Disusun oleh :
Arnia Haiza Annisa (A1C117049)
Monicha Citra Septiani (A1C117077)
Kelas: Reguler A
Dosen pengampu:
Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M. Sc., Ph.D
Pengolahan logam (metal working) adalah proses mengolah logam untuk membuat
perkakas atau suku cadang mesin. Istilah metal working mencakup semua pekerjaan logam
yang luas, mulai dari pembuatan kapal-kapal besar dengan koponen baja yang besar dan
keras, pembuatan kilang minyak lepas pantai atau pengeboran sampai pembuatan
instrumen mesin yang presisi dan pembuatan perhiasan yang kecil dan halus.
Metalurgi adalah Ilmu dan teknologi mengekstrak logam-logam dari bijihnya atau
senyawa amalgamnya serta persiapan untuk aspek kegunaannya. Biasanya proses
pengambilan logam dari bijihnya melibatkan tiga tahap utama yaitu (1) penambangan dan
penyiapan bijih, (2) Tahap produksi logam dan (3) pemurnian logam.
Proses pengolahan logam telah dimulai sejak sekitar 6000 tahun Sebelum Masehi.
Logam awal ditemukan adalah Emas (6000 SM) dan tembaga (4200 SM). Tujuh logam
purbakala adalah: Emas (6000 SM), Tembaga (4200 SM), Perak (4000 SM), Timbal (3500
SM), Timah (1750 SM), Peleburan Besi (1500 SM) dan Air Raksa (750 SM). Antara tahun
5000 SM lembaran tembaga dibuat dengan cara dipukul. Artefak tembaga lebur dari tahun
3600 SM ditemukan di lembah sungai Nil.
Sepanjang sejarahnya, metal working mencakup perdagangan, seni, hobi, dan industri
yang berkaitan dengan metalurgi. Sebuah seni dan karya yang diperdagangkan dan sebagai
industri yang sudah mengakar sejak zaman dahulu. Menyebar luas ke seluruh kebudayaan
peradaban. Menilik dari periode sejarah Firaun di Mesir, raja Vedic di India, sampai
peradaban Maya di Amerika Utara yang merupakan populasi yang tertua, logam mulia
memiliki nilai penting dan terkadang menjadi awal mula terbentuknya hukum kepemilikan,
distribusi, dan perdagangan yang dipegang teguh dan disetujui oleh masyarakat pada saat
itu.
Seiring berjalannya waktu, logam menjadi hal yang biasa dan menjadi lebih kompleks.
Pengolahan logam sangat tergantung pada ekstraksi dari logam yang kemudian
diaplikasikan untuk membuat perhiasan, membuat mesin elektronik yang lebih efisien, dan
untuk kebutuhan industri dan aplikasi teknologi mulai dari konstruksi sampai kontainer, rel
dan alat transportasi udara. Tanpa logam, barang-barang dan jasa akan berhenti bergerak di
seluruh dunia.
2. Produksi Logam
Karena sifat keelektronegatifan yang sangat rendah logam selalu bermuatan posistif,
oleh karena itu proses pengolahan logam bebas dari mineral atau bijihnya adalah
mengunakan proses reduksi pada tahap akhir produksinya (lihat Tabel 2). Sebelum
dilakukan proses reduksi digunakan teknik-teknik metalurgi agar bijih lebih mudah
direduksi menjadi logam bebasnya. Beberapa proses metalurgi yang sering digunakan
dalam industri logam adalah pyrometalurgi, hydrometalurgi, elektrometalurgi.
Kebanyakan proses metalurgi dewasa ini menggunakan proses yang disebut
pyrometalurgi, prosedur pengolahan logam menggunakan temperatur tinggi. Ada 3 jenis
pyrometalurgi yang digunakan dalam industri logam yaitu kalsinasi, pembakaran,
pelelehan. Kalsinasi adalah pemanasan bijih pada suhu tinggi sehingga bijih
terdekomposisi dengan melepaskan produk gas. Produk gas yang terbentuk bisa sebagai
CO2 atau H2O. Kalsinasi karbonat logam sering menghasilkan oksida logam dan CO 2.
