Anda di halaman 1dari 8

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci

POTENSI DAN PELUANG TEKNOLOGI PENGOLAHAN


PRODUK KELINCI
KUSMAJADI SURADI

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran


Jatinangor Km. 21 Sumedang

ABSTRAK

Kelinci merupakan ternak yang mempunyai potensial besar dalam penyedia daging dengan waktu yang
relatif singkat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat, disamping
sebagai penyedia kulit bulu (fur), khususnya fur dari kelinci Rex dan Satin yang mempunyai nilai komersiil
tinggi sebagai bahan garmen yang dapat menggantikan fur dari binatang buas yang semakin langka. Aspek
yang menarik pada daging kelinci adalah kandungan protein yang tinggi dan rendah kolesterol, sehingga
daging kelinci dapat dipromosikan sebagai daging sehat, namun untuk pengembangannya banyak kendala
yang dihadapi, antara lain sulitnya pemasaran, karena daging daging kelinci belum populer di masyarakat.
Hal ini lebih banyak disebabkan oleh faktor kebiasaan makan (food habit) dan efek psikologis yang
menganggap bahwa kelinci sebagai hewan hias atau kesayangan yang tidak layak untuk dikonsumsi
dagingnya. Merubah faktor kebiasaan makan adalah hal yang sulit, karena manusia biasanya memiliki ikatan
batin, loyalitas dan sensitifitas terhadap kebiasaan makannya meskipun hal ini dapat ditembus, namun
memerlukan jangka waktu yang lama. Perubahan kebiasaan makan dapat terjadi melalui dua cara, yaitu
melalui perubahan lingkungan dan perubahan pada makanan itu sendiri yang akan sampai pada suatu
keputusan untuk menerima atau menolak suatu makanan. Perubahan lingkungan mencakup hal yang
kompleks, yaitu faktor sosial, ekonomi dan ekologis yang mengarah kepada perubahan kebudayaan dan
keadaan sosial, sehingga perubahan penyajian merupakan langkah yang lebih cepat dalam mensosialisasikan
daging kelinci. Hal ini terbukti masyarakat sudah mulai menerima daging kelinci dalam bentuk olahan sate
dan gule, oleh karena itu aplikasi teknologi pengolahan daging merupakan langkah yang tepat untuk
mensosialisasi dan mempopulerkan daging kelinci dimasyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
perkembangan ternak kelinci.
Key Words: Pengolahan, Produk, Kelinci

PENDAHULUAN penyediaan daging hanya dari ternak ini


tampaknya kurang optimistik, karena ternak
Kelinci merupakan salah satu ternak yang ruminansia lambat tingkat reproduksinya,
mempunyai potensi besar untuk dikembang sedangkan ternak unggas dan babi meskipun
biakan sebagai penyedia daging, karena ternak mempunyai kemampuan reproduksi yang
ini mempunyai kemampuan pertumbuhan dan tinggi dan tingkat pertumbuhan yang cepat,
perkembangan yang sangat pesat, kemampuan tetapi membutuhkan pakan yang mahal dan
untuk memanfaatkan hijauan dan limbah berkompetensi dengan manusia. Oleh karena
pertanian maupun industri pangan, dapat itu diperlukan ternak lain yang mempunyai
dipelihara dengan skala pemeliharaan yang potensi biologis yang tinggi dan ekonomis
kecil maupun besar, sehingga diharapkan sebagai penghasil daging.
dalam waktu singkat dapat menyediakan Banyak keunggulan yang diperoleh dari
daging untuk memenuh kebutuhan protein mengkonsumsi daging kelinci, yaitu
hewani penduduk Indonesia yang setiap kandungan protein yang tinggi dan rendah
tahunnya meningkat. kolesterol, sehingga daging kelinci dapat
Pemerintah telah berusaha untuk dipromosikan sebagai daging sehat, selain itu
mengantisipasi peningkatan konsumsi protein kulit dan kotorannya masih mempunyai nilai
hewani dengan meningkatkan produksi ekonomis, khususnya kulit bulu (fur) dari
peternakan melalui peningkatan produktifitas ternak kelinci Rex dan Satin mempunyai nilai
ternak ruminansia diantaranya ternak sapi, komersiil yang tinggi sebagai bahan garmen
kerbau, domba, kambing, dan ternak non yang dapat menggantikan fur dari binatang
ruminansia babi dan unggas, namun buas yang semakin langka. Penampilan ternak

16
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci

kelinci yang jinak dan lucu menjadikan ternak penghasil daging memiliki bobot badan yang
ini sebagai hewan kesayangan bagi penyayang besar dan tumbuh dengan cepat, seperti
binatang, disamping itu kemajuan industri Flemish Giant, Chinchilla, New Zealand
farmasi yang pesat sangat membutuhkan ternak White, English Spot dan lainnnya (RAHARJO,
ini sebagai kelinci percobaan. 2004).
Pengembangan ternak kelinci sebagai Tingkat produktivitas ternak kelinci dalam
penyedia daging sampai saat ini masih menghasilkan daging lebih tinggi dibandingkan
menemui banyak kendala karena daging dari dengan ternak sapi, sebagaimana pernyataan
ternak ini belum populer dan diterima oleh ENSMINGER et al. (1990), bahwa dari 1 unit
sebagian masyarakat sehingga sulit dalam kelinci yang terdiri dari 4 ekor induk dengan
pemasarannya. Kesulitan pemasaran lebih berat 10 lb (45,39 kg) dengan masa kehamilan
banyak disebabkan oleh faktor kebiasaan 31 hari, akan menghasilkan 175 ekor kelinci
makan (food habit) dan efek psikologis yang muda dengan berat masing-masing 4 lb (1,82
menganggap bahwa kelinci sebagai hewan hias kg), berarti 700 lb (317,73 kg) berat hidup
atau kesayangan yang tidak layak untuk dimana 58% dari berat tersebut akan diperoleh
dikonsumsi dagingnya. Merubah faktor 400 lb (181,56 kg) daging selama 12 bulan,
kebiasaan makan adalah hal yang sulit, karena sedangkan dari seekor ternak sapi dengan berat
manusia biasanya memiliki ikatan batin, 1000 lb (453,9 kg) untuk memperoleh berat
loyalitas dan sensitifitas terhadap kebiasaan daging yang sama memerlukan waktu 18
makannya meskipun hal ini dapat ditembus, bulan, karena masa bunting yang lebih lama
namun memerlukan jangka waktu yang lama. (283 hari) dan jumlah anak perkelahiran hanya
Perubahan kebiasaan makan dapat terjadi 1 ekor.
melalui dua cara, yaitu melalui perubahan Daging kelinci mempunyai serat yang halus
lingkungan dan perubahan pada makanan itu dan warna sedikit pucat, sehingga daging
sendiri yang akan sampai pada suatu keputusan kelinci dapat dikelompokkan ke dalam
untuk menerima atau menolak suatu makanan. golongan daging berwarna putih seperti halnya
Perubahan lingkungan mencakup hal yang daging ayam. Sebagaimana pernyataan
kompleks, yaitu sosial, ekonomi dan ekologis LAWRIE (1995) bahwa daging sapi, domba,
yang mengarah kepada perubahan kebudayaan kambing, babi dan kuda termasuk ke dalam
dan keadaan sosial, sehingga perubahan golongan daging berwarna merah, sedangkan
penyajian merupakan langkah yang lebih cepat unggas dan kelinci termasuk golongan daging
dalam mensosialisasikan daging kelinci. Hal berwarna putih.
ini terbukti masyarakat sudah mulai menerima Daging putih mempunyai kandungan lemak
daging kelinci dalam bentuk olahan sate dan yang rendah dan kandungan glikogen yang
gule, oleh karena itu aplikasi teknologi tinggi (FORREST et al., 1975). Menurut LAWRIE
pengolahan daging merupakan langkah yang (1995), bahwa daging putih memiliki serat
tepat untuk mensosialisasi dan mempopulerkan yang lebih besar, mengandung lebih sedikit
daging kelinci dimasyarakat yang pada mioglobin, mitokondria dan enzim respirasi
akhirnya dapat meningkatkan perkembangan yang berhubungan dengan aktivitas otot yang
ternak kelinci. singkat dan cepat dengan frekwensi istirahat
yang lebih sering serta kandungan glikogen
yang tinggi (LAWRIE, 1995), sedangkan daging
POTENSI TERNAK KELINCI merah memiliki proporsi besar, serat yang
sempit, kaya mioglobin, mitokondria, enzim
Kelinci mempunyai potensi biologis yang respirasi yang berhubungan dengan aktivitas
tinggi, yaitu kemampuan reproduksi yang otot yang tinggi dan kandungan glikogen yang
tinggi, cepat berkembang biak, interval rendah.
kelahiran yang pendek, prolifikasi yang sangat Daging putih mempunyai keunggulan
tinggi, mudah pemeliharan dan tidak dibandingkan dengan daging merah dalam hal
membutuhkan lahan yang luas (TEMPLETON, kandungan protein yang lebih tinggi, kadar
1968). Keuntungan lainnya yaitu pertumbuhan lemak dan kolesterol yang lebih rendah
yang cepat, sehingga cocok untuk diternakkan Keistimewaan daging kelinci yaitu mempunyai
sebagai penghasil daging komersial. Kelinci

17
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci

kalori, kolesterol dan natrium yang rendah. mudah rontok dan penampilan yang menarik
(Tabel 1). seperti beludru, sedangkan Satin berbulu
Berdasarkan data pada Tabel 1, panjang, lebat dan mengkilap (CHEEKE et al.,
menunjukkan bahwa daging kelinci 1987), sehingga dapat dijadikan bahan garmen
mempunyai kelebihan dalam hal rendahnya dengan nilai ekonomis yang tinggi. Selain dari
kolesterol, sehingga daging kelinci sangat baik pada itu kotoran kelinci merupakan sumber
dianjurkan sebagai makanan spesial untuk pupuk kandang yang baik, karena mengandung
pasien penyakit jantung, manula, dan untuk unsur hara N, P dan K yang cukup tinggi, dan
mereka yang mempunyai masalah dengan karena kandungan proteinnya yang tinggi (18%
kelebihan berat badan. Keuntungan lainnya dari berat kering), sehingga kotoran kelinci
dikemukakan oleh BENNETH (1988) bahwa masih dapat diolah menjadi pakan ternak.
tulang pada kelinci lebih tipis, dagingnya Potensi lainnya dari ternak kelinci adalah
halus, seratnya pendek dan mudah dikunyah. sebagai hewan hias dan ternak percobaan.
Daging kelinci dapat dipromosikan sebagai Sebagai hewan hias, kelinci mempunyai
daging yang berwawasan lingkungan, karena penampilan yang lucu, bulu yang lebat, halus
diproduksi dengan pakan yang tidak dengan berbagai variasi warna menjadikan
berkompetitif dengan manusia, dan dapat ternak ini mempunyai nilai ekonomis yang
disebut juga sebagai daging alami (natural tinggi, sedangkan sebagai hewan percobaan,
meat), karena kelinci dapat tumbuh dengan ternak ini telah lama digunakan sebagai hewan
baik tanpa menggunakan feed additif non percobaan untuk pengembangan ilmu
nutritive seperti antibiotik dan hormon, hanya pengetahuan dan kesejahtraaan manusia.
membutuhkan pakan yang sesuai dengan
pertumbuhannya.
Potensi kelinci tidak hanya sebagai PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK
penghasil daging yang sehat, juga sebagai KELINCI
penghasil kulit bulu (fur) dan wool. Menurut
SCHLOLAUT (1981), bahwa kelinci Angora Permintaan daging kelinci di luar negeri
dengan bobot badan 4 kg, akan menghasilkan terus meningkat setiap tahunnya. Menurut
800 gram wool per tahun atau 225 g/kg bobot LEBAS et al. (1983), bahwa produksi daging
hidup, yaitu tiga kali lipat dari pada domba kelinci dunia pada tahun 1980 sebanyak 1 juta
dengan bobot hidup 65 kg, dengan rataan ton, dan pada tahun 1991 meningkat menjadi 3
produksi wool 4,5 kg atau 65 g wool per juta ton (LEBAS dan COLLIN, 1992). Hal ini
kilogram bobot hidup, sedangkan Rex dan menunjukkan bahwa di luar negeri daging
Satin merupakan kelinci penghasil fur. Fur dari kelinci sangat disukai terutama bagi
kelinci Rex mempunyai karakterisatik yang masyarakat di negara-negara Eropah.
halus, tebal dan panjangnya seragam, tidak

