Anda di halaman 1dari 22

MACAM-MACAM TEKNIK PENILAIAN

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Dr. Darmiyati, S.Pd., M.Pd. & Zain Ahmad Fauzi, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 9 (Kelas 6F) PGSD

(11) WINDA AYU RIANTI 1710125120072


(29) WAHIDI ALWI 1710125320229
(33) SEPTIA NURVITASARI 1710125320199
(45) SITI PATMAH 1710125320211
(57) UMI SYALAMAH 1710125320225

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGSD
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, kepada kami diberi kemampuan untuk dapat
membuat makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih
jauh dari apa yang diharapkan baik dalam bentuk penyajian maupun dalam bentuk
penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan dari dosen dan
pembaca demi perbaikan makalah ini selanjutnya. Kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran” yakni Ibu Dr.
Darmiyati, S.Pd., M.Pd dan Bapak Zain Ahmad Fauzi, M.Pd yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami sebagai penulis makalah ini dapat semoga dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca umumnya, dan kepada kami pada khususnya sebagai
mahasiswa untuk dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih luas
lagi.
Salah khilaf dalam pembuatan makalah ini mohon dimaafkan. Demikian kata
pengantar kami sampaikan atas perhatian Bapak dan para pembaca sekalian penulis
ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banjarmasin, 25 Maret 2020

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Teknik Penilain Kognitif .............................................................................. 3

B. Teknik Penilaian Afektif .............................................................................. 6

C. Teknik Penilaian Psikomotorik .................................................................. 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16

A. Kesimpulan ................................................................................................ 16

B. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penilaian hasil belajar merupaan salah sau kegiatan dalam dunia


Pendidikan yang penting. Penilaian hasil belajar yang baik dapat diketahui
pada tingkat kemajuan belajar peserta didik, kekurangan, kelebihan, dan
posisi peserta didik dalam kelompok. Selain itu, penilaian hasil belajar yang
baik merupakan sebuah feedback bagi guru/dosen untuk mengevaluasi
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.

Menurut Sudjana (2013:2) menyatakan bahwa hasil belajar peserta


didik dipengaruhi oleh kemampuan mereka dan tinggi rendahnya atau
efektif tidaknya sebuah proses pembelajaran yang dilakukan guru
berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku peserta didik akibat proses kegiatan belajar mengajar, yaitu
berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan sebuah keputusan.
Dalam kurikulum 2013 penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik
yang mana ranak penilaiannya meliputi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Pada aspek kognitif, berdasarkan dokumen kurikulum 2013
(Kemendikbud, 2012:7) 4 dan 7 yaitu penekanan kompetensi ranah sikap,
keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk
suatu satuan pendidkan dan mata pelajaran didasarkan pada penguasaan
kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan
karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang
bersifat tuntas (mastery) sedangkan keterampilan afektif dan psikomotorik
adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan.

1
Kenyataannya, dilapangan masih saja ditemukan guru yang belum
mengerti dengan konsep penilaian beberapa keterampilan ini, baik itu
keterampilan afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk itu, berdasarkan
permasalah tersebut pada makalah kali ini penulis akan menjelaskan
bagaiman Teknik-teknik dalam penilaian afektif, kognitif dan psikomotorik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, maka pada makalah akan

membahas beberapa pokok bahasan rumusan masalah yang diantaranya:

1. Bagaimana Teknik dalam penilaian kognitif?

2. Bagaimana Teknik dari penilaian afektif?

3. Bagaimana Teknik dari penilaian psikomotorik?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penulisan makalah ini memiliki tujuan yaitu:

1. Untuk mengetahui Teknik dalam penilaian kognitif.

2. Untuk mengetahui Teknik dari penilaian afektif.

3. Untuk mengetahui Teknik dari penilaian psikomotorik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Penilain Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak)


seperti kemampuan berpikir, memahami, mehapal, mengaplikasi,
menganalisa, mensintesa dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
taksonomi Bloom, segala upaya yang mengukur aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif.
a. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari
jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang
tersebut yaitu:
1. Pengetahuan/hapalan/ingatan (knowledge)
Kemampuan seseorang untuk untuk mengingat-ingat kembali atau
mengenal kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berpikir yang paling
rendah.
2. Pemahaman (comprehension)
Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkatlebih tinggi dari
ingatan atau hafalan.
3. Penerapan (application)
Kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-
ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-
rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.

