Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KIMIA KOLOID DAN ANTAR MUKA

(Surfaktan dalam Industri Pengolahan Logam)

Disusun oleh :
Arnia Haiza Annisa (A1C117049)
Monicha Citra Septiani (A1C117077)
Kelas: Reguler A

Dosen pengampu:
Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M. Sc., Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam memiliki peranan penting dalam peradaban manusia dan telah dimanfaatkan
oleh manusia sejak berabad lamanya. Bahkan kita mengenal istilah zaman perunggu,
zaman besi. Sebagai contoh tanpa sumbangsih dari dunia metalurgi (pengolahan metal),
kita tak akan pernah kenal dengan musik rock, musik metalik. Karena senar gitar yang
dimainkan dalam gambar ini adalah produk dari teknologi yang sangat kompleks. Inti dari
senar dibuat dari baja lunak, dengan memvariasikan kekerasan dan kelenturannya , bisa
menghasilkan bunyi yang berbeda.
Kadang ketika kita berfikir tentang logam dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung
berfikir tentang besi, aluminium, atau crom atau nikel. Karena kelimpahannya yang
demikian besar dan kegunaannya yang sudah dirasakan sejak zaman perunggu. Walaupun
demikian
logam-logam yang kelimpahannya sedikit sekalipun memiliki peran sangat penting
dalam teknologi modern. Sebagai ilustrasi pada gambar ini komposisi logam yang terlibat
dalam pembuatan mesin jet. Bagaimana besi, sebagai logam yang paling dominan dalam
teknologi, tidak ikut terlibat dalam pembuatan jet tsb.
Surfaktan adalah suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campura yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah
bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan
positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi
pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam
kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar
(lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah pada penulisan makalah ini :
1. Bagaimana Keberadaan dan Sumber Alami Unsur-Unsur Logam?
2. Apa yang dimaksud Pengolahan Logam ?
3. Bagaimana Sejarah Pengolahan Logam ?
4. Bagaimana Tahapan Pengolahan Logam ?
5. Apa Surfaktan yang digunakan dalam Pengolahan Logam ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Bagaimana Keberadaan dan Sumber Alami Unsur-Unsur Logam
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud Pengolahan Logam
3. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Pengolahan Logam
4. Untuk mengetahui Bagaimana Tahapan Pengolahan Logam
5. Untuk mengetahui Apa Surfaktan yang digunakan dalam Pengolahan Logam
BAB II
ISI

2.1 Keberadaan dan Sumber Alami dari Unsur-unsur Logam

Kebanyakan logam-logam ditemukan di alam ini dalam bentuk mineralnya.


Komponen anorganik berbentuk kristal dari batuan yang dibentuk di kerak bumi. Sebagai
contoh silikat dan aluminasilikat adalah mineral yang paling banyak kelimpahannya di
kerak bumi. Tetapi karena proses pemekatan dan reduksinya lebih rumit menjadikan silikat
dan alumina kurang begitu penting secara komersial sebagai sumber logam. Malachite
(Cu2CO3(OH)2), magnetit (Fe2O3), Cinnabar (HgS), yang menghasilkan logam tembaga,
besi dan air raksa menjadi mineral yang sangat penting secara komersial (Gambar 1).
Mineral deposit dimana logam mudah di produksi secara ekonomis disebut sebagi Bijih
logam. (tabel 1).

Gambar 1 Contoh mineral-mineral


2.2 Pengolahan Logam

2.2.1 Pengertian Pengolahan Logam

Pengolahan logam (metal working) adalah proses mengolah logam untuk membuat
perkakas atau suku cadang mesin. Istilah metal working mencakup semua pekerjaan logam
yang luas, mulai dari pembuatan kapal-kapal besar dengan koponen baja yang besar dan
keras, pembuatan kilang minyak lepas pantai atau pengeboran sampai pembuatan
instrumen mesin yang presisi dan pembuatan perhiasan yang kecil dan halus.

Metalurgi adalah Ilmu dan teknologi mengekstrak logam-logam dari bijihnya atau
senyawa amalgamnya serta persiapan untuk aspek kegunaannya. Biasanya proses
pengambilan logam dari bijihnya melibatkan tiga tahap utama yaitu (1) penambangan dan
penyiapan bijih, (2) Tahap produksi logam dan (3) pemurnian logam.

2.2.2 Sejarah Pengolah Logam

Proses pengolahan logam telah dimulai sejak sekitar 6000 tahun Sebelum Masehi.
Logam awal ditemukan adalah Emas (6000 SM) dan tembaga (4200 SM). Tujuh logam
purbakala adalah: Emas (6000 SM), Tembaga (4200 SM), Perak (4000 SM), Timbal (3500
SM), Timah (1750 SM), Peleburan Besi (1500 SM) dan Air Raksa (750 SM). Antara tahun
5000 SM lembaran tembaga dibuat dengan cara dipukul. Artefak tembaga lebur dari tahun
3600 SM ditemukan di lembah sungai Nil.

Sepanjang sejarahnya, metal working mencakup perdagangan, seni, hobi, dan industri
yang berkaitan dengan metalurgi. Sebuah seni dan karya yang diperdagangkan dan sebagai
industri yang sudah mengakar sejak zaman dahulu. Menyebar luas ke seluruh kebudayaan
peradaban. Menilik dari periode sejarah Firaun di Mesir, raja Vedic di India, sampai
peradaban Maya di Amerika Utara yang merupakan populasi yang tertua, logam mulia
memiliki nilai penting dan terkadang menjadi awal mula terbentuknya hukum kepemilikan,
distribusi, dan perdagangan yang dipegang teguh dan disetujui oleh masyarakat pada saat
itu.

Seiring berjalannya waktu, logam menjadi hal yang biasa dan menjadi lebih kompleks.
Pengolahan logam sangat tergantung pada ekstraksi dari logam yang kemudian
diaplikasikan untuk membuat perhiasan, membuat mesin elektronik yang lebih efisien, dan
untuk kebutuhan industri dan aplikasi teknologi mulai dari konstruksi sampai kontainer, rel
dan alat transportasi udara. Tanpa logam, barang-barang dan jasa akan berhenti bergerak di
seluruh dunia.

2.2.3 Tahap Pengolahan Logam

Surfaktan sama pentingnya dengan pengolahan logam dengan industri pertambangan.


Untuk melakukan sesuai kebutuhan, permukaan logam harus dibersihkan dan dibebaskan
dari endapan oksida, minyak, dan kontaminan lainnya. Pengelasan, pengecatan, dan
perawatan permesinan dan permukaan lainnya membutuhkan permukaan yang
dipersiapkan dengan baik. Bahkan sebelum tahap pembuatan, logam memiliki interaksi
yang signifikan dengan surfaktan. Proses penggulungan logam berkecepatan tinggi,
misalnya, memerlukan penggunaan emulsi pelumas dan pendingin. Dengan peningkatan
kecepatan bergulir, produksi panas dan penumpukan menjadi masalah signifikan yang
dapat menyebabkan kerusakan peralatan dan hilangnya kualitas produk jadi. Emulsi
minyak rolling yang diformulasikan dengan benar mengandung surfaktan mengurangi
gesekan dan penumpukan panas yang terkait, mengurangi kemungkinan minyak bergulir
yang terbakar, dan membantu mengurangi atomisasi minyak ke dalam lingkungan kerja
dan udara buang. Dalam operasi pemotongan dan permesinan, pelumas pendingin
diperlukan untuk membawa panas yang dihasilkan oleh operasi pemotongan dan
pengeboran, dengan demikian melindungi kualitas benda kerja dan memperpanjang usia
berguna drillbits, dan permukaan pemotongan. Komponen emulsi pemotongan sangat
penting, tidak hanya dalam hal aksi langsung dalam pemrosesan logam tetapi juga karena
paparan pekerja dan lingkungan. Emulsi harus mampu menahan suhu kerja lebih dari 80 C,
mereka harus memiliki sifat antibakteri yang signifikan karena mereka secara rutin
digunakan untuk waktu yang lama terbuka ke atmosfer, dan komponennya harus
memenuhi persyaratan toksikologis, dermatologis, dan lingkungan yang kaku karena
tingkat paparan operator selama penggunaannya.

