Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

“Kegagalan Menyusui & Menyusui Dikaitkan dengan Kondisi Bayi”

DOSEN PEMBIMBING :

MARIYATUL QIFTIYAH, SST., M.Keb

Disusun oleh :

1. DWI RAHMAWATI (18.16.1.149.006)


2. HALDAH (18.16.1.149.009)
3. NURUL KHOLIFAH (18.16.1.149.020)
4. SEPTIKA PUTRI A. I (18.16.1.149.024)
5. WINDA FITHROTUL K (18.16.1.149.034)
6. HENI YULIATIN (18.16.1.149.036)
7. NUR KHOFIFAH (18.16.1.149.038)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
Kampus A : Jl. Diponegoro No.17 Tuban

1
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui yang berjudul
“Kegagalan Menyusui & Menyusui Dikaitkan dengan Kondisi Bayi”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada anggota kelompok yang telah
berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini, dengan mengorbankan waktu
serta berbagai masalah yang dihadapi.
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Terimakasih dan semoga makalah ini
bisa memberikan dampak positif bagi pembaca dan kita semua.

Tuban , 20 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya


beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Masalah pada bayi
umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi
“bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu
dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa memberikan makanan
atau minuman lain kepada bayi, kecuali vitamin, mineral, obat-obatan, dan garam
rehidrasi oral. World Health Organisation (WHO) menganjurkan agar pemberian
ASI dilakukan secara eksklusif sejak bayi lahir hingga bayi berusia enam bulan.
Anjuran tersebut telah diikuti oleh berbagai negara di dunia, salah satunya
Indonesia. Walaupun ASI eksklusif telah dianjurkan oleh pemerintah, kegagalan
ASI eksklusif sangat umum terjadi di Indonesia (WHO, 2010). ASI eksklusif
sangat penting bagi kelangsungan hidup bayi. ASI mengandung growth factor dan
zat antibodi. Growth factor dalam ASI berperan dalam membantu proses
pematangan organ dan hormon, sedangkan zat antibodi berfungsi membantu
proses pematangan sistem imun. Proses pematangan sistem imun sangat penting
karena sistem imun bayi baru lahir belum sempurna (Ballard, 2013). Apabila ASI
tidak diberikan secara eksklusif, proses pematangan sistem imun akan terganggu
dan menyebabkan bayi mudah terserang infeksi. Penanganan infeksi yang
terlambat dapat memicu kematian (Buonocore, 2012). Dampak dari rendahnya
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan dapat memperberat penyakit seperti
ISPA dan diare. Rendahnya prevalensi dan singkatnya masa penyusuan akan
meningkatkan risiko angka kesakitan dan kematian pada bayi di negara-negara
berkembang, terutama ISPA dan diare. Selain itu kegagalan pemberian ASI
eksklusif pada bayi dapat menimbulakan gangguan gizi dan dapat mengganggu
proses pematangan organ dan hormon (Kurniawati & Hargono, 2014). Menurut

4
Riset Kesehatan Dasar tahun 2011, Tingkat pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia masih sangat rendah 15,3% bayi yang mendapat ASI Eksklusif hingga 6
bulan. Tingginya angka bayi yang telah diberi MP ASI sebelum berusia 6 bulan
menyebabkan rendahnya pencapaian ASI eksklusif. Secara nasional pada tahun
2011 pencapaian ASI eksklusif adalah 37,6%, pada
tahun 2012 terjadi kenaikan pencapaian ASI eksklusif menjadi 48,6% dan
pada tahun 2013 Pencapaian ASI eksklusif menurun lagi menjadi 30,2 %
(KemenKes RI, 2013). Kabupaten malang memiliki cakupan pemberian ASI
esklusif dengan persentase 68,69%. Pada tahun 2014, cakupan pemberian ASI
eksklusif di Kabupaten malang meningkat menjadi 72%. Akan tetapi cakupan
pemberian ASI esklusif ini belum memenuhi target 75% (Dinkes Malang, 2014).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan
cakupan menyusui secara ekslusif yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif pasal
6 berbunyi setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada
bayi yang dilahirkannya. UU Nomor 36/2009 pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan
bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat
harus mendukung ibu secara penuh. Di dalam Pasal 200 menjelaskan bahwa
sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang dengan sengaja menghalangi
program pemberian ASI eksklusif sebagaimana dimaksud dalam pasal 128 ayat
(2). Ancaman pidana yang diberikan adalah pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Beberapa faktor diduga menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik.
Faktor tersebut adalah faktor karakteristik ibu, faktor bayi, lingkungan, dukungan
keluarga, pendidikan kesehatan, sosial ekonomi dan budaya (Budiharjo, 2012).
Menurut Bangnes tahun 2011, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif yang pertama adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif (32%) yaitu ibu-ibu menghentikan pemberian ASI karena produksi ASI
kurang. Selain itu berdasarkan beberapa laporan studi tentang permasalahan
pemberian ASI Eksklusif menemukan faktor faktor tidak diberikannya ASI
eksklusif pada bayi adalah karena ibu sibuk bekerja, gencarnya periklanan
tentang penggunaan susu formula, kurangnya sekresi ASI, persepsi tentang bayi

5
tanpa diberi makanan tambahan akan menjadi lapar (Kearney, 2011; Diharjo,
2010). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas kendalkerep
kota malang pada bulan mei 2018. Hasil wawancara dengan ibu yang
mempunyai anak bayi dari umur 0-6 bulan, peneliti menemukan bahwa
dari 15 ibu yang mempunyai anak bayi, 8 diantaranya mengatakan bayinya
diberikan ASI saja tanpa tambahan susu formula. 7 orang ibu lainnya mengatakan
bahwa bayinya diberikan susu tambahan selain ASI. Dari 7 orang ibu yang
memiliki pengalaman kegagalan pemberian ASI disebabkan oleh beberapa faktor,
faktor tersebut adalah produksi ASI tidak lancar, kurangnya tenaga kesehatan
yang menangani, dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif. Berdasarkan fenomena dan studi pendahuluan diatas, maka peneliti
ingin mengetahui tentang pengalaman kegagalan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kegagalan ASI?


2. Apa yang dimaksud dengan gagal tumbuh?
3. Apa yang dimaksud ikterus pada bayi menyusu ASI?
4. Bagaimana kegagalan ASI pada bayi SC?
5. Bagaimana kegagalan ASI pada bayi kembar?
6. Bagaimana kegagalan ASI pada bayi dengan kelainan anatomi bibir dan
palatum?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kegagalan ASI.


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gagal tumbuh.
3. Untuk mengetahui kegagalan ASI jika dikaitkan dengan kondisi bayi
mulai dari ikterus, bayi lahir SC, bayi kembar, bayi dengan kelainan
anatomi bibir dan palatum.

6
4. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai laktasi dalam
setiap kondisi bayi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kegagalan Menyusui

Menyusui adalah suatu kegiatan memberikan susu yang dilakukan oleh


wanita yang telah melahirkan bayinya yang berasal dari payu dara. Sebagaimana
keterangan di atas bahwa wanita yang menyusui membutuhkan waktu selama 2
tahun. Kegagalan menyusui merupakan proses kegagalan dalam menyusui yang
timbul karena beberapa masalah baik yang timbul dari diri ibu maupun bayi.

2.1.1 Penyebab Kegagalan Menyusui

1. Merasa ASI kurang

Para ibu merasa ASI nya kurang menduduki peringkat utama atau yang
terbanyak. Faktor penyebabnya ternyata lebih bersifat psikologis. Yakni ibu
merasa produksi ASI kurang, padahal sebenarnya bisa mencukupi kebutuhan bayi.
Ketidakpedean ibu sebenarnya bisa diatasi dengan diberi motivasi agar ibu lebih
yakin bahwa ia bisa memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Termasuk ibu yang
ingin menyusui bayi kembar, sebenarnya kebutuhan ASI akan tercukupi.