3
Penerapan ini merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi
ketimbang pemahaman.
4. Analisis (analysis)
Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang
satu dengan factor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih
tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
5. Sintesis (synthesis)
Kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir
analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-
bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang
berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya
setingkat lebih tinggi dari pada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar
kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis
karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagaimana telah diajarkan
oleh islam.
6. Penilaian (evaluation)
Jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilaian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang
untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan
mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-
patokan atau kriteria yang ada.
b. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek
kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman, dan sedikit
penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang
sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara
merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.

4
Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya:
• Tes atau pertanyaan lisan di kelas.
• Pilihan ganda.
• Uraian.
• Jawaban atau isian singkat.
• Menjodohkan
• Portofolio dan
• Performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah kognitif adalah:
a) Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat.
Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi,
fakta, aturan, urutan dan metode.
b) Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami
tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan,
menafsirkan, memperkirakan, menentukan dan
menginterpretasikan.
c) Penerapan (C3) yaitu kemampuan berfikir untuk menjaring dan
menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi
baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan,
memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun,
menggunakan, menerapkan dan mengklasifikasikan.
d) Analisis (C4) kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau
suatu fakta/objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan
membandingkan, menganalisis, menemukan, membedakan dan
mengkategorikan.
e) Sintesis (C5) kemampuan berfikir untuk memadukan konsep-
konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai
dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan,
mengembangkan dan menghubungkan.
f) Evaluasi (C6) kemampuan berfikir untuk dapat memberikan
pertimbangan terhadap suatu situasi, sistem nilai, metode, persoalan

5
dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu
sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai,
menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi, hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan
tunggal melainkan kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku
dalam dominan kognitif yang meliputi beberapa jenjang atau tingkat.
Tujuan pengukuran ranah kognitif adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa
pada ranah kognitif khususnya pada tingkat hapalan pemahaman,
penerapan, analisis, sintesa dan evaluasi. Manfaat pengukuran ranah
kognitif adalah untuk memperbaiki mutu atau meningkatkan prestasi siswa
pada ranah kognitif khususnya pada tingkat hapalan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesa dan evaluasi.

B. Teknik Penilaian Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ciri-ciri hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai

tingkah laku seperti: perhatian terhadap mata pelajaran, kedisiplinan dalam

mengikuti proses belajar, motivasinya dalam belajar, dan penghargaan atau

rasa hormat terhadap guru. Afektif berhubungan dengan emosi seperti

perasaan, nilai, apresiasi, motivasi dan sikap.

a) Dalam ranah afektif terdapat lima kategori utama dari yang paling

sederhana samapai kompleks yaitu:

1. Penerimanaan (receiving)

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di

lingkungannya. Contohnya mendengarkan orang lain dengan

seksama, mendengarkan dan mengingat nama seseorang yang baru

6
dikenalnya. Tugas pendidik adalah mengarahkan perhatian peserta

didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif.

Indikatornya adalah peseta didik: bertanya, memilih,

mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan,

menyebutkan, menunjukkan, menyeleksi, megulangi, dan

menggunakan.

2. Tanggapan (responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di

lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan

dalam memberikan tanggapan. Pada tingkat ini peserta didik tidak

saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil

pembelajaran pada ranah ini adalah menekankan pada pemerolehan

respon, berkeinginan memberi respon, atau kepuasan dalam

memberi respon. Contohnya berpartisipasi di kelas, bertanya tentang

konsep, model dan sebagainya agar memperoleh pemahaman dan

menerapkannya. Indikatornya adalah peserta didik dapat:

menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormati, berbuat,

melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan,

memilih, menceritakan dan menulis.

3. Penghargaan (valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu

objek, fenomena tau tingkah laku. Contohnya peka terhadap

perbedaan individu dan budaya, menunjukkan kemampuan

memecahkan masalah, dan mempunyai komitmen. Indikatornya

7
adalah peserta didik: melengkapi, menggabung, mengusulkan,

membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian dan

mempelajari.

