Dosen Pembimbing :
Mariyatul Qiftiyah,SST.,M.Keb., MM
Disusun Oleh :
1. Dwi Lely Lailatul M (18.16.1.149.005)
2. Dwi Rahmawati (18.16.1.149.006)
3. Khofifah Wulandari (18.16.1.149.015)
4. Nurul Kholifah (18.16.1.149.020)
5. Septika Putri Ainurul I (18.16.1.149.024)
6. Heni Yuliatin (18.16.1.149.036)
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya yang selalu mengiringi kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah tentang“Asuhan Post Partum Komunitas”ini dengan lancar. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Mariyatul
Qiftiyah,SST.,M.Keb,MMselaku dosen mata kuliah“Asuhan Kebidanan Komunitas”.
Merupakan suatu kebanggaan bagi kami apabila makalah ini dapat digunakan sesuai
dengan fungsinya dan pembaca dapat mengerti dengan jelas apa yang dibahas didalamnya.
Kami menyadari akan kekurangan yang kami miliki sehingga mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun kami di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Masalah
C. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Masa Post Partum
2.2 Tujuan Asuhan Post Partum
2.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Ibu Post Partum
2.4 Jadwal Kunjungan Rumah pada Masa Post Partum
2.5 Perencanaan Kunjungan Rumah
2.6 Jadwal Kunjungan Rumah
2.7 Manajemen Ibu Post Partum
2.8 Postpartum Group
BAB III
Naskah Role Play Asuhan Post Partum Komunitas
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa nifas (puerperium) menurut Sarwono Parwirohardjo adalah dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula atau
sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada masa nifas adalah hemoragi atau
perdarahan. Oleh karena itu, pengkajian tanda vital, syok hipovolemik, tinggi fundus uterus
(untuk mengetahui intensitas kontraksi), distensi urine, sifat dan jumlah lokhea, homeostatis
perinium, ketidaknyamanan, bounding attechment, dan status emosional sangat penting
dilakukan untuk mengurangi bahaya yang bisa saja dialami ibu pada masa nifas.
Atas dasar hal itu, asuhan kebidanan pada ibu post-partum tidak hanya dilakukan di
fasilitas kesehatan dimana ibu menjalani persalinan,akan tetapiberkelanjutan sehingga
dilakukannya kunjungan bidan ke rumah klien untuk memantau apakah masa nifasnya
berlangsung dengan baik atau sebaliknya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari asuhan ibu postpartum di rumah.
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya asuhan ibu postpartum di rumah.
3. Untuk mengetahui bagaimana jadwal kunjungan rumah pada masa postpartum.
4. Untuk mengetahui bagaimana manajemen yang dilakukan pada ibu postpartum.
5. Untuk mengetahui apa definisi postpartum group.
6. Untuk mengetahui bagaimana penerapan dari postpartum group.
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Ibu Post Partum
Bidan memberikan perawatan dan dukungan serta melakukan pemantauan terhadap
kesehatan ibu dan bayinya (Fraser dan Cooper 2010).
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :
1. Mendukung dan memantau kesehatan ibu dan bayi
Bidan memberikan dukungan dan pemantauan sejak masa bayi lahir sampai masa
nifas berakhir melalui kunjungan ke rumah atau melalui telepon. Dengan upaya ini,
diharapkan kesehatan ibu maupun bayi dapat segera pulih dan dapat mencegah
timbulnya komplikasi masa nifas.
2. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosional, sosial serta memberikan
semangat pada ibu. Kesehatan ibu secara psikologis memutuhkan perhatian tersendiri
karena ibu sedang dalam masa rawan secara psikologis. Perubahan peran dan
tanggung jawab sebagai ibu menuntut perhatian dan dukungan dari bidan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam merawat diri dan bayinya.
3. Membantu ibu dalam menyusui bayinya
Banyak ibu belum mampu memberikan ASI dengan benar sehingga dapat timbul
masalah-masalah dalam laktasi. Bidan memberikan bantuan kepada ibu agar ibu
mampu menyusui dengan benar sehingga ibu dan bayi puas dan tidak ada masalah
laktasi.
4. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
Ibu nifas dapat mengalami krisis percaya diri karena peran barunya yang harus
dihadapi. Bidan membangun kepercayaan diri ibu bahwa ibu pasti mampu menjadi
ibu yang baik bagi bayinya.
5. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai
orangtua.
Seorang ibu akan yakin mampu menjadi seorang ibu yang baik jika ia mampu
melaksanakan tugas-tugas sebagai seorang ibu. Untuk itu bidan memberikan
pendidikan kesehatan agar ibu mengetahui dan mampu melaksanakan sendiri.
6. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
Perasaan canggung menghadapi orang asing yang baru ada mungkin masih dirasakan
beberapa ibu atau keluarga. Bidan memfasilitasi agar hubungan ibu/keluarga dapat
segera terjalin dengan membiarkan bayi dalam ruang yang sama dengan ibu dan
keluarga, memberikan bayi kepada ibu/keluarga agar menyentuhnya, mengajaknya
berkomunikasi atau memperhatikan kekhasan bayi.
7. Mendorong ibu untuk menyusi bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
Ibu akan mengalamai after pain atau ketidaknyamanan lain sehingga sedikit
“melupakan” bayinya. Bidan harus mendorong ibu untuk memberikan bayinya,
namun bidan tetap memperhatikan kenyamanan ibu.
8. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan
anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi
9. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10. Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktikan kebersihan yang aman
11. Melakukan menejemen yang aman dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosis dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk memperoleh proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
nifas
2.4 JadwalKunjungan Rumah Pada Masa Post Partum
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas, dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi, melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana.
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu
mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila
tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang
melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga
berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian
sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan
waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan
nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat
berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan
dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, sehingga bidan akan memberi banyak
kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu
pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan
ini dapat meliputi:
Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien.
Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan
disekitar lingkungan rumah klien.
Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan.
Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai.
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi
karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu
sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang
sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.
Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca persalinan dimana ibu sudah bisa
melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Kunjungan kedua meliputi :
a) Diet
Bidan memberikan informasi tentang makanan yang seimbang, seperti :
Kalori
kalori sepanjang 3 bulan pertama post partum mencapai 750-800 Kkal jika laktasi
berlangsung lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun
yang berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan agar produksi ASI
seimbang untuk bayi. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalori
seperti : daging sapi, ayam, buah-buahan.
Protein
Selama menyusui ibu memerlukan tambahan protein diatas kebutuhan normal
yaitu 50gram/hari. Dasar ketentuannya adalah setiap 100 ml ASI mengandung 1,2
gram protein, dengan demikian 830 ml ASI mengandung 10gram protein. Contoh
makanan yang mengandung protein yaitu : Ikan salmon, telur, kentang, daging,
kacang-kacangan, produk kedelai, tahu, tempe, buncis dan lain-lain. Makanan
diatas mengandung banyak protein yang berguna untuk penambahan berat badan
bayi melalui ASI yang diminum oleh bayi.
Asam Lemak
Makanan yang mengandung asam lemak Omega 3 yang terdapat dalam ikan
kakap dan tongkol, Asam ini diubah menjadi DHA yang dikeluarkan melalui ASI
berfungsi sebagai nutrisi pematangan sel otak bayi.
Kalsium
Banyak terdapat pada susu, keju, teri dan kacang-kacangan yang dikeluarkan
melalui ASI berfungsi membantu perkembangan tulang bayi. Kebutuhan kalsium
perhari selama masa laktasi adalan 0,5-1gram/hari
Zat Besi
Banyak terkandung pada sayur-sayuran hijau tua seperti bayam, daun ubi kayu,
daun katuk yang berfungsi untuk mencegah anemia pada ibu dimasa menyusui
dan memperlancar produksi ASI, dibutuhkan 20gram zat besi/hari.
Asam folat
Banyak terkandung pada jeruk, alpukat, asparagus, roti gandum yang berfungsi
untuk membantu perkembangan/pertumbuhan otak bayi melalui ASI yang
diminumnya.
Vitamin C
Banyak terdapat pada buah-buahan yang berwarna kuning kemerahan seperti
wortel, tomat, jeruk, mangga,sirsak, apel yang berfungsi sebagai anti oksidan dan
dapat membantu perkembangan otak bayi serta sebagai pembantu absorbsi zat
besi didalam tubuh.
