Moh. Bakir
STIU al-Mujtama’ Pamekasan
Mbakir490@yahoo.com
Ach. Zayyadi
Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
achzayyadi@yahoo.co.id
Abstract
Science, philosophy and religion are the three components that direct human beings in
achieving the goal of life. In historical conjunctions, human science from time to time
continues to change and develop. Philosophy together with art, belief and science form
human existence, as a system that interacts with each other. Religion becomes the grip and
manhaj of mankind. Science, Philosophy and religion have different fields and objects, but
they all make a great contribution to human life.
Keywords: Philosophy, Religion, Man
I
lmu pengetahuan terus berkembang, pengetahuan memudahkan manusia
seiring dengan perkembangan mencapai tujuan. Bahkan dengan ilmu
manusia itu sendiri. Kontribusi ilmu pengetahuan manusia dapat memperoleh
pengetahuan bagi kehidupan kebahagiaan dan kesejah-teraan.
manusia sangatlah besar, khususnya Walau pun demikian ilmu
terhadap perkembangan pemikiran pengetahuan tidak satu-satunya yang
manusia. Dengan ilmu pengetahuan memberikan kontribusi kepada manusia,
manusia dapat memiliki pandangan yang tetapi di sana ada filsafat, dan agama juga
luas. Dengan ilmu pengetahuan manusia tidak kecil kontribusinya terhadap
dapat memencahkan masalah. Dengan ilmu kehidupan manusia. Bagaimana ketiga
51
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018
disiplin. Dari pengertian inilah sebenarnya sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir
berkembang pengertian ilmu sebagai menyadarkan diri pada penalaran. Jadi
aturan-aturan mainnya dengan penuh penalaran merupakan kegiatan berpikir
tanggung jawab dan kesungguhannya.7 yang mempunyai karakteristik tertentu
Jadi untuk membedakan jenis dalam menemukan kebenaran.8
pengetahuan yang satu dari penge tahuan- Sebagai suatu kegiatan berpikir maka
pengetahuan lainnya maka pertanyaan penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, di
yang dapat diajukan adalah: apa yang dikaji antaranya; ciri pertama, adanya suatu pola
oleh pengetahuan itu (ontologi)? berpikir yang secara luas dapat disebut
Bagaimana caranya men dapatkan logika. Dalam hal ini maka dapat kita
pengetahuan tersebut yang dapat katakan bahwa tiap bentuk penalaran
(epistemologi)? Serta untuk apa mempunyai logikanya sendiri. Atau dapaat
pengetahuan termasuksud dipergunakan juga disimpulkan bahwa kegiatan
(akseologi)? Dengan mengetahui jawaban penalaran merupakan suatu proses berpikir
dari tiga ini maka dengan mudah kita dapat logis, di mana berpikir logis di sini harus
membedakan berbagai jenis pengetahuan diartikan sebagai kegiatan berpikir
yang terdapat dalam khazanah kehidupan menurut suatu pola tertentu, atau dengan
manusia. Hal ini memungkinkan kita perkataan lain, menurut logika tertentu.
mengenali berbagai pengetahuan yang ada Ciri kedua, adalah sifat analitik dari proses
seperti ilmu, seni dan agama serta berpikirnya. Penalaran merupakan suatu
meletakkan mereka pada tempatnya kegiatan berpikir yang menyadarkan diri
masing-masing yang saling memperkaya kepada suatu analisis dan kerangka
kehidupan kita. Tanpa mengenal ciri-ciri berpikir yang dipergunakan untuk analisis
tiap ilmu pengetahuan dengan benar maka tersebut adalah logika penalaran yang
bukan saja kita tidak dapat memanfaatkan bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah
kegunaannya secara maksimal namun merupakan suatu kegiatan analisis yang
terkadang kita salah dalam meng- mempergunakan logika ilmiah, dan
gunakannya. Ilmu dikacaukan dengan seni, demikian juga penalaran lainnya yang
ilmu dikonfrontasikan dengan agama, mempergunakan logikanya tersendiri
bukanlah tak ada anarki yang lebih pula. Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih
9
Kemampuan ini mirip dengan bahwa idea bagi rasionalis adalah bersifat
insting, tetapi berbeda dengan apriori dan prapengalaman yang
kesadaran dan kebebasannya. Ia didapatkan manusia lewat penalaran
juga mengatakan bahwa intuisi rasional.
