Anda di halaman 1dari 4

NAMA : INDAH LESTARI SILITONGA

NIM : 1710611125
KELAS : HUKUM HUMANITER KELAS “I”

“RELEVANSI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL TERHADAP


PERLINDUNGAN JURNALIS DI MEDAN PERANG
(STUDI KASUS EKSEKUSI JURNALIS AMERIKA JAMES FOLEY
DALAM KONFLIK BERSENJATA DI SURIAH)”
(OLEH : KHANSADHIA AFIFAH WARDANA)

A. KELEBIHAN ANALISIS
1. Kelebihan dari jurnal ini adalah pemaparannya yang jelas, padat dan lengkap mulai dari
pendahuluan atau latar belakang dari permasalahan hingga pembahasan yang runtut
sehinggga pembaca dapat memahami secara cermat dan jelas.
2. Kelebihan jurnal lainnya adalah terkait penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan
kaidah pembuatan penulisan Jurnal yang baik dan benar.
3. Kata yang digunakan dalam jurnal ini bersifat baku dan sesuai dengan Ejaan Bahasa
Indonesia.
4. Terkait sumber dan kutipan didalam menulis jurnal ini berasal dari sumber ilmiah yang
telah terverifikasi serta dicantumkan di catatan kaki pada setiap halamannya sehingga
penulis menyajikan jurnal dengan sumber yang lengkap.

B. KEKURANGAN ANALISIS
1. Didalam penulisan judul jurnal ini lebih dari sepuluh kata, yang dimana berdasarkan
format penulisan judul jurnal yang baik adalah tidak lebih dari sepuluh kata.
2. pemilihan katanya terkadang masih ambigu yang mengakibatkan penalaran pembaca
yang berbeda dari tiap pembaca yang lain.