Tabel 1. Perbandingan komposisi daging dari berbagai jenis ternak

Daging Air Protein Lemak Energi Kolesterol Natrium


g/100 g Kkal mg/100 g
Kelinci* 71,5 21,9 5,5 137 53 67
Ayam (merah) 75,8 20,9 2,8 459 105 90
Ayam (putih) 74,2 24,0 1,1 449 70 60
Babi** 74,0 21,8 4,0 123 63 63
Domba** 70,6 20,2 8,3 156 74 70
Sapi** 71,9 22,5 5,1 136 58 63

*) bagian paha dan pinggang


**) lean meat
Sumber: CHAN et al. (1995)

18
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci

Berdasarkan data produksi dan konsumsi Kelinci dapat dijadikan sumber penghasil
daging kelinci (Tabel 2) menunjukkan, bahwa fur, sementara ini pengadaannya berasal dari
konsumsi daging kelinci di negara Italia, hewan liar atau hewan yang telah
Prancis, Spanyol, Belgia, Portugal dan Malta dibudidayakan seperti Mink, Fox, Chinchilla
pada kisaran 2,0 kg/kapita/tahun sampai 5,3 dan Lynx, namun dengan makin meningkatnya
kg/kapita/tahun, khususnya untuk negara Italia, perhatian terhadap ternak yang dilindungi dan
Prancis dan Belgia, jumlah produksi daging makin dibatasinya penangkapan hewan liar,
kelinci lebih kecil dibandingkan dengan yang maka ada kecenderungan fur dari hewan liar
dikonsumsi, sehingga terjadi defisit untuk ke jumlahnya akan menurun, sedangkan fur dari
tiga negara tersebut sebanyak 36.000 ton. ternak yang dibudi dayakan akan semakin
Rusia, Prancis, Italia, China dan negara- meningkat, namun fur dari kelinci memiliki
negara di Eropah Timur merupakan negara keunggulan dibandingkan dari hewan liar,
produsen terbesar daging kelinci, disamping itu karena daging kelinci masih dapat dikonsumsi
ada pula beberapa negara yang memproduksi oleh manusia tidak demikian halnya daging
daging kelinci dalam jumlah kecil yang hanya dari Mink, Fox, Chinchilla dan Lynx.
ditujukan untuk konsumsi sendiri seperti Pengadaan kulit di Indonesia masih terbatas
beberapa negara Afrika dan Amerika Latin, pada kulit sapi, kerbau, domba dan kambing,
Philipina, Malaysia, Mesir dan beberapa sedangkan kelinci belum memberikan peran
negara berkembang (RAHARJO, 1994), dalam penyediaan bahan baku industri ini,
sedangkan di Indonesia sampai saat ini sulit padahal fur dari kelinci dapat dijadikan sebagai
untuk memperoleh data produksi dan konsumsi bahan baku industri garmen, sehingga dapat
daging kelinci, namun menurut LEBAS dan meningkatkan devisa negara, karena harganya
COLLEN (1994), bahwa konsumsi daging yang cukup tinggi, sebagai contoh di Amerika
kelinci di Indonesia baru mencapai 0,27 Serikat harga satu lembar fur pada kisaran $ 8 -
kg/kapita/tahun. 15, satu buah boneka Teddy Bear dengan
Daging kelinci dapat dijadikan peluang ukuran 20 x 20 x 40 cm harganya $ 200,
yang baik untuk mewujudkan standar norma sedangkan mantel bulu medium coat harganya
gizi protein hewani yang telah ditetapkan $ 3.000 dan long coat $ 8.000. Negara sebagai
pemerintah Indonesia, karena sampai tahun produsen pakaian bulu adalah Jepang,
2002 sektor peternakan baru mencapai 4,82 Hongkong dan Korea Selatan, yang kebutuhan
gram/kapita/hari masih jauh dari yang bahan bakunya hampir sepenuhnya bergantung
diharapkan. yaitu sebanyak 6 g protein kapita-1 kepada luar negeri, sebagai contoh tahun 1987
hari-1. Protein tersebut berasal dari susu, telur nilai impor Korea untuk kulit bulu mentah
dan daging sapi, kerbau, domba, kambing, mencapai $ 185.000.
babi, kuda dan unggas, sedangkan dari kelinci
belum memberikan kontribusi.

