Tanto
Tanto
NIM: 04011181621068
KELOMPOK TUTORIAL B6
LEARNING ISSUE
2. Patofisiologi
Karena sebab yang belum diketahui, mungkin akibat gangguan regulasi imun,
terbentuk antibodi terhadap eritrosit sendiri (auto-antibodi). Eritrosit yang
diselimuti antibodi ini (sering disertai komplemen, terutama C3b) akan mudah
difagositir oleh makrofag terutama pada lien dan juga hati oleh adanya reseptor Fc
pada permukaan makrofag yang kontak dengan porsi Fc dari antibodi.
Hemolisis terutama terjadi dalam bentuk hemolisis ekstravaskuler yang akan
menimbulkan anemia dan ikterus hemolitik. Pada AHA tipe dingin juga terbentuk
krioglobulin.
Aktivasi selular yang menyebabkan hemolisis ekstravaskular.
Jika sel darah disentitisasi dengan IgG yang tidak berikatan dengan
komplemen atau berikatan dengan komponen komplemen namun tidak terjadi aktivasi
komplemen lebih lanjut, maka sel darah merah tersebut akan dihancurkan oleh sel-sel
retikuloendotelial. Proses immune adherence ini sangat penting bagi perusakan sel
eritrosit yang diperantarai sel. Immunoadherence, terutama yang diperantarai IgG-
FcR akan menyebabkan fagositosis.
3. Manifestasi klinis
Lemas, mudah capek, sesak napas adalah gejala yang sering dikeluhkan oleh
penderita anemia hemolitik. Tanda klinis yang sering dilihat adalah konjungtiva
pucat, sklera berwarna kekuningkan, splenomegali, urin berwarna merah gelap. Tanda
laboratorium yang dijumpai adalah anemia normositik, retikulositosis, peningkatan
lactate dehydrogenase, peningkatan serum haptoglobulin, dan Direct antiglobulin
Test menunjukan hasil positif.
Pada AHA tipe panas terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada wanita
muda. Gejala yang menonjol adalah anemia, demam, ikterus, dan splenomegali.
Gejala sering hilang timbul.
4. Klasifikasi
I. Anemia Hemolitik Auto Imun (AIHA)
a. AIHA tipe hangat
-idiopatik
-sekunder ( karena SLE, limfoma)
d. AIHA Atipik
- AIHA tes antiglobulin negatif
- AIHA kombinasi tipe hangat dan dingin
B. Reaksi Transfusi
Potensi komplikasi tranfusi darah itu banyak, tapi pada saat ini masalah komplikasi
hanya terdapat pada pasien yang perlu berulang-ulang mendapat transfusi atau
memerlukan sejumlah darah yang banyak. Reaksi imunologi ini disebabkan oleh
rangsangan aloantigen asing yang terdapat pada eritrosit, leukosit, trombosit dan protein.
Bila risipien mendapat transfusi yang mengandung antigen tersebut maka akan terjadi
pembentukan antibodi sehingga kelak bila mendapat transufis dapat terjadi reaksi mediasi
imunologi, misalnya reaksi hemolitik karena ketidakcocokan eritrosit, panas atau reaksi
pulmonal yang disebabkan oleh antigen leukosit atau trombosit, alergi atau reaksi
anafilaksis yang disebabkan antibodi yang bereaksi dengan antigen terlarut di dalam
bahan transufis, biasanya protein plasma.
Reaksi Transfusi Hemolitik
Berkembangnya antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen eritrosit menyebabkan
perusakan eritrosit, biasanya eritrosit donor. Klinis dapat berat, mengancam kehidupan
atau ringan saja. Hemolisis segera terjadi di dalam sirkulasi, yang lambat terjadi di sistem
retikuloendotelial.
Dapat juga hemolisis terjadi pada darah resipien, bila plasma yang ditransfusikan
mengandung antibodi.
ANALISIS MASALAH
1. Ny. M seorang wanita berusia 55 tahun, dikirim dari RS kabupaten datang ke IGD
RSMH dengan keluhan utama badan lemas, keluhan tambahan mata kuning sejak 1
bulan yang lalu.
a. Bagaimana mekanisme keluhan mata kuning yang dialami Ny. M?
Terbentuk autoantibodi pada eritrosit terjadi hemolisis eritrosit pemecahan
heme dan globin peningkatan kadar bilirubin direk dan indirek dalam aliran
darah mata kuning
3. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum: Sens CM, TD 110/80 mmHg, Nadi : 92x/menit, regular teratur, RR:
26x/menit, Temp : 36,7 C
a. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan fisik umum diatas?
RR 26x/menit
Meningkatnya respiratory rate merupakan akibat dari kompensasi tubuh terhadap
kurangnya oksigen dalam tubuh karena terjadinya anemia.
4. Bilirubin indirek 3,5 mg/dL, bilirubin direk 1,5 mg/dL, tes comb direk dan indirek (+)
a. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan laboratorium diatas?
- Bilirubinemia: terbentuknya autoantibodi pada eritrosit terjadi
hemolisis pemecahan heme dan globin terbentuknya bilirubin
- Tes comb direk dan indirek (+):
Terjadi pembentukan autoantibodi pada eritrosit terjadi reaksi autoimun
terhadap eritrosit tes comb direk dan indirek (+)
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2017). Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.