkan melalui proses berpikir kritis terlebih dahulu. (Penulis akan menjelaskan lebih lanjut tentang “Era lifelong-learning” di tulisan selanjutnya).