Tabel 2. Produksi dan konsumsi daging kelinci di beberapa negara Eropa

Negara Produksi Konsumsi Konsumsi/kg/ Defisit


Tahunan(ton) Tahunan (ton) kapita/tahun (ton)
Italia 300.000 320.000 5,3 20.000
Prancis 150.000 160.000 2,9 10.000
Spanyol 120.000 120.000 3,0 -
Belgia 20.000 26.000 2,6 6.000
Portugal 20.000 20.000 2,0 -
Malta 1.300 1.300 4,3 -
Total/Rerata 611.300 647.300 3,7 36.000

Sumber: LEBAS dan COLIN (1992)

19
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci

KENDALA Pada pemasakan daging harus diperhatikan


adanya keseimbangan antara tingginya suhu
Pemeliharaan kelinci di Indonesia dan lamanya pemanasan, karena penggunaan
umumnya masih dalam skala kecil yang panas yang tinggi dengan jangka waktu yang
menyebabkan sulitnya untuk membuat suatu lama dapat menyebabkan perubahan cita rasa
industri pengolahan yang menggunakan bahan serta degradasi termal komponen kimiawi
baku dari kelinci, khususnya dalam penyediaan pangan yang pada akhirnya dapat
daging dan kulit sulit diperoleh, karena pada menyebabkan terjadinya penurunan kualitas,
umumnya kelinci dijual sebagai hewan hias sebagai contoh daging bagian paha
yang dijual pada umur 3 sampai 6 minggu yang memerlukan pemanasan basah pada suhu
masih rentan penyakit, disamping itu rendah dengan waktu yang lama, sedangkan
perkawinan yang tidak terprogram dengan bibit daging dari bagian pinggang perlu pemanasan
kurang bermutu menyebabkan tingginya kering dengan waktu yang pendek. Selama
tingkat mortalitas dan sulitnya mendapatkan proses pemanasan akan terjadi pembentukkan
kelinci yang seragam. cita rasa yang dapat meningkatkan
Pasar domestik daging kelinci saat ini palatabilitas, hal ini disebabkan mencairnya
belum terbuka hanya terbatas kepada penjual lemak yang diikuti dengan pembentukkan
sate dan gule di beberapa daerah tertentu senyawa volatil, disamping itu terjadi pula
seperti Lembang, Tawangmangu dan Sarangan. reaksi antara protein dengan gula reduksi yang
Hal ini banyak disebabkan oleh faktor ada pada daging.
psikologis yang menganggap bahwa kelinci Untuk meningkatkan penerimaan
tidak layak untuk dikonsumsi, tidak seperti masyarakat dari daging kelinci serta dalam
halnya daging dari ternak unggas, kambing, rangka upaya diversifikasi pangan hewani
domba, sapi, kerbau dan babi, padahal banyak maka perlu dilakukan proses pengolahan,
keunggulan yang dapat diperoleh dari daging karena proses pengolahan menyebabkan
kelinci.terutama bagi mereka yang mempunyai terjadinya perubahan fisik maupun kimiawi
masalah dalam kandungan kolesterol daging. sehingga mengakibatkan terbentuknya aroma,
Kurang populernya daging kelinci konsistensi, tekstur, nilai gizi dan penampakan
menyebabkan rendahnya tingkat pemotongan yang diharapkan dapat merubah faktor
yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap kebiasaan makan. Mutu akhir dari makanan ini
ketersediaan kulit kelinci, sehingga penyediaan sangat ditentukan oleh mutu bahan baku dan
kulit kelinci dalam jumlah besar dan kondisi proses oleh karena itu dalam
kontinuitasnya sulit dipenuhi untuk permintaan pengolahan bahan pangan faktor tersebut harus
ekspor dan industri dalam negri yang mendapat perhatian, disamping itu harus
menggunakan bahan baku kulit. memperhatikan pula preferensi konsumen,
khususnya dalam pengolahan daging kelinci.
Dari banyak macam produk olahan daging,
PENGOLAHAN DAGING KELINCI maka bakso, sosis dan nugget adalah produk
olahan daging yang telah diterima oleh
Pengolahan merupakan hal yang harus masyarakat dari berbagai lapisan, demikian
diperhatikan, karena dengan pengolahan akan pula abon dan dendeng adalah produk olahan
menentukan apakah produk olahan tersebut yang telah lama dikenal masyarakat dan
diterima atau tidak oleh konsumen. Dalam mempunyai masa simpan yang panjang. Oleh
proses pengolahan pangan, penggunaan panas karena itu melalui teknologi pengolahan
untuk membunuh mikroba yang tidak tersebut diharapkan daging kelinci dapat
diinginkan juga akan merusak zat nutrisi yang diterima konsumen, yang dapat meningkatkan
ada di dalam bahan pangan itu sendiri, oleh gizi masyarakat. yang pada akhirnya dapat
karena itu tugas seorang ahli teknologi pangan menumbuh kembangkan peternakan kelinci.
adalah mencari titik optimasi untuk Bakso adalah produk olahan daging yang
mendapatkan bahan pangan dengan tingkat dihaluskan, ditambahkan tepung dan bumbu
kerusakan nutrisi yang rendah namun aman serta dicetak dalam bentuk bulatan. Bakso
untuk dikonsumsi. dalam istilah cina berasal dari kata bak atau ba
yang merupakan singkatan dari babi, namun