1. Penambangan dan penyiapan bijih

Setelah proses penambangan di dilakukan tahap penyiapan bijih, dimana mineral


dipisahkan dari materi pengotor, limbah –biasanya lumpur dan mineral silkat- dengan
metode flotasi. Pada proses ini bijih mentah secara halus digerus dan ditambahkan ke
dalam air yang berisi minyak dan deterjen. Setelah dibersikan bijih tersebut terbawa keatas
oleh busa deterjen yang kemudian dikeringkan untuk mendapatkan bijih matang.

2. Produksi Logam

Karena sifat keelektronegatifan yang sangat rendah logam selalu bermuatan posistif,
oleh karena itu proses pengolahan logam bebas dari mineral atau bijihnya adalah
mengunakan proses reduksi pada tahap akhir produksinya (lihat Tabel 2). Sebelum
dilakukan proses reduksi digunakan teknik-teknik metalurgi agar bijih lebih mudah
direduksi menjadi logam bebasnya. Beberapa proses metalurgi yang sering digunakan
dalam industri logam adalah pyrometalurgi, hydrometalurgi, elektrometalurgi.
Kebanyakan proses metalurgi dewasa ini menggunakan proses yang disebut
pyrometalurgi, prosedur pengolahan logam menggunakan temperatur tinggi. Ada 3 jenis
pyrometalurgi yang digunakan dalam industri logam yaitu kalsinasi, pembakaran,
pelelehan. Kalsinasi adalah pemanasan bijih pada suhu tinggi sehingga bijih
terdekomposisi dengan melepaskan produk gas. Produk gas yang terbentuk bisa sebagai
CO2 atau H2O. Kalsinasi karbonat logam sering menghasilkan oksida logam dan CO 2.
Sedangkan logam -logam terhidrat terdekomposisi mengeluarkan air. Sebagai contoh:

PbCO3(s) → PbO + CO2

CuSO4.XH2O → CuSO4 + XH2O

Pembakaran adalah perlakuan termal yang menyebabkan reaksi kimia antara bijih
mentah dan atmosfir tungku pembakar biasanya O2. Proses pembakaran yang penting
adalah oksidasi bijih sulfida logam, dimana sulfida logam dirubah menjadi oksida logam,
seperti contoh berikut:

2MoS2(s) + 7O2(g) → 2MoO3(s) + 4SO2(g)

2ZnS(s) + O2(g) → 2ZnO(g) + 2SO2(g)


Bijih sulfida dari logam yang kurang aktif seperti merkuri sulfida dapat direduksi
langsung melalui pembakaran menghasilkan logam merkuri bebas.

HgS(s) + O2(g) → Hg(g) + SO2(g)

Dalam banyak proses logam bebas juga dihasilkan dengan menggunakan gas
pereduksi selama proses pembakaran. Carbon monoksida sering digunakan sebagai gas
pereduksi dalam mereduksi oksida logam.

PbO(s) + CO(g) → Pb(l) + CO2(g)

Pelelehan, pada proses ini metrial yang terbentuk pada reaksi kimia dipisahkan dalam
dua atau lebih lapisan. Dua lapisan penting yang terbentuk di tungku adalah lelehan
logamnya dan ampas. Lelehan logam ini bisa saja mengandung hanya logam tunggal atau
larutan dari dua atau lebih logam.

3. Pemurnian Logam

Tahap terakhir dari pengolahan logam adalah proses pemurniannya. Pada proses ini
logam mentah atau produk logam yang masih ada pengotor dilakukan proses metalurgi
agar meningkat kemurniannya dan komposisi logamnya menjadi lebih jelas. Tujuan dari
proses pemurnian ini agar menghasilkan logam tunggal murni. Namun kadang juga
menghasilkan produk campuran yang komponen atom-atomnya terdefinisi, misalnya dalam
produksi baja dari besi mentah.

a. Pemetalurgi Besi

Komponen besi di kerak bumi ditemukan dalam mineral yang berbeda-beda seperti
pirit (FeS), siderit (FeCO3), hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Proses metalurgi besi
melibatkan reduksi kimia dari mineral oleh carbon pada tungku pembakar
yang ditunjukkan pada Gambar 2. Bijih besi, batu kapur (CaCO 3) dan
carbon dimasukkan kedalam tungku bagian atas. Melalui reaksi dengan oksigen dan air,
arang juga berfungsi sebagai penyedia gas pereduksi CO dan H2 . Batu kapur
CaCO3 sebagai penyuplai oksida basa CaO yang akan bereaksi dengan silikat dan pengotor
lain untuk di buang sebagai ampas. Udara yang masuk dari tungku bawah merupakan
bahan baku yang sangat penting untuk membakar arang. Di dalam tungku, oksigen
bereaksi dengan karbon pada arang membentuk karbon dioksida:

C(s) + O2 (g) → 2CO(g) ΔH = -221 kJ

Gambar 2 Proses Pirometalurgi

Sedang uap air yang hadir di udara juga bereaksi dengan karbon membentuk karbon
monoksida dan gas hidrogen pada temperatur sekitar 2000 oC.

C(s) + H2O(g)→ CO(g) + H2(g) ΔH = +131 kJ

Gas-gas CO dan H2 yang terbentuk mereduksi besi oksida, sebagai contoh reaksi dengan
Fe3O4:

Fe3O4(s) + 4CO(g) → 3Fe(s) + 4CO2 (g) ΔH = -15 kJ

Fe3O4 (s) + 4H2 (g) → 3Fe(s) + 4H2O(g) ΔH = +150kJ

Kemudian lelehan besi dikumpulkan di dasar tungku seperti terlihat dalam Gambar 3.
Lelehan ini masih bercampur dengan pengotor-pengotor seperti oksida silikon dan
aluminium. Pengotor-pengotor seperti alumunium oksida Al2O3 dan silikon SiO2
direaksikan dengan CaO membentuk ampas:

CaO(s) + SiO2 (s) → CaSiO3 (l)

CaO(s) + Al2O3 (s) → Ca(AlO2)2 (l)

Gambar 3 Pelelehan Besi

Manufaktur baja merupakan satu dari induistry logam yang sangat penting. Di USA
konsumsi baja pertahun mencapai 100 juta ton. Baja adalah amalgam besi yang
mengandung 0,03 sampai 1,4 % Materi Logam dan Pengolahannyacarbon dan beberapa
komponen lain seperti Mn, P, S san Si.

Produksi besi pada dasarnya adalah proses reduksi besi oksida menjadi logam besi,
sementara itu konversi besi menjadi baja adalah proses oksidasi, dimana pengotor yang
tidak diinginkan dihilangkan dari besinya melalui reaksi dengan oksigen. Salah satu
metode yang sering digunakan adalah menggunakan “basic oxygen process” Gambar 4
memperlihatkan proses oksigen basa. Lelehan besi dari tungku pembakar dituangkan ke
dalam labu silinder dengan posisi vertikal dan diberikan gas oksigen bertekanan. Pada
kondisi ini, mangan pospor dan silikon serta karbon yang berlebih bereaksi dengan oksigen
membentuk oksidanya. Oksida-oksida ini kemudian direaksikan dengan pereaksi yang
sesuai (contoh CaO atau SiO2 ) untuk membentuk ampas. Tipe pereaksi yang diperlukan
bergantung kepada pengotor yang ada. Jika pengotor utama adalah silikon dan pospor
maka pereaksi yang digunakan adalah pereaksi basa misal CaO.

CaO(s) + SiO2(s) → CaSiO3(l)

P4O10(s) + 6CaO(s) → Ca3(PO4)2(l)

Gambar 4 Proses Oksigen Basa

Lain halnya jika pengotor utamanya adalah mangan, maka pereaksi basa seperti SiO 2
yang digunakan.

MnO(s) + SiO2(s) → MnSiO3(l)

b. Hidrometalurgi

Pengolahan logam menggunakan metode pyrometalurgi membutuhkan energi yang


sangat besar dan menimbulkan polusi udara dari asap buangan, terutama sulful dioksida.
Alternatif metode lain dikembangkan untuk pengolahan beberapa logam, dimana logam
diekstraksi dari bijihnya dengan menggunakan reaksi air. Proses ini disebut hidrometalurgi.
Proses hidrometalurgi yang paling penting adalah penyepuhan, dimana senyawa yang
mengandung logam dilarutkan secara selektif. Jika senyawa tersebut larut dalam air, maka
air sebagai zat penyepuh. Zat yang lebih umum digunakan untuk proses penyepuhan
biasanya adalah asam, basa atau garam. Sering proses pelarutannya melibatkan
pembentukan ion kompleks sebagai contoh dalam penyepuhan emas. Bijih emas yang telah
dipekatkan kadarnya larutkan dalam larutan NaCN. Kehadiran ion CN- dan air akan
mengoksidasi emas dan membentuk ion Au(CN)2– yang larut dalam air.

