Nama : Rina Toharotun Annisa’

NIM : 12201183397 / 39
Kelas : PAI 4A
Matkul : Fiqh Perbandingan

UJIAN TENGAH SEMESTER FIQH PERBANDINGAN

BAB PEMBAHASAN IMAM HANAFI IMAM SYAFI’I IMAM HAMBALI IMAM MALIKI
Thaharah Mandi Wajib yang Menurut Imam Hanafi Menurut Imam Syafi’i Menurut Imam Menurut Imam Maliki
disebabkan tidak wajib mandi wajib melakukan mandi Hambali jika mani tidak diwajibkan mandi
keluarnya Mani besar ketika besar jika keluar mani, keluar setelah mandi besar jika
mengeluarkan mani meskipun saat besar maka jika mengeluarkan mani
tanpa ada rasa nikmat. mengeluarkannya tidak keluarnya mani tanpa ada rasa nikmat.
Untuk permasalahan disetai rasa nikmat. setelah kencing tidak Sedangkan jika keluar
mani keluar setelah Sedangkan jika posisi wajib mandi, sedang mani setelah mandi
mandi besar menurut keluarnya mani setelah jika keluarnya besar maka tidak perlu
Hanafi jika keluarnya mandi besar, menurut sebelum kencing mandi lagi. Jika mani
mani setelah kencing Syafi’i tetap wajib mandi maka wajib mandi. keluar tanpa terpancar
maka tidak wajib besar kembali. Tetap Dan jika mani menurut malik tidak
mandi, sedang jika wajib mandi besar juga keluarnya tidak perlu mandi. Lalu
keluarnya sebelum walaupun mani tersebut memancar maka tidak hanya mani yang keluar
 kencing maka wajib keluarnya tidak wajib mandi. Lalu jika melalui zakar saja yang
mandi. Jika mani yang terpancar. Lalu jika mani seseorang melamun mewajibkan mandi
keluar tidak terpancar keluar melalui zakar atau menghayal lalu ia besar menurut Maliki.
maka tidak wajib maka wajib mandi besar. merasakan keluar
mandi. Lalu jika mani mani dari tulang
keluar melalui zakar punggung ke batang
maka wajib mandi zakar maka mandi
besar. besar adalah wajib
walaupun mani tidak
keluar.
Batalnya Wudhu Menurut Imam Hanafi Menurut Imam Syafi’i Menurut Imam Menurut Imam Maliki
karena wudhunya tidak akan bersentuhan kulit antar Hambali tidak akan tidak akan batal
bersentuhan kulit batal dengan syarat pria dan wanita batal wudhunya jika wudhunya jika tidak
pria dan wanita tidak sampai membuat membatalkan wudhu jika tidak disertai dengan disertai dengan
zakar tegang. Namun tanpa penghalang, syahwat, jika disertai syahwat, begitupun
murid terkemuka kecuali bersentuhan syahwat maka batal sebaliknya. Dan
Imam Hanafi yakni dengan mahram. wudhunya. Ada dua menurutnya antar yang
Muhammad bin al Menurutnya antar orang riwayat bagi yang menyentuh dan
hasan mengatakan jika yang menyentuh dan menyentuh dan disentuh sama saja batal
tidak batal wudhunya disentuh sama saja harus disentuh. Satunya wudhunya.
meskipun zakarnya mengulang wudhunya membatalkan dan
 tegang. karena sudah batal. yang lain tidak
membatalkan.
Sholat Membaca aamiin Menurut Imam Hanafi Menurut Imam Syafi’i Menurut Imam Menurut Imam Maliki
pada shalat membaca aamiin bacaan aamiin setelah Al Hambali membaca membaca aamiin
berjamaah setelah Al Fatihah Fatihah dibaca keras oleh aamiin setelah Al setelah Al Fatihah
tidak perlu dikeraskan imam, sedang untuk Fatihah dibaca keras dibaca keras oleh
baik oleh imam makmum terdapat dua baik oleh imam makmum, untuk imam
maupun makmum. versi namun yang lebih maupun makmum. sendiri ada dua versi
shahih adalah makmum yakni boleh dan tidak
juga ikut mengeraskan. boleh.
Membaca Qunut Menurut Imam Hanafi Menurut Imam Syafi’i Menurut Imam Menurut Imam Maliki
pada sholat subuh tidak disunnahkan sunnah untuk membaca Hambali qunut hanya qunut merupakan hal
membaca Qunut. Jika Qunut. Syafi’i juga dilakukan oleh kepala sunnah. Namun maliki
posisinya imam menganjurkan untuk negara untuk berpendapat jika tidak
menggunakan qunut mengangkat tangan dan kesalamatan tentara, harus mengangkat
maka makmum tidak qunut dilakukan setelah jika salah satu sudah tangan saat qunut dan
diperbolehkan rukuk. mengerjakan maka qunut dilakukan
mengikutinya. sudah gugur. Jika sebelum rukuk.
imam menggunakan
qunut maka Hambali
menganjurkan untuk
 mengikutinya.
Puasa Bersetubuh ketika Menurut Imam Hanafi Menurut Imam Syafi’i Menurut Imam Menurut Imam Maliki
puasa Ramadhan orang yang bersetubuh orang yang bersetubuh Hambali orang yang jika bersetubuh dalam
dalam keadaan sedang dalam keadaan sedang bersetubuh saat dalam keadaan puasa
berpuasa Ramadhan puasa Ramadhan sama keadaan puasa Ramadhan dan tanpa
dengan sengaja dan dengan pendapat Imam Ramadhan dan tanpa uzur pendapatnya
tanpa uzur maka ia Hanafi. Jika uzur juga sama hamper sama dengan
telah berbuat durhaka permasalahan masih dengan pendapat Imam Hanafi namun
kepada Allah dan bersetubuh ketika terbit Imam Hanafi. Untuk disini boleh memilih
puasanya batal, selain fajar, menurut syafi’i jika permasalahan jenis kafarahnya namun
itu wajib seketika itu dilepas maka bersetubuh saat fajar yang dianjurkan yakni
memerdekakan budak ia tidak diwajibkan atas terbit menurut memberi makan 60
jika tidak mampu maka apapun, namun jika hambali ia wajib orang miskin. Jika
berpuasa dua bulan diteruskan maka ia wajib mengqadha dan masalah bersetubuh saat
berturut-turut jika tidak mengqadha dan membayar kafarah fajar terbit menurut
mampu maka memberi membayar kafarah. secara mutlak baik itu maliki jika ia
makan 60 orang dilepaskan seketika melepaskannnya maka
miskin. Jika posisinya maupun dilanjutkan. wajib qadha dan jika
fajar telah terbit dan diteruskan maka wajib
masih bersetubuh mengqadha dan
maka menurut hanafi membayar kafarah.
 puasanya sah dan tidak
wajib mengqadha
dengan syarat ia dapat
melepaskan seketika
itu.
Menunda Menurut Imam Hanafi Menurut Imam Syafi’i Menurut Imam Menurut Imam Maliki
pembayaran hutang puasa boleh hutang puasa tidak boleh Hambali hutang puasa hutang puasa yang
hutang puasa ditunda dan ia tidak ditunda-tunda. Jika yang ditunda sampai ditunda sampai datang
Ramadhan dikenakan kafarah. sampai melewati datang Ramadhan lagi Ramadhan maka ia
Ramadhan selanjutnya itu dosa dan wajib akan berdosa dan wajib
maka ia berdosa dan mengqadha dan mengqadha serta
wajib mengqadha membayar satu mud membayar satu mud
puasanya serta setiap hari. Pendapat setiap harinya,
membayar satu mud ini sama dengan pendapatnya sama
setiap hari. syafi’i. dengan syafi’i.