20
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci

dapat pula digunakan daging dari berbagai dilakukan curing sebelum penghancuran
jenis ternak lainnya seperti kelinci bahkan daging dan pemasakannya selain dilakukan
bakso sapi lebih dikenal masyarakat perebusan juga dapat dikombinasikan dengan
dibandingkan dengan bakso babi. Menurut pengasapan, khusus untuk sosis dari daging
OCKERMAN (1978), bahwa bakso (meat ball) sapi dilakukan penambahan zat warna merah
merupakan daging giling yang dicampur untuk membedakan dari sosis babi dan ayam,
dengan sebanyak-banyaknya 12% campuran sedangkan sosis kelinci sebaiknya mempunyai
kedelai, konsentrat protein, skim dan bahan penampilan seperti sosis ayam, yaitu tanpa
sejenis sedangkan menurut DEWAN pemberian warna merah, karena karakteristik
STANDARISASI NASIONAL (1995), bakso daging kelinci lebih mendekati daging ayam.
merupakan produk makanan berbentuk Karakteristik daging kelinci yang lebih
bulattan atau lain yang diperoleh dari mendekati daging ayam dibandingkan dengan
campuran daging ternak (kadar daging tidak daging dari ternak ruminansia lainnya,
kurang dari 50%) dan pati atau serealia atau menjadikan daging kelinci dapat diolah
tanpa bahan tambahan makanan yang dizinkan menjadi berbagai macam olahan seperti produk
Bahan utama pembuatan bakso adalah olahan daging ayam, salah satu diantaranya
daging, sedangkan bahan penunjangnya adalah adalah nugget. Produk ini telah dikenal dan
tepung singkong, garam, es, bumbu dan bahan popular dimasyarakat, karena praktis
penyedap. Garis besar tahapan pembuatan pemasakannya, sehingga dapat disajikan
bakso meliputi empat tahapan, yaitu: dengan cepat. Tepung yang digunakan dalam
penghancuran daging, pembuatan adonan, pembuatan nugget adalah tepung tapioka atau
pencetakan dan pemasakan. Penghancuran maizena dan tepung roti. Proses
daging dimaksudkan untuk mengeluarkan pembuatannya, dimulai dari pencetakan
protein daging diantaranya aktin dan miosin adonan dalam loyang, pengukusan,
sehingga dapat diekstraksi oleh garam, proses pendinginan, pemotongan, pelumuran dengan
ini harus dipertahankan pada suhu dibawah campuran tepung terigu, tepung roti dan telur,
15oC, karena pada suhu yang tinggi kemudian diakhiri dengan penggorengan.
mengakibatkan pecahnya emulsi sehingga Produk olahan daging yang mempunyai
tidak diperoleh adonan yang baik, oleh karena daya simpan yang panjang yaitu dendeng dan
itu dalam proses penggilingan selain abon. Dendeng merupakan salah satu produk
ditambahkan bumbu, bahan penunjang dan daging awet yang dikelompokkan sebagai
garam juga ditambahkan es atau air es. Adonan daging curing. Curing adalah penggunanaan
yang terbentuk dicetak berbentuk bulatan garam nitrat (sendawa) untuk mempertahankan
dengan menggunakan mesin atau tangan yang warna daging, rasa yang khas dan
dilanjutkan dengan pemasakan dalam air mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
hangat selama 20 menit dan dilanjutkan dengan Terdapat dua macam dendeng, yaitu dendeng
pemanasan kedua dalam air mendidih sampai dari sayatan tipis daging dan kedua dari daging
baso matang yang digiling dan dicetak Dendeng dan abon
Sosis berasal dari bahasa latin yaitu salsus telah menjadi industri rumah tangga dengan
yang berarti diawetkan menggunakan garam, harga yang bervariasi tergantung sampai
adalah makanan yang dibuat dari daging yang berapa jauh bahan bukan daging yang
dihaluskan, ditambahkan tepung dan bumbu, dikandung dalam produk olahan daging
serta dimasukan kedalam pembungkus (casing) tersebut.
yang bulat dan panjang. Banyak ragam nama
yang diberikan untuk sosis tergantung dari asal
negara, bahan baku, cara pemasakan dan besar PENANGANAN KULIT KELINCI
casing, sebagai contoh burger adalah irisan
tipis dari sosis yang dicasing dengan ukuran Kulit kelinci mempunyai prospek yang baik
besar. Bahan yang digunakan dalam untuk dikembangkan karena bila mendapat
pembuatan sosis adalah daging, binder, filler, penanganan dan pengolahan yang baik, kulit
air, bahan curing, bumbu dan casing. Proses ini akan memberikan nilai tambah yang lain
pembuatan sosis, sama seperti halnya dalam untuk menggantikan ongkos produksi, tetapi
pembuatan bakso, hanya pada pembuatan sosis hal ini perlu ditunjang oleh beberapa hal

