DI PEMUKIMAN PADAT
Lilih Cholidah
Djamaludin Ancok
Haryanto
padatan dan kesesakan dengan stres dan intensi prososlal pada remaja
sires dan intensi prososlal. Hipotesis da/am penelitian ini adalah: (1)
hadap stres sebesar 17 persen. (2) tidak ada hubungan antara kepada.tan
Dr. H. Djamaludin Ancok, lahir di manusia fni sangat perlu unluk menunjang
Ba.ngka pada 18 Agustus 1946, ada/ah do keberhasitan pembangunan nasional yang
·Psikologi fslami" dan "Nuansa Psikologi sumber daya manusia ini merupakan tan
Pembangunan". Banyak melakukan pene· tangan yang cukup berat, karena kurva
litian dan terlibat da/am berbagai perte pertambahan penduduk Indonesia semakin
Drs. Haryanto, MS, adalah dosen duduk Indonesia berjumlah 179,4 juta jiwa
Fakultas Psikologi UGM. Aktif memben'kan dan meningkat sebesar t ,98 persen per
didikan anak. Juga pendiri dan pengu-rus Selain 1aktor pertumbuhan penduduk
Yayasan /nsan Kami/ Yogya. yang cukup tinggi, tantangan lain bagi pe-
merintah Indonesia adalah naiknya arus syarakat Indonesia menjadi nampak jetas.
urbanisasi ke kota-kota besar. Sebagai Proporsi luas tanah untuk rumah tern·
mana yang terjadi di negara berkembang pat tinggal penduduk kola yang semakin
lain di dunia ini, urbanisasi ini disebabkan semplt menyebabkan kepadatan yang
oleh belum cukup meratanya induslriali tinggi dan ruang untuk keper1uan·keperluan
sasi, modemisasi dan pembangunan. Arus individu dan kelompok Juga semakin me
urbanisasi ini terpusat ke kota-kota besar nyempit. Menurut Holahan (198 2), kepa·
tertentu, seperti Jakarta, Surabaya, dan datan (density) adalah sejumlah individu
Medan. Kalau pada tahun 1980 daerah pada setiap ruang atau wilayah. Altman
kota menampung sekitar 22,4 persen pen (1975) membagi kepadatan menjadi kepa
duduk, temyata pada tahun 1990 mem datan dalam dan kepadatan luar. Kepa
bengkak menjadi 30,9 persen (BPS, 1993). datan dalam berarti jumlah manusia dalam
dan lajunya arus urbanisasi ini Jelas me berarti jumlah orang atau pemukiman di
rupakan beban bagi perkotaan. Salah satu suatu wilayah. Dalam hubungannya de
masalah yang timbul adalah masalah pe ngan kondisi psikologis penghunian rumah,
nyediaan pemukiman bagi penduduk. kare kiranya apa yang dikatakan oleh Holahan
na kebutuhan akan pemukiman sudah dan definisi kepadatan dalam dari Altman
merupakan kebutuhan masyarakat di sam lebih bisa diterapkan, di mana dalam setiap
ping sandang dan pangan. Pada waktu unit rumah dihuni oleh sejumlah orang.
