Anda di halaman 1dari 25

A.

PENGERTIAN

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga


disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau postpartum adalah dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah
itu (Hadijono, 2008).
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama ± 6 minggu (Saifudin, 2009).
Jadi post partum adalah masa sesudah persalinan dimulai
setelah plasenta lahir dan berlangsung selama 6 minggu dan organ-
organ reproduksi sampai ke keadaan normal sebelum hamil.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2
bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di
dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang
terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar
a. Mons veneris / Mons pubis

Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang


menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan
sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang
bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.

b. Labia mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong,
panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing
pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu
membentuk perineum, permukaan terdiri dari: 1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. 2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput
yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).

c. labia minora
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak
dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang
memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette,
semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina yaitu merah muda dan basah.

d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk
seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris
dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
panas, dan friksi.

f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan
perinium.

g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat
rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir
meningkat

h. Himen (Selaput dara)

Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh


dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.

h. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora.
Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan
kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
2. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian
atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm,
sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di
depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan
saluran muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung)
vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang
menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi
puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior,
fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu
sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu
persalinan.

b. Uterus

Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal,


muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer
terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus
uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal
tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk
silinder.

Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup


peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga
beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-
3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum,


miometrium / lapisan otot, dan endometrium.

1) Peritoneum

a) Meliputi dinding rahim bagian luar


b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

2) Lapisan otot (miometrium)


a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum .
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum
uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga
saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan
demikian perdarahan dapat terhenti.
d) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara
osteum uteri internum anatomikum yang merupakan batas dan
kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum
uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus
uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
e) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus
otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus
otot-otot dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus
adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri)
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum
dan ligamentum uterinum.
a. Ligamentum latum
a) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus
meluas sampai ke dinding panggul
b) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat
longgar dan mengandung pembuluh darah limfe dan
ureter
c) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopi
d) Ligamentum rotundum (teres uteri)
e) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labia mayus
f) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
g) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b. Ligamentum infundibulo pelvikum
a) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju
dinding panggul
b) Menggantung uterus ke dinding panggul
c) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum
ovarii proprium
c. Ligamentum kardinale machenrod
a) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju
panggul
b) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
c) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d. Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
e. Ligamentum vesika uterinum
a) Dari uterus menuju ke kandung kemih
b) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga
dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan
persalinan
f. Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri
sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya
menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk
arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan
darah pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus
tubarius dan ramus ovarika.
g. Susunan saraf uterus Kontraksi otot rahim bersifat otonom
dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis
melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak
pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.

c. Tuba Fallopi

Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara


kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan
jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum
latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada
dinding rahim.

Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba


terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan
epitel bersilia

Fungsi tuba fallopi :

 Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum


uteri.
 Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
 Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
 Tempat terjadinya konsepsi.
 Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.

d. Ovarium

Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan


folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon –
hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.

Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:

1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a. Terdapat pembuluh darah dan limfe
b. Terdapat serat saraf

e. Parametrium

Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua


lembar ligamentum latum. Batasan parametrium

1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping


2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

C. Etiologi
a. Post partum dini
a) Atonia uteri
b) Laserasi jalan lahir: robekan jalan lahir
c) Hematoma
b. Post partum lambat
a) Tertinggalnya sebagian plasenta
b) Subinvolusi di daerah insersi plasenta
c) Dari luka bekas secsio sesaria
D. Klasifikasi

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :


a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu
sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan
b.   Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital
secara menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu
c.    Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.

E. Adaptasi Fisiologi (gejala klinis)


1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik
dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri.
Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa
involusi :
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI TFU BERAT UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir ± 2 cm di bawah umbilicus dengan ± 1000 gram
bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan  antara umbilikus dan 500 gram
simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
b. Vagina dan Perineum
Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia:

a) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput


ketuban, terjadi selama 2 hari pasca persalinan
b)  Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c)  Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna
kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca
persalinan

c. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh
hormon laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara.
Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai
hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih
sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada
ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan
terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek,
maka ASI akan makin banyak diproduksi.

2. Sistem Pencernaan
a. Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan
keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan
untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa
dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selamawaktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri
yang dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi,
hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus usus kembali normal.

3. Sistem Perkemihan
Uretra dan kandung kemih : Trauma bisa terjadi pada uretra dan
kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi
melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami
hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil
hemoragi.

4. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada
payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi
tidak hilang seluruhnya

5. Adaptasi Sistem Cardiovaskuler


Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi
penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan
dari posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini disebut hipotensi
orthostatik yang merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap
penurunan resitensi  didaerah panggul. Segera setelah persalinan
ibu kadang menggigil disebabkan oleh instabilitas vasmotor

secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak disertai demam.
6. Adaptasi Sistem Endokrin
Sustem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv
persalinan mengikuti lahirnya placenta, terjadi penurunan yang
cepat dari estrogen progesteron dan proaktin. Ibu yang tidak
menyusui akan meningkat secara bertahap dimana produksi ASI
mulai disekitar hari ketiga post partum. Adanya pembesaran
payudara terjadi karena peningkatan sistem vaskulan dan linfatik
yang mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal, kencang dan
nyeri bila disentuh.

7. Adaptasi Sistem Muskuloskeletal


Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa
post partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kotor.
Selama kehamilan otot abdomen terpisah yang disebut distasi
recti abdominalis, juga terjadi pemisahan, maka uteri dan
kandung kemih mudah dipalpasi melalui dinding bila ibu
terlentang.

F. Adaptasi Psikologi

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi


menjadi 3 fase yaitu :

a. Fase taking in / ketergantungan : Fase ini dimuai hari pertama


dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan : Fase
ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir
pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu
siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua
hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi
dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah
kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan
anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan
rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah
dilakukan kembali.

G. Masalah Dalam Post Partum


1. Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya
menderita keluhan miksi akibat defresi pada refleks aktivitas
detrusor yang disebabkan oleh tekanan dasar vesika urinaria saat
persalinan, keluhan ini bertambah berat oleh karena adanya fase
dieresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine dapat diatasi
dengan melakukan kateterisasi. Rortveit, dkk (2003) menyatakan
bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan
pervaginaan sekitar 70 % lebih tinggi dibandingkan section
Caesar. 10 % pasien pasca persalinan menderita inkkontinensia.
(biasanya stress inkontinensia) yang kadang–kadang menetap
sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat
penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan otot dasar
panggul (Serri, 2009).

2. Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga
kehamilan dan menetap setelah persalinan pada anak masa nifas .
kejadian ini terjadi pada 25 % wanita dalam masa post partum
namun keluhan ini dirasakan oleh 50 % dari mereka sejak
sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat bila
mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri, 2009) .

3. Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami
poendarahan yang banyak,apalagi bila sudah sejak masa
kehamilan ada riwayat kekurangan darah. Di masa nifas, anemia
bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini karena darah
tidak cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang
mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi
mengalami perdarahan post partum, maka segera haris diberi
transfuse darah. Jika kondisinya tidak berbahaya maka cukup
ditolong dengan pemberian obat–obatan penambah darah yang
mengandung zat besi (Serri,2009) .

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada
periodepasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali
dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk mengkaji
kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter
atau dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini
dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau
kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di
kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan
therapy yang mungkin (Bobak, 2004).

I. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi
perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri\
c. Hari ke 1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui
yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas
d. Hari ke-2: mulai latihan duduk
e. Hari ke-3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

J. Asuhan Keperawatan Pada Post Partum

1. Pengkajian

a. Temuan yang terkait


(1) Kaji adaptasi psikososial, meliputi :
 Tanda dan gejala kesedihan pascapatum (postpartum
blues) seperti menangis, putus asa, kehilangan selera
makan, konsesntrasi buruk, sulit tidur, dan cemas.
 Evaluasi integritas bayi baru lahir dengan keluargannya
 Observasi interaksi ibu baru dengan anggota keluarga
lainnya dengan bayu baru lahir
(2) Evaluasi status nutrisi, meliputi kemampuan mengunyah
dan menelan makanan serta keadekuatan cairan dan diet
untuk mendukung invoulsi dan laktasi.
(3) Evaluasi tingkat pengetahuan klien tentang menyusui
bayi baru lahir (ASI atau dengan botol)
b. Riwayat kesehatan seharusnya berfokus pada riwayat medis
keluarga, riwayat genetik, dan riwayat reproduktif.
c. Pemeriksaan fisik. Berfokus pada pengkajian yang terus
menerus terhadap identifikasi dini dan intervensi segera
terhadap komplikasi.
(1) Selama jam pertama kritis setelah melahirkan, secara
cermat kaji perdarahan dengan melakukan palpasi fundus
dengan sering (interval 15 menit), inspeksi perineum
terhadap perdarahan yang tampak, dan evaluasi tanda-
tanda vital.
(2) Kaji suhu, tekanan darah, nadi, dan pernapasan setiap 4
sampai 8 jam selama beberapa hari pertama pascapartum.
Cacatan khususnya :
 Peningkatan suhu yang ringan, yang bisa
disebabkan dehidrasi, awitan laktasi, atau
leukositosit.
 Hipotensi dengan nadi yang cepat dan lemah
(melebihi 100) yang dapat menunjukan
perdarahan dan syok.
 Hipotensi ortostatik karena penyesuaian kembali
kardiovaskular ke dalam keadaan sebeum hamil.
 Peningkatan tekanan darah
(3) Kaji fundus setiap hari yakni kekuatan dan lokasinya,
pastikan bahwa klien mengosongkan kandung kemih
sebelum palpasi dilakukan. Lihat indikasi adanya
subinvolusi, yang meliputi :
 Uterus tidak secara progresif menurunkan
ukurannya atau kembali ke pelvik bagian bawah
 Uterus tetap kendur dan kontraksinya buruk
 Sakit punggung atau nyeri pelvik yang persisten
 Perdarahan vagina berat.
(4) Kaji jumlah dan karakter lokia setiap hari untuk
memberikan indeks esensial pemulihan endometrium.
Laporkan setiap hasil yang abnormal misalnya :
 Perdarahan segar
 Lokia rubra yang banyak, persisten, dan berbau
busuk.
(5) Inspeksi perineum, catat keadaan jahitan (jika ada), nyeri
tekan, pembengkakan, memar, dan hematoma; kaji
daerah anal dari adanya hemoroid dan fisura.
(6) Peganglah payudara dengan perlahan dan kaji apakah
keras, adanya nyeri tekan, dan hangat. Kaji puting susu
apakah mengalami pecah pecah, fisura, dan perdarahan.
(7) Kaji tingkat distensi kandung kemih secara sering dalam
8 jam pertama setelah melahirkan. Ukur haluan urine;
berkemih dalam jumlah yang sedikit dan sering,
berkemih yang berturut turut menandakan adanya urine
residual dan kemungkinan perlu dilakukan kateterisasi.
(8) Kaji status eliminasi fekal dan kembali ke pola sebelum
melahirkan
(9) Kaji ambulasi, pola istirahat dan latihan, dan kemampuan
melakukan aktivitas sehari hari.
(10) Kaji sirkulasi perifer, catat adanya varises, edema,
dan kesimetrisan ukuran dan betuk, suhu, warna, dan
rentang gerak sendi. Catat, khususnya, tanda tanda
tromboflebitis dan adanya tanda Homan.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah


melahirkan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses
persalinan.
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya
konstipasi.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan. (Doenges,
2001)

3. Intervensi dan rasional


1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur
nyaman
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37o C, N 60-100
x/menit, RR 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg

Intervensi :

a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor


penambah dan pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R :
regio atau daerah yang mengalami nyeri, S : skala nyeri, T :
waktu dan frekuensi
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan
atau asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan
tenang
Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan
perhatian klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


cara perawatan vulva

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,


pengetahuan bertambah
Kriteria hasil :

a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya


b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal

Intervensi :

a. Pantau vital sign


Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adanya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan
perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah
vulvanya
Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa
nyaman bagi pasien
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu


menyusui

Kriteria hasil :

a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui


b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menyusu

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan


payudara Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan
untuk menentukan intervensi selanjutnya.
b. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan
mencegah terjadinya bengkak pada payudara
c. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu
menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat
ASI bagi bayi
d. Jelaskan cara menyusui yang benar
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya


konstipasi

Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Pasien mengatakan sudah BAB


b. Pasien mengatakan tidak konstipasi
c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya

Intervensi :

a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun


Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi
a. Observasi adanya nyeri abdomen
Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB
b. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat
Rasional : makanan tinggi serat melancarkan BAB
d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB
e. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan
Rasional : penggunana laksatif mungkan perlu untuk merangsang
peristaltik usus dengan perlahan atau evakuasi feses

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan


dengan kehilangan darah dan intake ke oral

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan


terpenuhi Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang


perlu untuk memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum
air putih dan pemberian cairan lewat IV.
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran
mukosa lembab, turgor kulit baik

Intervensi :

a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital


Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normal
b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika
terdapat tanda- tanda syok
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami difisit volume cairan dengan keadaan umum yang
buruk karena cairan IV langsung masuk ke pembuluh darah.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal


psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan

Tujuan : istirahat tidur terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan


yang diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga
baru. Melaporkan peningkatan rasa sejahtera istirahat

Intervensi :

a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama


persalinan dan jenis kelahiran
Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya
bila terjadi malam meningkatkan tingkat kelelahan.
b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan
relaksasi, menurunkan rangsang
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat
setelah kembali ke rumah
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan
bayi lebih awal serta tidur lebih siang membantu untuk
memenuhi kebutuhan tubuh serta menyadari kelelahan berlebih,
kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI
dan penurunan reflek secara psikologis

4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan


dengan kurang mengenai sumber informasi
Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi

Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman perubahan fsiiologis


kebutuhan individu

Intervensi :

a. Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama


persalinan dan tingkat kelelahan klien
Rasional : terdapat hubungan lama persalinan dan kemampuan
untuk melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan
dari atau perawatan bayi
b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan
pasangan dalam mengidentifikasi hubungan
Rasional : periode postnatal dapat merupakan pengalaman positif
bila penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu
mengembangkan pertumbuhan ibu maturasi, dan kompetensi
c. Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum
progresif
Rasional : latiahan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai,
menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan
sejahtera secara umum
d. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat,
berkunjung pelayanan kesehatan masyarakat
Rasional : meningkatkan kemandirian dan memberikan dukunagan
untuk adaptasi pada perubahan multiple.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed 4. Jakarta:


EGC.
Hadijanto. 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Muda. Ilmu
Kebidanan. Ed 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiro
Hardjo
Saifudin. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroardjo
Stright, Barbara. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi
Baru Lahir (Maternal-Nerworn Nursing) Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai