Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN
Fitokimia adalah aneka ragam senyawa orgaik yang dibentuk dan
ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimia, biosintesisnya,
perubahan serta metabolismenya, penyebaran secara alamiah, dan fungsi
biologinya. Fitokimia juga disebut fitonutrient dalam arti luas fitokimia adalah
segala jenis zat kimia yang diturunkan dari sumberr tumbuhan (Gunawan, 2004).
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
telah dikeringkan (Dirjen POM, 1979).
Adapun hasil dari praktik kerja lapangan Fitokimia I tentang obat
tradisional di Desa Lombongo, didapatkan berbagai jenis tanaman obat yang
dipercaya khasiatnya oleh masyarakat sekitar. Tujuan utama praktik kerja
lapangan yaitu untuk mendapatkan tanaman obat untuk dijadikan simplisia yang
akan di identifikasi kandungan senyawa dari tanaman tersebut kemudian akan
diuji dalam Praktikum Fitokimia.
Beberapa jenis-jenis sampel yang diperoleh yaitu batang bunga bangkai
(Amarphophallus titanium), daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis),
Korteks kayu ara (Ficus carica). Hal pertama yang dilakukan adalah
mengumpulkan atau memanen bagian tanaman. Menurut Tjitrosoepomo (1985)
Pemanenan pada beberapa bagian tanaman, pada bagian daun dilakukan pada pagi
hari pukul 09.00-12.00, bertujuan untuk menjaga kesegaran karena pada waktu itu
terjadi proses fotosintesis dengan sempurna, kemudianj dipetik satu persatu daun
tua atau muda secara manual (daun kelima dari pucuk), untuk buah dipanen
beruba buah yang masak, matang atau muda, dipetik dengan tangan, bagian kulit
batang atau kika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran
panjang dan lebar tertentu, untuk bagian batang diambil dari cabang utama sampai
leher akar, dipotong-potong dengan panjang dan diameter berbeda. Sampel yang
diambil sebanyak mungkin sesuai banyaknya simplisia yang akan dibuat.
Dilakukan pencucian dan sortasi basa. Menurut Dalimartha (2006) Tahap
pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel
pada sampel dan dibersihkan pada air mengalir. Selanjutnya semua sampel
disortasi basa, proses ini dilakukan untuk memisahan sampel dengan kerikil,
ranting, dan kotoran lainnya. Selanjutnya proses perajangan, Menurut Rasdiana
(2009) tujuan perajangan untuk mempermudah proses pengeringan. Semakin tipis
perajangan maka semakin cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang
mengandung minyak menguap, perajangan tidak boleh terlalu tipis karena
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan
terlalu tebal pengeringannya lama dan mudah berjamur.
Setelah dirajang, kemudian simplisia dikeringkan, Menurut Depkes RI
(2000) tujuan pengeringan ini yaitu untuk mendapatkan simplisia, awet, tahan
lama, mengurangi kadar air, sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme,
mudah disimpan dan dihaluskan. Ada 2 cara pengeringan yaitu alami dan buatan.
Cara alami berupa pengeringan dengan snar matahari langsung terutama bagian
yang keras (kayu,kulit biji, dan biji) dan zat aktif relatif panas. Cara lami yang
kedua yaitu diangin-anginkan tanpa terkena matahari langsung. Pengeringan
buatan menggunakan alatyang diatur suhu dan kelembapan.
Untuk pengawetan simplisia dilakukan untuk memperpanjang masa
simplisia sehingga tida ada mikroorganisme tumbuh, dengan menyemprotkan
simplisia dengan alkohol 70% atau dialiri uap panas sebelum kering (Dirjen POM,
1979).
Setelah semua perlakuan selesai, tahap terakhir yaitu perwadahan atau
penyimpanan simplisia, diberi wadah yang baik dan disimpan di tempat menjamin
terpeliharnya mutu dari simplisia. Wadah tersebut terbuat sari plastikmtebal atau
gelas yang bberwarna gelap dan tertutup kedap. Hrus memperhatikan suhu,
kelembapan udara dan sirkulasi udara.

Anda mungkin juga menyukai