Anda di halaman 1dari 12

HUKUM ADAT

SISTEM PERKAWINAN
DALAM SUKU BATAK

KELOMPOK 1:

AYI SAFITRI M 1710611020 NURMALA ARIFFAH 1710611062

LIENY BUNGA 1710611072 INDAH LESTARI S 1710611125


NAILIA ANDRIANI 1710611074 AINUN SEKAR A 1710611
A. PERKAWINAN

BAGI BANGASA BATAK, KHUSUNYA BATAK TOBA, SESAMA SATU MARGA DILARANG
SALING MENGAWINI. JIKA MELANGGAR KETETAPAN INI, MAKA SI PELANGGAR AKAN
MENDAPATKAN SANKSI ADAT. HAL INI DITUJUKAN UNTUK MENGHORMATI MARGA
SESEORANG. JUGA SUPAYA KETURUNAN MARGA TERSEBUT DAPAT BERKEMBANG. INI
MENUNJUKAN BAHWA MEREKA SANGAT MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI ADAT DAN MARGA
MEMILIKI KEDUDUKAN YANG TINGGI.
BAGI BANGSA BATAK, PERKAWINAN MENGANDUNG NILAI SAKRAL.OLEH KARENYA
KESAKRALAN TERSEBUT HARUS DISERTAI DENGAN SEBUAH ADAT PERKAWINAN.DIKATAKAN
SAKRAL KARENA BERMAKNA PENGORBANAN BAGI PIHAK PENGANTIN PEREMPUAN.IA
“BERKORBAN” MEMBERIKAN SATU NYAWA MANUSIA YANG HIDUP YAITU ANAK PEREMPUAN
KEPADA ORANG LAIN PIHAK PARANAK, PIHAK PENGANTEN PRIA. PIHAK PRIA JUGA HARUS
MENGHARGAINYA DENGAN MENGORBANKAN ATAU MEMPERSEMBAHKAN SATU NYAWA JUGA
BERUPA PENYEMBELIHAN SEEKOR SAPI ATAU KERBAU. HEWAN TERSEBUT AKAN MENJADI
SANTAPAN ATAU MAKANAN ADAT DALAM ULAON UNJUK (ADAT PERKAWINAN BATAK).
B. MAKNA DARI TRADISI PERNIKAHAN SUKU BATAK

PERNIKAHAN ADALAH SUATU HAL YANG SAKRAL DAN PENTING


DALAM KEHIDUPAN DUA INSAN YANG BERTUKAR IKRAR, TERMASUK
KELUARGA MEREKA YANG AKAN MENYATU MELALUI KEDUA MEMPELAI.
SAAT MEMUTUSKAN UNTUK MENGARUNGI KEHIDUPAN PERNIKAHAN,
UMUMNYA, KEDUA ORANGTUA MEMPELAI AKAN MENYEMATKAN
HARAP UNTUK KEDUA MEMPELAI. SETIAP SUKU MEMILIKI ADAT DAN
KEBIASAAN MASING-MASING. TAK TERKECUALI DALAM ADAT BATAK.
DALAM PERNIKAHAN ADAT BATAK, ADA BANYAK TATA ATURAN DAN
SIMBOL. DALAM SIMBOL-SIMBOL TERSEBUT, TERSEMAT HARAP DAN
DOA DARI KELUARGA, KERABAT, DAN HANDAI TAULAN.
RANGKAIAN UPACARA ADAT PERKAWINAN BATAK

1. Mangariksa dan  pabangkit hata. Mangariksa adalah kunjungan


dari pihak mempelai laki-laki kepada pihak wanita, lalu dilanjutkan
dengan proses pabangkit hata atau lamara.
2. Marhori-hori dinding, yaitu membicarakan lebih lanjut mengenai
rencana perkawinan serta pestanya.
3. Patua hata, yakni para orang tua memberikan petuah atau nasihat
sebagai bekal kepada kedua mempelainya nanti. Proses ini
merupakan proses yang amat serius.
4. Marhata sinamot, yakni pihak pria mendatangi pihak wanita untuk
membicarakan uang jujur atau dalam bahasa batak adalah tuhor.
5. Pudun sauta atau makan bersama kedua belah pihak.Makanan
yang dibawa berasal dari pihak pria.
6. Martumpol yaitu  penandatanganan surat perstejuan kedua belah pihak.
7. Martonggo raja, yaitu seremoni atau pernikahan yang akan digelar.
Prosesi ini memberitahukan kepada masyarakat mengenai pernikahan
yang akan digelar.
8. Manjalo pasu-pasu parbagosan, yaitu pemberkatan kedua pengantin
yang dilakukan oleh pihak gereja bila agama mereka adalah kristen
protestan. Prosesi ini merupakan hal yang terpenting dan tak boleh
dilewatkan karena orang batak adalah penganut kristen yang taat.
9. Pesta unjuk. Prosesi ini merupakan rangkaian terakhir dari keseluruhan
rangkaian pernikahan.Semua keluarga berpesata dan membagikan
jambar atau daging kepada pihak keluarga.
JENIS-JENIS PERKAWINAN DALAM SUKU BATAK
1. Mangalua yang berarti kawin lari atas kesepakatan bersama. Kawin lari atau
mangalua atas kesepakatan kedua calon mempelai sangat sering terjadi.Kasus ini
timbul karena orang tua tidak merestui si pemuda atau si pemudi pilihan anaknya.
2. Mangabing boru  yang berarti kawin lari dengan paksa. Jika seorang pemuda
jatuh cinta kepada seorang gadis, tetapi lamarannya ditolak secara sepihak oleh
orang tua, demi menutupi malu dan didorong rasa cintanya yang berapi-api, maka
si pemuda mengajak beberapa orang temannya untuk menculik si gadis dan
membawa si gadis kerumahnya untuk dijadikan istri.Perbuatan ini dianggap
pelanggaran susila tetapi masih ada jalan terbuka untuk perundingan.
3. Mahuempe/ mahiturun yang berarti perkawinan atas desakan si gadis. Bentuk
perkawinan mahuempe terjadi bila si gadis pergi menemui si pemuda atas prakarsa
dan kemauannya sendiri.Biasanya si gadis ditemani oleh beberapa temannya
mendatangi si pemuda dan mendesak agar perkawinan segera dilaksanakan.
Mahiturun adalah perkawinan yang hampir samadengan mahuempe, bedanya
dalam mahiturun si pemudi jauh lebih aktif dan agresif dibanding mahuempe.
4. Panoroni  yang berati perkawinan untuk menggantikan istri yg meninggal. Jika
seorang istri meninggal dan mempunyai beberapa anak yg masih kecil-kecil, timbul
masalah siapa yg akan mengasuhnya nanti. Dalam hal ini si duda dapat meminta
kepada orang tua si istri (parboru) untuk mencarikan pengganti istri yang sudah tiada.
5. Singkat rere yang berarti perkawinan karena suami meninggal. Jika seorang suami
meninggal,maka akan timbul masalah bagi si janda untuk penghidupannya di kemudian
hari dan jika si janda masih sehat dan masih mampu memberikan keturunan dan tidak
keberatan untuk kawin lagi maka yang pertama harus dipertimbangkan menjadi calon
suaminya ialah adik laki-laki dari si suami yg meninggal,atas dasar ‘ganti tikar’(singkat
rere). Kalau pria yg mengawini si janda ialah adik atau abang kandung si suami atau
saudara semarga yang sangat dekat dengan almarhum, maka istilah perkawinannya
disebut pagodanghon atau pareakkon.
6. Marimbang, tungkot yang berati bigami atau poligami. Jaman dulu banyak
lelaki yg malakukan poligami dengan alasan mengapa mereka mengambil istri
kedua atau lebih, sebagian menyatakan untuk memperoleh keturunan yaitu
karena masih belum mendapatkan keturunan laki-laki.Tetapi ada juga yg
bermaksud memperbesar kekeluargaan dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraaan atau disebut pabidang panggagatan(melebarkan lapangan
tempat merumput). Dalam kasus perkawinan bigami(marsidua- dua) kedudukan
istri kedua sangat seimbang dengan istri pertama, sebab itu disebut marimbang.
Atau yang lain yaitu si istri pertama memilih istri kedua dari kalangan keluarga
terdekat dan disebut tungkot(tongkat) .
7. Parumaen di losung  yang berati perkawinan sebagai agunan utang.
Perkawinan ini ialah perkawinan yg menggunakan anak gadis sebagai agunan
utang si bapak dari si gadis tersebut.Jika seorang bapak mempunyai utang pada
seseorang dan belum mampu melunasinya, maka sebagai agunan utangnya dia
menyerahkan anak gadisnya utk dipertunangkan kepada anak si pemberi utang.
8. Marsonduk hela yang berate perkawinan menumpang pada mertua . perkawinan
marsonduk hela hampir sama dgn perkawinan biasa, tetapi karena mas kawin(sinamot) yg
harus diserahkan kurang, maka diputuskan si laki-laki itu menjadi menantunya dan dia akan
tinggal bersama mertuanya untuk membantu segala pekerjaan dari mulai pekerjaan rumah
sampai sawah. Pihak sinonduk hela(menantu) tidak seumur hidup harus tinggal berasama
mertuanya, jika keadaan sudah memungkinkan dia dapat pindah di rumahnya sendiri.
9. Manggogoi yang berate perkawinan setelah digauli paksa . jika laki-laki
menggauli perempuan secara paksa(manggogoi) ada dua hal yg mungkin terjadi. Jika
perempuan tidak mengenal pria tersebut dan tidak bersedia dikawinkan maka pria tersebut
dinamakan pelanggar susila hukumannya ialah hukuman mati. Tetapi jika si perempuan
bersedia melanjutkan kasusnya ke arah perkawinan yang resmi ,maka prosedurnya sama
dengan mangabing boru.
10. Dipaorohon  yang berati pertunangan anak-anak. Pertunangan anak-anak pada
jaman dahulu bukanlah hal yang aneh, hal ini sering dilakukan oleh raja-raja
dahulu.Beberapa alasan mempertunangkan anak-anak: hubungan persahabatan/
kekeluargaan, seseorang tidak mampu membayar utang kepada pemberi utang, dll.
BEBERAPA SIMBOL YANG DIPERGUNAKAN
DALAM PERKAWINAN SUKU BATAK

