Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL DAN BLS

“ KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU “

DOSEN PEMBIMBING :

Aris Puji Utami, SST.,M.KeS

Disusun Oleh :

1. Indri Kurniawati ( 18.16.1.149.011 )


2. Risma Mega Mustika Dwi Milenia ( 18.16.1.149.021 )
3. Riyadhul Jannah Eka Nur Fadhliyah ( 18.16.1.149.023 )
4. Nur Khofifah ( 18.16.1.149.027 )

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
yang selalu mengiringi kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan
judul “ Kehamilan Ektopik Terganggu ”.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Aris Puji Utami, SST.,M.Kes. selaku dosen mata kuliah “ Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal dan BLS “
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah dan merupakan suatu
kebanggaan bagi kami apabila makalah ini bias digunakan sesuai fungsinya dan bermanfaat bagi
pembaca khususnya bagi semua Mahasiswa STIKES Nahdlatul Ulama Tuban.
Kami menyadari akan kekurangan yang kami miliki sehingga mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun kami di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.

Tuban, 09 Maret
2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik
Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan
isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-
keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul,
pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam
rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas,
kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan
berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian.
Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak
mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama
pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan
angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan
kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan. Dari penelitian yang
dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun
1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26
persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik terganggu di
RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari
10.612 kehamilan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari KET ?
2 Apakah Etiologi terjadinya KET ?
3 Bagaimana Patofisiologi terjadinya KET ?
4 Bagaimana Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik) terjadinya KET ?
5 Bagaimana Komplikasi dari KET ?
6 Apa sajakah Pemeriksaan Penunjang dari KET ?
7 Bagaimana Penatalaksanaan dari KET ?
8 Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan KET ?

1.3 Tujuan
 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian KET
2. Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi terjadinya KET
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya KET
4. Mahasiswa mampu menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi klinik)
terjadinya KET
5. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari KET
6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari KET
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan KET
8. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan KET
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang
semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba
falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis
servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono
Prawiroharjho, 2005).

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba
fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar
dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal). Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan
yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang
luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.
(Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD). Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan
hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)

2.2 Etiologi
1. Faktor dalam lumen tuba, terdiri dari :
1. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba
menyempit atau membentuk kantong buntu.
2. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.
3. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit.
4. Faktor pada dinding tuba

 Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang


dibuahi dalam tuba.
 Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat itu.
 Faktor diluar dinding tuba meliputi :
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
c. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus.
d. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.

1. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi


laboratorium, sel telur yang sudah di buahi itu kemudian
ditempatkan di dalam rahim wanita).
2. Bekas radang pada tuba
3. Kelainan bawaan tuba
4. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
5. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
6. Abortus buatan
7. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
8. Infeksi pasca abortus
9. Apendisitis
10. Infeksi pelvis
11. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
( Winkjosastro, 2005 – Helen Varney, 2007 – Cunningham, 2006)

2.3 Patofisiologi

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.
Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur
bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka
ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili
khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan
dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu;
tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi
trofoblas.

Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan
tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua.
Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi,
hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal
mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan
dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut
sebagai reaksi Arias-Stella.

Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan
secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu
berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif.

Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10
minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :

a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi


Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang
kurang dan dengan mudah diresobsi total.
b. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis
pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut
bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan
antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna,
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum
peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.
c. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang
dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda.
Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur
dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan
pemeriksaan vagina.

2.4 Manifestasi Klinis

Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per
vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan
amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik.

Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa
vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan
dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup
banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan
appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan
vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.

Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian
bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan
keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai
perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.Perdarahan per vaginam
menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan
ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.

2.5 Tanda-tanda Dan Gejala Kehamilan Ektopik Terganggu

1. Tanda-tanda KET, meliputi :

a. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan
vaginal.
b. Menstruasi abnormal.
c. Abdomen dan pelvis yang lunak.
d. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau
tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
e. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
f. Kolaps dan kelelahan
g. pucat
h. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
i. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
j. Gangguan kencing

Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh darah di
dalam rongga perut.Pembesaran uterus. Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena
pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan
dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.
 Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri digoyang).
 Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah di
tuba dan sekitarnya.
 Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu,
karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.
2. Gejala KET :
a. Nyeri
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri
dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
b. Perdarahan
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan
dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari
vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin,
biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus.
c. Amenorhea
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari
bahwa mereka hamil.