2. Kurang memahami penata laksanaan laktasi

Tercatat 307 ibu yang kurang paham soal ini. Padahal penjelasan informasi
tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya seharusnya dimulai sejak
masa kehamilan (usia kandungan 32 minggu), lalu pada masa bayi lahir sampai
berusia 2 tahun. Termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

Menyusui bayi dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang


bersalin juga menentukan kelancaran proses berikutnya. Apabila ibu menjalani
operasi sesar pun bayi tetap disusui segera setelah lahir, kecuali ada kendala
medis. Tujuannya untuk memberikan perangsangan sesegera mungkin pada
payudara agar kegiatan produksi dan pengaliran ASI berjalan mulus. Bayi pun

7
dilatih menggunakan refleks mengisapnya sesegera mungkin agar dapat menyusu
dengan lancar. Biasanya pada proses menyusu pertama kali, bayi memang tidak
langsung mendapat ASI. Ada yang baru pada hari ke-3 ASI mengalir ke luar.
Nutrisi yang dibawa bayi dari kandungan membuatnya mampu bertahan hidup
selama menunggu ASI keluar.

Sayang, banyak ibu baru mengetahui manajemen laktasi setelah melahirkan.


Alhasil, mereka kerap mengalami berbagai kendala menyusui. Misal, kesulitan
mencari posisi menyusui yang tepat, kendala payudara bengkak dan sebagainya.
Bila ibu sudah paham manajemen laktasi sejak hamil, tentu persoalan menyusui
diharapkan takkan ditemui. Kalaupun ada kendala, masalahnya tak sampai berat
dan dapat diatasi segera. Dengan begitu, ibu pun bisa lancar memberikan ASI
eksklusif pada si kecil.

3. Relaktasi

Relaktasi adalah suatu keadaan dimana ibu yang telah berhenti menyusui
ingin memulainya kembali. Ada beberapa situasi yang mendorong dilakukannya
relaktasi, diantaranya:

 Bayi sakit dan sudah lama tidak menyusu kepada ibunya


 Bayi sudah diberikan makanan pendamping, tapi ibu ingin kembali
menyusui.
 Ibu menderita sakit sehingga berhenti menyusu
 Ibu merasa bersalah lantaran memberikan susu botol, padahal ASI adalah
yang terbaik bagi bayi

4. Sudah mendapat prelacteal feeding

Maksudnya ibu memberikan makanan atau minuman lain selain ASI


terlalu dini (di bawah 6 bulan). Contoh, bayi diberi air putih, air gula bahkan susu
formula. Kekurangpahaman ibu akan manajemen laktasi juga berkaitan dengan
banyak tempat bersalin/rumah sakit yang kurang peduli akan manfaat ASI. Para
ibu yang melahirkan di sana dan ASI nya tidak/belum keluar tidak didukung oleh
petugas kesehatan yang malah memberikan air putih atau susu formula. Selain
kehilangan manfaat ASI sejak fase kolostrum, bayi pun akan menghadapi masalah

8
seperti bingung puting. Ibu sendiri mengalami payudara bengkak karena tidak
menyusui. Umumnya ibu yang menyadari bahwa pemberian prelakteal tak ada
gunanya karena malah akan mengganggu proses menyusui, berusaha untuk
melakukan relaktasi.

5. Ibu bekerja

Para ibu bekerja umumnya paling sering mengalami persoalan manajemen


laktasi. Terutama ketika sudah harus kembali bekerja. Tentu saja ASI perah
adalah jawabannya. Memerah dimana? Rancanglah pojok yang nyaman dan
memenuhi privasi di ruangan kantor. Lakukan setelah makan siang, sebelum jam
istirahat habis. Gunakan jari atau alat perah. Jangan lupa, bawa wadah ASI (bisa
berupa beberapa botol susu bayi). Tanpa pendinginan atau di suhu ruangan, ASI
bisa bertahan selama 6 jam. Hitunglah lamanya waktu kerja setelah memerah dan
perjalanan pulang ke rumah, apakah masih kurang dari 6 jam? Kalau lebih,
bawalah termos es atau sediakan kulkas portabel di bawah meja kerja supaya ASI
dapat bertahan lebih lama.

6. Kelainan ibu

Yang dimaksud adalah persoalan fisik seputar menyusui, misal puting


lecet karena digigit, payudara bengkak, mastitis dan abses. Yang cukup sering
terjadi, kasus puting lecet karena posisi bayi menyusu kurang tepat atau bayi
menggigit puting, yang tentunya membuat ibu merasa sakit. Akhirnya ibu berhenti
menyusui. Sebenarnya ibu tak usah berhenti menyusui, karena berikutnya akan
muncul masalah baru lagi yaitu payudara bengkak. Yang perlu diperbaiki adalah
posisi menyusui. Lecet pada puting dapat sembuh dengan sendirinya bila masih
ringan. Akan lebih membantu jika luka tersebut diolesi ASI sedikit. Jika parah
sampai timbul mastitis/abses, mintalah saran dan obat dari dokter.

7. Kelainan bayi

Keluhan bayi sakit di klinik latasi cukup banyak terjadi. Akibatnya, bayi sulit
mendapat ASI eksklusif karena harus mengkonsumsi obat. Memang demikian
kondisinya, namun ibu dianjurkan untuk terus memberikan ASI selama si kecil
sakit, bahkan jika ia harus dirawat di rumah sakit. Jika ibu tak dapat mendampingi

9
bayinya setiap saat, titipkan susu perahan sebanyak yang diperlukan sampai ibu
datang menjenguk kembali kepada perawat yang menjaga dan mengurus bayi.
Mintalah padanya untuk memberikan ASI dengan sendok.

8. Kurang motivasi ibu/keluarga

Kurangnya motivasi baik dari ibu sendiri ataupun keluarga juga menyebabkan
proses menyusui terganggu. Misalnya, ketika si bayi rewel terus, ia langsung
diberi susu formula atau dot supaya anteng. Kelurga kurang mendukung untuk
proses pemberian ASI sehingga ibu pun tidak memiliki motivasi yang kuat untuk
memberi ASI secara eksklusif kepada bayinya. Untuk itu, keluarga pun setidaknya
perlu mendapatkan informasi atau manajemen ASI sehingga progam ASI dapat
dilakukan.

9. Berat badan turun

Beberapa ibu mengeluhkan berat badan bayinya turun atau tidak naik secara
cepat. Hal ini membuat ASI sering dipojokkan sebagai biang keladi bayi tak
tampak gemuk. Sebenarnya, tak masalah BB bayi turun sedikit atau naik secara
perlahan selama angkanya masih dalam batas kurva BB normal. Jika masih sesuai
dengan grafik pertumbuhan, bayi masih dikatakan sehat. Perlu diketahui,
umumnya BB lahir bayi akan turun pada minggu-minggu pertama. Jadi ibu tidak
perlu kwatir.

2.1.2 Cara Mengatasi Kegagalan Dalam Menyusui

1. Membangun rasa kepercayaan diri pada ibu agar ibu tidak merasa kalau ASI
yang diproduksinya kurang .

Hal ini berhubungan psikologi ibu,untuk itu diperlukan rasa percaya diri ibu,agar
bisa merasa pede pada saat menyusui,untuk itu diperlukan cara untuk
meningkatkan produksi ASI.Ada beberapa langkah untuk meningkatkan produksi
ASI, di antaranya:

 Pastikan ibu menyusui dengan posisi yang benar dan perlekatan yang baik

10
 Memberikan kesempatan pada bayi untuk menyusui sesering mungkin dan
sesuai keinginan bayi. Kalau dihitung secara umum, dalam sehari bisa 10-
12 kali menyusui.
 Bayi tidak diberikan dot/empeng
 Pastikan ibu mendapatkan asupan makanan bergizi dan minum yang
cukup
 Usahakan untuk relaks dan istirahat cukup
 Jangan lupa skin to skin contact, misalnya saat tidur bersama bayi atau saat
mengganti popoknya bila BAB / BAK

2.Memahami penatalaksanaan laktasi

Manajemen laktasi juga mencakup bagaimana cara menyusui yang benar dan
cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
Diharapkan ibu tak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir. Ini juga termasuk tidak memberikan dot atau empeng
kepada bayi yang diberi ASI perah.

3. Tidak memberikan makanan atau minuman kepada bayi selain ASI terlalu dini
(di bawah 6 bulan) / prelacteal feeding.

Hal ini sangat berpengaruh besar pada bayi karena bayi akan terbiasa akan
makanan dan minuman yang diberikannya terlalu dini,sehingga hal ini akan
mempengaruhi proses menyusui.