Sedangkan logam -logam terhidrat terdekomposisi mengeluarkan air. Sebagai contoh:
Pembakaran adalah perlakuan termal yang menyebabkan reaksi kimia antara bijih
mentah dan atmosfir tungku pembakar biasanya O2. Proses pembakaran yang penting
adalah oksidasi bijih sulfida logam, dimana sulfida logam dirubah menjadi oksida logam,
seperti contoh berikut:
Dalam banyak proses logam bebas juga dihasilkan dengan menggunakan gas
pereduksi selama proses pembakaran. Carbon monoksida sering digunakan sebagai gas
pereduksi dalam mereduksi oksida logam.
Pelelehan, pada proses ini metrial yang terbentuk pada reaksi kimia dipisahkan dalam
dua atau lebih lapisan. Dua lapisan penting yang terbentuk di tungku adalah lelehan
logamnya dan ampas. Lelehan logam ini bisa saja mengandung hanya logam tunggal atau
larutan dari dua atau lebih logam.
3. Pemurnian Logam
Tahap terakhir dari pengolahan logam adalah proses pemurniannya. Pada proses ini
logam mentah atau produk logam yang masih ada pengotor dilakukan proses metalurgi
agar meningkat kemurniannya dan komposisi logamnya menjadi lebih jelas. Tujuan dari
proses pemurnian ini agar menghasilkan logam tunggal murni. Namun kadang juga
menghasilkan produk campuran yang komponen atom-atomnya terdefinisi, misalnya dalam
produksi baja dari besi mentah.
a. Pemetalurgi Besi
Komponen besi di kerak bumi ditemukan dalam mineral yang berbeda-beda seperti
pirit (FeS), siderit (FeCO3), hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Proses metalurgi besi
melibatkan reduksi kimia dari mineral oleh carbon pada tungku pembakar
yang ditunjukkan pada Gambar 2. Bijih besi, batu kapur (CaCO 3) dan
carbon dimasukkan kedalam tungku bagian atas. Melalui reaksi dengan oksigen dan air,
arang juga berfungsi sebagai penyedia gas pereduksi CO dan H2 . Batu kapur
CaCO3 sebagai penyuplai oksida basa CaO yang akan bereaksi dengan silikat dan pengotor
lain untuk di buang sebagai ampas. Udara yang masuk dari tungku bawah merupakan
bahan baku yang sangat penting untuk membakar arang. Di dalam tungku, oksigen
bereaksi dengan karbon pada arang membentuk karbon dioksida:
Sedang uap air yang hadir di udara juga bereaksi dengan karbon membentuk karbon
monoksida dan gas hidrogen pada temperatur sekitar 2000 oC.
Gas-gas CO dan H2 yang terbentuk mereduksi besi oksida, sebagai contoh reaksi dengan
Fe3O4:
Kemudian lelehan besi dikumpulkan di dasar tungku seperti terlihat dalam Gambar 3.
Lelehan ini masih bercampur dengan pengotor-pengotor seperti oksida silikon dan
aluminium. Pengotor-pengotor seperti alumunium oksida Al2O3 dan silikon SiO2
direaksikan dengan CaO membentuk ampas:
Manufaktur baja merupakan satu dari induistry logam yang sangat penting. Di USA
konsumsi baja pertahun mencapai 100 juta ton. Baja adalah amalgam besi yang
mengandung 0,03 sampai 1,4 % Materi Logam dan Pengolahannyacarbon dan beberapa
komponen lain seperti Mn, P, S san Si.
Produksi besi pada dasarnya adalah proses reduksi besi oksida menjadi logam besi,
sementara itu konversi besi menjadi baja adalah proses oksidasi, dimana pengotor yang
tidak diinginkan dihilangkan dari besinya melalui reaksi dengan oksigen. Salah satu
metode yang sering digunakan adalah menggunakan “basic oxygen process” Gambar 4
memperlihatkan proses oksigen basa. Lelehan besi dari tungku pembakar dituangkan ke
dalam labu silinder dengan posisi vertikal dan diberikan gas oksigen bertekanan. Pada
kondisi ini, mangan pospor dan silikon serta karbon yang berlebih bereaksi dengan oksigen
membentuk oksidanya. Oksida-oksida ini kemudian direaksikan dengan pereaksi yang
sesuai (contoh CaO atau SiO2 ) untuk membentuk ampas. Tipe pereaksi yang diperlukan
bergantung kepada pengotor yang ada. Jika pengotor utama adalah silikon dan pospor
maka pereaksi yang digunakan adalah pereaksi basa misal CaO.
Lain halnya jika pengotor utamanya adalah mangan, maka pereaksi basa seperti SiO 2
yang digunakan.
b. Hidrometalurgi
Setelah ion logam secara selektif terlarut dari bijihnya, ion tersebut akan mengendap
dari larutan membentuk logam bebas atau sebagai senyawa ionik yang tak larut. Emas
dalam contoh ini dihasilkan dari kompleks sianidanya melalui reduksi menggunakan
serbuk Seng (Zn). Selain emas, alumunium juga diproduksi secara komersial melalui
metode hidrometalurgi. Bijih yang paling berguna dalam proses pengolahan aluminium
adalah bauksit, yang alumunium sebagai oksida hidratnya, Al2O3.H2O. Proses pemurnian
alumunium disebut juga proses Bayer. Pertama-tama bijih alumunium digerus halus dan
dicampurkan pada larutan NaOH pekat, sekitar 30 % berat NaOH pada interval temperatur
antara 150 sampai 230 C. Tekanan yang cukup sekitar 30 atm diberikan untuk mencegah
pendidihan. Al2O3 terlarut membentuk kompleks ion aluminat, Al(OH)4-:
c. Elektrometalurgi
Oleh karena itu, untuk mendapatkan logam dari proses elektrometalurgi haruslah dilakukan
pada medium lelehan garam non-air.
Minyak murni (Straight Oils) adalah minyak yang tidak dapat diemulsikan dan
digunakan pada proses pemesinan dalam bentuk sudah diencerkan. Minyak ini terdiri dari
bahan minyak mineral dasar atau minyak bumi, dan kadang mengandung pelumas yang
lain seperti lemak, minyak tumbuhan, dan ester. Selain itu bisa juga ditambahkan aditif
tekanan tinggi seperti Chlorine, Sulphur dan Phosporus. Minyak murni menghasilkan
pelumasan terbaik , akan tetapi sifat pendinginannya paling jelek diantara cairan pendingin
yang lain.
Minyak sintetik (Synthetic Fluids) tidak mengandung minyak bumi atau minyak
mineral dan sebagai gantinya dibuat dari campuran organik dan inorganik alkaline
bersama-sama dengan bahan penambah (additive) untuk penangkal korosi. Minyak ini
biasanya digunakan dalam bentuk sudah diencerkan (biasanya dengan rasio 3 sampai
10%). Minyak sintetik menghasilkan unjuk kerja pendinginan terbaik diantara semua
cairan pendingin.
Soluble Oil akan membentuk emulsi ketika dicampur dengan air. Konsentrat
mengandung minyak mineral dasar dan pengemulsi untuk menstabilkan emulsi. Minyak ini
digunakan dalam bentuk sudah diencerkan ( biasanya konsentrasinya = 3 sampai 10%) dan
unjuk kerja pelumasan dan penghantaran panasnya bagus. Minyak ini digunakan luas oleh
industri pemesinan dan harganya lebih murah diantara cairan pendingin yang lain.
Cairan semi sintetik (Semi-synthetic fluids) adalah kombinasi antara minyak sintetik
dan soluble Oil dan memiliki karakteristik kedua minyak pembentuknya. Harga dan unjuk
kerja penghantaran panasnya terletak antara dua buah cairan pembentuknya tersebut.
2. Disemprotkan (Jet Application of Fluid), pada proses pendinginan dengan cara ini
cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara
pahat dan benda kerja yang terpotong). Sistem pendinginan benda kerja adalah
dengan cara menampung cairan pendingin dalam suatu tangki yang dilengkapi
dengan pompa yang dilengkapi filter pada pipa penyedotnya. Pipa keluar pompa
disalurkan melalui pipa/selang yang berakhir di beberapa selang keluaran yang
fleksiber ( Gambar 5.). Cairan pendingin yang sudah digunakan disaring dengan
filter pada meja mesin kemudian dialirkan ke tangki penampung.
Gambar 6 Cara pendinginan dengan cairan pendingin disemprotkan
langsung ke daerah pemotongan pada proses pembuatan lubang
3. Dikabutkan (Mist Application of Fluid), pemberian cairan pendingin dengan cara ini
cairan pendingin dikabutkan dengan menggunakan semprotan udara dan kabutnya
langsung diarahkan ke daerah pemotongan.
Cairan pendinginan pada proses pemesinan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi
utama dan fungsi kedua. Fungsi utama yaitu fungsi yang dikehendaki oleh perencana
proses pemesinan dan operator mesin perkakas. Fungsi kedua yaitu fungsi tak
langsung yang menguntungkan dengan adanya penerapan cairan pendingin tersebut.
Fungsi cairan pendingin tersebut adalah :
1. Fungsi utama dari cairan pendingin pada proses pemesinan adalah :
- Melumasi proses pemotongan khususnya pada kecepatan potong rendah.
- Mendinginkan benda kerja khususnya pada kecepatan potong tinggi.
- Membuang beram dari daerah pemotongan
2. Fungsi kedua cairan pendingin adalah :
- Melindungi permukaan yang disayat dari korosi
- Memudahkan pengambilan benda kerja, karena bagian yang panas telah di
dinginkan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengolahan logam (metal working) adalah proses mengolah logam untuk membuat
perkakas atau suku cadang mesin. Istilah metal working mencakup semua pekerjaan
logam yang luas, mulai dai pembuatan kapal-kapal besar dengan komponen baja yang
besar dank eras, pembuatan kilang minyak lepas pantai atau pengeboran sampai
pembuatan instrument mesin yang presisi dan pembuatan perhiasan yang kecil dan halus.
2. Metalurgi adalah Ilmu dan teknologi mengekstrak logam-logam dari bijihnya atau
senyawa lainnya serta persiapan untuk aspek kegunaannya. Biasanya proses pengambilan
logam dari bijihnya melibatkan tiga tahap utama yaitu (1) penambangan dan penyiapan
bijih, (2) Tahap produksi logam dan (3) pemurnian logam.
3. Surfaktan sama pentingnya dengan pemrosesan logam dengan industri pertambangan.
Untuk melakukan sesuai kebutuhan, permukaan logam harus dibersihkan dan dibebaskan
dari endapan oksida, minyak, dan kontaminan lainnya. Dalam Pengolahan logam
surfaktan yang digunakan adalah jenis cairan pendingin. Cairan pendingin digunakan
pada pemotongan logam atau proses pemesinan untuk beberapa alasan, antara lain : untuk
memperpanjang umur pahat, mengurangi deformasi benda kerja karena panas,
meningkatkan kualitas permukaan hasil pemesinan, dan membersihkan beram dari
permukaan potong.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita semua lebih paham dalam permasalahn
surfaktan dalam industry pengolahan logam yang mana membahas bagaimana surfaktan itu
digunakan dalam pengolahan logam.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengolahan_Logam
https://bisakimia.com/2015/11/04/materi-logam-dan-pengolahannya/
Myers, D., 2006. Surfactant Science And Technology, Third Edition. Canada: A JOHN WILEY &
SONS, INC., PUBLICATION.
Ghofur, A., 2015. INDUSTRI PENGOLAHAN LOGAM. Jakarta: Pusat Studi Metalurgi Indonesi
Maria Giacinta AS, Zainus Salimin, & junaidi. 2013. PENGOLAHAN LOGAM BERAT KHROM (Cr)
PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DENGAN PROSES KOAGULASI FLOKULASI DAN
PRESIPITASI. Jurnal Teknik Lingkungan. Semarang: Undip