Anda di halaman 1dari 14

Nama : Jacinda Salsabila Dhia Artrini

NIM : 201710170311048
Kelas : Akuntansi 6A

TUGAS AKUNTANSI SYARIAH


BAB 5 (AKUNTANSI SALAM)
Soal Pertanyaan
1. a) Jelaskan dengan rinci dan lengkap pengertian dan jenis salam dan salam paralel
 Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.
 Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam,
dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan
bank, sedang transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau
pemasok.
Jenis Salam
Dalam transaksi salam entitas syariah dapat bertindak sebagai penjual (pembuat atau
pabrikan), yaitu jika entitas syariah menerima pesanan untuk membuat suatu barang
dari pemesan, dan entitas syariah dapat bertindak sebagai pembeli (pabrikan atau
pemesan), yaitu jika entitas syariah melakukan pemesanan untuk dibuatkan barang
oleh pabrikan atau produsen. Jika transaksi salam, dimana entitas syariah menerima
pesanan dari pembeli (entitas syariah sebagai pembuat) kemudian atas pesanan
tersebut entitas syariah melakukan pemesanan kembali kepada produsen (entitas
syariah sebagai pemesan), sehingga kedudukan entitas syariah sebagai pembuat
sekaligus sebagai pemesan pada pihak lain, maka transaksi tersebut merupakan salam
parallel.
b) Jelaskan dengan rinci dan lengkap karakteristik salam dan salam paralel sesuai
ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional.
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Jual beli Salam sebagaimana
tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 05/DSN-MUI/IV/2000
tertanggal 1 April 2000 (Fatwa, 2006) sebagai berikut:
Pertama : Ketentuan tentang pembayaran :
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau
manfaat.
2) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
Kedua : Ketentuan tentang barang
1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang
2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3) Penyerahan dilakukan kemudian
4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
6) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.
Ketiga : Ketentuan tentang salam parallel
Dibolehkan melakukan salam parallel dengan syarat :
1) Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan
2) Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah Keempat : Penyerahan barang
sebelum atau pada waktunya :
a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas
dan jumlah yang telah disepakati.
b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi,
penjual tidak boleh meminta tambahan harga.
c. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan
pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan
harga (diskoun)
d. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati
dengan syarat : kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan
ia tidak boleh menuntut tambahan harga
e. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan,
atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka
ia memiliki dua pilihan :

a) Membatalkan kontrak dan meninta kembali uangnya


b) Menunggu sampai barang tersedia
Kelima : Pembatalan kontrak
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah
pihak.
Modal salam harus dapat ditetapkan dengan menyebutkan dasar - dasar
pengukuran untuk menilai modal salam yang akan dicatat bank Islam pada saat dibayar
(untuk Salam) atau pada saat diterima (untuk Salam Paralel). Bila modal salam dalam
bentuk tunai, hal ini teridentifikasi oleh jenis mata uang dan jumlahnya, tetapi apabila
dalam bentuk barang atau manfaat, ini diukur dengan nilai wajar dari asset atau
manfaat tersebut, yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dengan digunakannya
nilai wajar dari pada nilai historis memberikan informasi yang berguna bagi para
pengguna informasi laporan untuk mengambil keputusan berkaitan dengan hubungan
antara mereka dan bank Islam. Penggunaan nilai wajar juga mencerminkan pelaksanaan
konsep “representatif faithfulness” yang ada.
Dalam mengukur modal Salam dan Salam Paralel pada akhir periode laporan
keuangan, digunakan biaya historis karena informasi yang dapat diandalkan diperoleh
dari sifat ini. Namun demikian untuk meyakinkan bahwa informasi keuangan ini dapat
diandalkan, standar menyebutkan bahwa apabila bank Islam memperoleh keyakinan
bahwa al muslam ilaih tidak mengirim al muslam fihi , secara penuh maupun sebagian,
atau adanya kemungkinan bahwa al muslam fihi akan menurun, harus dibuat
pencadangan terhadap defisit yang diestimasikan. Pencadangan ini
dapat memberikan informasi yang bisa membantu memperkirakan
arus kas bank Islam di masa yang akan datang yang dihasilkan dari
pembiayaan Salam. Informasi yang dapat menjadi sumber prediksi
ini mencerminkan bahwa satu dari beberapa karakteristik kualitatif
yang ada untuk mencapaian keandalan terpenuhi.
2. a) Jelaskan perbedaan cakupan akuntansi salam yang tercantum dalam PSAK 59
dan PSAK 103?
PSAK 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah hanya di sektor perbankan
syariah, ini sangat ironis karena ketika itu sudah mulai menjamur entitas syariah
selain dari perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah, koperasi
syariah.