4. Pengorganisasian (organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik,

dan membentuk suatu system nilai yang konsisten. Contohnya

mengakui adanya kebutuhan keseimbangan antara kebebasan dan

tanggungjawab, menyelaraskan antara kebutuhan organisasi,

keluarga dan diri sendiri. Indikatornya adalah peserta didik:

mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,

melengkapi, mempertahankan, menerangkan,merumuskan,

menggeneralisasikan, mengidentifikasikan, mengintegrasikan,

memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, mengubungkan, dan

mengsintesiskan.

5. Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai

Berhubungan dengan memiliki system nilai yang

mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya

hidupnya. Contohnya menunjukkan kemandirian saat bekerja

sendiri, kooperatif dalam kegiatan kelompok, objektif dalam

memecahkan masalah, menghargai orang berdasarkan yang mereka

katakan. Indikatornya adalah peserta didik: membedakan,

menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi,

mendengarkan, memodifikasikan, menanyakan, memecahkan dan

menggunakan.

8
b) Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif

Instrument yang digunakan dalam pengukuran ranah afektif adalah

berupa observasi, sebab observasi dalam pengambilan datanya tidak

terbatas pada orang saja, tetapi juga dapat digunakan pada alam sekitar

atau lingkungan alam. Dalam pengembangan instrument penilaian

afektif terdapat beberapa langkah yang harus diikuti, yaitu diantaranya:

1. Menentukan spekasi instrument

Spekasi instrument terdiri dari tujuan dan kisi-kisi instrument.

(a) Instrument minat bertujuan untuk memperoleh informasi

terhadap minat peserta didik dalam mata pelajaran. (b) Intrumen

sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata

pelajaran, sikap peserta didik terhadap mata pelajaran dapat poritif

atau negative. (3) instrument konsep diri bertuuan untuk mengetahui

kekuatan dan kelemahan diri sendiri. (4) instrument nilai bertujuan

untuk mengungkap nilai individu.

Kisi-kisi merupakan tabel yang berisi spesifikasi instrument

yang akan ditulis. Kisi-kisi pada dasarnya berisi tentang definisi

konseptual yang diukur, kemudian ditentukan definisi operasional

dan selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah indicator. Indikator ini

merupakan acuan untuk menulis instrument.

2. Menulis instrument

9
Terdapat empat aspek penting dari ranah afektif dalam proses

pembelajaran yaitu sikap, minat,konsep diri dan nilai.

Instrument penilaian minat bertujuan untuk memperoleh

informasi tentang minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran

yang selanjutnya dapat digunakan untuk meningkatkan minat

peserta didik pada mata pelajaran tersebut.

Instrument konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan

dan kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan diri

sendiri digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya

ditempuh oleh peserta didik.

Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagaimana

ia berbuat atau keinginan berbuat. Nilai adalah keyakinan seseorang

tentang keadaan suatu objek atau keinginan, missal keyakinan akan

kemampan peserta didik dan keyakinan tentang kinerja pendidik.

Instrument nilai bertujuan untuk mengungkapkan nilai dan

keyakinan individu.

Penilaian ranah afektif selain menggunakan angket, informasi

tentang afektif dapat digali dengan pengamatan. Pengamatan ranah

afektif dapat dilakukan di tempat proses pembelajaran. Untuk

mengetahui keadaan ranah afektif peserta didik, pendidik harus

menyiapkan diri untuk mencatat setiap Tindakan yang muncul dari

peserta didik yang berkaitan dengan indicator ranah afektif peserta

dididk tersebut.

3. Menentukan system penskoran

10
System penskoran yang digunakan tergantung pada skala

pengukuran yang digunakan. Apabila menggunakan skala

Thurstone maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor terendah

1. Untuk skala Likert skor tertinggi 4 dan terendah 1. Skala Likert

hanya menggunakan 4 pilihan agar jelas sikap atau minat peserta

didik yaitu sangat setuju:4, setuju:3, tidak setuju:2, dan sangat tidak

setuju:1.

4. Menelaah instrument

Kegiatan menelaah instrument adalah meneliti tentang, (a)

apakah butir peryanyaan atau pernyataan sesuai indicator, (b)

apakah Bahasa yang digunakan sudah komunikatid dan

menggunakan tata Bahasa yang benar, (c) apakah butir pertanyaan

atau pernyataan tidak bias, (d) apakah format instrument menarik

untuk dibaca, (e) apakah jumlah butir sudah tepat sehingga tidak

menjemukan menjawabnya. Bahasa yang digunakan sesuai dengan

tingkat Pendidikan peserta didik.

