Anda di halaman 1dari 10

Kemiskinan,Angka Kemiskinan dan Solusi

Penanggulangan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga
kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Pemerintah Kabupaten Bandung
perlu melakukan beragam pendekatan untuk memecahkan masalah kemiskinan di
wilayahnya. Pasalnya, kabupaten ini memiliki kluster-kluster kemiskinan yang khas, dari
wilayah pinggiran hutan hingga daerah perkotaan.
Pemanfaatan kearifan lokal juga ditempuh Pemkab Bandung untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat. Ada beberapa kampung yang menjadi percontohan atau model
kemandirian berbasis kearifan lokal, seperti diKecamatan Pacet dan Ciparay.
Menurut data Badan Pusat Statistik Jawa Barat, jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Bandung pada tahun 2007 sebanyak 177.744 keluarga, sementara pada tahun 2008 sebanyak
279.692 keluarga. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jabar
menyebutkan, terdapat 110.121 keluarga prasejahtera di Kabupaten Bandung pada tahun
2007. Jumlah ini meningkat menjadi 144.055 keluarga pada tahun 2008.
Beragamnya karakteristik kemiskinan di Kabupaten Bandung menuntut pendekatan berbeda.
Tatang yang juga menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Bandung menegaskan, masalah di daerah pinggir hutan bisa diatasi dengan pola kerja sama
dengan Perhutani untuk mengelola hasil hutan. Ketimpangan penduduk di daerah perkebunan
bisa diatasi dengan program Keluarga Berencana (KB). Rendahnya kualitas SDM di daerah
perkotaan bisa ditangani melalui pembangunan balai latihan kerja.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah yang membahas tentang kemiskinan di Kota Bandung ini
adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Kota Bandung
yang mampu dalam hal materi agar ikut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan di
Kota Bandung.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat Kota Bandung untuk menghadapi kemiskinan.
3. Untuk mengetahui sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di
Indonesia khususnya Kota Bandung.

C.Manfaat
Dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya
penyelesaian kemiskinan di Indonesia.
Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan
di Kota Bandung Tahun 2015
Jenis Kelamin Rasio Jenis
Kecamatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan Kelamin

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Bandung Kulon 71 971 71 342 143 313 1.009

2 Babakan Ciparay 75 735 72 290 148 025 1.048

3 Bojongloa Kaler 62 053 59 112 121 165 1.050

4 Bojongloa Kidul 44 459 41 904 86 363 1.061

5 Astanaanyar 34 491 34 500 68 991 1.000

6 Regol 40 863 41 124 81 987 0,994

7 Lengkong 35 397 36 240 71 637 0,977

8 Bandung Kidul 29 635 29 696 59 331 0,998

9 Buah Batu 47 731 47 625 95 356 1.002

10 Rancasari 37 711 37 758 75 469 0,999

11 Gedebage 17 862 18 048 35 910 0,990

12 Cibiru 35 704 34 666 70 370 1.030

13 Panyileukan 19 800 19 539 39 339 1.013

14 Ujungberung 38 179 37 298 75 477 1.024

15 Cinambo 12 627 12 139 24 766 1.040

16 Arcamanik 34 515 33 778 68 293 1.022

17 Antapani 37 315 37 242 74 557 1.002

18 Mandalajati 31 982 31 165 63 147 1.026

19 Kiaracondong 66 144 65 991 132 135 1.002

20 Batununggal 61 549 59 527 121 076 1.034

21 Sumur Bandung 18 030 17 873 35 903 1.009

22 Andir 49 461 48 232 97 693 1.025

23 Cicendo 50 092 49 806 99 898 1.006

24 Bandung Wetan 15 257 15 682 30 939 0,973

25 Cibeunying Kidul 54 592 53 601 108 193 1.018

26 Cibeunying Kaler 36 346 34 838 71 184 1.043

27 Coblong 69 030 62 972 132 002 1.096


28 Sukajadi 54 264 54 248 108 512 1.000

29 Sukasari 40 801 41 211 82 012 0,990

30 Cidadap 29 678 28 748 58 426 1.032

Kota Bandung 1 253 274 1 228 195 2 481 469 1.020

Sumber/Source: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035/Indonesia Population Projection 2010–


