Anda di halaman 1dari 2

Usulan penelitian ini dibuat untuk melengkapi persyaratan untuk mengikuti seleksi

PPDS dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan dan peran keluarga dengan perawatan
diri pada penderita Kusta di RSUP Sanglah. Kusta merupakan suatu penyakit yang dapat
menimbulkan disabilitas pada penderitanya, akibat kerusakan saraf, dan apabila tidak
diatasi sejak dini, dapat terjadi kematian saraf tepi. Hal ini tentu menimbulkan masalah
baru. Perawatan diri yang dilakukan oleh penderita kusta pada dasarnya tidaklah sulit.
Namun masih banyak kendala-kendala yang dihadapi penderita kusta yang menyebabkan
perawatan diri tidak berjalan dengan baik. Beberapa hal yang mempengaruhi di antaranya
adalah tingkat pengetahuan penderita kusta dan peran keluarga dalam perawatan diri. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh tingkat pengetahuan dan
peran keluarga dengan perawatan diri pada pasien kusta di RSUP Sanglah.
Kusta atau yang juga dikenal sebagai penyakit lepra ini merupakan suatu penyakit
infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Indonesia memiliki
prevalensi kusta 0,70/10.000 penduduk, dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,08
kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2017. Diagnosis kusta dapat ditegakkan
setidaknya 1 dari 3 tanda kardinal dinyatakan positif, yaitu hilangnya sensasi yang pasti
pada kulit yang pucat (hipopigmentasi) atau kulit kemerahan; penebalan atau pembesaran
saraf tepi yang disertai dengan hilangnya sensasi dan / atau kelemahan otot yang disuplai
oleh saraf tersebut, adanya basil tahan asam. Pengobatan penyakit kusta dilakukan untuk
membunuh bakteri M. leprae sehingga penderita dapat sembuh dari kusta. Pengobatan juga
dapat mencegah penularan kusta kepada orang lain terutama kusta tipe MB. Di Indonesia,
rejimen yang digunakan untuk pengobatan kusta sesuai dengan rekomendasi WHO, yakni
MDT (Multi Drug Therapy) yang terdiri dari Rifampisin, Dapson, dan Clofazimin. Salah
satu tujuan pengobatan kusta adalah mencegah kecacatan atau perburukan kecacatan yang
sudah ada. Bakteri M. leprae yang menyerang saraf ini dapat menimbulkan kerusakan saraf
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian saraf dan memicu kecacatan. Perawatan
diri penyakit kusta ini termasuk dalam aspek rehabilitatif pada penderita kusta, untuk
mencegah perburukan penyakit berupa kecacatan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional, di mana pendekatan ini menganalisa ciri populasi pada suatu waktu tertentu.
Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan
efek, dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat tertentu.
Sampel merupakan pasien kusta yang memiliki kriteria sesuai dengan yang diinginkan. Cara
penentuan sampel dalan penelitian ini dilakukan dengan cara consecutive sampling.
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan di poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUP Sanglah.

Anda mungkin juga menyukai