5. Melakukan uji coba

Instrument yang telah ditelaah kemudian diperbaiki untuk uji

coba. Uji coba bertujuan untuk mengetahui karakteristik instrument.

Karakteristik yang penting adalah keandalannya selanjutnya

dihitung keandalannya dengan formula Cronbach alpha, bila

besarnya indeks sama atu lebih besar dari 0,7 maka instumen itu

tergolong baik.

6. Menganalisis intrumen

11
Berdasarkan hasil uji coba dapat diketahui kualitas instrument

tersebut. Dengan demikian dapat dilakukan perbaikan-perbaikan

jika masih ada pertanyaan atau pernyataan yang belum sesuai

dengan yang diharapkan.

7. Melaksanakan pengukuran

Instrument yang telah disusun diberikan kepada peserta didik

untuk diisi. Dalam pelaksanaan ini perlu dipantau agar instrument

itu betul-betul diisi oleh peserta didik yang bersangutan dengan jujur

dan sesuai dengan ketentuan.

8. Manafsirkan hasil pengukuran

Setelah dilakukan pengukuran, selanjutnya dilakukan analisis

untuk tingkat individu dan tingkat kelas dan ditafsirkan hasilnya

untuk mengetahui misalnya minat individu dan minat kelas terhadap

sebuah mata pelajaran. Kriteria yang digunakan tergatung skala dan

jumlah butir yang digunakan.

c) Contoh penilaian Afektif

Kompetensi siswa dalam ranah afektif ang perlu dinilai pertamanya

menyangkut sikap dan minat peserta didik dalam belajar. Secara teknis

penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu:

a. Laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian

angket anonym,

b. Pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu

lembar pengamatan.

12
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti ranah kognitif, karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:

1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi,


gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian.
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia
merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan.
3. Menghargai, meliputi menerima suatu niali, mengutamakan suatu
nilai, komitmen terhadap nilai.
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasiakan nilai,
memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.

Menurut Nana Sudjana (2008) hasil belajar ranah afektif dapat

menjadi hasil belajar ranah psikomotor jika siswa menunjukkan perilaku

atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah

afektif sehingga akan Nampak sebagai berikut:

Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar Psikomotor

Kemauan untuk menerima Segera memasuki kelas pada waktu guru

pelajaran dari guru. datang dan duduk paling depan dengan

mempersiapkan kebutuhan belajar.

Perhatian siswa terhadap Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan

apa yang dijelaskan guru. sistematis.

Penghargaan siswa Sopan, ramah dan hormat kepada guru pada

terhadap guru. saat guru menjelaskan pelajaran.

Hasrat untuk bertanya Mengangkat tangan dan bertanya kepada

kepada guru. guru mengenai bahan pelajaran yang belum

jelas.

13
Kemauan untuk Keperpustakaan untuk belajar lebih lanjut

mempelajari bahan atau meminta informasi kepada guru tentang

pelajaran lebih lanjut. buku yang harus dipelajari atau segera

membentuk kelompok untuk diskusi.

Kemampuan untuk Melakukan Latihan diri dalam memevahkan

menerapkan hasil masalah berdasarkan konsep bahan yang

pelajaran. telah diperolehnya atau menggunakannya

dalam praktik kehidupan.

Senang terhadap guru dan Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi

mata pelajaran yang dengan guru dan bertanya atau meminta

diberikan. saran bagaimana memperlajari mata

pelajaran yang diajarkan.

C. Teknik Penilaian Psikomotorik

1. Pengertian Psikomotor

Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)


atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan sebagai hasil dari tercapainya
kompetensi pengetahuan (Kunandar, 2013).

2. Penilaian Hasil Pembelajaran Psikomotor


Penilaian hasil belajar ranah psikomotor menggunakan unjuk kerja
atau tes perbuatan. Penilaian kinerja secara sederhana didefenisikan
sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan
dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan

14
kemampuan siswa dalam proses maupun produk (Zainul dan Mulyana,
2007).
3. Instrument Penilaian Hasil Pembelajaran Psikomotor
Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau
pengamatan terhadap tingkah laku peserta didik. Penilaian digunakan
untuk mengukur penguasaan keterampilan peserta didik, kemampuan
dalam meragakan atau mengaplikasikan jenis keterampilan tertentu
(Arifin, 2009).