Cairan dan mineral
Kebutuhan cairan yang harus dikonsumsi ibu sebanyak 3 liter/hari dengan asumsi
1 liter setiap 8jam dalam beberapa kali minum terutama setelah selesai
menyusui.Selama menyusui ibu sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak
sayuran dan buahan yang mengandung serat seperti : papaya, pisang, bayam,
kangkung dll agar ibu terhindar dari konstipasi dan berguna untuk menambah
produksi ASI ibu.
b) Kebersihan atau perawatan diri sendiri
Bidan menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri, terutama putting susu
dan perineum karena sangat sering terjadi infeksi pada bagian perineum jika hyginie
ibu kurang dan terjadi lecet pada putting sehingga bisa menyebabkan peradangan
pada putting susu jika ibu tidak dapat merawat putting susu nya dengan baik.
Berikut langkah-langkah dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum dirumah :
- Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, baik bayi maupun ibu dengan
tujuan agar terhindar dari resiko infeksi dan alergi kulit pada bayi.
- Anjurkan ibu untuk membersihkan daerah genitalia dengan sabun dan air bersih,
ajarkan ibu cara membersihkan nya dengan cara dibersihkan dari vulva terlebih
dahulu dari arah depan kebelakang dengan hati-hati.
- Ajarkan ibu untuk mengganti pembalut setiap terasa penuh serta membersihkan
kembali daerah genetalia pada saat mengganti pembalut.
- Ajarkan ibu untuk mencui tangan den gaan sabun sebelum dan sesudah membersihkan
daerah genetalia nya.
- Jika ibu ada luka karena episiotomy maka ingatkan ibu untuk tidak menyentuh daerah
luka agar tidak terjadi infeksi sekunder.
c) Senam
Bidan mengajarkan senam kegel serta senam perut yang ringan tergatung pada
kondisi ibu dan tingkat diastasis. Senam ini bertujuan untuk mengembalikan
kekencangan otot-otot abdomen dan otot panggul serta membantu memperlancar
peredaran darah ibu dan lebih menyehatkan ibu selama masa nifas.
d) Kebutuhan akan istirahat
Bidan menganjurkan pasien untuk cukup tidur ketika bayi sedang tidur, meminta
bantuan anggota keluarga untuk mengurus pekerjaan rumah tangga.
e) Pengkajian adanya tanda-tanda post partum blues
Bidan melakukan pengkajian seperti ; ibu tidak peduli dengan bayinya, ibu
menyendiri, terlihat seperti cemas, menangis tiba-tiba dan ibu kehilangan nafsu
makan, status emosional ibu tidak stabil, perasaan takut dan lelah.
f) Keluarga berencana
Bidan melakukan pembicaran awal kepada ibu mengenai tentang kembalinya masa
subur dan melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas, kebutuhan akan
pengendalian kehamilan dan penjelasan mengenai metode kontrasepsi seperti Metode
Amenorea Laktasi selama 6 bulan post partum.
g) Tanda-tanda bahaya
Bidan memberitahu kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-tanda
bahaya seperti ; perdarahan abnormal, sakit kepala berat, pandangan kabur, kaku
kuduk, nyeri abdomen bagian bawah, pengeluaran lochea yang abnormal, oedema
pada kaki/tangan, demam, muntah serta rasa sakit saat BAK & BAB, payudaraa
bengkak, anoreksia dalam waktu yang lama, merasa letih dan nafas sesak, kejang.
misalnya pada ibu dengan riwayat pre-eklampsi atau resiko eklampsia memerlukan
penekanan pada tanda-tanda bahaya dari pre-eklampsi atau eklampsia.
h) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Jelaskan kepada ibu bahwa akan ada kunjungan ulang oleh bidan agar terjadi
kesepakatan antara pasien dan bidan.
3. Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)
Didasarkan pada data subjektif daan juga objektif.Data subjektif yaitu data yang
didapatkan langsung daari pasien atau Pasien atau keluarganya langsung yang
berbicara.Sedangkan data objektif adalah data yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan bidan
atau tenaga kesehatan.
1) Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan ibu.