adalah suatu pengetahuan yang
langsung, yang mutlak dan bukan Pengertian Agama
pengetahuan yang nisbi . Intuisi Kata agama kadangkala diidentikkan
bersifat personal dan tidak bisa dengan kepercayaan, keyakinan dan
diramalkan. Sebagai dasar untuk sesuatu yang menjadi anutan. Dalam
menyusun pengetahuan secara konteks Islam, terdapat beberapa istilah
teratur, intuisi tidak dapat yang merupakan padanan kata agama
diandalkan. yaitu: al-Din, al-Millah dan al-Syari’ah. 12
4. Wahyu Ahmad Daudy menghubungkan makna al-
Wahyu adalah pengetahuan yang Din dengan kata al-Huda (petunjuk).13 Hal
disampaikan oleh Tuhan kepada ini menunjukkan bahwa agama merupakan
manusia Wahyu (agama) berisikan seperangkat pedoman atau petunjuk bagi
pengetahuan, baik mengenai setiap penganutnya. Muhammad Abdullah
kehidupan seseorang yang Darraz mendefinisikan agama (din)
terjangkau oleh pengalaman, sebagai: “keyakinan terhadap eksistensi
maupun yang mencakup masalah (wujud) suatu dzat –atau beberapa dzat-
transendental, seperti latar belakang ghaib yang maha tinggi, ia memiliki
dan tujuan penciptaan manusia, perasaan dan kehendak, ia memiliki
dunia dan segenap isinya serta wewenang untuk mengurus dan mengatur
kehidupan di akhirat nanti. urusan yang berkenaan dengan nasib
Kaum rasionalis mengembangkan manusia. Keyakinan mengenai ihwalnya
paham apa yang kita kenal dengan akan memotivasi manusia untuk memuja
rasionalisme. Sedangkan mereka yang dzat itu dengan perasaan suka maupun
mendasarkan diri kepada pengalaman takut dalam bentuk ketundukan dan
mengembangkan paham yang disebut pengagungan”. Secara lebih ringkas, ia
dengan empirisme. mengatakan juga: bahwa agama adalah
Kaum rasionalis mempergunakan “keyakinan (keimanan) tentang suatu dzat
metode deduktif dalam menyusun (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima
pengetahuannya. Premis yang dipakai ketaatan dan ibadah (persembahan). 14
dalam penalarannya didapatkan dari ide Sedangkan Daniel Djuned men devinisikan
yang menurut mereka bukanlah ciptaan agama sebagai: tuntutan dan tatanan
fikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ilahiyah yang diturunkan Allah melalui
ada jauh sebelum manusia berusaha seorang rasul untuk umat manusia yang
memikirkannya. Paham dikenal dengan berakal guna kemaslahatannya di dunia
nama idealisme. Fungsi fikiran manusia dan akhirat. Fungsi agama salah satunya
hannyalah mengenali prinsip tersebut yang adalah sebagai penyelamat akal.15
lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu
sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan 12
Kata al-Din dapat dilihat pada beberapa ayat
dapat diketahui oleh manusia lewat seperti dalam surat al-Kafirun: ( دين ولي دينكم لكمBagiku
agamaku dan bagimu agamamu)
kemampuan berfikir rasionalnya. 13
Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam, Jakarta:
Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip Bulan Bintang, 1997, hal. 12.
dan justru sebaliknya, dengan mengetahui 14
Yusuf al-Qaradhawy, Pengantar Kajian
prinsip yang didapat lewat penalaran Islam, Suatu Analisis Komprehensif tentang Pilar-Pilar
Substansial, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan
rasional itulah maka kita dapat mengerti Islam, terj. Setiawan Budi Utomo, Jakarta: Al-Kautsar,
kejadian-kejadian yang berlaku dalam alam 2000, hal. 15.
sekitar kita. Secara singkat dapat dikatakan 15
Daniel Djuned, “Konflik Keagamaan…, hal.
82.