4Au(s) + 8CN–(aq) + O2 (g) + 2H2O(l) → 4Au(CN)2–(aq) + 4OH–(aq)

Setelah ion logam secara selektif terlarut dari bijihnya, ion tersebut akan mengendap
dari larutan membentuk logam bebas atau sebagai senyawa ionik yang tak larut. Emas
dalam contoh ini dihasilkan dari kompleks sianidanya melalui reduksi menggunakan
serbuk Seng (Zn). Selain emas, alumunium juga diproduksi secara komersial melalui
metode hidrometalurgi. Bijih yang paling berguna dalam proses pengolahan aluminium
adalah bauksit, yang alumunium sebagai oksida hidratnya, Al2O3.H2O. Proses pemurnian
alumunium disebut juga proses Bayer. Pertama-tama bijih alumunium digerus halus dan
dicampurkan pada larutan NaOH pekat, sekitar 30 % berat NaOH pada interval temperatur
antara 150 sampai 230 C. Tekanan yang cukup sekitar 30 atm diberikan untuk mencegah
pendidihan. Al2O3 terlarut membentuk kompleks ion aluminat, Al(OH)4-:

Al2O3.H2O(s) + 2H2O(l) + 2OH–(aq) → 4Al(OH)4-(aq)

c. Elektrometalurgi

Elektrometalurgi sering digunakan dalam proses pengolahan logam terutama untuk


logam-logam aktif seperti Natrium, magnesium dan alumunium. Logam-logam ini tidak
dapat dihasilkan dari larutan airnya karena air lebih mudah direduksi daripada ion
logamnya.
Potensial reduksi standar air lebih positif dari pada Na + (Ered = -2,71 V), Mg2+ (Ered =
-2,37 V), Al3+(Ered = -1,66) baik dalam konsisi asam maupun basa:

2H+(aq) + 2e– → H2(aq) Ered=0,00V


2H2O(l) + 2e–→ H2(aq) + 2OH–  Ered = – 0,83 V

Oleh karena itu, untuk mendapatkan logam dari proses elektrometalurgi haruslah dilakukan
pada medium lelehan garam non-air.

2.2.4 Surfaktan Dalam Industri Pengolahan Logam


Surfaktan adalah suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campura yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah
bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan
positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi
pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam
kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar
(lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.

Surfaktan banyak digunakan dalam berbagai bidang industri, farmasi, ekplorasi


minyak bumi dan juga rumah tangga. Surfaktan dapat dihasilkan beraneka produki
komersial, seperti bahan baku pembersih berupa detergen dan pelembut pakaian, kosmetik
meliputi sabun, shampoo, perawatanh kulit, pasta gigi, bahan pewarna tektil, pelumas,
bahan baku farmasi untuk obat dan pembuatan vaskin, serta aditif bagi bahan bakar
minyak. Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu surfaktan yang
larut dalam minyak dan surfakan yang larut dalam air:

- Surfaktan yang larut dalam minyak


Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini yaitu senyawa polar berantai panjang,
senyawa fluorokabon, dan senyawa silikon.
- Surfaktan yang larut dalam air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa,
zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dll. Ada empat
yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion bermuatan negatif,
surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang terionisasi dalam larutan,
dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.

Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan


cara menurunkan tegangan antar muka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan
dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam
minyak.
Surfaktan sama pentingnya dengan pemrosesan logam dengan industri pertambangan.
Untuk melakukan sesuai kebutuhan, permukaan logam harus dibersihkan dan dibebaskan
dari endapan oksida, minyak, dan kontaminan lainnya. Pengelasan, pengecatan, dan
perawatan permesinan dan permukaan lainnya membutuhkan permukaan yang
dipersiapkan dengan baik. Bahkan sebelum tahap pembuatan, logam memiliki interaksi
yang signifikan dengan surfaktan. Proses penggilingan logam berkecepatan tinggi,
misalnya, membutuhkan penggunaan pelumas dan emulsi pendingin. Dengan peningkatan
kecepatan bergulir, produksi panas dan penumpukan menjadi masalah yang signifikan
yang dapat menyebabkan kerusakan peralatan dan hilangnya kualitas produk yang sudah
jadi. Emulsi minyak rolling yang diformulasikan dengan benar mengandung surfaktan
mengurangi gesekan dan penumpukan panas yang terkait, mengurangi kemungkinan
minyak rolling menangkap pada api, dan membantu mengurangi atomisasi minyak ke
dalam lingkungan kerja dan udara buang.
Dalam operasi pemotongan dan permesinan, pelumas pendingin diperlukan untuk
membawa panas yang dihasilkan oleh operasi pemotongan dan pengeboran, dengan
demikian melindungi kualitas benda kerja dan memperpanjang masa manfaat drillbits, dan
permukaan pemotongan. Komponen emulsi pemotongan sangat penting, tidak hanya dalam
hal aksi langsung dalam pemrosesan logam tetapi juga karena paparan pekerja dan
lingkungan. Emulsi harus mampu menahan suhu kerja lebih dari 80 C, mereka harus
memiliki sifat antibakteri yang signifikan karena mereka secara rutin digunakan untuk
waktu yang lama terbuka ke atmosfer, dan komponennya harus memenuhi persyaratan
toksikologi, dermatologis, dan lingkungan yang kaku karena tingkat paparan operator
selama penggunaannya.
Dalam Pengolahan logam surfaktan yang digunakan adalah jenis cairan pendingin.
Cairan pendingin digunakan pada pemotongan logam atau proses pemesinan untuk
beberapa alasan, antara lain : untuk memperpanjang umur pahat, mengurangi deformasi
benda kerja karena panas, meningkatkan kualitas permukaan hasil pemesinan, dan
membersihkan beram dari permukaan potong.Cairan pendingin yang digunakan dapat
dikategorikan dalam empat jenis :
 Straight Oils (Minyak murni)
 Soluble Oils
 Semisynthetic fluids (Cairan semi sintetis)
 Synthetic fluids ( Cairan sintetis)

Minyak murni (Straight Oils) adalah minyak yang tidak dapat diemulsikan dan
digunakan pada proses pemesinan dalam bentuk sudah diencerkan. Minyak ini terdiri dari
bahan minyak mineral dasar atau minyak bumi, dan kadang mengandung pelumas yang
lain seperti lemak, minyak tumbuhan, dan ester. Selain itu bisa juga ditambahkan aditif
tekanan tinggi seperti Chlorine, Sulphur dan Phosporus. Minyak murni menghasilkan
pelumasan terbaik , akan tetapi sifat pendinginannya paling jelek diantara cairan pendingin
yang lain.

Minyak sintetik (Synthetic Fluids) tidak mengandung minyak bumi atau minyak
mineral dan sebagai gantinya dibuat dari campuran organik dan inorganik alkaline
bersama-sama dengan bahan penambah (additive) untuk penangkal korosi. Minyak ini
biasanya digunakan dalam bentuk sudah diencerkan (biasanya dengan rasio 3 sampai
10%). Minyak sintetik menghasilkan unjuk kerja pendinginan terbaik diantara semua
cairan pendingin.

Soluble Oil akan membentuk emulsi ketika dicampur dengan air. Konsentrat
mengandung minyak mineral dasar dan pengemulsi untuk menstabilkan emulsi. Minyak ini
digunakan dalam bentuk sudah diencerkan ( biasanya konsentrasinya = 3 sampai 10%) dan
unjuk kerja pelumasan dan penghantaran panasnya bagus. Minyak ini digunakan luas oleh
industri pemesinan dan harganya lebih murah diantara cairan pendingin yang lain.

Cairan semi sintetik (Semi-synthetic fluids) adalah kombinasi antara minyak sintetik
dan soluble Oil dan memiliki karakteristik kedua minyak pembentuknya. Harga dan unjuk
kerja penghantaran panasnya terletak antara dua buah cairan pembentuknya tersebut.