penduduk kota belum begitu banyak, Apalagi dalam masyarakat Indonesia se
masalah kebutuhan akan tempat tinggal ring dijumpai adanya rumah yang dihuni
bukanlah masalah yang merisaukan, ka oleh jumlah anggota keluarga yang relatif
rena penduduk masih dapat membangun besar, yaitu selain keluarga inti yang terdiri
tempat tinggalnya dengan 1eluasa. Akan te dari ayah. ibu, dan anak, terkadang masih
tapi pertambahan penduduk dan keterba· ditambah dengan sanak keluarga sedarah
kin padat. Dalam tinjauan psikologi ling paling dekat dan panting bagi manusia ka
kungan, maka pemukiman penduduk per rena hampir setengah dari hidupnya diha
kotaan pada umumnya rnempunyai dua ciri biskan di rumah. Setelah penat bekerla se
yaitu, kepadatan (density) dan kesesakan harian, manusia melepas lelah dan beris
Kondisi ini dipetburuk oleh kecende maupun tidur lelap di malam hari (Awaldi,
rungan selama ini yang memandang pem 1990). Rumah sebagai lingkungan tempat
tuk pembangunan fisik saja sehingga ku kegiatan. seperti membaca, menerima ta
rang memperhatikan faktor-faktor psiko mu, berkumpul dengan keluarga, serta me
logis yang mungkin terladi di dalamnya. De nyiapkan strategi dan rencana kerja untuk
kungan fisik, seperti sarana olahraga, sa· ngatakan bahwa fungsi rumah bagi orang
rana rekreasi, dan lain-lain. Padahal pem hidup semakin penting, di samping tempat
bangunan sosial seharusnya lebih dite�e berlindung, rumah juga berfungsi sebagai
ma yang rnenghasilkan pola interaksi sosial yaitu proses di mana seorang individu di
antar individu dan kelompok secara ade perkenalkan kepada nilai-nilai, adat ke
kuat. Dalam pandangan ini arti dari pening· biasaan, yang berlaku dalam masyarakat,
katan kualitas sumber daya manusia ma- juga rumah berfungsi sebagai tempat untuk
memenuhi kebutuhan·kebutuhan hidup se Dalam suasana padat dan sesak ken·
seorang seperti kebutuhan bergaul., kebu disi psikologis yang negatif mudah timbul
tuhan rasa aman, dan kebutuhan untuk me· yang merupakan faktor penunjang yang
ngaktualisasikan diri, serta rumah juga se,. kuat untuk munculnya stres dan bermacam
bagai wahana untuk mengasuh anak hing· aktivitas sosiat negatif (Wrightsman dan
Mengingat pentingnya fungsi rumah, gatif yang dapat diakibatkan oleh suasana
sebaiknya rumah dapat dirasakan sebagai padat dan sesak antara lain:
memberikan rasa aman dan nyaman bagi cam penyakit baik fisik maupun psikis, se
penghuninya dan perlu dihindarkan rumah perti stres, tekanan darah meningkat, psi
yang ter1alu sempit. Penyempitan ruang in· kosomatis, dan gangguan jiwa.
dividual dalam rumah akan menimbulkan Kedua, munculnya patologi sosial, se
yang serius. Suasana tidak nyaman terse- Ketiga, munculnya tingkah laku sosial
but disebabkan oleh banyaknya anggota yang negatif, seperti agresi, menarik diri,
keluarga yang menempati rumah tersebut, berkurangnya tingkah laku menotong (pro-
banyaknya orang yang berlalu lalang di se· sosial), dan kecenderungan berprasangka.
kitar rumah, dan jarak antar rumah yang Keempat, menurunnya prestasi kerja
sangat dekat. serta suara bising yang dan suasana hati yang cenderung murung
las akan meruglkan perkembangan psiko- Menurut Baum dkk (dalam Evans,
logis anggota keluarga, terutama pada 1982), peristiwa atau tekanan yang berasal
Selaln masalah kepadatan, ciri kedua daan individu dapat menyebabkan stres.