56
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama
membuat bumi ini menjadikan baik dan kebenaran. Jadi filsafat berupaya mencari
lestari, karena manusia dibekali oleh Tuhan kebenaran, ilmu berusaha membuktikan
dengan akal pikiran dan di bimbing oleh kebenaran sementara agama adalah
nilai-nilai agama (Islam) dengan akal berupaya menjelaskan kebenaran itu, maka
pikiran yang dibimbing oleh nilai-nilai tidak mengherankan kalau kaum muktazili
agama itulah yang membuat manusia bisa mengatakan tidak semuanya kandungan
berbuat yang baik, jujur dan benar, hal yang ada di dalam Al-Qur’an itu sifatnya
inilah yang tidak diketahui oleh malaikat, kamunikasi, akan tetapi banyak juga yang
karena malaikat itu terbatas penge sifatnya konfirmasi, yaitu membenarkan,
tahuannya sementara Tuhan tidak terbatas mempertegaskan dan menguatkan apa
pengetahuan-Nya. yang pernah dilakukan manusia.21
Sebenarnya hakikat manusia itu Ilmu pengetahuan, dengan
adalah mahkluk pencari kebenaran, karena metodenya sendiri mencoba berusaha
ia dibekalikan oleh Allah Swt dengan akal mencari kebenaran tentang alam semesta
pikiran, akan tetapi akal pikiran yang suci beserta isinya dan termasuk di dalamnya
yang tidak terkontaminasi dengan yang adalah manusia. Filsafat dengan wataknya
lain, yang dibimbing oleh nilai-nilai agama, sendiri, juga berusaha mencari kebenaran,
karena dengan akan pikiran yang baik kebenaran tentang alam maupun
dibimbing oleh nilai-nilai agama itulah yang tentang manusia (sesuatu yang belum atau
bisa mencapai kebenaran. Paling tidak ada tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan,
tiga sarana atau jalan untuk mencari, karena di luar atau di atas jangkauannya)
menghampiri dan menemukan kebenaran ataupun tentang Tuhan, Sang Pencipta
itu, yaitu: melalui filsafat, melalui ilmu segalagalanya. Semenatar itu agama dengan
pengetahuan dan melalui agama, yaitu kepribadiannya sendiri pula, berupaya
melalui wahyu dari Sang Pencipta memberikan jawaban atas segala
Kebenaran yang Mutlak dan Abadi. Ketiga persoalan-persoalan yang bersifat asasi
sarana atau jalan itu masing-masing yang dipertanyakan oleh manusia baik
mempunyai ciri-ciri tersendiri di dalam tentang alam semesta, manusia maupun
mencari, menghampiri dan menemukan tentang Tuhan itu sendiri, dengan kata lain
kebenaran itu. Ketiga sarana tersebut juga agama adalah memberikan penjelasan,
mempunyai titik persamaan, titik penegasan dan pembenaran tentang
perbedaan dan titik singgung (hubungan) sesuatu yang benar dan yang tidak benar.
antara yang satu dengan yang lainnya. Secara khusus al-Farabi salah
1. Titik Persamaan seorang tokoh pemikir dan tokoh filsafat
Filsafat, ilmu pengetahuan dan Islam mengemukakan pendapatnya tentang
agama adalah bertujuan setidak-tidaknya persamaan antara filsafat dengan agama
berurusan dengan hal-hal yang sama, yaitu yang mana menurut beliau keduaduanya
kebenaran dan bertindak atas dasar (filsafat dan agama) adalah sama-sama
rumusan mengenai suatu kebenaran melaporkan tujuan puncak yang diciptakan
tersebut.20 Seperti filsafat berusaha untuk demi manusia, yaitu kebahagiaan tertinggi,
mencari kebenaran dengan jalan dan tujuan puncak dari wujud-wujud lain.22
menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu Jadi keduanya adalah bertujuan untuk
pengetahuan berusaha mencari kebenaran mencapai kebahagiaan, filsafat mencapai
dengan menggunakan metode ilmiah kebahagiaan dengan berupaya menemukan
melalui penelitian-penelitian, sementara itu kebenaran, sebab apabila suatu kebenaran
agama berusaha untuk menjelaskan
kebenaran itu melalui wahyu dari Tuhan. 21
Pirhat Abbas, hubungan filsafat, Ilmu dan
Jadi ketiganya sasaran adalah sama, yaitu Agama, Jurnal, Media Akademika, volume 25, No.2,
April 2010, hal. 139
20 22
Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Osman Bakar, Hirarki Ilmu, Bandung : Mizan,