21
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci

diantaranya pakan yang baik, umur potong kelinci Rex dan Satin yang mempunyai nilai
yang tepat dan bangsa kelinci yang digunakan, komersiil tinggi sebagai bahan garmen yang
karena hal ini akan ikut menentukan dalam dapat menggantikan fur dari binatang buas
penyediaan kulit yang berkualitas. yang semakin langka.
Kulit kelinci yang segar merupakan media Aplikasi teknologi pengolahan daging
yang baik untuk tumbuh dan berkembang merupakan langkah yang tepat untuk
biaknya mikroorganisme, oleh karena itu mensosialisasi dan mempopulerkan daging
setelah ditanggalkan dari hewannya harus kelinci dimasyarakat yang pada akhirnya dapat
segera dilakukan penyamakan, namun meningkatkan perkembangan ternak kelinci.
popularitas daging kelinci yang masih rendah
dan skala pemeliharaan yang kecil
DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan masih rendahnya ketersediaan
kulit kelinci dan sulitnya kontinuitas BENNETT, B. 1988. Raising Rabbits The Modern
penyediaannya, sehingga tidak ekonomis untuk Way. A Garden Way Pub. Book, United
segera melakukan proses penyamakan. Oleh Satates.
karena itu sebelumnya harus dilakukakan
proses pengawetan. CHAN, W., J. BROWN, S.M. LEE and D.H. BUSS.
1995. Meat, Poultry and Game. The Royal
Sebelum dilakukan proses pengawetan,
Society of Chemistry, London
kulit harus dalam keadaan bersih dari kotoran,
feses, urine, darah, tanah dan sebagainya yang CHEEKE, P.R., N.M. PATTON, S.D. LUKEFAHR and
dapat mempercepat proses pembusukan. Proses J.I. MC. NITT. 1987. Rabbit Production. The
ini harus segera dilakukan paling lama lima Interstate Printers and Pub. Inc. Danville
Illinois.
jam setelah proses pengulitan dengan cara
pengeringan atau dengan pemberian bahan DEWAN STANDARISASI NASIONAL. 1995. Bakso
pengawet. Daging. SNI 01-3818-1995
Penyamakan adalah rangkaian proses ENSMINGER, M.E., J.E. OLDFIELD., W.W.
pengerjaan pada kulit dengan zat-zat atau HEINEMANN. 1990. Feed and Nutrition. 2nd Ed.
bahan-bahan penyamak, sehingga kulit yang The Ensminger Pub. Co., USA.
semula labil terhadap pengaruh kimia, fisis,
FORREST, J.C., E.D. ABERLE, H.B. HEDRICK, M.D.
dan biologis menjadi stabil pada tingkat JUDGE and R.A. MERKEL. 1975. Priciples of
tertentu (JUDOAMIDJOJO, 1981). Proses Meat Science. W.H. Freeman and Co., San
penyamakan kulit kelinci pada umumnya sama Fransico.
dengan penyamakan kulit dari hewan lainnya
lainnya, tetapi untuk mendapatkan nilai JUDOAMIDJOJO, R.M. 1981. Dasar Teknologi dan
Kimia Kulit. Jurusan Teknologi Industri,
ekonomis yang tinggi sebaiknya hanya
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor
dilakukan pada kelinci khusus penghasil fur,
yaitu Rex dan Satin.Terdapat tiga kelas fur, LAWRIE, R.A. 1995. Ilmu Daging. Diterjemahkan
yaitu kualitas 1 (pluckers dan shearears), oleh AMINUDIN PARAKKASI, UI-Press, Jakarta
kualitas 2 (long hairs) dan kualitas 3 (hatters) LEBAS, F. 1983. Small Scale Rabbit Production,
(CHEEKE et al., 1987) Menurut YURMIATY Feeding and Management System. World
(1991), bahwa biaya yang dikeluarkan untuk Anim. Rev. 46, 11-17.
penyamakan fur, yaitu Rp. 4.712 sampai Rp. LEBAS, F. and M. COLLIN. 1992. World Rabbit
5.9777 untuk setiap lembar kulit kelinci Rex. Production and Research Situation. 1992. J.
Appl. Rabbit Res, 15, 29-54.
KESIMPULAN LEBAS, F. and M. COLLIN. 1994. Consumption of
Rabbit Meat. http//www.Google.com.
Kelinci merupakan ternak yang mempunyai OCKERMAN, H.W. 1983. Chemistry of Meat Tissue.
potensial besar dalam penyedia daging sehat 10th Ed. Dept. of Animal Science. The Ohio
dengan waktu yang relatif singkat, sehingga State Univesity, Ohio.
diharapkan dapat meningkatkan konsumsi
RAHARJO, Y.C. 1994. Potential and prospect of an
protein hewani masyarakat, disamping sebagai
integrated rex rabbit farming in supporting an
penyedia kulit bulu (fur), khususnya fur dari export oriented agribisnis. J. IARD 16: 69-81.

22
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci

RAHARJO, Y.C. 2004. Prospek, Peluang dan TEMPLETON, G.S. 1968. Domestic Rabbit
Budidaya Ternak Kelinci. Seminar Nasional Production. He Interstate Printers and Pub.
Prospek Ternak Kelinci Dalam Peningkatan Danville, Illionois.
Gizi Masyarakat Mendukung Ketahanan
Pangan, Bandung. YURMIATY, H. 1991. Pengaruh Pakan, Umur Potong
Dan Jenis Kelamin Terhadap Bobot Hidup,
SCHLOLAUT, W., 1981. The Production Capacity of Karkas dan Sifat Dasar Kulit Kelinci Rex,
Rabbit in Meat and Wool. Animal Research Desertasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
and Development. Vol IV.

23

Anda mungkin juga menyukai