4.Mengatasi Kelainan yang terjadi pada ibu

Yang dimaksud adalah persoalan fisik seputar menyusui, misal puting lecet karena
digigit, payudara bengkak, mastitis dan abses persoalan fisik seputar menyusui,
misal puting lecet karena digigit, payudara bengkak, mastitis dan abses

Ada beberapa cara agar masalah ini dapat di atasi, diantaranya :

 Berikan perhatian pada bayi terutama saat ia menyusu agar terjalin


perlekatan yang baik.

11
 Bila bayi tampak mengubah posisi mulutnya dan bersiap menggigit, segera
lepaskan payudara dengan memasukkan jari kelingking ke sudut mulutnya
sehingga pengisapan terhenti
 Pindahkan bayi dari payudara sehingga bayi tak berada pada posisi
menyusu lagi.
 Dorong bayi lebih mendekat ke payudara hingga hidungnya terhalang dan
ia melepas puting untuk bernapas dengan mulutnya. Sedikit trik "jahil" ini
tidak mengapa dilakukan pada bayi demi melindungi puting dan
kelancaran proses menyusui berikutnya.

5.Memberikan ASI dengan sendok kepada bayi yang kondisinya tidak


memungkinkan untuk disusui,seperti bayi yang harus dirawat dirumah sakit.

6 .Memberikan motivasi ibu/keluarga dalam menyusui bayinya

Hal ini sangat penting karena kurangnya motivasi baik dari ibu sendiri ataupun
keluarga juga menyebabkan proses menyusui terganggu.

2.2 Gagal Tumbuh

Seorang ibu sering cemas saat melihat anaknya sangat mungil, kurus dan
mengalami kesulitan kenaikkan berat badan saat hanya minum ASI.

Seringkali orangtua atau sebagian dokter terburu-buru memvonis ASI kurang


dengan merekomendasikan pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan
dan menambahan susu formula. Padahal, masalah utama gangguan berat badan
pada bayi karena masalah kemampuan minum yang buruk.

Gagal tumbuh pada bayi berarti bahwa bayi tidak tumbuh dan berkembang
seperti yang diharapkan. Jika bayi tumbuh perlahan tapi memiliki banyak energi,
tampak sehat, dan perkembangan sesuai usia, maka bayi mungkin mengalami
gagal tumbuh. Istilah "gagal tumbuh" berarti bayi tidak tumbuh secara normal.
Bayi dengan masalah berat kurang dan mungkin ukuran panjang bayi lebih kurang
dengan jenis kelamin dan usia yang sama

Kegagalan awal untuk berkembang biasanya karena masalah menyusui.


Jika bayi kehilangan lebih dari 7% dari berat lahir mereka atau tidak mendapatkan

12
kembali dengan 2 minggu, kemungkinan bahwa menyusui tidak berjalan dengan
baik. Ibu dapat memiliki kesulitan memproduksi ASI yang cukup jika mereka
mengalami perdarahan yang berlebihan selama dan setelah kelahiran.

Seorang dokter dapat mendiagnosis gagal tumbuh dengan menggunakan


grafik pertumbuhan standar untuk plot berat badan anak, panjang dan lingkar
kepala, yang diukur pada setiap ujian baik bayi. Bayi yang jatuh di bawah kisaran
berat badan tertentu untuk usia mereka atau yang gagal untuk mendapatkan berat
badan pada tingkat yang diharapkan mungkin membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Bayi yang gagal untuk berkembang juga akan menunjukkan tanda-tanda
keterlambatan mental, emosional dan fisik. Deteksi dini dan pengobatan adalah
penting untuk mencegah pertumbuhan permanen dan masalah perkembangan.

 Grafik Pertumbuhan :

Usia Rata-rata pertumbuhan tinggi Rata-rata pertumbuhan berat 0-6 bulan


6-7 inci

7-12 pound (1 pound = 0,4536 gram) 6-12 bulan 3-4 inci 5-7 pound 1-2
tahun 4-5 inci 5-7 pound.

sumber; the National Center for Health Statistics, 2000

Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan


perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ tubuh. Di mana
keduanya berjalan secara berkesinambungan dalam tubuh manusia. Faktor utama
yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
faktor genetik dan faktor lingkungan.

Sehingga sangat penting untuk memantau tumbuh dan berkembangnya


anak. Pemantauan pertumbuhan anak dapat digunakan dengan rumus dan cara
tertentu. tetapi yang paling baik sebenarnya adalah dengan memantau melalui
KMS atau frafik pertumbuhan anak yang ada dalam setiap buku kesehatan anak
anda. Namun sayangnya grafik yang sangat penting tersebut tidak diisi bahkan
sering diabaikan oleh orang tua bahkan oleh sebagian dokter.

13
Penyebab paling umum adalah asupan nutrisi yang tidak memadai yang
berarti bayi tidak mendapatkan cukup makan atau tidak mendapatkan cukup dari
jenis makanan yang tepat untuk meningkatkan kenaikkan berat badan. Penyebab
gangguan kenaikkan berat badan tersebut hanya ada 2 faktor umum diantaranya si
bayi minum tidak banyak atau produksi ASI kurang. Penyebab paling sering
adalah bayi mempunyai gangguan minum atau jumlah yang diminum sedikit.

2.3 Ikterus Pada Bayi Menyusu ASI

Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang
disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Ikterus umumnya mulai tampak pada
sklera (bagian putih mata) dan muka, selanjutnya meluas secara sefalokaudal (dari
atas ke bawah) ke arah dada, perut dan ekstremitas. Pada bayi baru lahir, ikterus
seringkali tidak dapat dilihat pada sklera karena bayi baru lahir umumnya sulit
membuka mata.

Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu pertama terjadi pada 60% bayi
cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah keadaan yang fisiologis.
Walaupun demikian, sebagian bayi akan mengalami ikterus yang berat sehingga
memerlukan pemeriksaan dan tata laksana yang benar untuk mencegah kesakitan
dan kematian.

Seringkali dijumpai ibu yang baru melahirkan menolak memberikan ASI atau
meminta agar bayinya diberi tambahan susu formula pada hari-hari pertama,
karena kawatir ASI nya tidak cukup dan bayinya akan menjadi kuning. Apakah
pendapat tersebut benar?. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang
penyebab ikterus pada bayi baru lahir, bahaya yang dapat ditimbulkan, dan tata
laksananya.

1. Metabolisme bilirubin
Penumpukan bilirubin merupakan penyebab terjadinya kuning
pada bayi baru lahir. Bilirubin adalah hasil pemecahan sel darah merah
(SDM). Hemoglobin (Hb) yang berada di dalam SDM akan dipecah
menjadi bilirubin. Satu gram Hb akan menghasilkan 34 mg bilirubin.

14
Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut dalam lemak dan akan
diangkut ke hati terikat oleh albumin. Di dalam hati bilirubin dikonyugasi
oleh enzim glukoronid transferase menjadi bilirubin direk yang larut
dalam air untuk kemudian disalurkan melalui saluran empedu di dalam
dan di luar hati ke usus.
Di dalam usus bilirubin direk ini akan terikat oleh makanan dan
dikeluarkan sebagai sterkobilin bersama bersama tinja. Apabila tidak ada
makanan di dalam usus, bilirubin direk ini akan diubah oleh enzim di
dalam usus yang juga terdapat di dalam air susu ibu (ASI), yaitu beta-
glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali dari
dalam usus ke dalam aliran darah. Bilirubin indirek ini akan diikat oleh
albumin dan kembali ke dalam hati. Rangkaian ini disebut sirkulus
enterohepatik (rantai usus-hati).

