Anda di halaman 1dari 14

Ach.

Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama

FILSAFAT ILMU DAN AGAMA


(Pengetahuan, Fungsi, Perbedaan dan Persamaan)

Moh. Bakir
STIU al-Mujtama’ Pamekasan
Mbakir490@yahoo.com

Ach. Zayyadi
Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
achzayyadi@yahoo.co.id

Abstract
Science, philosophy and religion are the three components that direct human beings in
achieving the goal of life. In historical conjunctions, human science from time to time
continues to change and develop. Philosophy together with art, belief and science form
human existence, as a system that interacts with each other. Religion becomes the grip and
manhaj of mankind. Science, Philosophy and religion have different fields and objects, but
they all make a great contribution to human life.
Keywords: Philosophy, Religion, Man

I
lmu pengetahuan terus berkembang, pengetahuan memudahkan manusia
seiring dengan perkembangan mencapai tujuan. Bahkan dengan ilmu
manusia itu sendiri. Kontribusi ilmu pengetahuan manusia dapat memperoleh
pengetahuan bagi kehidupan kebahagiaan dan kesejah-teraan.
manusia sangatlah besar, khususnya Walau pun demikian ilmu
terhadap perkembangan pemikiran pengetahuan tidak satu-satunya yang
manusia. Dengan ilmu pengetahuan memberikan kontribusi kepada manusia,
manusia dapat memiliki pandangan yang tetapi di sana ada filsafat, dan agama juga
luas. Dengan ilmu pengetahuan manusia tidak kecil kontribusinya terhadap
dapat memencahkan masalah. Dengan ilmu kehidupan manusia. Bagaimana ketiga

51
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018

macam sumber pengetahuan itu tersendiri. Studi tentang ilmu kedokteran


memberikan kontribusi kepada manusia. adalah sesuatu yang berbeda sekali dengan
Tulisan ini mencoba menjelaskan secara sejarah kesenian, dan ilmu
historis kontibusi ilmu pengetahuan, pasti/matematika sesuatu yang berlainan
filsafat, dan agama terhadap kehidupan sekali dengan ilmu pendidikan. Akan tetapi
manusia. untuk filsafat, hal yang “tersendiri” ini
Konsep Filsafat berlaku dengan cara yang dasarnya lain.3
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu Ini menunjukkan bahwa filsafat memiliki
philosophy, adapun istilah filsafat berasal akar lebih dalam daripada ilmu
dari bahasa Yunani, philosophia, yang pengetahuan. Bahkan, ada yang
terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau mengatakan bahwa filsafat adalah dasar-
philia (persahabatan, tertarik kepada) dan dasar ilmu pengetahuan itu sendiri.
shopia (hikmah, kebijaksanaan, Henrich Rombach, menyebutkan
pengetahuan, keterampilan, pengalaman satu persatu sejumlah titik perbedaan
praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, antara ilmu dan filsafat. Pertama-tama,
filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau melalui filsafat kita dapat menanyakan
kebenaran. Plato menyebut Socrates mengenai sifat dan eksistensi dari suatu
sebagai philosophos (filosof) dalam ilmu dan pengetahuan, akan tetapi “tidak
pengertian pecinta kebijaksanaan. Kata ada suatu bidang di luar filsafat, yang
falsafah merupakan arabisasi yang berarti kiranya dapat mengajukan pertanyaan yang
pencarian yang dilakukan oleh para filosof. menyangkut filsafat secara keseluruhan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Fakta ini saja, secara fundamental sudah
filsafat menunjukkan pengertian yang membedakan filsafat dari setiap ilmu
dimaksud, yaitu pengetahuan dan pengetahuan yang lain. Bagi Plato, objek
penyelidikan dengan akal budi mengenai filsafat adalah penemuan kenyataan atau
hakikat segala yang ada, sebab asal dan kebenaran mutlak, lewat dialektika. 4
hukumnya. Manusia filosofis adalah Barangkali tempat tersendiri yang diduduki
manusia yang memiliki kesadaran diri dan filsafat, lebih jelas lagi terlihat dari hal yang
akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa berikut. Begitu suatu ilmu pengetahuan
yang independen dan bersifat spiritual.1 menyadari tujuannya sendiri dan batas-
Sepintas, antara ilmu dan filsafat batas ruang lingkup kerjanya, ilmu itu
terlihat sama saja. Tetapi bila ditelaah lebih menunjukkan kemajuan dan
jauh, akan terlihat perbedaan yang nyata perkembangan yang cukup merata dan
antara keduanya. Namun demikian, tentu logis. Setiap ilmu pengetahuan –keturunan
ada sisi-sisi persamaan dan juga demi keturunan – terus membangun
perbedaan-perbedaan. “Walaupun filsafat berdasarkan asasnya semula dan dengan
muncul sebagai salah satu ilmu demikian berkembang secara
pengetahuan, akan tetapi ia mempunyai berkesinambungan. Bahkan krisis-krisis
struktur tersendiri dan tidak dapat begitu dari apa yang dinamakan penelitian dasar
saja dianggap sebagai ilmu pengetahuan”.2 pun hanya menyebabkan kerusuhan saja –
Tentu saja sedikit banyak bagi setiap bagaimanapun dahsyatnya kadang-kadang
ilmu pengetahuan berlaku, bahwa ilmu itu kerusuhan itu akan tetapi tidak ada yang
mempunyai struktur dan karakteristik musnah. Akan tetapi mengenai filsafat tidak
ada “pembangunan yang logis”. Filsafat
1
Conny R, Semiawan dkk, dimensi Kreatif tidak mengenal pembangunan yang tenang
dalam filsafat Ilmu, cet, ke 6, Bandung: PT. Remaja dan merata, yang tadinya merupakan
Sosdakarya, 2004, 32
2
Rombac, H. De actualiteit van de
3
wijsbebegeerte-Amsterdam, 1965, hal. dalam Gerard Gerard Beekman, Filosofie, Filosofen,
Beekman, Filosofie, Filosofen, Filosoferen, terj. R.A. Filosoferen, terj. R.A. Rivai, Filsafat para Filosot
Rivai, Filsafat para Filosot Berfilsafat, Jakarta: Berfilsafat, Jakarta: Erlangga, 1984, hal. 76.
4
Erlangga, 1984, hal. 76. Lorens Bagus, Kamus Filsafat, hal. 244.
52
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama

persoalan. Filsafat pasti mengenal sesuatu Filsafat ilmu merupakan telaahan


seperti per-kembangan, dan mempunyai secara filsafat yang ingin menjawab
kontinyuitasnya sendiri. Jika tidak beberapa pertanyaan mengenai hakikat
demikian halnya, bagaimana orang dapat ilmu seperti:
berbicara tentang suatu “sejarah filsafat”? Obyek apa yang ditelaah ilmu?
akan tetapi ini semua secara fundamental Bagaimana wujud yang hakiki dari
berbeda dengan pada ilmu-ilmu obyek tersebut? Bagaimana
pengetahuan yang lain. hubungan antara obyek tadi
Biasanya filsafat berangkat dari rasa dengan daya angkap manusia
ingin tahu dan ragu-ragu. Berfilsafat (seperti berfikir, merasa dan
didorong untuk mengetahui apa yang telah mengindera) yang membuahkan
kita tahu dan apa yang kita belum tahu. pengetahuan?
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa Bagaimana proses yang
tidak semuanya akan pernah kita ketahui memungkinkan ditimbanya
dalam kesemstaan yang seakan tak terbatas pengetahuan yang berupa ilmu?
ini. Demikian juga berfilsafat berarti Bagaimana prosedurnya? Hal-hal
mengoreksi diri, semacam keberanian apa yang harus diperhatikan agar
untuk berterus terang, seberapa jauh kita mendapatkan pengetahuan
sebenarnya kebenaran yang dicari telah yang benar? Apa yang disebut
kita jangkau.5 kebenaran itu sendiri? Apakah
Filsafat Ilmu kriterianya? Cara/ teknik/sarana
Silsafat ilmu merupakan bagian dari apa yang membantu kita dalam
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang mendapatkan penge-tahuan yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu berupa ilmu?
(pengetahuan ilmiah). 6 Ilmu merupakan Untuk apa pengetahuan yang
cabang pengetahuan yang mempunyai berupa ilmu itu dipergunakan?
cicir-ciri tertentu. Meskipun secara Bagai mana kaitan antara cara
metodologis ilmu tidak membedakan penggunaan tersebut dengan
antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu kaidah-kaidah moral? Bagaimana
sosial, namun karena permasalahan-perma- penentuan obyek yang ditelaah
salahan teknis yang bersifat khas, maka berdasarkan pilihan-pilihan moral?
filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi Bagaimana kaitan antara teknik
filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu- prosedural yang merupakan
ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan operasionalisasi metode ilmiah
pembatasan masing-masing bidang yang dengan norma-norma
ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu- moral/profesional?
ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang Pertanyaan-pertanyaan yang
filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berkaitan dengan kelompok pertanyaan
berbeda dari pengetahuan-pengetahuan yang pertama disebut landasan ontologis;
secara filsafat, namun tidak terdapat kelompok yang kedua adalah epistemologi;
perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu dan kelompik yang ketiga adalah aksiologi.
alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana Semua penge-tahuan apakah itu ilmu, seni,
keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan atau pengetahuan apa saja pada dasarnya
yang sama. mempunyai ketiga landasan ini. Dari semua
pengetahuan maka ilmu merupakan
pengetahuan yang aspek ontologis,
epistemologis dan akseo logisnya telah jauh
5
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; sebuah
pengantar populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,
2003, hal. 91
lebih berkembang dibandingkan dengan
6
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; sebuah pengeta-huan-pengetahuan lain dan
pengantar populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh
2003, hal. 33
53
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018

disiplin. Dari pengertian inilah sebenarnya sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir
berkembang pengertian ilmu sebagai menyadarkan diri pada penalaran. Jadi
aturan-aturan mainnya dengan penuh penalaran merupakan kegiatan berpikir
tanggung jawab dan kesungguhannya.7 yang mempunyai karakteristik tertentu
Jadi untuk membedakan jenis dalam menemukan kebenaran.8
pengetahuan yang satu dari penge tahuan- Sebagai suatu kegiatan berpikir maka
pengetahuan lainnya maka pertanyaan penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, di
yang dapat diajukan adalah: apa yang dikaji antaranya; ciri pertama, adanya suatu pola
oleh pengetahuan itu (ontologi)? berpikir yang secara luas dapat disebut
Bagaimana caranya men dapatkan logika. Dalam hal ini maka dapat kita
pengetahuan tersebut yang dapat katakan bahwa tiap bentuk penalaran
(epistemologi)? Serta untuk apa mempunyai logikanya sendiri. Atau dapaat
pengetahuan termasuksud dipergunakan juga disimpulkan bahwa kegiatan
(akseologi)? Dengan mengetahui jawaban penalaran merupakan suatu proses berpikir
dari tiga ini maka dengan mudah kita dapat logis, di mana berpikir logis di sini harus
membedakan berbagai jenis pengetahuan diartikan sebagai kegiatan berpikir
yang terdapat dalam khazanah kehidupan menurut suatu pola tertentu, atau dengan
manusia. Hal ini memungkinkan kita perkataan lain, menurut logika tertentu.
mengenali berbagai pengetahuan yang ada Ciri kedua, adalah sifat analitik dari proses
seperti ilmu, seni dan agama serta berpikirnya. Penalaran merupakan suatu
meletakkan mereka pada tempatnya kegiatan berpikir yang menyadarkan diri
masing-masing yang saling memperkaya kepada suatu analisis dan kerangka
kehidupan kita. Tanpa mengenal ciri-ciri berpikir yang dipergunakan untuk analisis
tiap ilmu pengetahuan dengan benar maka tersebut adalah logika penalaran yang
bukan saja kita tidak dapat memanfaatkan bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah
kegunaannya secara maksimal namun merupakan suatu kegiatan analisis yang
terkadang kita salah dalam meng- mempergunakan logika ilmiah, dan
gunakannya. Ilmu dikacaukan dengan seni, demikian juga penalaran lainnya yang
ilmu dikonfrontasikan dengan agama, mempergunakan logikanya tersendiri
bukanlah tak ada anarki yang lebih pula. Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih
9

menyedihkan dari itu? jauh, merupakan konsekuensi dari adanya


suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya
Dasar-Dasar Ilmu Pengatahuan pola berpikir tersebut maka tidak akan ada
Berwawasan Filsafat kegiatan analisis, sebab analisis pada
1. Penalaran hakikatnya merupakan suatu kegiatan
Penalaran merupaka suat proses beripikir berdasarkan langkah-langkah
berfikir dalam menarik sesuatu kesimpulan tertentu.
yang berupa pengetahuan. Manusia pada 2. Logika
hakikatnya merupakan makhluk yang Penalaran meruapakan suatu proses
berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak. berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Sikap dan tindakannya yang bersumber Agar pengetahuan yang dihasilakn
pada pengetahuan yang didapatkan lewat penalaran itu mempunyai dasar kebenaran
kegiatan merasa atau berfikir. Menurut Juju maka proses berpikir itu harus dilaakukan
S. Suriasumantri, penalaran menghasilkan suatu cara tertentu. Suatu penarikan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kesimpulan baru dianggap valid (shahih)
kegiatan berpikir dan bukan dengan
perasaan. Meskipun demikian patut kita
8
Juju S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; sebuah
pengantar Populer, Jakarta: CV. Muliasari, 2003, hal.
42
7 9
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; sebuah Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; sebuah
pengantar populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, pengantar populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,
2003, hal. 35 2003, hal. 43
54
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama

kalau proses penarikan kesimpulan Terdapat empat cara pokok dalam


tersebut dilakukan menurut cara tertentu mendapatkan pengetahuan, pertama
tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini adalah pengetahuan yang berdasarkan
disebut logika, dimana logika secara luas rasio yang dikembangkan oleh kaum
dapat didefinisikan sebagai “pengkajian rasionalis yang dikenal dengan
untuk berpikir secara sahih” 10 terdapat rasionalisme. Kedua, pengetahuan yang
bermacam-macam cara penarikan berdasarkan pada pengalaman yang
kesimpulan namun untuk sesuai dengan dikenal dengan faham empirisme. Ketiga,
tujuan studi yang memusatkan diri kepada pengetahuan yang didapatkan tanpa
penalaran ilmiah, kita akan melakukan melalui proses penalaran tertentu.
penelaahn yang seksama hanya terhadap Seseorang yang sedang terpusatkan
dua jenis cara penerikan kesimpulan, yakni pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba
logika induktif dan logika deduktif. Logika saja menemukan jawaban atas
induktif erat kaitannya dengaan penarikan permasalahan tersebut. Intuisi bersifat
kesimpulan dari kasus-kasus individual personal dan tidak bisa diramalkan
nyata menjadi kesimpulan yang bersifat sehingga intuisi tidak bisa digunakan
umum. Sedangkan di pihak lain, kita sebagai dasar untuk menyusun
mempunyai logika deduktif, yang pengetahuan yang teratur. Sumber
membantu kita dalam menarik kesimpulan pengetahuan yang keempat adalah wahyu
dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang merupakan pengetahuan yang
yang bersifat individual (khusus)11 disampaikan tuhan kepada manusia.
3. Sumber Pengetahuan Sedangkan Amsal Bakhtiar
De omnibus dubitandum! Ragukan mengungkapkan ada beberapa pendapat
segala sesuatu! kata Rene Descartes. tentang sumber pengetahuan antara lain:
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu! 1. Empirisme
Sumber pengetahuan merupakan Kata ini berasal dari kata Yunani
aspek-aspek yang mendasari lahirnya ilmu empeirikos, artinya pengalaman.
pengetahuan yang berkembang dan muncul Menurut aliran ini manusia
dalam kehidupan manusia. Menurut memperoleh pengetahuan melalui
Sumarna (dalam Susanto, 2011) sumber pengalamannya. Dan bila
ilmu pengetahuan terdapat perbedaan dikembalikan kepada kata
antara pandangan filosof dan ilmuwan Yunaninya, pengalaman yang
Barat dengan filosofot dan ilmuwan dimaksudkan ialah pengalaman
muslim. inderawi.
Menurut filosof dan ilmuwan muslim, 2. Rasionalisme
sumber utama ilmu pengetahuan adalah Aliran ini menyatakan bahwa akal
wahyu yang termanifestasikan dalam adalah dasar kepastian
Alquran dan As-sunnah, selain empiris dan pengetahuan. Pengetahuan yang
rasional. Sedangkan menurut filosof dan benar diperoleh dan diukur dengan
ilmuwan Barat sumber ilmu pengetahuan akal. Menusia memperoleh
hanya dibatasi pada sumber utama yaitu penegetahuan melalui kegiatan
pengetahuan yang lahir dari pertimbangan menang-kap objek. Bagi aliran ini
rasio (akal atau deduksi) dan pengetahuan kekeliruan pada aliran empirisme
yang dihasilkan melalui pengalaman yang disebabkan kelemahan alat
(empiris dan induksi). indera dapat dikoreksi, seandainya
akal digunakan.
3. Intuisi
10
William S. Sahakian dan Mabel Lewis
Sahakian, Realism of Philosophy, Cambridge, Mass:
Schenkman, 1963, hal. 3
Menurut Henry Bergson intuisi
11
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; sebuah adalah hasil dari evolusi
pengantar populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, pemahaman yang tertinggi.
2003, hal. 46
55
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018

Kemampuan ini mirip dengan bahwa idea bagi rasionalis adalah bersifat
insting, tetapi berbeda dengan apriori dan prapengalaman yang
kesadaran dan kebebasannya. Ia didapatkan manusia lewat penalaran
juga mengatakan bahwa intuisi rasional.
adalah suatu pengetahuan yang
langsung, yang mutlak dan bukan Pengertian Agama
pengetahuan yang nisbi . Intuisi Kata agama kadangkala diidentikkan
bersifat personal dan tidak bisa dengan kepercayaan, keyakinan dan
diramalkan. Sebagai dasar untuk sesuatu yang menjadi anutan. Dalam
menyusun pengetahuan secara konteks Islam, terdapat beberapa istilah
teratur, intuisi tidak dapat yang merupakan padanan kata agama
diandalkan. yaitu: al-Din, al-Millah dan al-Syari’ah. 12
4. Wahyu Ahmad Daudy menghubungkan makna al-
Wahyu adalah pengetahuan yang Din dengan kata al-Huda (petunjuk).13 Hal
disampaikan oleh Tuhan kepada ini menunjukkan bahwa agama merupakan
manusia Wahyu (agama) berisikan seperangkat pedoman atau petunjuk bagi
pengetahuan, baik mengenai setiap penganutnya. Muhammad Abdullah
kehidupan seseorang yang Darraz mendefinisikan agama (din)
terjangkau oleh pengalaman, sebagai: “keyakinan terhadap eksistensi
maupun yang mencakup masalah (wujud) suatu dzat –atau beberapa dzat-
transendental, seperti latar belakang ghaib yang maha tinggi, ia memiliki
dan tujuan penciptaan manusia, perasaan dan kehendak, ia memiliki
dunia dan segenap isinya serta wewenang untuk mengurus dan mengatur
kehidupan di akhirat nanti. urusan yang berkenaan dengan nasib
Kaum rasionalis mengembangkan manusia. Keyakinan mengenai ihwalnya
paham apa yang kita kenal dengan akan memotivasi manusia untuk memuja
rasionalisme. Sedangkan mereka yang dzat itu dengan perasaan suka maupun
mendasarkan diri kepada pengalaman takut dalam bentuk ketundukan dan
mengembangkan paham yang disebut pengagungan”. Secara lebih ringkas, ia
dengan empirisme. mengatakan juga: bahwa agama adalah
Kaum rasionalis mempergunakan “keyakinan (keimanan) tentang suatu dzat
metode deduktif dalam menyusun (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima
pengetahuannya. Premis yang dipakai ketaatan dan ibadah (persembahan). 14
dalam penalarannya didapatkan dari ide Sedangkan Daniel Djuned men devinisikan
yang menurut mereka bukanlah ciptaan agama sebagai: tuntutan dan tatanan
fikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ilahiyah yang diturunkan Allah melalui
ada jauh sebelum manusia berusaha seorang rasul untuk umat manusia yang
memikirkannya. Paham dikenal dengan berakal guna kemaslahatannya di dunia
nama idealisme. Fungsi fikiran manusia dan akhirat. Fungsi agama salah satunya
hannyalah mengenali prinsip tersebut yang adalah sebagai penyelamat akal.15
lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu
sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan 12
Kata al-Din dapat dilihat pada beberapa ayat
dapat diketahui oleh manusia lewat seperti dalam surat al-Kafirun: ‫( دين ولي دينكم لكم‬Bagiku
agamaku dan bagimu agamamu)
kemampuan berfikir rasionalnya. 13
Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam, Jakarta:
Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip Bulan Bintang, 1997, hal. 12.
dan justru sebaliknya, dengan mengetahui 14
Yusuf al-Qaradhawy, Pengantar Kajian
prinsip yang didapat lewat penalaran Islam, Suatu Analisis Komprehensif tentang Pilar-Pilar
Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan
rasional itulah maka kita dapat mengerti Islam, terj. Setiawan Budi Utomo, Jakarta: Al-Kautsar,
kejadian-kejadian yang berlaku dalam alam 2000, hal. 15.
sekitar kita. Secara singkat dapat dikatakan 15
Daniel Djuned, “Konflik Keagamaan…, hal.
82.
56
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama

Dari definisi di atas, dapat dijelaskan terhadap kedhaliman, ketidak-adilan, dan


bahwa pokok dan dasar dari agama adalah sebagainya.18
keyakinan sekelompok manusia terhadap Dari ungkapan di atas, dapat
suatu zat (Tuhan). Keyakinan dapat dipahami bahwa agama juga mengandung
dimaknai dengan pengakuan terhadap pemahaman tentang adanya unsur agama
eksistensi Tuhan yang memiliki sifat agung yang memiliki peran penting untuk
dan berkuasa secara mutlak tanpa ada yang mengharmoniskan kehidupan manusia.
dapat membatasinya. Dari pengakuan Dengan agama, suatu komunitas menjadi
tentang eksistensi Tuhan tersebut, menim- saling menyayangi sesama manusia
bulkan rasa takut, tunduk, patuh, sehingga walaupun memeluk agama yang saling
manusia mengekpresikan pemujaan berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
(penyembahan) dalam berbagai bentuk agama tidak semata-mata interaksi
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan manusia dengan Tuhan, tetapi juga
oleh suatu agama. menuntut sikap yang saling menyayangi
Makna lainnya dari agama bila sesama manusia, walaupun berbeda agama
dirujuk dalam bahasa Inggris Relegion sekalipun. Untuk itu makna agama dapat
(yang diambil dari bahasa Latin: Religio). dikatakan sangat luas, termasuk juga
Ada yang berpendapat berasal dari kata sebagai wadah membina sikap saling
Relegere (kata kerja) yang berarti sayang menyayangi sesama manusia.
“membaca kembali” atau “membaca Dengan kata lain, agama bukan hanya
berulang-ulang”. 16 Sedangkan pendapat mengatur urusan penyembahan manusia
lainnya mengatakan berasal dari kata terhadap Tuhannya, tetapi juga mengatur
Religare yang berarti mengikat dengan pola hidup manusia yang lebih baik melalui
kencang. 17 Dalam makna tersebut sikap saling kasih mengasihi sesama
penekanannya ada dua, yaitu pada adanya mereka.
ikatan antara manusia dengan Tuhan, dan Agama dalam tinjauan filsafat adalah
makna membaca, dalam arti adanya ayat- suatu gejala yang luas dan rumit dan ada
ayat tertentu yang harus menjadi bacaan begitu banyak teori antropologis,
bagi penganut suatu agama. sosiologis, psikologis, naturalitstik dan
Esensi agama adalah untuk keagamaan tentang sifat dasar agama
pembebasan diri manusia dari penderitaan, sehingga akibatnya tidak ada definisi yang
penindasan kekuasaan sang tiran untuk diterima secara universal benar. Tetapi
kedamaian hidup. Islam, seperti juga para filosuf telah mencatat cirri-ciri yang
Abrahamic Religious keberadaannya untuk menentukan dari agama sebagaimana
manusia (pemeluknya) agar dapat berdiri dilakukan oleh Alston. Menurut beliau ada
bebas di hadapan Tuhannya secara benar Sembilan sifat khas agama:
yang diaktualisasikan dengan formulasi 1. Kepercayaan kepada hal-hal gaib
taat kepada hukum-Nya, saling menyayangi 2. Perbedaan antara objek-objek yang
dengan sesama, bertindak adil dan menjaga suci dan yang duniawi
diri dari perbuatan yang tidak baik serta 3. Tindakan-tindakan upacara yang
merealisasikan rasa ketaqwaan. Dasar dipusatkan pada objek-objek yang
penegasan moral keagamaan tersebut suci
berlawanan dengan sikap amoral. Dalam 4. Kode moral yang dipercayai
implemen-tasinya institusi sosial dikuatkan oleh wahyu (Tuhan)
keagamaan yang lahir dari etika agama 5. Perasaan-perasaan keagamaan
sejatinya menjadi sumber perlawanan secara khusus (taat, rasa rahasia,
rasa bersalah, pemujaan) yang
16
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, hal. 12.
17
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai 18
Musa Asy’arie. Dialektika Agama untuk
Aspeknya, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1985, Pembebasan Spiritual, Yogyakarta: LESFI, 2002, hal.
hal. 10. 13-14.
57
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018

timbul dihadapan objek-objek yang menciptakannya, dengan kata lain dengan


suci dan selama tindakan-tindakan akal pikiran itu manusia bisa sampai
upacara kepada Tuhan; apa hakikat Tuhan,
6. Adanya doa kepada Tuhannya bagaimana Tuhan dan untuk apa bertuhan,
7. Suatu pandangan dunia (suatu termasuk juga mana yang baik dan mana
pandangan umum mengenai dunia yang buruk. Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an
sebagai suatu keseluruhan dan al-Karim Allah Swt mengungkapkan bahwa
tempat perseorangan di dalamnya manusia itu diciptakan-Nya adalah untuk
8. Suatu organisasi yang kurang lebih menjadi khalifah/pemimpin di muka bumi.
menyeluruh tentang kehidupan Artinya manusia itu diciptakan oleh Tuhan
seorang berdasar pada pandangan adalah untuk mengatur, mengolah dan
dunia itu mengelola alam semesta ini agar
9. Suatu kelompok social yang diikat bermanfaat tidak hanya untuk dirinya saja,
bersama oleh delapan sifat di atas. akan tetapi juga bermanfaat untuk alam
Fungsi filsafat terhadap agama atau secara keseluruhan, baik manusia itu
katakanlah filsafat agama bukanlah sendiri, binatang, tumbuhtumbuhan dan
mengadakan pembelaan terhadap lain-lain sebagainya. Untuk mengatur alam
keyakinan-keyaninan keagamaan, tetapi semesta ini dibutuhkan beberapa
pemikiran filsafati tentang agama, yaitu keterampilan, baik keterampilan dalam
suatu pemeriksaan yang reflektif kritis dan bidang manajemen, tata kelola, startegi,
analisis tentang arti-arti dan kepercayaan logika, pemikiran, nalar, dan lain-lain
yang terlibat dalam agama.19 sebagainya, tanpa itu sulit dan bahkan tidak
mungkin bisa mengatur, mengolah dan
Hubungan Filsafat, Ilmu, dan Agama mengelola alam ini secara baik dan benar,
Dalam ilmu logika atau ilmu mantiq bahkan bisa menimbul bencana di muka
dikatakan bahwa manusia itu adalah bumi, ketika tuhan berfirman kepada
binatang yang bisa berbicara, maksudnya malaikat “Sesungguhnya Aku hendak
adalah berbicara secara baik dan benar, menjadikan seorang khalifah di muka
menggunakan akal pikiran yang sesuai bumi.” ketika itu pula malaikat menjawab
dengan situasi dan kondisinya, serta sesuai “Mengapa Engkau hendak menjadikan
pula dengan kaidah berbicara (bahasa). (khalifah) di bumi itu orang yang akan
Perbedaan manusia dengan binatang membuat kerusakan padanya dan
sebenarnya bukanlah terletak pada bisa menumpahkan darah, padahal kami
berbicara atau tidak, karena binatang ada senantiasa bertasbih dengan memuji
juga yang bisa berbicara dalam batas-batas Engkau dan mensucikan Engkau?”
tertentu (hanya sebatas apa yang diajarkan kemudian Tuhan menjawab dengan
kepadanya seperti burung beo, cocok rowo berfirman-Nya: “Sesungguhnya Aku
dan lain-lain), burung itu hanya bisa mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.
berbicara, akan tetapi tidak tahu isi atau (al-Baqarah/3: 30). Dialog antara Tuhan
maksud yang dibicarakannnya itu. Jadi dan malaikat ini menunjukkan bahwa di
perbedaan antara manusia dengan satu sisi manusia menurut malaikat bisa
binatang adalah terletak pada akal pikiran, jadi perusak bumi, karena manusia itu
manusia punya akal pikiran sementara memiliki hawa nafsu yang tidak sama
burung tidak, dan dengan akal pikiran seperti malaikat yang tidak memiliki hawa
itulah manusia bisa maju dan bisa nafsu, sebab dengan hawa nafsu itu yang
berkembang, dengan akal pikiran itu bisa menjerumuskan manusia ke dalam
manusia bisa sampai kepada siapa yang lembah kehinaan dan kebinasaan yang
akhirnya bisa membuat manusia bertindak
19
Yervant H. krikorian, The Philosopy of atau berbuat dengan hal-hal yang tidak
Religion: Introduction dalam Bronstein, et al, eds, baik, akan tetapi di sisi lain manusia bisa
Basic Problem of Philosopy, 1999, hal. 24
58
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama

membuat bumi ini menjadikan baik dan kebenaran. Jadi filsafat berupaya mencari
lestari, karena manusia dibekali oleh Tuhan kebenaran, ilmu berusaha membuktikan
dengan akal pikiran dan di bimbing oleh kebenaran sementara agama adalah
nilai-nilai agama (Islam) dengan akal berupaya menjelaskan kebenaran itu, maka
pikiran yang dibimbing oleh nilai-nilai tidak mengherankan kalau kaum muktazili
agama itulah yang membuat manusia bisa mengatakan tidak semuanya kandungan
berbuat yang baik, jujur dan benar, hal yang ada di dalam Al-Qur’an itu sifatnya
inilah yang tidak diketahui oleh malaikat, kamunikasi, akan tetapi banyak juga yang
karena malaikat itu terbatas penge sifatnya konfirmasi, yaitu membenarkan,
tahuannya sementara Tuhan tidak terbatas mempertegaskan dan menguatkan apa
pengetahuan-Nya. yang pernah dilakukan manusia.21
Sebenarnya hakikat manusia itu Ilmu pengetahuan, dengan
adalah mahkluk pencari kebenaran, karena metodenya sendiri mencoba berusaha
ia dibekalikan oleh Allah Swt dengan akal mencari kebenaran tentang alam semesta
pikiran, akan tetapi akal pikiran yang suci beserta isinya dan termasuk di dalamnya
yang tidak terkontaminasi dengan yang adalah manusia. Filsafat dengan wataknya
lain, yang dibimbing oleh nilai-nilai agama, sendiri, juga berusaha mencari kebenaran,
karena dengan akan pikiran yang baik kebenaran tentang alam maupun
dibimbing oleh nilai-nilai agama itulah yang tentang manusia (sesuatu yang belum atau
bisa mencapai kebenaran. Paling tidak ada tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan,
tiga sarana atau jalan untuk mencari, karena di luar atau di atas jangkauannya)
menghampiri dan menemukan kebenaran ataupun tentang Tuhan, Sang Pencipta
itu, yaitu: melalui filsafat, melalui ilmu segalagalanya. Semenatar itu agama dengan
pengetahuan dan melalui agama, yaitu kepribadiannya sendiri pula, berupaya
melalui wahyu dari Sang Pencipta memberikan jawaban atas segala
Kebenaran yang Mutlak dan Abadi. Ketiga persoalan-persoalan yang bersifat asasi
sarana atau jalan itu masing-masing yang dipertanyakan oleh manusia baik
mempunyai ciri-ciri tersendiri di dalam tentang alam semesta, manusia maupun
mencari, menghampiri dan menemukan tentang Tuhan itu sendiri, dengan kata lain
kebenaran itu. Ketiga sarana tersebut juga agama adalah memberikan penjelasan,
mempunyai titik persamaan, titik penegasan dan pembenaran tentang
perbedaan dan titik singgung (hubungan) sesuatu yang benar dan yang tidak benar.
antara yang satu dengan yang lainnya. Secara khusus al-Farabi salah
1. Titik Persamaan seorang tokoh pemikir dan tokoh filsafat
Filsafat, ilmu pengetahuan dan Islam mengemukakan pendapatnya tentang
agama adalah bertujuan setidak-tidaknya persamaan antara filsafat dengan agama
berurusan dengan hal-hal yang sama, yaitu yang mana menurut beliau keduaduanya
kebenaran dan bertindak atas dasar (filsafat dan agama) adalah sama-sama
rumusan mengenai suatu kebenaran melaporkan tujuan puncak yang diciptakan
tersebut.20 Seperti filsafat berusaha untuk demi manusia, yaitu kebahagiaan tertinggi,
mencari kebenaran dengan jalan dan tujuan puncak dari wujud-wujud lain.22
menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu Jadi keduanya adalah bertujuan untuk
pengetahuan berusaha mencari kebenaran mencapai kebahagiaan, filsafat mencapai
dengan menggunakan metode ilmiah kebahagiaan dengan berupaya menemukan
melalui penelitian-penelitian, sementara itu kebenaran, sebab apabila suatu kebenaran
agama berusaha untuk menjelaskan
kebenaran itu melalui wahyu dari Tuhan. 21
Pirhat Abbas, hubungan filsafat, Ilmu dan
Jadi ketiganya sasaran adalah sama, yaitu Agama, Jurnal, Media Akademika, volume 25, No.2,
April 2010, hal. 139
20 22
Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Osman Bakar, Hirarki Ilmu, Bandung : Mizan,
Muslim, Yogyakarta: Sipress, 1993, hal. 20 1997, hal. 100
59
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018

itu sudah ditemukan, maka akan muncul masalah yang asasi dari kitab suci dan
rasa puas, rasa puas itulah yang membuat kodifikasi firman ilahi.24
timbulnya rasa bahagia, sementara itu Selanjutnya kebenaran ada yang
agama (Islam) mengungkapkan bersifat spekulatif atau kebetulan saja
kebahagiaan dengan berupaya memberikan adalah kebenaran yang bersifat dugaan
penjelasan kepada penganutnya bahwa atau perkiraan yang tidak dapat dibuktikan
apabila seseorang ingin mencapai secara empiris, secara riset dan secara
kebahagiaan, ia harus mengikuti aturan eksperimental. 25 Kebenaran ilmu
yang diajarkan oleh agama, karena aturan pengetahuan adalah kebenaran yang
yang diajarkan oleh agama itu semuanya bersifat positif, bukan bersifat spekulasi
benar, maka apabila sudah mengikuti atau kebetulan saja,26 yaitu kebenaran yang
aturan dan ajaran agama yang benar, yang masih berlaku sampai saat ini yang dapat
sesuai dengan petunjuk, maka ia akan diuji. Baik kebenaran filsafat maupun
mendapatkan kebahagaiaan itu, baik kebenaran ilmu pengetahuan kedua-
kebahagiaan di atas dunia ini maupun duanya bersifat nisbi atau relatif,27 artinya
kebahagiaan di alam akhirat nanti. sifatnya sementara dan sewaktu-waktu
2. Titik perbedaan dapat berubah sesuai dengan
Filsafat dan ilmu pengetahuan perkembangan pemikiran manusia, yang
kedua-duanya adalah sama-sama sangat tergantung kepada situasi dan
bersumber kepada ra’yu (akal, pikiran, kondisi, termasuk perubahan alam.
budi, rasio, nalar dan reason) manusia Sedangkan kebenaran agama (Islam)
untuk mencari kebenaran. Sementara itu adalah kebenaran yang bersifat mutlak
agama mengungkapkan, men-jelaskan dan (absolut), yang tidak dapat diragukan
membenarkan suatu kebenaran adalah sampaikan kapanpun dan dimanapun,
bersumber dari wahyu. karena agama sumbernya adalah wahyu
Filsafat mencoba mencari kebenaran yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha
dengan cara menjelajahi atau menziarahi Kuasa dan Maha Sempurna Yang Maha
akal-budi secara radikal (berpikir sampai Mutlak benarnya. 28 Begitu juga halnya
ke akarakarnya), mengakar, sistematis dengan ilmu pengetahuan maupun filsafat,
(logis dengan urutan dan adanya saling kedua-duanya adalah dimulai dengan sikap
hubungan yang teratur) dan intergral sanksi atau ragu (skeptis), sedangkan
(universal: umum, berpikir mengenai agama berangkat dari sikap percaya atau
keseluruhan) serta tidak merasa terikat keyakinan.
oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan 3. Titik Singgung
tangannya sendiri, yaitu logika. Tidak semua masalah yang
Ilmu pengetahuan mencari dipertanyakan manusia dapat dijawab
kebenaran dengan menggunakan metode secara positif oleh ilmu pengetahuan,
atau cara penyelidikan (riset), pengalaman karena ilmu pengetahuan itu terbatas;
(empiris) dan percobaan (eksperimen) atau terbatas oleh subjeknya dan terbatas pula
sangat terkait dengan tiga aspek, yaitu: oleh objeknya (baik objek materi maupun
aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil
hukum.23 24
Muhammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu
Sedangkan manusia di dalam dan Pengetahauan, Jakarta : t.p, 1959,
hal. 45.
mencari kebenaran terhadap agama itu 25
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, alih
adalah dengan jalan atau cara bahasa Soejono Soemargono, Yogyakarta :Tiara
mempertanyakan (dalam upaya untuk Kencana, 1986, hal. 10-11
mencari jawaban) tentang berbagai macam
26
A. Baiquni, Teropong Islam terhadap Ilmu
Pengetahuan, Solo: Ramadhani, 1989, 32-33.
27
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta:
Bulan Bintang, 1992, hal. 50.
23 28
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta: Muhammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu
Bulan Bintang, 1992, hal. 40 dan Pengetahauan, Jakarta : t.p, 1959, hal. 45.
60
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama

objek forma), dan terbatas juga oleh perspektif sejarah, para filosof Islam
metodologinya. Tidak semua masalah yang menganggap ilmu pengetahuan yang
tidak atau belum terjawab oleh ilmu rasional itu sebagai bagian dari filsafat.
pengetahuan, lantas dengan sendirinya Mereka memberikan pemecahan atas
dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat masalah-masalah fisika seperti halnya di
sifatnya adalah spekulatif dan juga dalam masalah-masalah metafisika. Contoh
merupakan alternatif tentang jawaban yang paling jelas untuk hal itu adalah buku
sesuatu masalah, artinya jawaban filsafat al-syifa’, ensiklopedi filsafat Arab terbesar,
itu belum pasti dan masih bisa atau karena buku tersebut adalah berisikan
mungkin berubah. Tidak semua masalah empat bagian, yaitu: logika, fisika,
yang tidak atau belum terjawab oleh matematika dan metafisika. 31 Belakangan
filsafat, lantas dengan sendirinya dapat ini di kenal bahwa setiap ilmu itu
dijawab oleh agama. Agama hanya memberi mempunyai filsafat, artinya ilmu
jawaban tentang banyak persoalan asasi mengandung nilai-nilai filsafat, seperti
yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu filsafat ekonomi,
pengetahuan, dan filsafat. Akan tetapi perlu filsafat pendidikan, fisafat hukum, filsafat
ditegaskan juga bahwa tidak semua komunikasi dan lain-lain sebagainya.
persoalan manusia terdapat jawabannya di Di dalam pembahasan tentang
dalam agama, karena agama (Islam) itu menemukan titik singgung antara filsafat
bersumber dari wahyu yaitu al-Qur’an al- dengan ilmu pengtehauan, dimana Ibrahim
Karim, tidak akan mungkin semua Madkour salah seorang tokoh pemikir
persoalan yang terjadi di alam semesta ini Islam di dalam hal ini memberikan
dijelaskan oleh Al-Qur’an, akan tetapi berkomentar, bahwa pada kenyatannya
Tuhan melalui firman-Nya yang tertera di ilmu fisika dan ilmu matematika amat
dalam Al-Qur’an memberikan kesempatan berhubungan erat dengan kajian-kajian
kepada manusia untuk mencari kebenaran filosofis di dalam Islam, yang tidak mungkin
dengan mempergunakan akal pikiran dapat dipahami secara terpisah dari yang
seperti kalimat apala ta‘qilun, yaa ulil lainnya.32 Begitu juga halnya, adanya titik
abshar, fa‘tabiru yaa ulil al-baab dan lain- singgung atau relasi antara filsafat, ilmu
lain. pengetahuan dan agama. Abdul Munir
Berdasarkan uraian yang telah Mulkan berkomentar: bahwa untuk
dikemukakan di atas tentang titik singgung memahami ajaran agama dan
ketiga hal tersebut atau hubungan antara menjadikannya sebagai pedoman di dalam
filsafat, ilmu pengetahuan dan agama, maka hidup dan kehidupan yang berfungsi
titik singgung ketiga masalah itu adalah sebagai penyelesaian berbagai macam
saling to take and give (isi mengisi), karena permasalahan dalam kehidupan, dimana
di dalam kajiankajian filosofis terdapat manusia dituntut untuk memikirkan,
kajian-kajian ilmu pengetahuan dan merenungkan dan kemudian menyusun
sejumlah problematika saintis,29 sebaliknya formulasi praktis sehingga mendorong
di dalam kajian-kajian saintis terdapat kepada melakukan amalan perbuatan di
prinsip-prinsip dan teori-teori filosofis. dalam dunianya yang historis, sintesis dan
Begitu juga topiktopik filsafat- sebagai dialektis.
contoh filsafat Islam - bersifat religius Berdasarkan dengan hal-hal yang
dengan pembahasan pada wilayah telah disebutkan dan diuraikan di atas tadi,
keagamaan, yang dimulai dengan meng- dimana dengan tegas dapat dikatakan
Esa-kan Tuhan. 30 Bahkan di dalam bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan

29 31
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam,
Islam, terj., Yogyakarta : Bumi Aksara, 1990, hal. 253. t.p.t.h. hal. 225.
30 32
Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim, hal.
t.p.th. hal. 245. 21.
61
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018

dan agama merupakan satu kesatuan sedang lupa atau ingat, bahkan lebih rumit
bangunan paramida yang merupakan lagi ia juga mengetahui tentang waktu yang
sarana untuk mencapai kebenaran, sekedar dihubungkan dengan kematian. (Kenneth
untuk dimaklumi bahwa filsafat merupakan Boulding, 1956: 197).
pengetahuan tentang hakikat segala Kesadaran diri tersebut selanjutnya
sesuatu, maka di dalam masalah ini akan membentuk budi manusia. Karena
termasuk di dalamnya masalah ketuhanan, secara filsafati bahwa suatu budi dipandang
masalah etika dan masalah seluruh ilmu sebagai substansi metafisis (lawan dari
pengetahuan yang bermanfaat. Begitu pula kebendaan) yang ada pada seseorang.
halnya dengan agama (Islam) yang mana Lebih dari itu, budi adalah diri atau subjek
agama Islam memerintahkan kepada yang mencerap, mengingat,
umatnya untuk mencari ilmu pengetahuan membayangkan, merasakan,
sebanyak-banyak, di dalam Islam perintah menggambarkan, berfikir, berkehendak
untuk mencari ilmu pengetahuan itu adalah dan melakukan jenis kegiatan-kegiatan
dimulai semenjak sesorang itu dilahirkan yang secara fungsional berhubungan
sampai dengan keliang kubur (mati) dan dengan organisasi tubuh perseorangan.
mencari ilmu itu kemana saja boleh, tapi Kontribusi agama terhadap
yang dimaksudkan adalah ilmu yang kehidupan manusia berbeda dengan filsafat
bermnafaat baik bagi dirinya, orang lain dan ilmu pengetahuan. Bila ilmu telah
dan lingkungannya, artinya menuntut atau berhasil menolong manusia untuk
mencari ilmu itu adalah sepanjang umur memecahkan masalah dengan berbagai
mansuia yang bersangkutan atau sepanjang penelitiannya, agama memberikan jawaban
umur masing-masing manusia itu. Di dalam terhadap segala hal yang tidak dapat
ajaran Islam orang yang berilmu akan ditembus oleh filsafat dan ilmu. Pertanyaan
mendapat derajat yang lebih tinggi. Ilmu seperti “untuk apa hidup ini, akan kemana
yang dimaksudkan di sini adalah tentu hidup ini, bagaimana bumi mulanya terjadi,
terkandung di dalamnya ilmu pengetahuan siapakah Tuhan itu, bagaimana manusia
itu sendiri dan filsafat, apalagi kebenaran setelah mati, dan seterusnya” Ini semua
yang ditawarkan itu mempunyai keserasian yang dapat menjawab adalah agama. Di
diantara ketiganya itu (filsafat, ilmu samping itu agama mengarahkan ilmu yang
pengetaahuan dan agama). dibentuk dari rasio dan dari hasil
pengamtan dan penelitian agar dapat
Kontribusi Filsafat dan Agama digunakan dengan sebaik-baiknya. Ilmu
Sumbangan filsafat terhadap dipandang dari kacamata agama adalah
manusia yang cukup besar adalah mengemban misi untuk mencapai
pandangan filsafat terhadap eksistensi kesejahteraan manusia baik di dunia
manusia. Menurut Kenneth Boulding maupun di akhirat kelak.33
bahwa manusia merupakan suatu sistem. Posisi ilmu yang dimiliki manusia
Di mana manusia digambarkan mempunyai diperankan sebagai media untuk
semua ciri-ciri yang dimiliki hewan, malah melakukan terobosan-terobosan
lebih jauh dari hewan. Kelebihan manusi pemikiran, penajaman-penajaman gagasan,
adalah bersifat mobilitas yang selalu perenungan-perenungan terhadap kejadian
meningkat, perilaku teologis, kesadaran alam, baik yang berbentuk eksak maupun
diri, pengembangan diri, dan penerimaan sosial. Sedangkan agama (keimanan)
informasi menjadi gambaran pikir. Di diposisikan pemberi bimbingan dan
samping itu kelebihan manusia memiliki pengarahan terhadap sesuatu yang ingin
ciri khas, yakni keinsafan dan kesadaran dituju pengembaraan intelek Betapapun
diri. Maksudnya manusia mempunyai sifat
pantul diri atau instropeksi. Ia mengetahui 33
Mujamil, Qomar, Epistimologi Pendidikan
bahwa ia; sedang susah atau bahagia, Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik,
Jakarta: Erlangga, 2005, hal. 112
62
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama

intelek diberi kesempatan untuk persamaannya, yaitu mencari


melakukan pengembaraan penalaran kebenaran.
secara maksimal, tetapi dalam batas-batas 2. Antara filsafat, ilmu pengetahuan
yang dapat dikontrol oleh keimanan dan agama disamping terdapat
terhadap kekuasaan Tuhan (Allah swt), persamaan, akan tetapi juga ada
sehingga dapat menghasilkan ilmu perbedaannya, yaitu dari aspek
pengetahuan yang memberi kesadaran sumber, metode dan hasil yang ingin
manusia untuk mengetahui jati dirinya dicapai.
sendiri. Yaitu suatu identitas diri yang tetap 3. Antara filsafat, ilmu pengetahuan
sebagai hamba Tuhan yang diberikan dan agama mempunyai titik
kepercayaan untuk berkreasi. singgung atau relasi, yaitu saling isi-
mengisi di dalam menjawab
Kesimpulan persoalan-persoalan yang diajukan
Sebagai penutup dari makalah yang oleh manusia. Disamping itu
sangat sederhana ini, penulis akan ketiganya merupakan satu kesatuan
mencoba untuk sarikan beberapa poin bangunan paramida di dalam
penting yang berkaitan dengan hubungan mencarikan dan menemukan
antara filsafat, ilmu pengetahuan dan kebenaran.
agama, yaitu sebagai berikut:
1. Antara filsafat, ilmu pengetahuan
dan agama terdapat titik

Bibliography

Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1997


Abbas, Pirhat, hubungan filsafat, Ilmu dan Agama. Jurnal, Media Akademika, volume 25,
No.2, April 2010
Beekman, Filosofie, Filosofen, Filosoferen, terj. R.A. Rivai, Filsafat para Filosot Berfilsafat.
Jakarta: Erlangga, 1984
Bakar, Osman, Hirarki Ilmu. Bandung : Mizan, 1997
Conny R, Semiawan dkk, dimensi Kreatif dalam filsafat Ilmu, cet, ke 6. Bandung: PT. Remaja
Sosdakarya, 2004
Dimyati, Moh, Ilmu Pengetahuan, Perkembangan, Pengajaran dan Penelitian Ilmiah. Malang:
Laboratorium KTP, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan IKIP Malang, 1990
Daniel Djuned, “Konflik Keagamaan…, ttp
Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, 1992
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1985
Ian Gunawan Barbour, Isu dalam Sains danAgama.Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu; sebuah pengantar populer. Jakarta, Pustka Sinar
Harapan, 2003
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, ttp.
Mujamil, Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik.
Jakarta: Erlangga, 2005
Musa Asy’arie. Dialektika Agama untuk Pembebasan Spiritual. Yogyakarta: LESFI, 2002
Munir, Mulkan, Abdul, Paradigma Intelektual Muslim. Yogyakarta: Sipress, 1993
Marsiyem, Kumpulan Materi Filsafat Ilmu, disampaikan dalam kuliah pada Fakultas Hukum
Program Magister Ilmu Hukum Unissula, Tanggal 28 Januari 2012
Rombac, H. De actualiteit van de wijsbebegeerte-Amsterdam. 1965,
Slamet Ibrahim, Filsafat Ilmu Pengetahuan. Bandung: ITB, 2008

63
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018

Tim Penulis, Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: 1998


.www.sejarahdunia/hubungan ilmu dan filsafat
www.sejarahdunia/hubungan ilmu dan filsafat
Will Durant, The Story Of philosophy. New York: Simon &Schuster, 1933
Yusuf al-Qaradhawy, Pengantar Kajian Islam, Suatu Analisis Komprehensif tentang Pilar-
Pilar Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, terj. Setiawan Budi.
Yervant H. krikorian, The Philosopy of Religion: Introduction dalam Bronstein, et al, eds,
Basic Problem of Philosopy, 1999

64

Anda mungkin juga menyukai