1. Tunggal panuluan 
merupakan tongkat pusaka yang biasa dipakai saat martonggo berdoa untuk memohon
berkat kepada sang khalik. 
2. Ampang jual sibuhai-buhai
merupakan hantaran keluarga dari mempelai lelaki pada saat menjemput mempelai
wanita. Didalamnya terdapat makanan adat yang akan dimakan bersama oleh keluarga
mempelai wanita dan keluarga mempelai laki-laki (suhut bolon) sebelum acara besar
adat dimulai. 
3. Tandok boras sipirnitondi
merupakan simbol yang dibawa oleh pihak hula-hula (keluarga mempelai perempuan)
dalam sistem kekerabatan dalihan natolu batak. Golongan hula-hula adalah golongan
yang diberi kedudukan terhormat, saluran berkat kepada keluarga boru (mempelai laki-
laki). Golongan yang lain dalam dalihan natolu adalah dongan sabutuha dan boru. Boras
sipirnitondi artinya adalah beras restu. Biasanya dibawa oleh penari, ditaruh di atas
kepala dalam sebuah wadah dari rajutan jerami. 
4. Pinggan pasu panungkunan
piring adat untuk memulai pembicaraan adat perkawinan batak yang disampaikan juru
bicara (raja parhata) keluarga mempelai wanita, berisi beras, sirih, dan uang 4 lembar. 
5. Ulos hela (ulos mempelai laki-laki)
simbol perkawinan batak yang paling tinggi nilainya. Diselimutkan oleh orangtua
mempelai wanita kepada kedua mempelai pada saat acara berlangsung. Saat
pemberiannya pun tidak boleh sembarangan. Tangan yang memberikan harus
bersentuhan dengan yang diberikan. Sebagai restu dan hangat orangtua kepada
keduanya. Ulosnya disatukan tepat ditengah-tengah, di depan kedua mempelai. Pada
prosesinya, ayah yang akan menyelimutkan ulos ini akan berkata-kata dan memberikan
wejangan kepada kedua mempelai, menjelaskan makna dari ulos tersebut
6. Tempat sirih bermote
biasanya, sebelum upacara dimulai, keluarga mempelai wanita menawarkan sekapur sirih
kepada keluarga mempelai laki-laki
TERIMA KASIH!!!

Anda mungkin juga menyukai