PENDAHULUAN
Perilaku pengguna ruang terhadap kenyamanan visual dapat terlihat dari prilaku
pengguna, misalnya dengan mengerutkan kelopak mata jika cahaya pada ruangan terlalu silau
atau membuka mata lebar – lebar ketika cahaya pada ruangan terlalu gelap. Penguna ruang dapat
beradaptasi dengan menghidupkan lampu atau lebih mencari tempat yang lebih terang.
Kenyamanan visual mata dipengaruhi oleh warna dan cahaya. Kenyamanan visual dalam
melakukan aktivitas sehari - hari di dalam perkantoran bergantung dari jumlah cahaya yang
masuk ke dalam ruangan. Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia untuk melihat dunianya.
Tanpa cahaya, maka dunia akan gelap, hitam dan mengerikan. Keindahan tidak akan tampak dan
dinikmati. Untuk itu manusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengan sehat, nyaman dan
1
menyenangkan. Sistem pencahayaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar
terhadap kenyamanan visual suatu bangunan. Sistem pencahayaan sangat penting diperhatikan
pada setiap bangunan guna kenyamanan dalam beraktifitas guna meningkatkan produktifitas dan
kenyamanan visual (Satwiko, hal.85, 2005). Sistem pencahayaan meliputi sistem pencahayaan
alami dan sistem pencahayaan buatan. Pencahayaan alami lebih mengutamakan dari sinar
matahari yang tentunya dipengaruhi iklim dan kepekatan awan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah , yaitu :
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat baik untuk penulis maupun pembaca adalah untuk menambah ilmu
pengetahuan khususnya sistem pencahayaan alami untuk memenuhi kenyamanan visual pada
bangunan perkantoran dengan pendekatan Arsitektur Tropis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat 2 macam iklim tropis, yakni tropis kering (Dry Tropic) dan tropis basah (Wet
Tropic). Daerah tropis kering (Dry Tropic) Padang pasir sangat kering, hampir tidak mengenal
hujan. Kalaupun hujan, maka sangat tidak teratur. Daerah ini pada siang hari memiliki
temperature dan potensi penguapan yang tinggi. Sungai-sungai kering dan aliran air
menunjukkan bahwa kadang-kadang turun hujan yang sangat lebat. Tetapi karena airnya terlalu
cepat mangalir hampir tidak dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Tumbuhan rendah
dan poho-pohon rendah kurus yang tumbuh jarang merupakan ciri daerah ini.
Sedangkan Daerah tropis basah (Wet Tropic) Daerah lembab mencakup savana lembab,
daerah dengan angin musim dan hutan hujan tropis. Daerah savana lembab dan daerah bermusim
hujan memiliki satu atau dua musim hujan dengan batas yang jelas. Tumbuhan di daerah ini
lebat dan mampu melewati musim kering panjang tanpa akibat yang berarti. Ciri khas daerah ini
adalah rendahnya perbedaan temperature harian dan tahunan; pada kelembaban yang tinggi dan
temperature selalu hampir sama sepanjang tahun. kekayaan tumbuhan di daerah yang sangat
lembab sangat luar biasa.
Terdapat lebih dari 35.000 jenis tumbuhan berbunga. Beberapa jenis pohon menjulang
tinggi sampai 60 m dari tinggi rata-rata hutan tropis khatulistiwa mencapai sekitar 20 m. Ciri
yang menonjol pada iklim tropis adalah tingginya suhu rata-rata harian dibanding pada iklim
lain. (V. Rondonuwu dan H. Gosal, 2011). Indonesia sebagai daerah beriklim tropis
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan, dalam hal ini
3
khususnya bangunan rumah tinggal, sekolah, dan perkantoran. Kondisi iklim seperti temperatur
udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi desain dari
bangunan-bangunan di Indonesia. Masyarakat pada iklim tropis dalam membangun rumahnya
berusaha untuk menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna mendapatkan disain rumah yang
nyaman dan aman.
Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika, namun
pada bentuk yang berdasarkan adaptasi atau penanganan iklim tropis. Meskipun demikian
bentukan bangunan oleh arsitek maupun desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur
yang estetis, hal ini karena selain memperhatikan bagaimana menangani iklim tropis, juga
memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior dan interior dari bangunan tersebut. Bentuk
secara makro sangat memperhatikan faktor panas dan hujan, dimana untuk menangani hal
tersebut maka arsitektur tropis yang baik akan memperhatikan bagaimana bangunan tidak panas
dan ketika hujan tidak tampias hujan, selain itu terdapat kualitas kenyamanan berkaitan dengan
suasana panas dan dingin yang ditimbulkan oleh hujan, biasanya dibuat teras untuk memberikan
perlindungan serta menikmati iklim tropis yang bersahabat. Bentuk secara mikro pada masing-
masing elemen bangunan seperti jendela dengan bentuk lebar, berjalusi, berkanopi, atau
semacam itu. Bentuk bangunan tropis dari kayu biasanya merupakan bangunan panggung
dengan lantai yang diangkat dengan harapan terhindar dari banjir akibat hujan, memang
merupakan kualitas rancangan yang sudah berhasil sejak dulu. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk mengoptimalkan kenyamanan visual pada arsitektur tropis adalah dengan menciptakan
sistem pencahayaan alami pada desain bangunan arsitektur topis.
4
5. Basement / Toilet / Hall / Lobby 100-200 Lux
6. Restoran / Store / Toko 200-500 Lux
Adapun untuk pengukuran kuat penerangan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
menggunakan metode perhitungan biasa / manual dengan menggunakan alat bantu lux meter dan
metode perhitungan menggunakan software ecotect.
Pada kondisi iklim tropis, cahaya matahari langsung harus selalu dihindari karena
membawa panas masuk ke dalam bangunan, caranya dapat melalui desain bentuk bangunan
dan elemen pembayangan (shading devices) baik yang bergerak maupun yang tetap.
Komponen pencahayaan yang dapat digunakan yaitu komponen 2 dan 3. Intensitas cahaya
5
difus dari terang langit bervariasi bergantung pada kondisi terang langit (cerah atau
berawan). Cahaya difus dari pantulan tanah atau bangunan lain dapat menyebabkan masalah
kesilauan karena sudut datangnya yang rendah, tetapi merupakan solusi paling baik untuk
kawasan iklim tropis dan sub-tropis.
6
Memberikan pembayangan untuk posisi jendela sedang, memisahkan kaca untuk
pandangan dan kaca untuk pencahayaan alami. Bisa berupa elemen eksternal atau
elemen internal dan kombinasi keduanya.
Borrowed Light
Konsep pencahayaan bersama antar dua ruangan yang bersebelahan.
Gambar 2.2 Tiga komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja
Sumber : SNI 03-2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
1. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup
banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
7
2. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras
yang mengganggu.
2.3.2 Roster
Pengertian Roster adalah partisi khusus yang karakter khusus berupa Lubang atau
Hollow. Untuk bahannya atau Material yang di gunakan juga beragam jenis mulai dari tanah liat
yang di bakar atau Terakota, keramik berglazur, kayu, beton, GRC atau Glassfibre Reinforced
Cemen, logam besi tuang atau kuningan dan bahkan dari batu alam yang di pahat. Roster bukan
merupakan elemen desain baru, tetapi tengah menjadi tren. Dengan elemen ini tampilan ruangan
bisa menjadi lebih indah dan menarik. Roster merupakan partisi atau penyekat antar ruang yang
memiliki fungsi utama sebagai lubang sirkulasi udara dan pencahayaan di siang hari pada sebuah
ruang.
Dengan demikian penggunanaan roster dapat menghemat energy karena angin dan
cahaya matahari dapat masuk melalui lubang-lubang roster. Namun seiring perkembangan jaman
Roster jenis ini mulai terpinggirkan dan mulai di gantikan dengan parisi kaca bening sebagai
penutup bagian luar gedung seiring meningkatnya pemakaian Air Conditioner (AC) atau
pendingin udara. Namun karena dengan di galangkan nya Go Green dan rumah hemat energi
Roster beton kembali bangkit kembali.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Objek yang kami amati berlokasi di jalan Campuhan II No.2, Legian, Kuta,
Kabupaten Badung, Bali. Bangunan ini merupakan bangunan kantor dengan 2 lantai
yang terbagi dari lantai 1 merupakan sebuah rumah makan dan lantai 2 adalah kantor
arsitek. Bangunan ini sebagian besar menghadap kearah selatan dan memiliki pintu
samping sebagai akses pegawai.
9
Gambar 3.2 Tampak Luar Bangunan
Sumber : Google Maps
10
Roster pada bangunan ini terletak disisi utara. Selain meenerima cahaya, roster
juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu system penghawaan alami untuk memenuhi
kebutuhan thermal civitas di dalam bangunan. Karakteristik cahaya yang dating dari utara
umumnya bersifat tidak menyilaukan sehingga cahaya yang masuk dapat optimal.
Hollow atau rongga tersebut berfungsi efektif untuk menghalau teriknya sinar matahari,
menyalurkan udara sejuk, dan menciptakan kesan unik pada bangunan. Variasi bentuk
atau pola yang terdapat pada rongga roster beton memungkinkan untuk melakukan
penyesuaian pasokan udara, cahaya matahari, dan angin yang dibutuhkan, begitu pun
pada konsep arsitektur pada kantor yang diusung.
11
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pencahayaan alami pada bangunan kantor ASA Architect dicapai dengan menggunakan
tipe pencahayaan borrowed light dan roster yaitu pada sisi utara dan barat bangunan. Ruang –
ruang di kantor konsultan arsitek sudah cukup nyaman secara visual, hanya saja pada beberapa
ruangan membutuhkan pencahayaan buatan untuk memenuhi kenyamanan visual. Rekomendasi
untuk mendukung kenyamanan visual dapat dicapai dengan modifikasi pada ruang, dapat berupa
modifikasi interior maupun eksterior. Modifikasi interior dapat berupa pendataan kembali layout
ruang dan pola tata prabot. Modifikasi eksterior dapat dengan mendapatkan shading device
(elemen pembayangan), memperbesar luasan jendela atau menambahkan sylight.
12
DAFTAR REFRENSI
Lechner Norbert. (2007). Heating, Cooling, Lighting, Design Method for Architects. Jakarta.
Thojib & Adhitama, (2013). Kenyamanan Visual Melalui Pencahayaan Alami Pada Kantor.
13