2) Melakukan pemeriksaan awal post partum.
3) Meninjau catatan/ record pasien, seperti :
- Catatan perkembangan antepartum dan intra partum
- Berapa lama (jam/ hari) pasien post partum
- Keadaan suhu, nadi, respirasi dan Tekanan Darah postpartum
- Pemeriksaan laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
- Catatan obat-obat
- Catatan bidan/ perawat
- Menanyakan riwayat kesehatan & keluhan ibu,seperti : Mobilisasi, BAK dan
BAB, Keadaan Nafsu makan, Ketidaknyamana/ rasa sakit, Kekhawatiran,
Makanan bayi, Reaksi pada bayi.
4) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan terhadap pasien, meliputi :
- Tekanan Darah, Suhu, nadi
- Kepala, wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan
- Payudara & putting susu
- Abdomen yang di lihat adalah keadaan uterus (TFU dan kontraksinya)
- Lochea yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau
- Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan,
memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
- Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.
2. Menginterpretasikan Data.
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh :
a. Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang dan segera
berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
b. Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan
keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan
uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera kolaborasi dgn
dokter utk tindakan curettage.
5. Membuat Rencana Asuhan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari
langkah sebelumnya.
Contoh :
1) Manajemen asuhan awal postpartum :
- Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
- Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur.
- Gizi / diet.
- Perawatan perineum
2) Asuhan lanjutan :
- Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
- Perawatan payudara
- Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
- Rencana KB
- Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
6. Implementasi Asuhan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi
belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih
ada.
Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus selama masa nifas. Evaluasi
secara terus menerus meliputi:
1) Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum
b. Jumlah jam atau hari PP
c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan hasil lab.
e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD
f. Catatan pengobatan
2) Mengkaji riwayat
a. Ambulansi : apakah ibu melakukan ambulansi seberapa sering
b. Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri/ disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan konsistennya
3) Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan putting
c. Memeriksa abdomen
d. Memeriksa lokhea
e. Memeriksa perineum dan kaki
Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan psikologis yang dalam bahasa
kedokterannya adalah depresi postpartum atau baby blues atau Postpartum Blues. Postpartum
blues merupakan masa transisi mood setelah melahirkan yang sering terjadi pada 50-70%
wanita (Suherni, 2009).
Para ibu yang mengalami post partum membutuhkan dukungan untuk menemaninya
melalui masa nifas, salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti
dukungan psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka
membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi
yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau
seringkali merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari
kelompok dukungan postpartum.
Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun keluarga, mereka mungkin perlu
mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan
beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi.
Bila memang diperlukan dapat diperlukan dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya
dari seorang psikologi atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetrik memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita
kemungkinan terjadinya gangguan mental post partum dan segera memberikan penanganan
yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi atau konseling
bila memang diperlukan.
Kelompok pendukung yang memadai dari para petugas obstetrik yaitu dokter dan
bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai atau adekuat tentang proses persalinan dan kehamilan, termasuk penyulit-penyulit
yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Dibutuhkan penanganan menyeluruh atau holistik dan dukungan dari kelompok
pendukung dari penanganan para ibu yang mengalami post partum. Pengobatan medis,
konseling, emosional, dan bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang
pengalaman dann harapan-harapan pada saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan
bahwa dapat dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis serta bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu suami, keluarga serta
orang-orang terdekatnya.
Bentuk dukungan untuk mencegah terjadinya depresi postpartum pada kelompok
postpartum :
1. Cara pendekatan komunikasi terapeutik yang tujuannya untuk menciptakan hubungan baik
antara bidan dan juga pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
2. Cara peningkatan support mental post partum dapat dilakukan keluarga misalnya :
1) Sekali-kali ibu meminta suami untuk ikut membantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah seperti membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan
susu, dll
2) Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayinya.
3) Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya.
4) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir.
5) Memperbanyak dukungan dari suami.
6) Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan.
7) Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja
melahirkan.
8) Bayi memakai pampers untuk meringankan kerja ibu.
9) Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
10) Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
Selain hal diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan cara :
1) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.
2) Tidurlah ketika bayi tidur.
3) Berolahraga ringan.
4) Ikhlas dan tulus dengan peran baru ssebagai ibu.