dari pemuklman kota adalah kesesakan. Bila individu tidak dapat menyesuaikan de·
perasaan subjektif individu terhadap keter· merasa tertekan dan terganggu dalam ber
batasan ruang yang ada (Holahan, 1982) interaksi dengan 1ingkungan, dan kebe
atau perasaan subjektif karena terlatu ba basan individu merasa terancam sehing·
1987). Kesesakan muncul apabila individu Kawasan padat dan sesak selain dapat
berada dalam posisi terkungkung akibat menimbulkan stres juga menyebabkan in·
karena dibatasi oleh sistem konstruksi dengan orang lain, terutama dengan orang
bangunan rumah dan ter1alu banyaknya yang tidak begitu dikenalnya. Tindakan ini
orang lain di sekelifingnya. Hal ini menye dilakukan individu untuk mengurangi stimuli
babkan banyak stimulus yang tidak diingin· yang tidak diinginkan yang dapat mengu
kan dapat mengurangi kebebasan masing· rangi kebebasan individu. Tindakan selektif
masing individu, serta interaksi antar indivi ini memungkinkan menurunnya keinginan
du semakin sering terjadi, tidak terkendali, seseorang untuk membantu orang lain (in·
dan infonnasi yang diterima sulit dicerna. tensi prososial). Peri1aku prososial adalah
Kondisi padat dan sesak dapat menim perilaku seseorang yang dilujukan pada
bulkan berbagai permasalahan ps!kologis orang lain dan memberikan keuntungan fi·
yang serius. Kepadatan di dalam rumah sik maupun psikologis bagi yang dikenakan
dan sekitar rumah menyebabkan keterba tindakan tersebut. Perilaku prososial men·
tasan sumber-sumber yang berni1ai bagi in cakup tindakan·tindakan kerja sama,
orang lain (Mussen dkk, 1979). kegiatan atau kebutuhan pribadi, atau biasa
Perilaku prososiaf sangat penting arti disebut privasi. Privasi ini membutuhkan
nya bagi kesiapan seseorang dalam me suasana lingkungan yang tidak terlalu pa
ngarungi kehidupan sosialnya. Karena de dat dan sesak. Bila lingkungan terlalu pad at
ngan kemampuan prososial lni seseorang dan tidak memberikan kondisi dan situasi
akan lebih diterima dalam pergaulan dan yang baik maka kebutuhan psikologis re
akan dirasakan berarti kehadirannya bagi maja akan terganggu dan memungkinkan
pok dan lingkungannya, sehingga mereka kepadatan dan kesesakan dengan stres
mendapat kesempatan untuk melatih ke pada remaja di pemukiman padat. Semakin
mampuan sosialnya. Remaja sebagai mah tinggi kepadatan dan kesesakan maka se
luk sosial membutuhkan orang lain sebagai makin tinggi stres yang dialami.
kawan hidup. Remaja memerlukan kelom Pertama, ada hubungan negatif antara
pok sosial tempat ia mengidentifikasi diri, kepadatan dan kesesakan dengan intensi
berinteraksi dengan keluarga, kawan, dan prososial pada remaja di pemukiman padat.
orang lain. Di dalam proses perkem Semakin tinggi kepadatan dan kesesakan
bangannya remaja dipengaruhi pula oleh maka intensi prososial semakin rendah.
0,947 sehingga layak digunakan sebagai gatif antara kepadatan dan kesesakan de
pat altematif jawaban, yaitu sangat sesuai, Setetah analisis dilakukan dengan
sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai. menggunakan regresi ganda (multiple re
Aitem-aitem di alas memiliki koefisien vali gression), temyata hasil perhitungan sta
ditas bergerak dari 0, 191 sampai 0,669 dan listik untuk menguji hipotesis pertama me
ga layak digunakan sebagai alat pengum dan kesesakan mampu memprediksi stres
Skala fntensf prososia/. Skala intensi besar 0, 17243 menunjukkan bahwa kepa
prososial fni disusun berdasarkan bentuk datan dan kesesakan memberikan sum
kan oleh Mussen dkk (1979). Skala ini ter stres subjek penelitian sebesar 17,243%.
diri dari 30 aitem berupa pemyataan-per Apabila ditihal secara khusus ler1ihat bahwa
nyataan dengan tiga alternatif jawaban variabel kesesakan lebih berperan terha
yang telah diukur bobot intensinya sehing dap stres subjek penelitian daripada varia
kemungkinan untuk mendapat sekor satu, Penjelasan yang dapat diberikan ber
dua, dan tiga. Aitem-aitem di atas memiliki kaitan diterimanya hipotesis pertama yang
koefisien validitas bergerak dari 0,218 sam menyatakan ada hubungan positif antara
pai 0,682 dan koefisien reliabilitas sebesar kepadatan dan kesesakan dengan sires ini
0,875 sehingga layak digunakan sebagai sesuai dengan pendapat yang dikemuka
alat pengumpul data. kan oleh Baum dkk (dalam Evans, 1984)
Untuk menguji hipotesis penetitian digu dan Jain (1987). Mereka berpendapat bah
nS:kan teknik analisis regresi ganda (mul wa stres mudah dialami individu yang me
fasilitas program SPSS/PC+ versi 3. 1. sakan setiap hari, karena kepadatan dan
signifikan antara kepadatan dan kesesakan sires di atas rata-rata, dengan rerala 99,94.
