Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Penyertaan

Penyertaan atau dalam bahasa Belanda DEELNEMING di dalam hukum Pidana DEELNEMING di
permasalahkan karena berdasarkan kenyataan sering suatu delik dilakukan bersama oeleh bebrapa
orang,jika hanya satu orang yang melakukan delik,pelakunya disebut Alleen dader.

Apabila dalam suatu peristiwa pidana terdapat lebih dari 1 orang, sehingga harus dicari
pertaunggungjawaban dan peranan masing-masing peserta dalam persitiwa tersebut. Hubungan antar
peserta dalam menyelesaikan delik tersebut, adalah:

bersama-sama melakukan kejahatan

seorang mempunyai kehendak dan merencanakan suatu kejahatan sedangkan ia mempergunakan orang
lain untuk melaksanakan tindak pidana tersebut.

seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang lain membantu melaksanakan

Penyertaan dapat dibagi menurut sifatnya:

Bentuk penyertaan berdiri sendiri: mereka yang melakukan dan yang turut serta melakukan tindak
pidana. Pertanggung jawaban masing-masing peserta dinilai senidiri-sendiri atas segala perbuatan yang
dilakukan.

Bentuk penyertaan yang tidak berdiri sendiri: pembujuk, pembantu, dan yang menyuruh untuk
melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban dari peserta yang satu digantungkan pada perbuatan
peserta lain. Apabila peserta satu dihukum yang lain juga.

Beberapa pandangan tentang sifat penyertaan:

Sebagai dasar memperluas dapat dipidananya seseorang:

Penyertaan dipandang sebagai persoalan pertanggungjawaban pidana;

Penyertaan bukan suatu delik sebab bentuknya tidak sempurna.

Penganutnya;Simons, van Hattum, Hazewingkel Suringa


2. Sebagai memperluas dapat dipidannya perbuatan:

Penyertaan dipandang sebagai bentuk khusus tindak pidana;

Penyertaan merupakan suatu delik, hanya bentuknya istimewa;

Penganutnya: Pompe, Mulyanto, Roeslan Saleh

Menurut Prof. Mulyanto, sesuai dengan dengan pandangan individual karena yang diprimairkan adalah
“hal dapat dipidananya seseorang”; pandangan yang kedua sesuai dengan pandangan bansa Indonesia
karena yang diutamakan adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan, jadi lebih ditekankan kepada “hal
dapat dipidananya perbuatan”. Dan dalam pandangan pertama tidak dikenal dalam hukum adat.

B. Bentuk Penyertaan

Di dalam KUHP terdapat 2 bentuk penyertaan:

1. Para Pembuat (dader) pasal 55 KUHP, yaitu:

a. yang melakukan (pleger)

b. yang menyuruh melakukan (doen pleger)

c. yang turut serta melakukan (mede pleger)

d. yang sengaja menganjurkan (uitlokker)

Pembuat Pembantu (madeplichtigheid) pasal 56 KUHP

a. Pembantu pada saat kejahatan dilakukan


b. Pembantu sebelum kejahatan dilakukan

Dengan demikian dapat diketahui siapa-siapa yang dapat membuat delik dan siapa-siapa yang terlibat
dalam terwujudnya tindak delik :

pembuat tunggal (dader), kriterianya: (a) dalam mewujudkan tindak pidana tidak ada keterlibatan orang
lain baik secara fisik maupun psikis; (b) dia melakukan perbuatan yang telah memenuhi seluruh unsur
delik dalam uu.

para pembuat, ada 4 bentuk

Pembuat Pembantu.

Perbedaan antara para pembuat dengan pembuat pembantu adalah: para pembuat (dader) secara
langsung turut serta dalam pelaksanaan delik , sedangkan pembuat pembantu hanya memberi bantuan
yang sedikit atau banyak bermanfaat dalam melaksanakan delik.

Pembuat yang dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) adalah ia tidak melakukan delik secara pribadi,
melainkan secara bersama-sama dengan orang lain dalam mewujudkan delik. Apabila dilihat dari
perbuatan masing2 peserta berdiri sendiri, tetapi hanya memenuhi sebagian unsur delik. Dengan
demikian semua unsur delik terpenuhi tidak oleh perbuatan satu peserta, tetapi oleh rangkaian
perbuatan semua peserta.

1. Pleger

Pelaku/mereka yang melakukan (pembuat pelaksana: pleger) adalah orang yang melakukan sendiri
suatu perbuatan yang memenuhi semua unsur delik. Perbedaan dengan dader adalah pleger dalam
melakukan delik masih diperlukan keterlibatan orang lain minimal 1 orang, misalnya pembuat peserta,
pembuat pembantu, atau pembuat penganjur.

Dalam tindak pidana formil, plegernya adalah siapa yang melakukan dan menyelesaikan perbuatan
terlarang yang dirumuskan dalam delik ybs. Dalam delik materiil, plegernya adalah orang yang
perbuatannya menimbulkan akibat yang dilarang oleh uu.
2. Doen Pleger

Doenpleger (orang yang menyuruh lakukan) ialah orang yang melakukan perbuatan dengan perantaraan
orang lain, sedang perantaraan ini hanya diumpamakan sebagai alat.

Unsur-unsur dari bentuk pembuat penyuruh, yaitu:

1. Orang lain itu berbuat:

tanpa kesengajaan (contoh mengedarkan uang palsu)

tanpa kealpaan (contoh menyiramkan air panas kepada pemulung)

tanpa tanggung jawab, oleh sebab keadaan:

yang tidak diketahuinya

karena disesatkan (kekeliruan/kesalahpahaman) (contoh mencuri koper yang bukan miliknya)

karena tunduk pada kekerasan (tuan rumah dilempar dan menimpa anak kecil hingga tewas)

2. Orang yang disuruh melakukan itu tidak dapat dipidana, sebab-sebabnya:

a. Orang yang disuruh melakukan delik, tetapi apa perbuatan yang dilakukannya tidak dapat dikualifikasi
sebagai delik.