2.6 Komplikasi KET


Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis,
diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis
secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan
kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah
besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum
terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba
atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik
yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu
diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak
mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk
mempertajam diagnosis,  maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan
nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus
dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat
diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti
kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya
terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan
muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per
vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.

 Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam
rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian
bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
 Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan
serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit
membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar
ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya
hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan
denga infeksi pelvic.
 Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah
berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada
tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya
ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat
setelah 24 jam.
 Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis
meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat 
diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk
pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes
negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human
chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
 Kuldosentris : adalah suatu cara  pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas
ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan
ektopik terganggu. Tekniknya :

1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi


2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ; dengan traksi
ke depan sehingga forniks posterior tampak
4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml
dilakukan penghisapan
5. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan
perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
6. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini
berasal dari arteri atau vena yang tertususk
7. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan
kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.

 Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah


apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut
jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun
demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan
intrauterine pada kasus uternus bikornis.
 Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan
ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui
prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis
dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya
darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini
menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.

2.8 Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap
jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan
tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah
berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat
dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum
Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus.
Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah
memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan
untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan
tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam
divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan
sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber
perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen
sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila
dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat
dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi. Sedangkan kehamilan ektopik
terganggu berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan perdarahan dapat
dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan
fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif
2.9 Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
 Biodata, meliputi :
 Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik atau catat
apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
 Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dantindakan,
juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada
keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun (Prawiroharjo S,
1999 ; 251).
 Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakahdekat
atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
 Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
akanmemudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentanggejala /
keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
 Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien
mengalamikehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan.
 Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga
memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.
 Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain itu
klien ammeorrhoe.
 Riwayat penyakit sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudiandisusul dengan
adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi
berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
a. Kadang disertai muntah
b. Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
c. Terkumpulnya darah di rongga perut :
 Menegakkan dinding perut nyeri
 Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
d. Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
 Riwayat penyakit masa lalu
a. Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
b. Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi
 Status obstetri ginekologi
a. Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
b. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas
kesehatan atau di dukun
c. Grade multi
d. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
e. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat. Kemungkinan
adanya infeksi.

 Riwayat kesehatan keluarga

a. Hal yang perlu dikaji kesehatan suami


b. Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan dapat
mengakibatkan infeksi pada serviks.

 Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri, selain
itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan.

 Pola aktivitas sehari – hari


a. Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan vomiting
karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
b. Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu diakibatkan karena
penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan cairan
yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam pengeluaran faeces.Pada BAK klien
mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan
yang kurang.
c. Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas
karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung
pada orang lain.
d. Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei retropertonial
menumpuk pada cavum Douglasi.
 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang lebih
normal sampai gawat dengan shock berat dananemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255)
b. Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155)
c. Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan melalui leher dan
thorax, Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan.
 Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan
pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak begitu
padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping uterus.Hematokel
retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perutmenegang dan nyeri tekan, dan
dapat ditemukan cairan bebas dalamrongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol
karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun
padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo S,1999, hal 257).
 Pemeriksaan genetalia
a. Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna dapat
ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit-
sedikit, berwarna merah kehitaman.
b. Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan
adanya darah yang keluar sedikit.
c. Pemeriksaan ekstremitas
d. Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat
syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.
 Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menggabungkan data danmengkaitkan data tersebut
dengan konsep yang relevan untuk membuatkesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan. Dalam analisa data ini pengelompokan data dilakukan
berdasarkanreaksi baik subyektif maupun obyektif yang digunakan untuk
menentukanmasalah dan kemungkinan penyebab.

2.    Diagnose

a. Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :


b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak pada
uterus.
c. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi ,
perdarahan
d. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
e. Kelemahan berhubungan dengan banyaknya darah yang keluar saat perdarahan
f. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik
Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan
isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-
keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul,
pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam
rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas,
kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan
berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian.
Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak
mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Insiden kehamilan ektopik terganggu
semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30
tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan
sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
3.2 Saran
Guna penyempurnaan makalah ini,kelompok kami sangat mengharapkan kritik,saran
serta masukan dari rekan-rekan pembaca khususnya dosen pembimbing. Semoga Makalah ini
bermanfaat bagi rekan-rekan dalam membantu kegiatan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Safwati, Yulia. 2013. Makalah Kehamilan Ektopik Terganggu. Diakses pada 09 Maret 2020.
https://yuliasafwati23.wordpress.com/2013/12/02/makalah-kehamilan-ektopik-terganggu-ket/

Anda mungkin juga menyukai