PSAK 103 Akuntansi Salam


Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi salam. Ruang lingkup pernyataan ini diterapkan untuk
entitas yang melakukan transaksi salam, baik sebagai penjual atau pembeli.
Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad salam. 
b) Jelaskan pokok-pokok ketentuan akuntasi penjual dan akuntansi pembeli
sebagaimana diatur dalam PSAK 103 tentang Akuntansi Salam?
 Akutansi untuk Pembeli
Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam tarnsaksi secara akutansi:
1. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha
salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam
disajikan sebagai piutang salam.
2. Pengukuran modal usaha salam
Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan, modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar
nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha
tersebut.
a. Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
b. Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nila tercatat
3. Penerimaan barang pesanan
a. Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai
yang disepakati
b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya
sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang
tercantum dalam akad, maka barang pesanan yang diterima
diukur sesuai dengan nilai akad
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih
rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam
akad; maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai
dengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya dikaui
sebagai kerugian.
c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan
pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka :
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat
piutang salam sebesar sebagian yang belum dipenuhi sesuai
dengan nilai tercantum dalam akad
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka
piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi
oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi
c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan
pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan serta
hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai
piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang
salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai
piutang kepada penjual. Jika hasil penjualan tersebut lebih
besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya
menjadi hak penjual.
4. Denda yang diberlakukan dan diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian
dana kebajikan. Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang
mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya
lalai. Hal ini tidak berlaku bagi pejual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena force majeur.
5. Penyajian
a) Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai
piutang salam
b) Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari
piutang salam
c) Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat diraelisasi.
Apabila nilai bersih yang apat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian
6. Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain;
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. Pengungkapan sesuai dengan PSAK NO. 101 tentang Laporan Keuangan
Syariah.
 Akutansi untuk Penjual
1. Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima disajikan
sebagai kewajiban salam.
2. Pengukuran kewajiban salam, jika modal usaha salam dalam bentuk kas
diukur sebesar jumlah yang diterima, jika modal usaha salam dalam
bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
3. Kewajiban salam dihentika pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
4. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan
oleh pehjual kepembeli akhir. Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,
jika jumlah yang dibayar oelh pembeli akhir lebih kecil dari biaya
perolehan barang pesanan. Pencatatan ketika menyerahkan persediaan,
jika jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir lebih besar dari biaya
perolehan barang pesanan
5. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh
melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau
nila bersih yang dapat deralisasi. Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian
6. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai
kewajiban salam
7. Pengungkapan,
a. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang
memiliki hubungan istimewa;
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah
3. a) Jelaskan pengakuan dan pengukuran penyerahan modal salam?
Pengakuan dan Pengukuran transaksi salam yang diatur dalam PSAK 59 mengatur
pengakuan dan pengukuran Bank sebagai pembeli dan Bank sebagai penjual
sedangkan PSAK 103 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk
pembeli dan untuk penjual.
b) Jelaskan pengakuan dan pengukuran penerimaan barang dengan kualitas
berbeda?
Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis,
macam, mutu, dan jumlahnya. Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak
sesuai dengan akad maka produsen harus bertanggungjawab dengan cara
mengembalikan dana yang diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan
pesanan. Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai persediaan, maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam
kepada pihak ketiga(pemebeli kedua), seperti: bulog, pedagang pasar induk, dan
rekanan.
4. a) Jelaskan perbedaan salam dengan pengijon?
Dalam ijon pembeli membayar lunas semua buah yang ada di pohon yang masih
belum saatnya dipanen. Ketika panen tiba, berapapun jumlah buahnya menjadi milik
pembeli. Mungkin pembeli mendapatkan keuntungan besar ketika buah yang dipanen
lebih banyak dari perkiraan sebelumnya. Dan mungkin juga pembeli rugi besar dari
perolehan hasil ketika buah lebih sedikit dari perkiaan sebalumnya. Jadi disini terdapat
unsur ketidak pastian dalam hal jumlah barang yang diperjual belikan. Demikian juga
tidak ada kejelasan waktu penyerahannya.
Jual beli salam tidak sama dengan ijon, karena dalam jual beli salam kualitas dan
kuantitas barang serta waktu penyerahannya sudah ditentukan dan sudah dispakati
sebelumnya, sehingga tidak ada unsur gharar. Karena itu, bila panen buahnya kurang,
penjual harus memenuhinya dari pohon yang lain. Tetapi bila lebih maka itu adalah
milik penjual. Bedanya dengan salam, penjual justru belum mempunyai barang yang
akan dijual dan pembeli melakukan pembayaran di muka, sedangkan barang
diserahkan dikemudian hari.
b) Jelaskan perbedaan dan persamaan pelaksanaan transaksi salam dengan Kredit
Usaha Tani (KUT) untuk petani?
Dalam praktek perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan
menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau
secara angsuran. Harga yang ditetapkan bank adalah harga beli bank dari nasabah
ditambah keuntungan. Dalam hal ini bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus
menyetujui harga jual dan jangka waktu serta pembayaran. Adapun ketentuan umum
salam sebagai berikut ;
1) Pembelian hasil produk pertanian harus diketahui spesifikasinya secara jelas,
seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli 100 kg
mangga harum manis kualitas “A” dengan harga Rp 5000/kg akan diserahkan
pada panen bulan mendatang.
2) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka
nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain :
mengembalikan dana yang diterimanya atau mengganti sesuai dengan pesanan.
3) Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad
salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti Bulog, pedagang pasar induk,
eksportir atau industri pengolah, mekanisme seperti ini disebut dengan parallel
salam.
Sedangkan pada KUT
Kredit pada sektor pertanian ini pada umumnya adalah kredit program yang merupakan
kredit masal dan sering bersifat politis, kredit yang bersifat masal seringkali memberikan
beban berat kepada bank BUMN khususnya bank pemerintah yang lebih dominan
memberikan kredit pada sektor ini.
Lembaga perbankan harus dipacu untuk selalu mengembangkan kebijakan yang selalu
searah dan sejalan dengan pengembangan sektor pertanian, untuk itu lembaga perbankan
diupayakan tetap eksis membiayai kredit pada sektor pertanian dengan mengupayakan
kredit bersubsidi maupun kredit dengan bunga dibawah kredit komersiil. Lembaga bank
pun sudah banyak mengeluarkan berbagai jenis kredit yang khusus pada sektor pertanian,
seperti Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Kepada Koperasi (KKOP), Program Kredit
Usaha Kecil Daerah Aliran Sungai (PKUK-DAS), Kredit Ketahanan Pangan (KKP).
5. a) Jelaskan pengertian salam parallel?
Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam
hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan bank,
sedang transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.
b) Jelaskan ketentuan salam paralel sebagaiman diatur dalam Fatwa Dewan
Syariah Nasional.
Berdasarkan fatwa DSN No. 5 tahun 2000, disebutkan bahwa akad salam kedua
(antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus dilakukan terpisah
dari akad pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah.

Soal Kasus: 1
 Jurnal Penerimaan Modal Salam
Kas Petani Sukabumi Rp 30.000.000
Hutang Salam Rp 30.000.000
 Penyerahan Barang kepada Petani di Sukabumi
Hutang Salam Rp 30.000.000
Persediaan Salam Rp 30.000.000

Soal Kasus: 2
 Jurnal Penerimaan Modal Salam dari Bulog oleh Bank Syariah
Kas Bulog Rp 500.000.000
Hutang Salam Rp 500.000.000
 Jurnal Penyerahan Modal salam kepada KUD Sejahtera
Piutang Salam Rp 400.000.000
Kas KUD Sejahtera Rp 300.000.000
Aset Salam Rp 95.000.000
Pendapatan Penyerahan Aktiva Rp. 5.000.000
 Jurnal Penerimaan Barang Pesanan dari KUD Sejahtera
a. Tahap Ke – 1
Persediaan Salam Rp 100.000.000
Piutang Salam Rp 100.000.000
b. Tahap Ke – 2
Persediaan Salam Rp 100.000.000
Piutang Salam Rp 100.000.000
c. Tahap Ke – 3
Persediaan Salam Rp 80.000.000
Kerugian Salam Rp 20.000.000
Piutang Salam Rp 100.000.000
d. Tahap Ke – 4
1. Bank Syariah melakukan perpanjangan kontrak ( tidak ada jurnal )
2. Jurnal Pembatalan Kontrak
Piutang KUD Sejahtera Rp 100.000.000
Piutang Salam Rp 100.000.000
 Jurnal Jaminan sebagai ganti penyerahan yang tidak lancar sebesar Rp 75.000.000
Kas KUD Sejahtera Rp 75.000.000
Piutang KUD Sejahtera Rp 25.000.000
Piutang Salam Rp 100.000.000

 Jurnal Jaminan sebagai ganti penyerahan yang tidak lancar sebesar Rp 150.000.000
Kas KUD Sejahtera Rp 150.000.000
Piutang Salam Rp 100.000.000
Kas KUD Sejahtera Rp 50.000.000
 Penyerahan barang pesanan kepada Bulog
Hutang Salam Rp 500.000.000
Persediaan Salam Rp 400.000.000
Keuntungan Salam Rp 100.000.000

Soal Kasus: 3

 Jurnal Penyerahan Modal salam kepada KUD.