padat (Fz:9, 12sn p<C>,01 ). Kepadatan dan terdapatnya korelasi yang signifikan akan
dicapai maka individu tidak akan merasa lagi remaja yang lebih banyak melakukan
dalam memprediksi stres disebabkan sub keluar dari rumah dan mencari tempat-tem
jek penelitian sudah terbiasa dengan ke pat yang lebih leluasa. Teori Setting Sys
adaan lingkungan yang padat dan rumah tem yang dikemukakan oleh Rapoport (da
yang relatif sempit. Bell dkk (1978) menga lam Haryadi, 1989) mengemukakan bahwa
takan bahwa semakin sering atau konstan setiap peri1aku manusia dalam lingkungan
suatu stimulus muncul, maka akan timbul membutuhkan wadah atau tempat perilaku
pembiasaan yang bersifat psikologis (adap itu dilakukan. Apabita wadah-wadah dalam
tasi) dan fisik (habituasi). Mekanisme adap lingkungan sudah tidak mampu lagi meme
tasi merupakan mekanisme yang dimiliki nuhi tuntutan perilaku yang muncul, maka
nya, sehingga di dalam keadaan yang sulit yang ada di lingkungannya. Dalam situasi
dihindari, individu cenderung beradaptasi padat dalam rumah, subjek berusaha men
dengan lingkungan. Pada kondisi yang xu cari tempat lain untuk memenuhi tuntutan
rang layak, seperti kondisi padat, maka me perilakunya. Hal yang blasa dilakukan sub
kanisme adaptasi akan menjadi salah satu jek adalah dengan memanfaatkan adanya
puan untuk pindah dari lingkungan tersebut pusat perbelanjaan di sekitar pemukiman,
tidak mungkin atau kecil kemungkinan un warung-warung dan lain-lain yang dipakai
Selain itu subjek penelitian dimungkin· huni sehingga mereka dapat keluar dari
kan juga mempersepsi kepadatan menjadi rumah yang padat. Di sekitar lokasi pene
positif. Walaupun subjek tinggal di tempat litian ini terdapat banyak pusat-pusat perbe
yang padat mereka tetap merasa senang, lanjaan seperti pusat perbelanjaan Roxy
hal ini dimungkinkan mereka masih dapat atau Mal Citraland. Tempat-tempat ini oleh
Kepadatan (Density Intensity Theory) yang salah satu jalan keluar dari lingkungan atau
dikemukakan oleh Freedman (1975) me kondisi pemukiman yang pad at dan sesak.
ngatakan bahwa situasi padat akan mem walau di sana mereka hanya berjalan-jalan
lus yang dihadapinya. lndividu yang mem Selain itu juga subjek penelitian, dalam
punyai persepsi positif terhadap stimulus hal ini remaja, sebagian besar dari mereka
maka dalam situasi pad at stimulus tersebut adalah masih bersekotah, maka sebagian
akan dipersepsi menjadi menyenangkan besar pu1a waktu mereka /ebih banyak di
bagi dirinya dan sebaliknya bifa stimulus habiskan di sekolah dan di luar rumah dari
tersebut dipersepsi sebagai suatu yang pada di dalam rumah sehingga kondisi
negatif maka dalam situasi padat stimulus rumah yang padat tidak begitu mempenga
bersangkutan. Kehadiran orang lain atau Hipotesis kedua yang menyatakan bah·
keterbatasan ruang tidak akan menjadikan wa ada hubungan negatif antara kepadatan
dirinya terganggu tetapi justru diharapkan dan kesesakan dengan intensi prososial
karena merupakan sarana untuk meme pada remaja di pemukiman padat tidak ter
lingkungan tempat subjek penelitian. Apa· ikatan sosial yang erat. Munculnya hu-
bungan sosial yang erat di daerah pemu hari-hari telah terbiasa dilakukan sejak indi
kiman padat ini dipengaruhi oleh keakraban vidu masih kecit, yang merupakan hasit be
(propiquityJ yang antara lain ditentukan oleh lajar dari orangtua dan lingkungan mereka.
desain arsitektural, dan homogenitas ma Sikap saling menolong dan gotong royong
syarakatnya (Proshansky dkk, 1976). Ke yang diajarkan oleh masyarakat dan orang
akraban ini disebabkan oleh adanya Jarak tua ini diinternalisasi dalam diri individu
rumah yang satu dengan yang lain sangat menjadi norma-norma dan nilai-nilai bagi
berdekatan secara horisontal dan saling dirinya sehingga indivldu menjadi orang
adanya kontak visual dan kontak sosial Faktor yang juga diduga mempe·
yang lebih tlnggi. Hubungan sosial ini akan ngaruhi tingginya intensi prososial subJek
intensif dengan adanya homogenitas latar dalam hal ini remaja di pemukiman padat
belakang masyarakat baik latar belakang adalah faktor sosialisasi remaja tersebut
sosial ekonomi, usia, pendidikan, peker terutama ke dalam kelompok teman se
Jaan, mlai maupun minat. baya. Pada masa remaja orientasi sosial
lkatan sosial dan ketetanggaan yang individu beralih dari lingkungan keluarga,
erat di pemukiman padat ini memungkinkan khususnya orangtua, kepada kelompok te
munculnya perilaku prososial di antara man sebaya, sehingga peranan teman se
penghuninya. Sesuai dengan pernyataan baya menjadi tebih lebih panting dalam
Staub (1978) bahwa kondisi fisik yang ber membentuk pola-pola perilaku dewasa dan
bangan dalam perkembangan untuk saling 1988). Kecenderungan remaja selalu ber·
oleh Tonnies (dalam Soekanto. 1982) me rumah, sehingga kondisi rumah yang padat
nyebutkan bahwa kehidupan dalam keluar dan sesak tidak mempengaruhi perilaku
ga, kekerabatan, rukun tetangga dipenga sosial remaja tersebut. Seringnya remaja
ruhi adanya gemeincshaft of place, yaitu berkumpul dan bergaul dengan teman se
gotanya diikat oleh hubungan batin yang tingkat solidaritas yang tinggi antar se
murni dan bersifat alamiah yang terdiri dari samanya dan saling menolong, sehingga
orang-orang yang berdekatan tempat Ung kondisi rumah dan lingkungan yang padat
gal, sehingga kehidupan antar anggota dan sesak tidak menurunkan intensi pro
Selain itu tingginya intensi prososial re nngginya intensi prososial remaja di
maja di pemukiman padat ini juga dapat pemukiman padat menunjukkan bahwa
dikaitkan dengan faktor kebudayaan. Di teori dari Barat belum tentu dapat diterap
dalam masyarakat Indonesia, ambang ba kan di Indonesia. Hal ini disebabkan ada
tas toleransi terhadap kepadatan dan kese nya perbedaan budaya. Masyarakat Baral
sakan ternyata tinggi. Hal ini dapat dilihat biasanya lebih mementingkan faktor indi
umum, Jalan raya, orang masih tersenyum sebagai masyarakat Timur lebih memen
dan mengalah di tengah situasi pada1, se tingkan faktor kolektif atau kebersamaan,
hingga bisa dikatakan manusia dan budaya gotong royong antar sesama. To (dalam
juga mempengaruhi persepsi terhadap ke Agustini, 1994) menyebutkan bahwa orang
padatan (Singarimbun, 1992). Selain rtu Timur dilatih dan dididik untuk menJadi
budaya tolong menolong dan gotong ro bijaksana, mengetahui proporsi yang tepat
yong antar sesama da!am kehidupan se- dalam merasa, berpikir, dan bertindak.
rakat Timur menuntut mereka untuk ramah, mi nat terhadap perm asalahan serupa, ada
baik hati, menghargai dan menanggung beberpa hal yang per lu diperhatikan, antara
"AFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Stalislik. 1993. Statistik Indonesia. Jakarta: Sejumla/J Masala/J Pemukiman Kota. Bandung:
Evans, G.W. 1982 Envuonmental Stress. Cambndge. Proshansky, H.M., lttelson, W.H., & Rivlin, G.H. 1976
Cole Pub. Co. Wrightsman, LS. & Oeaux, K. 1981. Social Ps�
* * *