C. URAIAN KASUS / KESIMPULAN GARIS BESAR


 Pada akhir tahun 2010 hingga awal tahun 2011, di saat terjadinya Arab Spring yaitu
pemberontakan, aksi-aksi, demo, dan, upaya penggulingan rezim berkuasa di negara-
negara tersebut, Suriah merupakan negara yang lebih stabil dibandingkan yang lainnya.
Rezim Assad membangun pemerintahan dengan menempatkan tentara baik sebagai
simbol kekuasaan maupun sebagai suatu alat untuk mengontrol negara. Peristiwa Arab
Spring serta kejatuhan para pemimpin Negara Timur Tengah berhembus kencang
hingga sampai ke rakyat Suriah. Semangat yang ditularkan para aktivis dan demonstran
di Tunisia dan Mesir melalui video yang diunggah ke berbagai jejaring sosial dan
berbagai seruan perlawanan terhadap rezim di media sosial belum mampu menembus
kekebalan yang dimiliki rezim Assad karena pihak keamanan menekan para aktivis
tersebut agar tidak melakukan demonstrasi jika tidak ingin kejadian di Hama pada tahun
1982 terulang.
 Puncaknya yaitu pada hari Jumat, 18 Maret 2011 ketika terjadi demonstrasi di seluruh
Suriah yang mengakibatkan pemadaman aliran listrik dan telepon dari pemerintah pusat,
aksi ini disebut dengan day of rage. Serangan-serangan militer pun dilancarkan oleh
pemerintah pusat terhadap para demonstran dengan melibatkan beberapa alat tempur
seperti gas air mata, senjata berapi dan tank. Tidak sedikit juga warga sipil yang tewas
akibat serangan tersebut, beberapa saksi yang berhasil selamat menyebut serangan
tersebut mirip dengan apa yang dikatakan sebagai scorched earth policy, yaitu suatu
kebijakan militer untuk menghancurkan apapun yang mungkin berguna untuk lawan
dalam suatu area.
 Serangan militer yang tidak sesuai aturan kerap dilancarkan oleh tentara pemerintah
terutama di bagian timur kota Damaskus, seiring dengan meningkatnya intensitas
konflik, pemerintah menggunakan persenjataan yang lebih berat lagi seperti misil tak
terarah, bom thermal dan juga bom kluster. Tingkat kematian warga sipil yang sangat
tinggi mempertanyakan bagaimana sebenarnya prinsip proporsionalitas tersebut
diterapkan dalam konflik Suriah.
 Dalam konflik bersenjata di Suriah pada tahun 2014, 17 jurnalis telah menjadi korban
sedangkan pada tahun 2015, CPJ mengkonfirmasi akan jatuhnya 14 korban. Fakta
tersebut merupakan cerminan adanya ketidaksesuaian antara aturan dalam Hukum
Humaniter Internasional yang menyatakan bahwa jurnalis yang bertugas dalam misi
profesional di area konflik bersenjata mendapat status sebagai warga sipil dan berhak
akan perlindungan. Tidak hanya jurnalis local namun jurnalis asing juga kerapmenjadi
target dalam konflik Suriah.
 Angkatan bersenjata Suriah yang dikomando Bashar al-Assad melancarkan serangan
terhadap jurnalis asing terutama jurnalis Amerika karena nasionalitasnya. Negara-
negara barat terutama Amerika Serikat diketahui mendukung adanya penggulingan
rezim Assad yang dilakukan kelompok oposisi. Amerika diketahui menyediakan
bantuan logistik dan memberikan pelatihan militer bagi anggota-anggota oposisi yang
tergabung dalam Free Syrian Army.
 Pada tanggal 19 Agustus 2014 dunia dikagetkan ketika ISIL merilis video yang
memperlihatkan eksekusi James Foley yaitu koresponden perang yang berasal dari
Amerika untuk kantor berita Global Post di Boston, Amerika Serikat. Dalam video yang
diunggah ISIL berjudul A Message to America ke jejaring Youtube tersebut
memperlihatkan James berlutut di tanah sedangkan di belakangnya terdapat beberapa
militan ISIL dengan membawa senjata. Di menit berikutnya dalam video tersebut
memperlihatkan kala militan ISIL yang melakukan eksekusi terhadap James Foley
dengan memenggal kepalanya. James Foley merupakan koresponden perang lepas yang
sudah lama meliput di berbagai konflik bersenjata yang terjadi di berbagai negara.
 Peristiwa yang menimpa james Foley tersebut merupakan gambaran nyata bahwa
Hukum Humaniter Internasional tidak terimplementasi seperti seharusnya. Kasus-kasus
tersebut menunjukkan bahwa imunitas yang seharusnya melindungi jurnalis yang
bertugas di daerah konflik tidak menunjukkan adanya unsur kemanusiaan seperti yang
seharusnya diusung oleh Hukum Humaniter Internasional.

D. GLOSARIUM

 ISIL
Negara Islam Irak dan Syam (NIIS atau ISIL; bahasa Arab: ‫)الدولة اإلسالمية في العراق والشام‬,
juga dikenal dengan nama Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS), Negara Islam
Irak dan asy-Syam, Daesh, atau Negara Islam (NI atau IS), adalah kelompok militan
ekstremis.
 Invasi
Aksi militer di mana angkatan bersenjata suatu negara memasuki daerah yang dikuasai
oleh suatu negara lain, dengan tujuan menguasai daerah tersebut atau mengubah
pemerintahan yang berkuasa. Invasi bisa menjadi penyebab perang, bisa digunakan
sebagai strategi untuk menyelesaikan perang, atau bisa menjadi inti dari perang itu
sendiri.
 Teori Imputabilitas
Bahwa negara sebagai satu kesatuan hukum yang abstrak tidak dapat melakukan
tindakan-tindakan yang nyata dan yang melakukan suatu tindakan adalah pejabat negara
yang bertindak atas negara. Oleh karena itu, kesalahan para pejabat negara juga harus
menjadi tanggung jawab dari negara tersebut.
 Impunitas
Impunitas adalah sebuah konsep yang meliputi serangkaian peristiwa yang memicu
dalam suatu tindakan yang menyebabkan kerusakan pada orang atau hal, dan orang yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan undang-undang, tidak menerima hukuman untuk
itu.

Anda mungkin juga menyukai