Piutang Salam Rp 100.000.000
Kas KUD Rp 25.000.000
Aset Salam Rp 70.000.000
Pendapatan Penyerahan Aktiva Rp. 5.000.000
 Jurnal Penerimaan Barang Pesanan dari KUD.
a. Tahap Ke – 1
Persediaan Salam Rp 50.000.000
Piutang Salam Rp 50.000.000
b. Tahap Ke - 2
Persediaan Salam Rp 40.000.000
Kerugian Salam Rp 10.000.000
Piutang Salam Rp 50.000.000
Soal Kasus: 4
 Jurnal Penerimaan Modal Salam dari Bulog oleh Bank Syariah
Kas Bulog Rp 100.000.000
Hutang Salam Rp 100.000.000
 Jurnal Penyerahan Modal salam kepada Petani Suka Makmur.
Piutang Salam Rp 80.000.000
Kas KUD Petani Suka Makmur Rp 60.000.000
Aset Salam Rp 19.000.000
Pendapatan Penyerahan Aktiva Rp. 1.000.000
 Jurnal Penerimaan Barang Pesanan dari Petani Suka Makmur.
a. Tahap Ke – 1
Persediaan Salam Rp 20.000.000
Piutang Salam Rp 20.000.000
b. Tahap Ke – 2
Persediaan Salam Rp 20.000.000
Piutang Salam Rp 20.000.000
c. Tahap Ke – 3
Persediaan Salam Rp 16.000.000
Kerugian Salam Rp 4.000.000
Piutang Salam Rp 20.000.000
d. Tahap Ke – 4
1. Bank Syariah melakukan perpanjangan kontrak ( tidak ada jurnal )
2. Jurnal Pembatalan Kontrak
Piutang Petani Suka Makmur Rp 20.000.000
Piutang Salam Rp 20.000.000
3. Jurnal Jaminan sebagai ganti penyerahan yang tidak lancar sebesar Rp
15.000.000
Kas Petani Suka Makmur Rp 15.000.000
Piutang Petani Suka Makmur Rp 5.000.000
Piutang Salam Rp 20.000.000
4. Jurnal Jaminan sebagai ganti penyerahan yang tidak lancar sebesar Rp
30.000.000
Kas Petani Suka Makmur Rp 30.000.000
Piutang Salam Rp 20.000.000
Kas Petani Suka Makmur Rp 10.000.000

Soal Kasus: 5

 Jurnal Penyerahan Modal salam kepada KUD


Piutang Salam Rp 100.000.000
Kas KUD Rp 25.000.000
Aset Salam Rp 70.000.000
Pendapatan Penyerahan Aktiva Rp. 5.000.000
 Jurnal Penerimaan Barang Pesanan dari KUD
a. Tahap Ke – 1
Persediaan Salam Rp 50.000.000
Piutang Salam Rp 50.000.000
b. Tahap Ke - 2
Persediaan Salam Rp 40.000.000
Kerugian Salam Rp 10.000.000
Piutang Salam Rp 50.000.000

Soal Kasus: 6

 Jurnal Penyerahan Modal salam kepada KUD oleh Departemen Pertanian


Piutang Salam Rp 800.000.000
Kerugian Penyerahan Aktiva Rp. 50.000.000
Kas KUD Rp 300.000.000
Aset Salam Rp 525.000.000
Pendapatan Penyerahan Aktiva Rp. 25.000.000
 Jurnal Penerimaan Barang Pesanan dari KUD kepada Bulog
a. Tahap Ke – 1
Persediaan Salam Rp 400.000.000
Piutang Salam Rp 400.000.000
b. Tahap Ke - 2
Persediaan Salam Rp 240.000.000
Piutang Salam Rp 240.000.000

c. Jurnal Penerimaan Barang Pesanan dari KUD kepada Bulog


Tahap Ke – 3
Persediaan Salam Rp 150.000.000
Kerugian Salam Rp 10.000.000
Piutang Salam Rp 160.000.000

Anda mungkin juga menyukai