Adapun menurut Muslich (2011) Langkah-langkah khusus


dalam pembuatan instrument penilaian psikomotor meliputi:

1) Identifikasi semua langkahlangkah penting yang diperlukan atau


yang akan memengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2) Tulislah perilaku kemampuankemampuan spesifik yang penting
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir
(output) yang terbaik.
3) Usahakan untuk membuat kriteriakriteria kemampuan yang akan
diukur tidak terlalu banyak sehingga kriteria tersebut dapat
diobservasi selama peserta didik melaksanakan tes perbuatan.
4) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan siswa yang harus
dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang
dihasilkan.
5) Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
urutan yang akan diamati.
6) Kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria
kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil peserta didik. Penilaian

autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komperhensif yang

meliputi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah

termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan

kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan

mengevaluasi.

Afektif merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia

bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan

sebagainya. Kita hanya dapat “memotretnya” melalui perilaku wujud,

apakah perkataan atau perbuatan.

Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi

penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling

sederhana seperti gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-

gerakan yang kompleks. Ada makna beda antara skil( keterampilan ) dan

abilities ( kemampuan ), keterampilan lebih terkait dengan psikomotor,

sedangkan kemampuan terkait dengan kognitif.

16
Hasil belajar ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tidak

dijumlahkan, karena dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing

dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang sama penting. Ada

peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, kemampuan

psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang cukup. Namun ada

peserta didik lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup, kemampuan

psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua peserta didik ini

dijumlahkan, bisa terjadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua orang

ini tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka

berbeda. Selain itu, ada informasi penting yang hilang, yaitu karakteristik

spesifik kemampuan masing-masing individu.

B. Saran

Kualitas Pendidikan dapat ditingkatkan melalui perbaikan di ruang

kelas, memperbaiki proses pembelajaran dan penilaiannya. Hal ini dapat

dipahami bahwa penilaian yang baik dapat digunakan untuk perbaikan guru

dalam mengajar dan perbaikan siswa dalam berlajar, semakin berkualitas

kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru serta semakin berkualitas

kegiatan belajar siswa maka semakin tinggi pula kualitas Pendidikan di

Indonesia.

Diharapkan dengan penyususnan makalah ini dapat menambah

wawasan pembaca berkaitan dengan macam-macam Teknik dalam

penilaian afektif, kognitif dan psikomotorik. Terima kasih kami ucapkan

kepada pembaca, serta semoga dengan adanya makalah ini dapat

menjadikan kita lebih paham berkaitan dengan penilaian yang akan

17
dilakukan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat

diperlukan oleh penulis guna perbaikan makalah kami kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Juliandita, E., Sttyawan, A. A., & Rezeki, S. (2016). Pengembangan Perangkat

Penilaian Kognitif dan Afektif Pada Pokok Bahasan Segiempat Kelas VII

Sekolah Menengah Pertama. Pengembangan Perangkat Penilaian Kognitif

dan Afektif JPPM , 9 No. 2.

Kamrianti, R. (2011). Skala Pengukuran dan Instrument Penelitian. Jurnal Skala

Pengukuran dan Instrument Penelitian.

Marliza, Yusrizal, & Abdullah. (2015, September). Pengembangan Instrumen

Penilaian Afektif Untuk Mengukur Sikap Siswa Terhadap Nilai atau Norma

Yang Berhubungan Dengan Materi Keanekaragaman Hayati Indonesia.

Jurnal Biotik, 3, 89-99.

Nurbudiyani, I. (2013). Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, Dan

Psikomotor Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah

Palangkaraya. Pedagogik Jurnal Pendidikan, 8, 15-16.

Pasaribu, A. L. (2016). Pengembangan Instrumen Penilaian Ranah Psikomotor

Pada Materi Tirtasi Asam Basa. Jambi: Universitan Jambi.

Sukanti. (2011). Penilaian afektif Dalam Pembelajaran Akuntansi. Jurnal

Pendidikan akuntansi Indonesia, IX, 74-82.

19

Anda mungkin juga menyukai