2035
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

A. Pembahasan
Di usia yang yang Ke-367, Kabupaten Bandung masih dihantui masalah kemiskinan
namun pemkab berusaha keras mewujudkan masyarakat yang rapih. Kabupaten Bandung kini
berpenduduk sekitar 2,4 juta jiwa yang tersebar di 31 kecamatan, 9 kelurahan dan 266 desa,
Pemkab.bandung bercita-cita meraih angka indeks pembangunan manusia (IPM) 80 80 pada
2010 mendatang.
Bandung merupakan sebuah kota besar sekaligus sebagai ibu kota provinsi Jawa
Barat. Namun, ternyata masih banyak daerah Bandung yang tergolong miskin khususnya di
daerah Kabupaten Bandung Barat. Untuk menyelidiki kemiskinan tersebut kami telah
melakukan survey kemiskinan dibeberapa daerah di Kabupaten Bandung Barat antara lain di
daerah Desa Nanjung (Kecamatan Margaasih), Desa Cikahuripan (Lembang Bandung),
Kecamatan Parongpong, Kampung Barunagri, Desa Sukajayat, Desa Sariwangi dan di
beberapa daerah lainnya yang tingkat kemiskinannya dianggap cukup memprihatinkan.

1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk
dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini
berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah
global. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-
negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangansehari-
hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan,
dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi.
3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik danekonomi di
seluruh dunia.
2. Penyebab Kemiskinan
Penyebab kemiskinan sangat kompleks, sehingga perspektif dalam melihat
berdasarkan persoalan real dalam masyarakat tersebut. Persoalan real dalam masyarakat
biasanya karena adanya kecacatan individual dalam bentuk kondisi dari kelemahan biologis,
psikologis, maupun kultural sehingga dapat menghalanginya untuk memperoleh peruntungan
untuk dapat memajukan hidupnya. Kelompok yang masuk dalam golongan yang tidak
beruntung, yaitu kemiskinan fisik yang lemah, kerentaan, keterisolasian dan
ketidakberdayaan.
Pada umumnya di Negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
- Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia
Seperti kita ketahui lapangan pekerjaan yang terdapat di Indonesia tidak seimbang dengan
jumlah penduduk yang ada dimana lapangan pekerjaan lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah penduduknya. Dengan demikian banyak penduduk di Indonesia yang tidak
memperoleh penghasilan itu menyebabkan kemiskinan di Indonesia.
- Tidak meratanya pendapatan penduduk Indonesia
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan relative
tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian penduduk di Indonesia
mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini yang diusebut tidak meratanya pendapatan
penduduk di Indonesia.
- Tingakat pendidikan masyarakat yang rendah
Banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendidikan yang di butuhkan oleh
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja. Dan pada umumya untuk memperoleh
pendapatan yang tinggi diperlukan tingkat pendidikan yang tinggi pula atau minimal
mempunyai memiliki ketrampilan yang memadai dehingga dapat memp[eroleh pendapatan
yang dapat memenuhi kebutuhan dehari-hari sehingga kemakmuran penduduk dapat
terlaksana dengan baik dan kemiskinan dpat di tanggulangi
- Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang penting digaris bawahi disini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak
seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur
meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya
produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan
per-kapita:
a. Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b. Politik ekonomi yang tidak sehat.
c. Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
- Rusaknya syarat-syarat perdagangan
- Beban hutang
- Kurangnya bantuan luar negeri, dan
- Perang

- Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.


Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh
karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan
SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa
dipertanggungjawabkan dengan maksimal
- Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak
adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah
konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga
kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran.
- Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan
untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga.
Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
- Kurangnya perhatian dari pemerintah
Masalah kemiskinan bisa dibilang menjadi maslah Negara yang semakin berkembang
setiap tahunnya dan pemerintah sampai sekarang belum mampu mengatasi masalah tersebut.
Kureangnya perhatian pemerintah akan maslah ini mungkin menjadi salah satu penyebnya.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:


- Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
- Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
- Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
- Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
- Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil
dari struktur sosial.

3. Permasalahan Kemiskinan di Kota Bandung ada 2 poin penting yaitu :


1. Isu Garis Kemiskinan Masyarakat Kabupaten Bandung Barat.
2. Isu Relasi Parameter Kesejahteraan, parameter-parameter yang berelasi adalah:
- Penghasilan dengan Pengeluaran
- Penghasilan dengan Biaya Makan
- Penghasilan denga Luas Bangunan Rumah
- Penghasilan dengan Kesehatan
- Pendidikan dengan Penghasilan
Jika diilustrasikan dengan gambar relasi, seperti di bawah ini:
B. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kota Bandung
Gubernur Jawa Barat menetapkan UMR Kabupaten Bandung sebesar Rp 895.980.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, pendapatan per kapita Kabupaten
Bandung Rp 7.605.367,00 per tahun atau sama dengan Rp 633.780,00 per bulan. Secara
umum, dengan membandingkan pendapatan per kapita Kabupaten Bandung sebesar Rp
633.780,00, dengan UMR Kabupaten Bandung sebesar Rp. 895.980, masyarakat Kabupaten
Bandung cenderung belum hidup dengan layak. Hal menarik lain yang didapat berdasarkan
hasil survey adalah keterkaitan antara tingkat pendidikan dengan pendapatan masyarakat.
Dari hasil survey, di Desa Sariwangi, dengan confidence level 95%, didapat fakta bahwa 83%
penduduk desa nanjung memiliki pendidikan maksimum SD – SMP. Sedangkan di Desa
Nanjung, dengan confidence level 95% pula, didapat fakta bahwa 74% penduduk Desa
Nanjung memiliki pendidikan maksimum antara SD–SMP. Sebanyak 51% warga memiliki
penghasilan di bawah UMR dan memiliki pendidikan maksimum SMP dan sekitar 76% dari
masyarakat dengan penghasilan di bawah UMR berpendidikan maksimum antara SD –SMP.
Fakta yang perlu kita cermati adalah tingkat pendidikan masyarakat di daerah tersebut
cenderung rendah dan sebagaian besar dari masyarakat berpendidikan rendah tersebut
memiliki pendapatan di bawah UMR.

C. Upaya mengatasi kemiskinan di Kota Bandung


Upaya kemiskinan di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan diadakannya
Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998. Bandung Peduli adalah
gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada upaya menolong orang
kelaparan, dan mengatasi orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Bandung
Peduli berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa memandang perbedaan suku, ras,
agama, kepercayaan.
Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila dibandingkan
dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli
melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di
Kabupaten/Kotamadya Bandung khususnya orang-orang fakir.
D. Komentar
Dalam menghadapi kemiskinan di Kota Bandung, tingkat pendidikan masyarakat di
daerah tersebut cenderung rendah dan sebagaian besar dari masyarakat berpendidikan rendah
memiliki pendapatan di bawah UMR. Untuk itu kita meningkatkan partisipasi masyarakat
Bandung yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi globalisasi ke depan
yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas,
dan moralitas yang standarnya adalah standar global. Menjaga stabilitas harga bahan
kebutuhan pokok, Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin,
Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat,
Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar, Membangun dan
menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa dalam mengatasi masalah kemiskinan diperlukan kajian yang menyeluruh
(comprehensif), sehingga dapat dijadikan acuan dalam merancang program pembangunan
kesejahteraan sosial yang lebih menekankan pada konsep pertolongan. kurangnya perhatian
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari opini masyarakat
bahwa asal bisa cepat bekerja, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Jika masalah pendidikan ini
dibiarkan berlarut-larut dan tidak segera diselesaikan, bukan tidak mungkin masalah
kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat menjadi masalah yang tidak terselesaikan.
Keluarga miskin akan menghasilkan generasi penerus yang “miskin” dan begitu seterusnya
sehingga menjadi “lingkaran setan” yang tidak ada habisnya. Oleh karena itu, perlu terjadi
sinergi antara masyarakat dan pemerintah dan sikap pro aktif masyarakat menanggapi
masalah pendidikan ini. Memang hasil yang diharapkan tidak bisa didapat dalam waktu yang
singkat, namun paling tidak akan muncul harapan generasi yang akan datang akan
berkesempatan untuk hidup dengan layak.

(http://devi-cemoet.blogspot.co.id/2010/01/permasalahan-kemiskinan-di-kota-bandung.html)

Anda mungkin juga menyukai