Muslim, Yogyakarta: Sipress, 1993, hal. 20 1997, hal. 100
59
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018
itu sudah ditemukan, maka akan muncul masalah yang asasi dari kitab suci dan
rasa puas, rasa puas itulah yang membuat kodifikasi firman ilahi.24
timbulnya rasa bahagia, sementara itu Selanjutnya kebenaran ada yang
agama (Islam) mengungkapkan bersifat spekulatif atau kebetulan saja
kebahagiaan dengan berupaya memberikan adalah kebenaran yang bersifat dugaan
penjelasan kepada penganutnya bahwa atau perkiraan yang tidak dapat dibuktikan
apabila seseorang ingin mencapai secara empiris, secara riset dan secara
kebahagiaan, ia harus mengikuti aturan eksperimental. 25 Kebenaran ilmu
yang diajarkan oleh agama, karena aturan pengetahuan adalah kebenaran yang
yang diajarkan oleh agama itu semuanya bersifat positif, bukan bersifat spekulasi
benar, maka apabila sudah mengikuti atau kebetulan saja,26 yaitu kebenaran yang
aturan dan ajaran agama yang benar, yang masih berlaku sampai saat ini yang dapat
sesuai dengan petunjuk, maka ia akan diuji. Baik kebenaran filsafat maupun
mendapatkan kebahagaiaan itu, baik kebenaran ilmu pengetahuan kedua-
kebahagiaan di atas dunia ini maupun duanya bersifat nisbi atau relatif,27 artinya
kebahagiaan di alam akhirat nanti. sifatnya sementara dan sewaktu-waktu
2. Titik perbedaan dapat berubah sesuai dengan
Filsafat dan ilmu pengetahuan perkembangan pemikiran manusia, yang
kedua-duanya adalah sama-sama sangat tergantung kepada situasi dan
bersumber kepada ra’yu (akal, pikiran, kondisi, termasuk perubahan alam.
budi, rasio, nalar dan reason) manusia Sedangkan kebenaran agama (Islam)
untuk mencari kebenaran. Sementara itu adalah kebenaran yang bersifat mutlak
agama mengungkapkan, men-jelaskan dan (absolut), yang tidak dapat diragukan
membenarkan suatu kebenaran adalah sampaikan kapanpun dan dimanapun,
bersumber dari wahyu. karena agama sumbernya adalah wahyu
Filsafat mencoba mencari kebenaran yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha
dengan cara menjelajahi atau menziarahi Kuasa dan Maha Sempurna Yang Maha
akal-budi secara radikal (berpikir sampai Mutlak benarnya. 28 Begitu juga halnya
ke akarakarnya), mengakar, sistematis dengan ilmu pengetahuan maupun filsafat,
(logis dengan urutan dan adanya saling kedua-duanya adalah dimulai dengan sikap
hubungan yang teratur) dan intergral sanksi atau ragu (skeptis), sedangkan
(universal: umum, berpikir mengenai agama berangkat dari sikap percaya atau
keseluruhan) serta tidak merasa terikat keyakinan.
oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan 3. Titik Singgung
tangannya sendiri, yaitu logika. Tidak semua masalah yang
Ilmu pengetahuan mencari dipertanyakan manusia dapat dijawab
kebenaran dengan menggunakan metode secara positif oleh ilmu pengetahuan,
atau cara penyelidikan (riset), pengalaman karena ilmu pengetahuan itu terbatas;
(empiris) dan percobaan (eksperimen) atau terbatas oleh subjeknya dan terbatas pula
sangat terkait dengan tiga aspek, yaitu: oleh objeknya (baik objek materi maupun
aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil
hukum.23 24
Muhammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu
Sedangkan manusia di dalam dan Pengetahauan, Jakarta : t.p, 1959,
hal. 45.
mencari kebenaran terhadap agama itu 25
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, alih
adalah dengan jalan atau cara bahasa Soejono Soemargono, Yogyakarta :Tiara
mempertanyakan (dalam upaya untuk Kencana, 1986, hal. 10-11
mencari jawaban) tentang berbagai macam
26
A. Baiquni, Teropong Islam terhadap Ilmu
Pengetahuan, Solo: Ramadhani, 1989, 32-33.
27
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta:
Bulan Bintang, 1992, hal. 50.
23 28
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta: Muhammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu
Bulan Bintang, 1992, hal. 40 dan Pengetahauan, Jakarta : t.p, 1959, hal. 45.
60
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama
objek forma), dan terbatas juga oleh perspektif sejarah, para filosof Islam
metodologinya. Tidak semua masalah yang menganggap ilmu pengetahuan yang
tidak atau belum terjawab oleh ilmu rasional itu sebagai bagian dari filsafat.
pengetahuan, lantas dengan sendirinya Mereka memberikan pemecahan atas
dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat masalah-masalah fisika seperti halnya di
sifatnya adalah spekulatif dan juga dalam masalah-masalah metafisika. Contoh
merupakan alternatif tentang jawaban yang paling jelas untuk hal itu adalah buku
sesuatu masalah, artinya jawaban filsafat al-syifa’, ensiklopedi filsafat Arab terbesar,
itu belum pasti dan masih bisa atau karena buku tersebut adalah berisikan
mungkin berubah. Tidak semua masalah empat bagian, yaitu: logika, fisika,
yang tidak atau belum terjawab oleh matematika dan metafisika. 31 Belakangan
filsafat, lantas dengan sendirinya dapat ini di kenal bahwa setiap ilmu itu
dijawab oleh agama. Agama hanya memberi mempunyai filsafat, artinya ilmu
jawaban tentang banyak persoalan asasi mengandung nilai-nilai filsafat, seperti
yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu filsafat ekonomi,
pengetahuan, dan filsafat. Akan tetapi perlu filsafat pendidikan, fisafat hukum, filsafat
ditegaskan juga bahwa tidak semua komunikasi dan lain-lain sebagainya.
persoalan manusia terdapat jawabannya di Di dalam pembahasan tentang
dalam agama, karena agama (Islam) itu menemukan titik singgung antara filsafat
bersumber dari wahyu yaitu al-Qur’an al- dengan ilmu pengtehauan, dimana Ibrahim
Karim, tidak akan mungkin semua Madkour salah seorang tokoh pemikir
persoalan yang terjadi di alam semesta ini Islam di dalam hal ini memberikan
dijelaskan oleh Al-Qur’an, akan tetapi berkomentar, bahwa pada kenyatannya
Tuhan melalui firman-Nya yang tertera di ilmu fisika dan ilmu matematika amat
dalam Al-Qur’an memberikan kesempatan berhubungan erat dengan kajian-kajian
kepada manusia untuk mencari kebenaran filosofis di dalam Islam, yang tidak mungkin
dengan mempergunakan akal pikiran dapat dipahami secara terpisah dari yang
seperti kalimat apala ta‘qilun, yaa ulil lainnya.32 Begitu juga halnya, adanya titik
abshar, fa‘tabiru yaa ulil al-baab dan lain- singgung atau relasi antara filsafat, ilmu
lain. pengetahuan dan agama. Abdul Munir
Berdasarkan uraian yang telah Mulkan berkomentar: bahwa untuk
dikemukakan di atas tentang titik singgung memahami ajaran agama dan
ketiga hal tersebut atau hubungan antara menjadikannya sebagai pedoman di dalam
filsafat, ilmu pengetahuan dan agama, maka hidup dan kehidupan yang berfungsi
titik singgung ketiga masalah itu adalah sebagai penyelesaian berbagai macam
saling to take and give (isi mengisi), karena permasalahan dalam kehidupan, dimana
di dalam kajiankajian filosofis terdapat manusia dituntut untuk memikirkan,
kajian-kajian ilmu pengetahuan dan merenungkan dan kemudian menyusun
sejumlah problematika saintis,29 sebaliknya formulasi praktis sehingga mendorong
di dalam kajian-kajian saintis terdapat kepada melakukan amalan perbuatan di
prinsip-prinsip dan teori-teori filosofis. dalam dunianya yang historis, sintesis dan
Begitu juga topiktopik filsafat- sebagai dialektis.
contoh filsafat Islam - bersifat religius Berdasarkan dengan hal-hal yang
dengan pembahasan pada wilayah telah disebutkan dan diuraikan di atas tadi,
keagamaan, yang dimulai dengan meng- dimana dengan tegas dapat dikatakan
Esa-kan Tuhan. 30 Bahkan di dalam bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan
29 31
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam,
Islam, terj., Yogyakarta : Bumi Aksara, 1990, hal. 253. t.p.t.h. hal. 225.
30 32
Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim, hal.
t.p.th. hal. 245. 21.