Peningkatan bilirubin pada neonatus sering terjadi akibat :

a. Selama masa janin, bilirubin diekskresi (dikeluarkan) melalui


plasenta ibu, sedangkan setelah lahir harus diekskresi oleh
bayi sendiri dan memerlukan waktu adaptasi selama kurang lebih
satu minggu.
b. Jumlah sel darah merah lebih banyak pada neonatus
c. Lama hidup sel darah merah pada neonatus lebih singkat dibanding
lama hidup sel darah merah pada usia yang lebih tua
d. Jumlah albumin untuk mengikat bilirubin pada bayi prematur (bayi
kurang bulan) atau bayi yang mengalami gangguan pertumbuhan
intrauterin (dalam kandungan) sedikit.
e. Uptake (ambilan) dan konyugasi (pengikatan) bilirubin oleh hati
belum sempurna, terutama pada bayi prematur
f. Sirkulasi enterohepatik meningkat.
Bahaya penumpukan bilirubin :

Bilirubin indirek yang larut dalam lemak bila menembus darah


otak akan terikat oleh sel otak terutama dari lemak. Sel otak dapat menjadi

15
rusak, bayi kejang, menderita kernikterus, bahkan menyebabkan kematian.
Bila kernikterus dapat dilalui, bayi dapat tumbuh tapi tidak berkembang.
Selain bahaya tersebut, bilirubin direk yang bertumpuk di hati akan
merusak sel hati menyebabkan sirosis hepatik (pengerutan hati).
Hiperbilirubinemia (kadar bilirubin tinggi) pada bayi kurang bulan
lebih sering terjadi, lebih cepat terlihat, dan berlangsung lebih lama. Kadar
bilirubin di dalam darah bayi kurang bulan juga lebih tinggi dibanding
bayi cukup bulan (Gambar 5). Hal ini disebabkan oleh sel hati yang masih
imatur (belum matang), uptake dan konyugasi bilirubin lambat dan
sirkulasi enterohepatik yang meningkat.

2. Ikterus dan pemberian ASI


Ikterus yang berhubungan dengan pemberian ASI disebabkan oleh
peningkatan bilirubin indirek. Ada 2 jenis ikterus yang berhubungan
dengan pemberian ASI, yaitu (1) Jenis pertama: ikterus yang timbul dini
(hari kedua atau ketiga) dan disebabkan oleh asupan makanan yang kurang
karena produksi ASI masih kurang pada hari pertama dan (2) Jenis kedua:
ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama, bersifat familial
disebabkan oleh zat yang ada di dalam ASI.
3. Ikterus dini
Bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat mengalami ikterus.
Ikterus ini disebabkan oleh produksi ASI yang belum banyak pada hari
hari pertama. Bayi mengalami kekurangan asupan makanan sehingga
bilirubin direk yang sudah mencapai usus tidak terikat oleh makanan dan
tidak dikeluarkan melalui anus bersama makanan. Di dalam usus, bilirubin
direk ini diubah menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali ke
dalam darah dan mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan dan jangan diberi air putih atau
air gula.
Untuk mengurangi terjadinya ikterus dini perlu tindakan sebagai berikut :
a. bayi dalam waktu 30 menit diletakkan ke dada ibunya selama 30-60
menit

16
b. posisi dan perlekatan bayi pada payudara harus benar
c. berikan kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan
mekonium dengan segera.
d. Mekonium yang mengandung bilirubin tinggi bila tidak segera
dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi kembali sehingga
meningkatkan kadar bilirubin dalam darah.
e. bayi disusukan sesuai kemauannya tetapi paling kurang 8 kali sehari.
f. jangan diberikan air putih, air gula atau apapun lainnya sebelum ASI
keluar karena akan mengurangi asupan susu.
g. monitor kecukupan produksi ASI dengan melihat buang air kecil bayi
paling kurang 6-7 kali sehari dan buang air besar paling kurang 3-4
kali sehari.
4. Ikterus karena ASI
Iketrus karena ASI pertama kali didiskripsikan pada tahun 1963.
Karakteristik ikterus karena ASI adalah kadar bilirubin indirek yang masih
meningkat setelah 4-7 hari pertama, berlangsung lebih lama dari ikerus
fisiologis yaitu sampai 3-12 minggu dan tidak ada penyebab lainnya yang
dapat menyebabkan ikterus. Ikterus karena ASI berhubungan dengan
pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul ikterus
pada setiap bayi yang disusukannya. Selain itu, ikterus karena ASI juga
bergantung kepada kemampuan bayi mengkonjugasi bilirubin indirek
(misalnya bayi prematur akan lebih besar kemungkinan terjadi ikterus).

Penyebab ikterus karena ASI belum jelas tetapi ada beberapa faktor yang
diperkirakan memegang peran, yaitu :

a. terdapat hasil metabolisme hormon progesteron yaitu pregnane3-α 20


betadiol di dalam ASI yang menghambat uridine diphosphoglucoronic
acid (UDPGA)
b. peningkatan konsentrasi asam lemak bebas yang nonesterified yang
menghambat fungsi glukoronid transferase di hati
c. peningkatan sirkulasi enterohepatik karena adanya peningkatan
aktivitas ß glukoronidase di dalam ASI saat berada dalam usus bayi.

17
d. defek pada aktivitas uridine diphosphate-glucoronyl transferase
(UGT1A1) pada bayi homozigot atau heterozigot untuk varian sindrom
Gilbert.
5. Diagnosis ikterus karena ASI
Semua penyebab ikterus harus disingkirkan. Orangtua dapat
ditanyakan apakah anak sebelumnya juga mengalami ikterus. Sekitar 70%
bayi baru lahir yang saudara sebelumnya mengalami ikterus karena ASI
akan mengalami ikterus pula.
Beratnya ikterus bergantung pada kematangan hati untuk mengkonyugasi
kelebihan bilirubin indirek ini. Untuk kepastian diagnosis apalagi bila
kadar bilirubin telah mencapai di atas 16 mg/dl selama lebih dari 24 jam
adalah dengan memeriksa kadar bilirubin 2 jam setelah menyusu dan
kemudian menghentikan pemberian ASI selama 12 jam (tentu bayi
mendapat cairan dan kalori dari makanan lain berupa ASI dari donor atau
pengganti ASI dan ibu tetap diperah agar produksi ASI tidak berkurang).
Setelah 12 jam kadar bilirubin diperiksa ulang, bila penurunannya lebih
dari 2 mg/dl maka diagnosis dapat dipastikan.
Bila kadar bilirubin telah mencapai < 15 mg/dl, maka ASI dapat
diberikan kembali. Kadar bilirubin diperiksa ulang untuk melihat apakah
ada peningkatan kembali
Pada sebagian besar kasus penghentian ASI untuk beberapa lama akan
memberi kesempatan hati mengkonyugasi bilirubin indirek yang
berlebihan tersebut, sehingga apabila ASI diberikan kembali kenaikannya
tidak akan banyak dan kemudian berangsur menurun.
Apabila kadar bilirubin tidak turun maka penghentian pemberian ASI
dilanjutkan sampai 18-24 jam dengan mengukur kadar bilirubin setiap 6
jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian
pemberian ASI selama 24 jam maka jelas penyebabnya bukan karena ASI.
ASI boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab ikterus lainnya.
Masih terdapat kontroversi untuk tetap melanjutkan pemberian ASI atau
dihentikan sementara pada keadaan ikterus karena ASI. Biasanya kadar
bilirubin akan menurun drastis bila ASI dihentikan sementara.

18
6. Tata laksana
Pada hiperbilirubinemia, bayi harus tetap diberikan ASI dan jangan
diganti dengan air putih atau air gula karena protein susu akan melapisi
mukosa usus dan menurunkan penyerapan kembali bilirubin yang tidak
terkonyugasi. Pada keadaan tertentu bayi perlu diberikan terapi sinar.
Transfusi tukar jarang dilakukan pada ikterus dini atau ikterus karena ASI.
Indikasi terapi sinar dan transfusi tukar sesuai dengan tata laksana
hiperbilirubinemia.

Yang perlu diperhatikan pada bayi yang mendapat terapi sinar


adalah sedapat mungkin ibu tetap menyusui atau memberikan ASI yang
diperah dengan menggunakan cangkir supaya bayi tetap terbangun dan
tidak tidur terus. Bila gagal menggunakan cangkir, maka dapat diberikan
dengan pipa orogastrik atau nasogastrik, tetapi harus segera dicabut
sehingga tidak mengganggu refleks isapnya. Kegiatan menyusui harus
sering (1-2 jam sekali) untuk mencegah dehidrasi, kecuali pada bayi
kuning yang tidur terus, dapat diberikan ASI tiap 3 jam sekali. Jika ASI
tidak cukup maka lebih baik diberikan ASI dan PASI bersama daripada
hanya PASI saja.

Ikterus dini yang menetap lebih dari 2 minggu ditemukan pada lebih dari
30% bayi, sehingga memerlukan tata laksana sebagai berikut :

a. jika pemeriksaan fisik, urin dan feses normal hanya diperlukan


observasi saja.
b. dilakukan skrining hipotiroid.
c. jika menetap sampai 3 minggu, periksa kadar bilirubin urin, bilirubin
direk dan total.
7. Manajemen dan penyimpanan ASI
Pada ikterus dini dan ikterus karena ASI diperlukan manajemen
ASI yang benar. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa diberikan
apa-apa selain ASI. Pemberian ASI eksklusif akan berhasil bila terdapat
perlekatan yang erat. Bayi disusui segera setelah lahir, sering menyusui
dan memerah ASI.

19
Perlekatan yang baik bila sebagian besar areola masuk ke mulut
bayi, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah terputar ke bawah. Pada
ikterus karena ASI yang terpaksa harus menghentikan ASI untuk
sementara, sebaiknya diberikan pengganti ASI dengan tidak menggunakan
dot, tapi menggunakan sendok kecil atau cangkir. ASI harus sering diperah
dan disimpan dengan tepat terutama pada ibu yang bekerja.
Berikut adalah cara menyimpan ASI yang diperah:
a. ASI yang telah diperah dan belum diberikan dalam waktu 30 menit,
sebaiknya disimpan dalam lemari es.
b. ASI dapat disimpan selama 2 jam dalam lemari es dengan
menggunakan kontainer yang bersih, misalnya plastik
c. ASI yang diperah harus tetap dingin terutama selama dibawa
transportasi.
d. ASI yang tidak digunakan selama 48 jam, sebaiknya didinginkan di
freezer dan dapat disimpan selama 3 bulan.
e. Sebaiknya diberi label tanggal pada ASI yang diperah, sehingga bila
akan digunakan, ASI yang awal disimpan yang digunakan.
f. Jangan memanaskan ASI dengan direbus, cukup direndam dalam air
hangat. Juga jangan mencairkan ASI beku langsung dengan
pemanasan, pindahkan dahulu ke lemari es pendingin agar mencair
baru dihangatkan
g. Dengan manajemen ASI yang benar diharapkan bayi dapat diberikan
ASI secara eksklusif sekalipun mengalami ikterus.
2.4 Bayi Lahir Melalui SC

Sesaria Bila pada seksio sesaria digunakan anestesi umum, bayi dapat
mulai disusui setelah ibu sadar dari efek anestesi, dengan bantuan tenaga
perawat/bidan Efek narkosis pada bayi yang diterimanya, baik melalui plasenta
maupun melalui ASI, dapat mengakibatkan bayi lemah dan malas menyusu. Bila
ibu dan bayi keadaan umumnya baik atau tanpa komplikasi, harus segera
dilakukan rawat gabung Peningkatan suhu ringan setelah operasi lazim terjadi,
tetapi bukan merupakan kontraindikasi untuk menyusui. Posisi menyusui

20
memegang bola (footbal) lebih cocok untuk ibu pascaseksio karena dengan posisi
ini bayi tidak menekan bekas luka operasi. Selain itu, dapat menyusui dengan
posisi miring dan bayi berada di samping ibu. Bayi Kembar Dengan
meningkatnya rangsangan produksi ASI karena isapan dari dua bayi, ASI selalu
cukup untuk kedua bayi kembar. Namun, yang penting diperhatikan adalah diet
ibu, yang harus mengandung kalori lebih tinggi, ekstra minum, serta cukup
protein dan vitamin. Hal ini dilakukan agar produksi ASI mencukupi kebutuhan
bayi dan status gizi ibu terpelihara Bayi dapat disusui keduanya oleh ibu secara
bersamaan ataupun bergantian. Hal ini bergantung pada posisi mana yang
dianggap nyaman oleh ibu. Tiga posisi yang dapat dilakukan pada kedua bayi
secara bersamaan adalah 1. Tiap bayi menyusu dengan posisi footbal. 2. Tiap bayi
menyusu dengan posisi sejajar dengan tubuh ibu 3. Kedua bayi menyusu saling
menyilang di depan tubuh ibu Bagi ibu yang terpaksa menyusui bayinya secara
bergantian, harus mulai lebih dahulu dengan menyusui bayi yang lebih kecil. Bayi
kembar sering tumbuh pada tingkatan yang berbeda, yang satu lebih gemuk dari
yang lain, bergantung pada frekuensi menyusui masing-masing bayi.

2.5 Bayi Kembar

Bayi kembar biasanya kembar dua, tetapi kadang-kadang mungkin lebih


(multipel), yaitu kembar tiga (triplet) atau bahkan kembar empat (quadriplet).
Bayi kembar mungkin berasal dari satu pembuahan (monozygote ) atau memang
ada dua pembuahan (dizygote). Insidensi kelahiran bayi kembar terus meningkat
hampir sebesar 65% sejak tahun 1980, dimana setiap tahunnya diperkirakan lahir
31,5 bayi kembar ganda dan 1,9 triplet per 1000 kelahiran hidup. Banyak faktor
yang mempengaruhi peningkatan kelahiran bayi multipel. Penyebab utama adalah
meningkatnya usia ibu hamil dan berkembangnya terapi untuk infertilitas dengan
hormon pada ibu. Semakin tua seorang wanita maka kesempatan untuk
mendapatkan kehamilan kembar menjadi dua kali lipat, sedangkan pada wanita
yang menjalani terapi kesuburan risiko untuk mendapatkan kehamilan kembar
menjadi sepuluh kali lipat. Pada praktek sehari-hari yang sering dijumpai adalah
bayi kembar ganda (gemelli), oleh karena itu pembahasan akan lebih menitik
beratkan pada penanganan bayi kembar ganda.

21
qBanyak kalangan menyangka bahwa menyusui bayi kembar adalah sulit, dan air
susu ibu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua, tiga atau lebih bayi.
Dengan pengetahuan yang cukup, bantuan dari petugas medis, kesabaran ibu dan
dukungan keluarga, semua bayi multipel dapat disusui dengan baik, secara
eksklusif enam bulan dan berlangsung hingga dua tahun. Persiapan menyusui bayi
kembar harus dimulai sejak dini. Pengetahuan mengenai anatomi-fisiologi
menyusui, konseling yang mantap, teknik menyusui yang benar, serta asupan
nutrisi ibu yang baik dan cukup, sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui
bayi kembar.

1. Persiapan saat kehamilan


Kehamilan yang kemudian diketahui ganda akan menjadi perhatian besar
pada ibu dan keluarga. Umumnya gembira, tetapi juga khawatir, takut
terjadi hal yang tidak baik pada ibu dan bayi. Kesibukan berkonsultasi ke
dokter ahli kandungan, membeli perlengkapan lebih dari satu bayi,
janganlah membuat konsultasi ke ahli laktasi menjadi terabaikan. Bila
anda seorang bidan atau ahli kandungan, ingatlah selalu untuk
mengirimkan ibu dan keluarga pada seorang konsultan laktasi. Menurut
WHO, konseling laktasi saaat antenatal ini minimal dilakukan 2 (dua) kali.

Saat konseling laktasi sampaikan hal-hal yang akan dihadapi ibu dan
keluarga,

seperti:

a. Bayi mungkin akan dilahirkan dengan operasi Caesar


b. Inisiasi menyusu dini (IMD) tetap dapat dikerjakan pada kedua
bayi, meskipun mungkin akan lebih membutuhkan kesabaran (lihat
bab Inisiasi Menyusu Dini)
c. Bayi mungkin akan lahir kecil
d. Pada hari-hari pertama diperlukan usaha yang maksimal untuk
menyusui kedua bayi
e. Manfaat ASI dalam mencegah risiko infeksi, alergi dan penyakit
kronis.
f. Posisi dan pelekatan menyusui yang baik dan benar

22
g. Berbagai posisi menyusui kedua bayi pada saat yang bersamaan
h. Dukungan dari suami dan keluarga agar ibu tidak kelelahan
i. Tumbuh kembang yang akan dihadapi oleh bayi kembar
j. Asupan nutrisi yang cukup dan baik untuk ibu
k. Fisiologi menyusui bayi kembar
2. Persalinan bayi kembar
Pada masa kini lebih disukai melahirkan bayi kembar dengan operasi
Caesar untuk menghindari berbagai risiko kelahiran per vaginam.
Kerjasama yang baik antara dokter ahli kandungan, dokter spesialis anak,
dokter anestesi, dan paramedis termasuk petugas kamar bersalin menjadi
penting. Komunikasi antar anggota tim dan antara tim dengan keluarga
hendaknya terjalin dengan baik.

Setelah bayi pertama lahir dan terlihat bugar, keringkan bayi, ikat tali
pusat, dan letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk memulai melakukan
inisiasi menyusu dini (IMD). Diperlukan bantuan petugas lain untuk
mengangkat bayi ke-2, mengeringkan bayi danmengikat tali pusatnya
serta meletakkan bayi di dada ibu, pada sisi yang berbeda, bersama dengan
bayi pertama. Biarkanlah kedua bayi mendapat kontak kulit dengan kulit
di dada ibu selama minimal satu jam, seperti yang telah diberitahu pada
saat ibumelakukan konseling antenatal. Biarkan bayi mencari puting ibu
sendiri. Jangan lupa memasangkan topi dan menyelimuti punggung bayi.
Suhu pendingin ruangan hendaknya tidak kurang dari 24 0Celcius. Setelah
satu jam, ambil bayi dari ibu, berikan tetes mata, antibiotik secara
intramuscular. Kontak kulit ke kulit dini pada bayi kembar juga dapat
dilakukan satu persatu seperti yang dibahas pada bab IMD.

Sekiranya terjadi masalah seputar waktu kelahiran, usahakan bayi segera


menyusu ke ibu sebelum usia bayi 6 jam, karena semakin lama menunggu
bayi menghisap, semakin banyak kendala yang akan dihadapi.

3. Menyusui bayi kembar

Academy of Pediatrics mengeluarkan rekomendasi pemberian ASI


eksklusif untuk bayi, baik pada kelahiran tunggal maupun pada kasus

23
kelahiran kembar. ASI merupakan nutrisi terbaik dan spesifik untuk bayi
manusia. Komposisinya yang unik menyediakan nutrisi yang ideal umtuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam setahun pertama kehidupan.
Telah

banyak penelitian yang membuktikan bahwa dengan memberikan ASI,


bayi akan terlindungi dari kejadian infeksi, penyakit kronik, dan alergi.
Bayi-bayi yang mendapat ASI menunjukkan perkembangan psikologis dan
kognitif yang lebih baik.

Menyusui bayi kembar pada dasarnya sama seperti bayi tunggal walaupun
lebih berpotensi bermasalah dan banyak membutuhkan dukungan.
Kehamilan kembar sering dikaitkan dengan kelahiran dengan cara operasi
Caesar, kejadian bayi prematur, dan berat badan lahir rendah atau berat
badan lahir sangat rendah. Prematuritas sendiri sangat rentan terhadap
terjadinya komplikasi pasca bersalin, seperti episode sepsis (16-30% pada
bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 1500 g) dan necrotizing
enterocolitis (1-12% pada bayi prematur dengan berat lahir sangat rendah).

Pemberian ASI dapat mencegah terjadinya berbagai komplikasi ini,


sehingga dibutuhkan permulaan menyusui yang baik bagi setiap ibu
dengan bayi kembar.

Penting bagi bidan atau dokter kandungan untuk menyarankan


pasien datang ke klinik laktasi setempat. ASI eksklusif pada bayi kembar
adalah hal yang dapat dilakukan walaupun ada beberapa kesulitan,
sehingga dukungan dan komitmen dari keluarga, konselor laktasi dan para
dokter sangat dibutuhkan.

Ibu dengan bayi kembar dua secara konsisten akan memproduksi


jumlah ASI dua kali lebih banyak dari jumlah ASI yang diproduksi ibu
dengan bayi tunggal, bahkan ibu dengan bayi triplet dapat memproduksi 3
liter ASI dalam 24 jam. Komposisi laktosa, protein dan lemak sangat
bervariasi namun mencukupi kebutuhan bayi.

24
Kegiatan menyusui membutuhkan energi yang cukup besar. Selain
untuk kebutuhan ibu, energi yang cukup juga dibutuhkan untuk
memproduksi ASI. Dalam 100 ml ASI terkandung 67-75 kilo kalori,
sehingga ibu-ibu dengan bayi kembar yang memproduksi ASI hampir 2
liter per hari membutuhkan tambahan energi sebesar 1500 kilo kalori per
hari. Kondisi malnutrisi dan dehidrasi pada ibu akan mengakibatkan
jumlah ASI yang diproduksi berkurang secara bermakna. Penting bagi ibu
menyusui untuk makan dan minum dalam jumlah yang cukup.

Kondisi stres juga mempengaruhi produksi ASI, hal ini karena


kadar hormon oksitosin berkurang dan hormon stres meningkat. Kontak
kulit dengan kulit (skin to skin contact) antara ibu dan bayi dan terapi
relaksasi akan memperbaiki performa menyusui dan memperpanjang
waktu menyusui. Aktifkan peran ayah melalui kontak kulit dengan kulit.
Pada bayi kecil, kontak kulit dengan kulit secara bermakna menstabilkan
suhu dan pernafasannya, bayi menjadi lebih tenang dan jarang menangis.
Saat ibu memegang bayi yang satu, sang ayah dapat berperan untuk
menciptakan suasana nyaman bagi bayi kedua.

Menyusui bayi kembar membutuhan nutrisi yang cukup, dan


kekurangan istirahat bagi ibu akan berpotensi untuk menciptakan suasana
penuh tekanan yang dapat mempengaruhi proses menyusui. Selain
mengatur makan dan minum serta waktu istirahat, ibu juga harus mengatur
waktu menyusui, pergantian payudara dan posisi menyusui.

Bayi kembar dapat disusui dengan salah satu dari ketiga model
berikut yaitu secara simultan, atau terpisah sesuai kebutuhan masing-
masing bayi, atau bergantian. Menyusui secara simultan lebih menghemat
waktu dan memiliki keuntungan lain yaitu bayi yang lebih kuat hisapannya
akan merangsang refleks aliran untuk kembarannya yang daya hisapnya
lebih lemah. Masing-masing bayi tidak boleh memiliki payudara favorit,
dalam artian harus saling bertukar payudara saat menyusu. Jadi bayi A saat
menyusu sekarang dari payudara kiri , berikut dari payudara kanan dan
sebaliknya. Hal ini untuk menjaga agar ke-2 payudara ibu mendapat

25
stimulasi hisapan yang seimbang, sehingga asupan bayi dapat terpenuhi
dan terhindar dari besar payudara yang asimetris. Dan juga akan mencegah
mata bayi menjadi juling karena sering melihat ke satu sisi saja.

Tiga posisi menyusui yang biasa dipraktekkan saat bayi menyusu secara
simultan yaitu:

a. Double Football
b. Bayi dipegang seperti cara memegang bola disisi kanan dan kiri
tubuh ibu. Tangan ibu menopang kepala bayi dengan badan bayi
berbaring di bawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini
sampai mereka benar-benar berpengalaman.
c. Double Cradle Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal,
dimana ke-2 badan bayi menyilang di atas perut ibu. Posisi ini
biasa digunakan pada ibu yang sudah berpengalaman dan bayi
dapat mengontrol kepalanya dengan baik.
d. Kombinasi football dan cradle (Posisi sejajar)
e. Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang
lain dipegang dengan posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh
ibu dengan bayi triplet atau lebih, sehingga bayi terbiasa dan
mendapat asupan ASI yang cukup.
 Kesulitan menyusui bayi kembar
Kesulitan yang berhubungan dengan bayi:
a. Kesulitan untuk melekat atau menghisap yang berlanjut dari satu bayi
mungkin dapat mempengaruhi proses menyusu. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan menerapkan skin to skin contact dan konseling
yang baik.
b. Kenaikan berat badan bayi yang tidak memadai dari satu atau lebih
bayi kembar. Bila ini terjadi, jangan panik dan susui bayi lebih sering
lagi.
Kesulitan yang berhubungan dengan ibu:

Biasanya ibu merasa ASI kurang. Dukungan dan konseling yang baik akan
membuat ibu lebih tenang dan yakin.

26
Kesulitan memompa ASI, sehingga persediaan ASI untuk jangka panjang
tidak memadai saat ibu bayi kembar kembali bekerja. Bila bayi prematur
dan perlu dirawat, maka ibu sudah harus memompa ASI dalam 6 jam
pertama. Berikan ASI perah,dan secara bertahap susui langsung.
Diperlukan kesabaran ibu, keluarga, dan petugas medis serta
pendampingan ahli laktasi.

Bila ibu bayi kembar kembali bekerja, ibu harus memerah dan menyimpan
ASI jauh sebelum ibu masuk kerja kembali. Setelah ibu bekerja, beri bayi
ASI perah, dan ibu memerah ASI di kantor setiap 3-4 jam. Pengosongan
payudara akan merangsang produksi ASI tetap dinamis. Hendaknya
pemberian ASI perah dilakukan dengan menggunakan gelas atau sendok,
agar bayi tetap mau aktif menyusu pada ibu. Dengan kesabaran dan
pengetahuan menyusui yang cukup, bayi kembar dapat menyusu eksklusif
selama 6 bulan, dan berlanjut sampai 24 bulan, didampingi makanan lain.

4. Opsi Lain

Bila saat antenatal, keluarga tidak cukup mendapat penjelasan mengenai


laktasi, tidak jarang akan terjadi kepanikan saat bayi lahir. Menduga ASI
tidak cukup akan memicu keluarga untuk memberi susu formula, atau
mencampur antara ASI dan susu formula. Menyusui parsial seperti ini,
akan membuat produksi ASI berkurang, dan pengakhiran laktasi akan
terjadi lebih cepat.

5. Saat kontrol ke poliklinik

Seperti bayi tunggal, bayi kembar juga mempunyai jadwal control ke


poliklinik anak dan laktasi. Sikap tenang dan mendukung dari petugas,
akan sangat membantu. Pada hari-hari pertama, posisi dan pelekatan
penting untuk diperhatikan. Pastikan buang air kecil cukup, menyusu
paling kurang 8 kali dalam 24 jam, tetapi tidak ketat terjadwal. Sarankan
ibu untuk beristirahat saat bayi tidur, dan makan serta minum yang cukup.

27
Bila satu bulan telah berlalu, biasanya ibu dan bayi telah mempunyai pola
yang nyaman baik untuk bayi maupun untuk ibu. Jangan lupa memuji ibu,
dan membolehkannya makan yang ia sukai.

2.6 Bayi dengan Kelainan Anatomi Bibir dan Palatum

Celah palatum adalah terpisahnya atap rongga mulut. Adanya celah pada
palatum dapat menimbulkan beberapa masalah yaitu gangguan pada fungsi
bicara, penelanan, pendengaran, keadaan malposisi gigi-geligi, fungsi pernafasan,
perkembangan wajah dan gangguan psikologis dari orang tua pasien serta adanya
gangguan fisiologis lainnya yaitu adanya gangguan pada faring yang berhubungan
dengan fosa nasal, pendengaran, dan bicara. Gangguan pernafasan pada pasien
yang baru lahir merupakan masalah yang krusial oleh karena sumbatan dari
makanan dan minuman tersebut saat pasien makan dan minum yang masuk
kedalam celah palatum dapatmenyebabkan kesulitan bernafas dan bila
tidak cepat diatasi dapat menimbulkan kematian. Diperlukan latihan dan
pengetahuan khusus bagi orang tua pasien untuk merawat anak dengan celah
palatum. Istilah celah palatum ini berasal dari Greek yang meliputi (uranoschisis
ouranos )yang berarti langit - langit dan schisis adalah celah.Celah ini
menunjukkan celah pada langit - langit keras dan stapholischisis ( staphile
=uvula ) yaitu celah pada langit - langit lunak.
Celah palatum dapat dikoreksi dengan pembedahan, yang dikenal dengan
istilah palatoplasti. Beberapa teknik pembedahan untuk penutupan celah palatum
telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya yaitu teknik Von
Langenbeck. Witt dkk (1998), V-Y retroposition yang ditemukan dan
dikembangkan oleh Veau, Wardil dan Kilner, teknik two flap push
back, tekhnik Millard. penutupan celah langit-langit adalah memperoleh bentuk
anatomis yang normal, fungsi veloparingeal yang baik, proses bicara yang baik,
fungsi pendengaran yang normal, pertumbuhan dan perkembangan wajah yang
normal, serta memperoleh fungsi gigi dan pengunyahan yang baik.
1. Masalah yang Terjadi pada Bayi dengan Celah Bibir

Bayi yang mempunyai celah bibir dan/atau langit-langit


mempunyai beberapa keterbatasan terutama dalam hal pemberian makan

28
atau menyusu (feeding problem). Celah yang terdapat pada bibir
menyebabkan bibir bayi tidak mampu membuat keadaan vakum yang
diperlukan agar bayi bisa menyusu langsung di payudara dengan efektif.
Adanya celah langit-langit juga menyebabkan tekanan dalam rongga mulut
berkurang, sehingga bayi sulit untuk menghisap payudara secara langsung.

Selain itu, bayi dengan celah langit-langit juga menjadi lebih


rentan untuk terjadi infeksi telinga. Lubang abnormal yang
menghubungkan rongga mulut dan rongga hidung menyebabkan cairan
yang masuk melalui rongga mulut dapat berbalik arah masuk ke lubang
hidung (regurgitasi). Di rongga hidung bagian dalam juga terdapat muara
tuba Eustachius yang berhubungan langsung dengan telinga tengah. Oleh
karena itu, adanya celah langit-langit dapat meningkatkan risiko terjadinya
radang telinga tengah (otitis media) pada bayi. Masalah lain yang lebih
mengkhawatirkan pada bayi dengan celah bibir/dan langit-langit adalah
risiko terjadinya gagal tumbuh (failure to thrive). Hisapan yang kurang
efektif dan terjadinya infeksi berulang dapat meningkatkan risiko bayi
mengalami gagal tumbuh.

Pada bayi yang lebih besar, masalah yang timbul dapat berupa
kesulitan menelan makanan, gangguan artikulasi bicara, gangguan
pertumbuhan gigi, dan masalah estetika. Mengingat banyak masalah yang
dapat timbul akibat celah bibir dan/atau langit-langit, penanganan kasus
celah bibir dan/atau langit-langit membutuhkan perhatian yang cukup
tinggi dari berbagai disiplin ilmu.

2. Menyusui Bayi dengan Celah Bibir dan/atau Langit-langit:

Menyusui bayi dengan celah bibir dan/atau langit-langit memang


bukan merupakan hal yang mudah, tetapi tetap bisa diupayakan. Satu hal
yang perlu digarisbawahi dari kasus bayi dengan celah bibir dan/atau
langit-langit adalah pemberian air susu ibu (ASI), baik menyusui secara
langsung (direct breastfeeding) maupun melalui alat tertentu, tetap lebih
baik daripada pemberian susu formula.

29
Zat-zat antiinfeksi yang terkandung dalam ASI akan meminimalisir
risiko infeksi pada bayi dengan celah bibir dan/atau langit-langit, terutama
infeksi saluran napas dan infeksi telinga.

Pemberian ASI juga dapat meningkatkan respon kekebalan tubuh


dan dapat mengurangi risiko infeksi pada luka pascaoperasi jika bayi akan
dilakukan koreksi celah bibir dan/atau langit-langit di kemudian hari. Hal
ini bertolak belakang dengan pemberian susu formula yang justru akan
meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran napas, infeksi telinga
tengah, alergi, asma, dan penyakit lainnya yang dapat meningkatkan angka
kesakitan pada bayi dengan celah bibir dan/atau langit-langit. Oleh karena
itu, setiap orang tua yang mempunyai bayi dengan celah bibir dan/atau
langit-langit perlu diberikan motivasi dan bantuan untuk bisa memberikan
ASI kepada bayinya.

Pemberian ASI pada bayi dengan celah bibir dan/atau langit-langit


perlu dilakukan evaluasi kasus per kasus. Walaupun dapat kita temui
kemiripan antara satu kasus dengan kasus lainnya, perlu dilakukan
evaluasi per individu mengenai kemampuan menghisap bayi, ketersediaan
alat bantu, status nutrisi, dan status hidrasi bayi.

3. Menyusui Bayi dengan Celah Bibir dan/atau Langit-langit secara


Langsung:

Pada kasus tertentu, bayi dengan celah bibir dan/atau langit-langit


bisa menyusu langsung (menetek), tentunya setelah dilakukan berbagai
evaluasi dari berbagai disiplin ilmu. Bayi dengan celah bibir saja di satu
sisi (labioschizis unilateral) kemungkinan besar dapat menetek langsung.
Bayi menetek dalam posisi straddle atau posisi koala (bayi diposisikan
agak duduk dan menghadap ke badan ibu) dan ibu jari tangan ibu menutup
celah bibir bayi pada saat menetek untuk membantu bayi membuat kondisi
vakum agar hisapan bayi menjadi lebih efektif.

30
Bayi dengan celah langit-langit lunak (palatum molle) berukuran
kecil terkadang juga dapat menetek langsung. Akan tetapi, berbeda dengan
bayi dengan celah bibir saja, bayi dengan celah langit-langit walaupun
berukuran kecil seringkali lebih sulit untuk membuat keadaan vakum
dalam rongga mulut. Oleh karena itu, walaupun bayi dapat menetek
langsung, perlu dilakukan evaluasi yang lebih mendalam mengenai
efektivitas hisapan bayi dan status gizinya. Dalam kondisi tertentu
mungkin bayi bisa menetek langsung dan dibantu dengan alat suplementer
yang dipasang di payudara ibu.

Bayi dengan celah bibir saja di dua sisi (labioschizis bilateral)


mempunyai tingkat kesulitan yang lebih berat untuk menetek langsung.
Berdasarkan literatur, bayi dengan celah bibir saja bilateral tetap bisa
menetek langsung dengan posisi straddle dan bayi menghadap ke payudara
ibu, akan tetapi dalam praktiknya tidak semudah yang tertulis dalam
literatur. Bayi dengan kondisi ini biasanya membutuhkan alat bantu untuk
menyusu berupa botol khusus yang dirancang untuk bayi dengan celah
bibir dan/atau langit-langit, seperti Haberman Feeder. Ibu perlu diajarkan
cara memerah ASI sejak hari pertama bayi lahir, kemudian ibu dan
keluarga lainnya diajarkan cara memberikan minum dengan menggunakan
Haberman Feeder.

Bayi dengan celah langit-langit keras (palatum durum) mempunyai


kesulitan menetek yang paling berat dibandingkan kasus-kasus yang lain.
Bayi dengan celah langit-langit keras dapat disertai dengan celah bibir dan
celah tulang alveolar (labiognatopalatoschizis) atau dapat berupa celah
langit-langit saja (palatoschizis). Celah di langit-langit ini membuat bayi
sulit untuk membuat keadaan vakum di rongga mulut, sehingga seringkali
pada kasus ini bayi tidak dapat menetek langsung. Baik bayi dengan celah
langit-langit saja maupun celah bibir dan langit-langit umumnya
memerlukan alat bantu khusus untuk pemberian ASI, yaitu Haberman
Feeder. Seperti halnya bayi dengan celah bibir bilateral, ibu perlu
diajarkan cara memerah ASI sejak hari pertama bayi lahir, kemudian ibu

31
dan keluarga lainnya perlu diajarkan cara memberikan minum dengan
Haberman Feeder .

Baik menyusui secara langsung atau memberikan ASI dengan


menggunakan alat, perlu dilakukan penilaian status gizi bayi dengan celah
bibir dan/atau langit-langit secara berkesinambungan. Bayi perlu
direncanakan kunjungan rutin setiap bulan ke poliklinik anak atau klinik
laktasi untuk menilai kenaikan berat badan bayi, produksi ASI ibu,
evaluasi kinerja alat bantu, dan pemberian motivasi secara berkala kepada
orang tua bayi karena menyusui bayi dengan celah bibir dan/atau langit-
langit bukanlah hal yang mudah. Seringkali orang tua mengalami
demotivasi sehingga berhenti untuk menyusui atau memberikan ASI untuk
bayinya.

4. Pemakaian Prosthesis (Palatal Obturator) pada Celah Bibir dan/atau


Langit-langit:

Prosthesis atau palatal obturator adalah alat yang khusus dibuat


untuk menutup celah langit-langit untuk sementara waktu. Alat ini
umumnya terbuat dari bahan akrilik dan kawat ortodontik yang telah
dicetak terlebih dahulu sesuai dengan bentuk dan lebar celah yang akan
ditutup. Obturator ini kemudian dipasang pada bagian langit-langit yang
bercelah untuk mencegah terjadinya regurgitasi, meningkatkan
kemampuan menghisap dan menelan pada bayi, dan kemampuan artikulasi
bicara.

Obturator ini dapat dibuat oleh dokter spesialis bedah mulut yang
sering menangani kasus celah bibir dan/atau langit-langit. Setelah alat
tersebut dipasang di langit-langit bayi, perlu dilakukan kembali evaluasi
menyusu. Bayi yang baru dipasang palatal obturator akan kembali belajar
teknik menghisap yang benar, sehingga diperlukan penilaian dan bantuan
lebih lanjut dari konselor menyusui. Setiap satu bulan perlu dilakukan
pencocokan ulang (readjustment) terhadap pemakaian alat ini mengingat
rahang bayi yang terus tumbuh dari waktu ke waktu.

32
Berdasarkan literatur, ada dua pendapat ahli mengenai penggunaan
palatal obturator ini. Pendapat yang pertama mengatakan pemasangan alat
ini sangat dianjurkan agar bayi dapat menghisap dan menelan dengan baik;
pendapat yang ke dua mengatakan pemasangan alat ini tidak dianjurkan
mengingat perlunya pencocokan ulang setiap satu bulan pemakaian,
adanya kemungkinan bayi tetap tidak bisa menghisap dengan baik setelah
pemakaian, dan peningkatan risiko erosi rahang akibat pemakaian alat
tersebut. Akan tetapi, pada praktiknya kualitas hidup bayi dengan celah
bibir dan/atau langit-langit tetap harus diperhatikan. Mengingat risiko
terjadinya infeksi saluran napas, infeksi telinga tengah, kesulitan
menghisap dan menelan, regurgitasi berulang, dan kemungkinan terjadinya
gagal tumbuh pada bayi dengan celah bibir dan/atau langit-langit, maka
pemakaian palatal obturator ini perlu dipertimbangkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya


beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu
yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada
anak saja.

Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak
sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan

33
pasca persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karna keadaan
khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya sering menangis, atau
menolak menyusu yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya
tidak enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehinnga sering menyebabkan
diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.

Menyusui dikaitkan dengan dengan kondisi bayi gagal tumbuh, ikterus


pada bayi menyusu ASI, bayi lahir melalui SC, bayi kembar, bayi dengan
kelainan anatomi bibir dan palatum. Tetap dilakukan untuk pemberian ASI tetapi
untuk penunjang bayi diberi susu formula.

3.2 Saran

ibu butuh dorongan psikologis dari suami dan keluarga untuk tetap
memberi ASI pada bayi

DAFTAR PUSTAKA

sumber buku bedah asi IDAI penulis Lurina suradi dan debi letupeiris

buku Indonesia menyusui penulis asti praborini

Goyal A, Jena AK, Kaur M. Nature of Feeding Practices among children with cleft lip and
palate.

Journal of indian society of pedodontics and preventive dentistry 2012;30:47-9.

Hopper RA, cutting C, Grayson B. Grab and Smith’s plastic surgery:cleft Lip and Palate.

Lippincott William and Wilkins;2007:1-44.

34
Mossey PA,et al. Cleft Lip and Palate . Lancet 2009; 374:1773-85.

Reilly S, et al. ABM Clinical Protocol #17: Guidelines for Breastfeeding infants with Cleft
Lip,

Cleft Palate, or Cleft Lip and Palate, Revised 2013. Breastfeeding Medicine 2013;8:349-
353.

Supit L, Prasetyono TOH.Cleft Lip and Palate: Epidemiology, Risk Factors, Quality of Life,
and Importance of Classifications. Med J Indones 2008; 17(4):226-239

Ambarwati,Eny Retni & Diah Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Nuh

Saifuddin.2008.ilmu kandungan sarwono prawirohardjo.jakarta:

Manuaba,ida bagus gde.1999.memahami kesehatan reproduksi wanita.jakarta:arcan

Sudarti.2010.asuhan kebidanan neonates dan anak balita.yogyakarta:medika

35

Anda mungkin juga menyukai