Contoh:
· seorang jururawat yang atas perintah dokter untuk memberikan obat minum yang mengandung racun
kepada pasien yang menjadi musuh dokter, si perawat sama sekali tidak tahu bahwa obat minum tsb
mengandung racun. (unsur sengaja tidak ada)

· A. menyruh B menukarkan uang palsu, sedangkan B tidak tahu bahwa uang tersebuyt palsu. (unsur
dengan maksud Pasal 245 tidak dipenuhi).

Orang itu memang melakukan satu delik tetapi ia tidak dapat dipidana karena ada satu atau beberapa
alasan yang menghilangkan kesalahan.

Contoh :

tidak dapat dipertanggungjawabkan menurut Pasal 44 KUHP. Ex: A berniat membunuh B tetapi tidak
berani melakukan sendiri, telah menyruh C (orang gila) untuk melemparkan granat tangan keada B, bila
C betul2 telah melemparkan granat itu, sehingga B mati, maka C tidak dapat dihukum karena tidak dapat
dipertanggungjawabkan, sedangkan yang dihukum sebagai pembunuh adalah A

telah melakukan perbuatan itu karena terpaksa oleh kekuasaan yang tidak dapat dihindarkan
(overmacht) menurut Pasal 48 KUHP. Ex: A berniat membakar rumah B dan dengan menodong memakai
pistol menyuruh C supaya membakar rumah itu. Jika C menurut membakar rumah itu ia tidak dapat
dihukum karena dipaksa.

Telah melakukan perbuatan itu atas perintah jabatan yang tidak sah menurut pasal 51 KUHP. Ex.
Seorang perwira polisi mau membalas dendam pada seorang musuhnya dengan memasukkan orang itu
ke dalam tahanan. Ia menyuruh B seorang bintara di bawah perintahnya supaya menangkap dan
memasukkan tahanan orang tsb, dengan dikatakan bahwa orang tsb seoprang tersangka pencurian. Jika
B melaksanakan suruhan tsb B tidak dapat dipidana karena ia menyangka bahwa perintah itu sah.

Telah melakukan perbuatan itu dengan tidak ada kesalahan sama sekali. Ex: A berniat akan mencuri
sepeda motor yang sedang diparkir di depan kantor pos. ia tidak berani melakukan sendiri akan tetapi ia
menunggu di tempat agak jauh minta tolong kepada B untuk mengambil sepeda motor tsb dengan
dikatakan bahwa itu adalah miliknya. Jika B memenuhi permintaan itu ia tidak dapat disalahkan
melakukan pencurian, karena unsur sengaka tidak ada.

3. Mede Pleger
Mereka yang turut serta melakukan (pembuat peserta: medepleger), adalah setiap orang yang sengaja
berbuat dalam melakukan tindak pidana.

Contoh : A dan B sama-sama bersepakat untuk membakar sebuah kandang kuda milik C orang yang
mereka benci. Pada waktu yang telah disepakati mereka berdua masuk kandang. Di dalam kandang kuda
ada loteng dan di sana ada rumput kering untuk makanan kuda. Untuk membakar kandang kuda
dilakukan dengan cara membakar rumput kering di atas loteng tsb. Untuk pembakaran itu A menaiki
sebuah tangga untuk mencapai loteng.B memegang tangganya. ada mulanya A berusaha membakar
rumput dengan korek api, tetapi gagal karena rumput belum kering sepenuhnya. B kemudian
mengumpulkan daun2 kering yang kemudian diserahkan kepada A dengan maksud supaya A dapat
melakukan pembakaran dengan daun tsb. Akhirnya berhasil membakar kandang kuda milik C.

B bersalah melakukan turut serta (pembuat peserta)

A pembuat pelaksana.

Sedikitnya harus ada 2 orang dalam turut mekukan (medeplegen), yaitu: Orang yang melakukan (pleger)
dan Orang yang turut melakukan (medepleger).

Kedua orang itu semuanya melakukan perbuatan pelaksanaan, jadi melakukan unsur dari delik. Tidak
boleh misalnya hanya melakukan perbuatan persiapan saja atau perbuatan yang sifatnya menolong,
sebab jika demikian maka orang yang menolong itu tidak masuk orang yang turut melakukan (mede
pleger) akan tetapi dihukum sebagai membantu melakukan (medeplichtige) pasal 56 KUHP.

Contoh: A beniat mencuri di rumah B dan mengajak C untuk bersama sama melakukan. Keduanya masuk
rumah dan mengambil barang-barang, atau C yang menggali lubang, sedang A yang masuk dan
mengambil barang-barangnya. Disini C dihukum sebagai turut melakukan (mede pleger), karena
melakukan melakukan perbuatan pelaksanaan pencurian.

Andaikata C hanya beridir di luar untuk menjaga dan memberi isyarat kalau ada orang datang, maka C
dihukum sebagai membantu melakukan (medeplichtige) Pasal 56 sebab perbuatannya hanya bersifat
menolong saja.
Ada 2 syarat bagi adanya turut melakukan tindak pidana:

Kerjasama yang disadari antara para pelaku, hal mana mrpk suatu kehendak bersama antara mereka.

Mereka harus bersama-sama melaksanakan kehendak itu (kerjasama secara fisik)

4. Uitlokker

Anda mungkin juga menyukai