61
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018
dan agama merupakan satu kesatuan sedang lupa atau ingat, bahkan lebih rumit
bangunan paramida yang merupakan lagi ia juga mengetahui tentang waktu yang
sarana untuk mencapai kebenaran, sekedar dihubungkan dengan kematian. (Kenneth
untuk dimaklumi bahwa filsafat merupakan Boulding, 1956: 197).
pengetahuan tentang hakikat segala Kesadaran diri tersebut selanjutnya
sesuatu, maka di dalam masalah ini akan membentuk budi manusia. Karena
termasuk di dalamnya masalah ketuhanan, secara filsafati bahwa suatu budi dipandang
masalah etika dan masalah seluruh ilmu sebagai substansi metafisis (lawan dari
pengetahuan yang bermanfaat. Begitu pula kebendaan) yang ada pada seseorang.
halnya dengan agama (Islam) yang mana Lebih dari itu, budi adalah diri atau subjek
agama Islam memerintahkan kepada yang mencerap, mengingat,
umatnya untuk mencari ilmu pengetahuan membayangkan, merasakan,
sebanyak-banyak, di dalam Islam perintah menggambarkan, berfikir, berkehendak
untuk mencari ilmu pengetahuan itu adalah dan melakukan jenis kegiatan-kegiatan
dimulai semenjak sesorang itu dilahirkan yang secara fungsional berhubungan
sampai dengan keliang kubur (mati) dan dengan organisasi tubuh perseorangan.
mencari ilmu itu kemana saja boleh, tapi Kontribusi agama terhadap
yang dimaksudkan adalah ilmu yang kehidupan manusia berbeda dengan filsafat
bermnafaat baik bagi dirinya, orang lain dan ilmu pengetahuan. Bila ilmu telah
dan lingkungannya, artinya menuntut atau berhasil menolong manusia untuk
mencari ilmu itu adalah sepanjang umur memecahkan masalah dengan berbagai
mansuia yang bersangkutan atau sepanjang penelitiannya, agama memberikan jawaban
umur masing-masing manusia itu. Di dalam terhadap segala hal yang tidak dapat
ajaran Islam orang yang berilmu akan ditembus oleh filsafat dan ilmu. Pertanyaan
mendapat derajat yang lebih tinggi. Ilmu seperti “untuk apa hidup ini, akan kemana
yang dimaksudkan di sini adalah tentu hidup ini, bagaimana bumi mulanya terjadi,
terkandung di dalamnya ilmu pengetahuan siapakah Tuhan itu, bagaimana manusia
itu sendiri dan filsafat, apalagi kebenaran setelah mati, dan seterusnya” Ini semua
yang ditawarkan itu mempunyai keserasian yang dapat menjawab adalah agama. Di
diantara ketiganya itu (filsafat, ilmu samping itu agama mengarahkan ilmu yang
pengetaahuan dan agama). dibentuk dari rasio dan dari hasil
pengamtan dan penelitian agar dapat
Kontribusi Filsafat dan Agama digunakan dengan sebaik-baiknya. Ilmu
Sumbangan filsafat terhadap dipandang dari kacamata agama adalah
manusia yang cukup besar adalah mengemban misi untuk mencapai
pandangan filsafat terhadap eksistensi kesejahteraan manusia baik di dunia
manusia. Menurut Kenneth Boulding maupun di akhirat kelak.33
bahwa manusia merupakan suatu sistem. Posisi ilmu yang dimiliki manusia
Di mana manusia digambarkan mempunyai diperankan sebagai media untuk
semua ciri-ciri yang dimiliki hewan, malah melakukan terobosan-terobosan
lebih jauh dari hewan. Kelebihan manusi pemikiran, penajaman-penajaman gagasan,
adalah bersifat mobilitas yang selalu perenungan-perenungan terhadap kejadian
meningkat, perilaku teologis, kesadaran alam, baik yang berbentuk eksak maupun
diri, pengembangan diri, dan penerimaan sosial. Sedangkan agama (keimanan)
informasi menjadi gambaran pikir. Di diposisikan pemberi bimbingan dan
samping itu kelebihan manusia memiliki pengarahan terhadap sesuatu yang ingin
ciri khas, yakni keinsafan dan kesadaran dituju pengembaraan intelek Betapapun
diri. Maksudnya manusia mempunyai sifat
pantul diri atau instropeksi. Ia mengetahui 33
Mujamil, Qomar, Epistimologi Pendidikan
bahwa ia; sedang susah atau bahagia, Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik,
Jakarta: Erlangga, 2005, hal. 112
62
Ach. Zayyadi, Filsafat Ilmu dan Agama
Bibliography
63
Jurnal Samawat. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2018
64