A. Cara Pemberian cairan pendingin pada proses pemesinan


Cara pemberian cairan pendingin pada proses pemesinan adalah sebagai berikut :
1. Dibanjirkan ke benda kerja (Flood Application of Fluid), pada pemberian cairan
pendingin ini seluruh benda kerja di sekitar proses pemotongan dibanjiri dengan
cairan pendingin melalui saluran cairan pendingin yang jumlahnya lebih dari satu.

Gambar 5 Pemberian cairan pendingin dengan cara dibanjiri cairan


pendingin pada benda kerja.

2. Disemprotkan (Jet Application of Fluid), pada proses pendinginan dengan cara ini
cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara
pahat dan benda kerja yang terpotong). Sistem pendinginan benda kerja adalah
dengan cara menampung cairan pendingin dalam suatu tangki yang dilengkapi
dengan pompa yang dilengkapi filter pada pipa penyedotnya. Pipa keluar pompa
disalurkan melalui pipa/selang yang berakhir di beberapa selang keluaran yang
fleksiber ( Gambar 5.). Cairan pendingin yang sudah digunakan disaring dengan
filter pada meja mesin kemudian dialirkan ke tangki penampung.
Gambar 6 Cara pendinginan dengan cairan pendingin disemprotkan
langsung ke daerah pemotongan pada proses pembuatan lubang

3. Dikabutkan (Mist Application of Fluid), pemberian cairan pendingin dengan cara ini
cairan pendingin dikabutkan dengan menggunakan semprotan udara dan kabutnya
langsung diarahkan ke daerah pemotongan.

Gambar 7 Pemberian cairan pendingin dengan cara mengabutkan cairan pendingin

B. Pengaruh Cairan Pendingin Pada Proses Pemesinan

Cairan pendinginan pada proses pemesinan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi
utama dan fungsi kedua. Fungsi utama yaitu fungsi yang dikehendaki oleh perencana
proses pemesinan dan operator mesin perkakas. Fungsi kedua yaitu fungsi tak
langsung yang menguntungkan dengan adanya penerapan cairan pendingin tersebut.
Fungsi cairan pendingin tersebut adalah :
1. Fungsi utama dari cairan pendingin pada proses pemesinan adalah :
- Melumasi proses pemotongan khususnya pada kecepatan potong rendah.
- Mendinginkan benda kerja khususnya pada kecepatan potong tinggi.
- Membuang beram dari daerah pemotongan
2. Fungsi kedua cairan pendingin adalah :
- Melindungi permukaan yang disayat dari korosi
- Memudahkan pengambilan benda kerja, karena bagian yang panas telah di 
dinginkan.

Penerapan cairan pendingin pada proses pemesinan ternyata memberikan efek


bagi proses pemesinan yaitu terhadap pahat dan benda kerja yang sedang dikerjakan.
Pengaruh proses pemesinan menggunakan cairan pendingin yaitu :
- Memperpanjang umur pahat
- Mengurangi deformasi benda kerja karena panas
- Permukaan benda kerja menjadi lebih baik (halus) pada beberapa penerapannya.
Mengurangi penanganan beram.

Gambar 8 Beram hasil pemotongan tersingkir karena ada aliran cairan


pendingin sehingga memudahkan dalam penanganan/pembersihannya.
C. Kriteria Pemilihan Cairan Pendingin
Pemakaian cairan pendingin biasanya mengefektifkan proses pemesinan. Untuk
itu ada beberapa kriteria untuk pemilihan cairan pendingin tersebut, walaupun dari
beberapa produsen mesin perkakas masih mengijinkan adanya pemotongan tanpa
cairan pendingin.
Kriteria utama dalam pemilihan cairan pendingin pada proses pemesinan adalah :
a. Unjuk kerja proses
 Kemampuan penghantaran panas (Heat transfer performance)
 Kemampuan pelumasan (Lubrication performance )
 Pembuangan beram (Chip flushing)
 Pembentukan kabut fluida (Fluid mist generation)
 Kemampuan cairan membawa beram (Fluid carry-off in chips)
 Pencegahan korosi (Corrosion inhibition)
 Stabilitas cairan/Fluid stability (untuk emulsi)
b. Harga
c. Keamanan terhadap lingkungan
d. Keamanan terhadap kesehatan (Health Hazard Performance)

Untuk beberapa proses pemesinan yaittu : gurdi (drilling), reamer (reaming),


pengetapan (taping), bubut (turning), dan pembuatan ulir ( threading) yang
memerlukan cairan pendingin saran penggunaan cairan pendingin dapat dilihat pada
Tabel 2. Material benda kerja yang biasanya digunakan pada proses pemesinan adalah
sebagai faktor penentu jenis cairan pendingin yang digunakan pada proses pemesinan.

D. Perawatan dan pembuangan cairan pendingin Perawatan cairan pendingin meliputi


memeriksa :
 konsentrasi dari emulsi soluble oil (menggunakan refractometer)
 pH ( dengan pH meter)
 kuantitas dari minyak yang tercampur (kebocoran minyak hidrolik ke dalam
sistem cairan pendingin)
 kuantitas dari partikel (kotoran) pada cairan pendingin.
Hal yang dilakukan pertama kali untuk merawat cairan pendingin adalah
menambah konsentrat atau air, membersihkan kebocoran minyak, menambah
biocides untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan menyaring partikel-partikel
kotoran dengan cara Centrifuging (Gambar 9).

Gambar 9 Peralatan centrifuing untuk cairan pendingin

Cairan pendingin akan menurun kualitasnya sesuai dengan lamanya waktu


pemakaian yang diakibatkan oleh pertumbuhan bakteri, kontaminasi dengan minyak
pelumas yang lain, dan partikel kecil logam hasil proses pemesinan. Apabila
perawatan rutin sudah tidak ekonomis lagi maka sebaiknya dibuang. Apabila bekas
cairan pendingin tersebut dibuang di sistem saluran pembuangan, maka sebaiknya
diolah dulu agar supaya komposisi cairan tidak melebihi batas ambang limbah yang
diijinkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengolahan logam (metal working) adalah proses mengolah logam untuk membuat
perkakas atau suku cadang mesin. Istilah metal working mencakup semua pekerjaan
logam yang luas, mulai dai pembuatan kapal-kapal besar dengan komponen baja yang
besar dank eras, pembuatan kilang minyak lepas pantai atau pengeboran sampai
pembuatan instrument mesin yang presisi dan pembuatan perhiasan yang kecil dan halus.
2. Metalurgi adalah Ilmu dan teknologi mengekstrak logam-logam dari bijihnya atau
senyawa lainnya serta persiapan untuk aspek kegunaannya. Biasanya proses pengambilan
logam dari bijihnya melibatkan tiga tahap utama yaitu (1) penambangan dan penyiapan
bijih, (2) Tahap produksi logam dan (3) pemurnian logam.
3. Surfaktan sama pentingnya dengan pemrosesan logam dengan industri pertambangan.
Untuk melakukan sesuai kebutuhan, permukaan logam harus dibersihkan dan dibebaskan
dari endapan oksida, minyak, dan kontaminan lainnya. Dalam Pengolahan logam
surfaktan yang digunakan adalah jenis cairan pendingin. Cairan pendingin digunakan
pada pemotongan logam atau proses pemesinan untuk beberapa alasan, antara lain : untuk
memperpanjang umur pahat, mengurangi deformasi benda kerja karena panas,
meningkatkan kualitas permukaan hasil pemesinan, dan membersihkan beram dari
permukaan potong.

3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan kita semua lebih paham dalam permasalahn
surfaktan dalam industry pengolahan logam yang mana membahas bagaimana surfaktan itu
digunakan dalam pengolahan logam.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengolahan_Logam

https://bisakimia.com/2015/11/04/materi-logam-dan-pengolahannya/

Myers, D., 2006. Surfactant Science And Technology, Third Edition. Canada: A JOHN WILEY &
SONS, INC., PUBLICATION.

Ghofur, A., 2015. INDUSTRI PENGOLAHAN LOGAM. Jakarta: Pusat Studi Metalurgi Indonesi

Maria Giacinta AS, Zainus Salimin, & junaidi. 2013. PENGOLAHAN LOGAM BERAT KHROM (Cr)
PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DENGAN PROSES KOAGULASI FLOKULASI DAN
PRESIPITASI. Jurnal Teknik Lingkungan. Semarang: Undip

Anda mungkin juga menyukai