5) Tidak perfectsionis dalam hal mengurus bayi,
6) Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
7) Bersikap fleksibel.
8) Kesempatan merawat bayinya hanya datang satu kali.
9) Bergabung dengan kelompok ibu.
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan dari organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu.
Dalam drama ini kelompok kami mengambil contoh masalah seputar ibu post partum,
pada (Ibu Heni) dengan masalah BAK & BAB dan pada (Ibu Lifa) dengan masalah anemia
ringan dan depresi post partum.
Prolog :
Di sebuah desa yang bernama Desa Jetak, Kecamatan Montong, Kabupaten
Tuban, Provinsi Jawa Timur.Di desa tersebut hanya ada satu bidan, oleh karenannya desa
ini masih terbilang primitif karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
Suatu hari, pagi semakin cerah setelah ayam berkokok didesa jetak, dan seperti
biasanya semua warga melakukan aktivitasnya masing-masing. Begitu juga dengan
(Bidan Septika) dan asistenya (Bidan Wulan) yang mempersiapkan peralatan medis untuk
pemeriksaan kerumah (Ibu Heni) yang sedang mengalami masalah pada post
partum.Setelah selesai mempersiapakan peralatan, bidan Septika dan bidan Wulan
langsung beranjak ke rumah bu Heni.
Dua hari kemudian, bidan Septika dan bidan Wulanakan melakukan kunjungan
rumah untuk melakukan pemeriksaan di rumah ibu Lifa.
Pukul 09.15, pak Musalama dan bu Lifa sedang bercengkrama di depan terasnya.
Mereka asyik menimang buah hatinya itu.
Bu Lifa : “Pak..pak..lihat anak kita pak, cantik ya pak !.”
Pak Musalama : “ iyaa bu, cantik dan sehat.” (sembari mengusap
kepala bayi)
Bidan Septika & Bidan Wulan : “Assalammu’alaikum.”
Bidan Septika : “Selamat pagi. Ibu,bapak..”
Pak Musalama dan bu Lifa :“Walaikumsalam, pagi bu bidan, silahkan masuk bu...”
(mempersilahkan)
Bidan Septika & Bidan Wulan :“Iya bu,terima kasih”
Bidan Septika :“Bagaimana bu?,saya lihat ibu seperti tidak enak
badan.Ada masalah bu?.”
Bu Lifa : “Iya bu,badan saya terasa lemas,mudah capek,dan
sering pusing bu.”
Bidan Septika : “Boleh saya periksa sekarang bu?.”
Bu Lifa : “Silahkan bu bidan. “ (berbaring di atas tempat tidur)
Setelah berkunjung ke rumah bu Lifa, bidan Septika dan bidan Wulan beranjak pulang.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan ibu postpartum di rumah adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang
dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat dalam bentuk home visit dimana bidan akan
mengunjungi rumah ibu nifas untuk memantau keadaannya pada masa nifas. Pemberian
asuhan ini harus dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi
dalam pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat disekitarnya.
Dalam melakukan kunjungan masa nifas, seorang bidan diharuskan melakukannya
paling sedikit sebanyak 4 kali, yaitu :Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan), Kunjungan 2
(6 hari setelah persalinan), Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan), Kunjungan 4 (4-6
minggu setelah persalinan).
Dalam asuhan kebidanan ibu postpartum di komunitas, dikenal pula ‘postpartum
grup’ yaitusalah satu bentuk kelompok atau organisasi kecil dari ibu nifas yang dibina oleh
posyandu/puskesmas yang berada di wilayah itu. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi,
mencegah, dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul pada masa nifas.
3.2 Saran
Sebagai seorang calon tenaga kesehatan, khususnya bidan. Alangkah baiknya kita
dapat mendalami dan memahami secara menyeluruh apa saja bentuk dari asuhan kebidanan
pada ibu postpartum di komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Dianty, M,. Putri, R.D., dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Penerbit
ANDI
Hanifa wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Ed.6. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Keluarga Alumni Bidan (KABI). (2010). Buku Penuntun Calon Ibu. Jakarta : KABI St.
Carolus.
Runjati, M.Mid. 2010. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Anggraeni, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama