Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENGAWASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN

Dosen pembimbing :
Bapak Gunung Setiadi, S. KM, M.Sc
DisusunOleh :
Kelompok 4

Tanggal Tanda Tangan


Nama Praktikan NIM
Kumpul Praktikan Pembimbing
Amelia P07133116006
Aulia Rahmi P07133116008
Gusti Nia A. W P07133116011
Maudia Rahmah P07133116018
Mawaddah P07133116020
NurizzatilKamilah P07133116030 Rabu, 28
Maret 2018
Nurul Fitria P07133116032
Reza Pratama P07133116035
Rifki Rahman P07133116036

Siti Fatimah P07133116040


 

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BAJARMASIN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIII TINGKAT 2
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan
resmi praktikum Laporan Pengawasan Industri Makanan dan Minuman. Laporan 
yang kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk
memenuhi tugas kuliah Sanitasi Industri dan K3.
Dengan terselesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan ini, khususnya kepada :
1. Bapak Gunung Setiadi, S.KM, M.Sc
2. Bapak Abdul Haris, S.KM, MT
3. Bapak Arifin, S.KM, M.Kes
4. Bapak Yohanes JS, S.KM, M.Kes
5. Serta teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan laporan
resmi praktikum ini.
Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.

Banjarbaru, 24 Maret 2018

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................... 2
C. Manfaat..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3
A. Higiene dan Sanitasi makanan.................................................. 3
B. Pengertian Higiene.................................................................... 3
C. Pengertian Sanitasi.................................................................... 3
D. Pengertian Makanan................................................................. 5
E. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan...................................... 5
F. Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit............. 5
G. Prinsip Higiene Sanitasi Makanan............................................ 6
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN..................................................... 20
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................... 20
B. Alat dan Bahan.......................................................................... 20
C. Uraian Kegiatan........................................................................ 20
BAB IV HASIL PEMBAHASAN................................................................ 22
A. Hasil.......................................................................................... 22
B. Pembahasan............................................................................... 25
BAB V PENUTUP...................................................................................... 27
A. Kesimpulan............................................................................. 27
B. Saran....................................................................................... 27
LAMPIRAN.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penyimpanan Bahan Makanan Mentah....................................... 10


Tabel 4.1 Form Hasil Pemeriksaan Sanitasi Rumah Makanan.................... 22
Tabel.4.2. Hasil Media Isolasi Makanan...................................................... 24
Tabel.4.3.Hasil Media Isolasi Minuman...................................................... 24
Tabel 4.4. Hasil jumlah koloni (Sendok)..................................................... 25
DAFTAR LAMPIRAN

Peraturan ..........................................................................................................
Gambaran kegiatan...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersil yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya (Depkes 1990). Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan factor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Sebagai salah satu bangunan tempat-tempat umum yang sifatnya
komersil, dengan kegiatan penyediaan makanan dan minuman, maka rumah
makan harusm emenuhi persyaratan kebersihan dan kesehatan. Keamanan
makanan merupakan kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan
melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya. Keamanan makanan pada dasarnya adalah upaya hygiene sanitasi
makanan, gizi dan safety.
Pengawasan sanitasi makanan pada rumah makan adalah pemantauan
secara terus menerus terhadap rumah makan atas perkembangan tindakan atau
kegiatan item-item persyaratan sanitasi makanan dan keadaan yang terdapat
setelah usaha tindaklanjut dari pemeriksaan. Pemeriksaan merupakan usaha
melihat dan menyaksikan secara langsung di tempat serta menilai tentang
keadaan, tindakan atau kegiatan yang dilakukan, serta memberikan
petunjuk/saran-saran perbaikan. Kegiatan pengawasan sanitasi makanan
meliputi, pendataan tempat pengelolaan makanan, pemeriksaan berkala,
memberi saran perbaikan, melakukan kunjungan kembali, member peringatan
dan rekomendasi pada pihak terkait serta laporan hasil pengawasan.
Rumah makan sebagai salah satu tempat pengolahan makanan yang
menetap dengan segala peralatan dan perlengkapannya yang di gunakan
untuk proses membuat, menyimpan, menyajikan makanan dan minuman bagi
umum, dimana orang dapat dating untuk membeli makanan dan minuman di
tempat tersebut. Sebagai salah satu bangunan tempat-tempat umum yang
sifatnya komersil, dengan kegiatan penyediaan makanan dan minuman yang
mana dapat menjadi wadah sumber penularan penyakit, maka rumah makan
harus memenuhi persyaratan kebersihan dan kesehatan.
Subur Group adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa boga atau
kuliner yang menyediakan berbagai macam menu makanan dan minuman.
Perusaahan ini sudah tersebar dibeberapa daerah di Kalimantan Selatan.
Berbagai macam makanan dan minuman pun terdapat di perusahaan ini.
Dengan banyaknya cabang diberbagai daerah maka konsumen perusahaan ini
pun tidak sedikit. Agar makanan yang disediakan Subur Group ini tidak
menjadi permasalaahan kesehatan masyarakat maka perlulah dilakukan
pengawasan agar perusahaan yang bergerak dibidang makanan ini selalu
aman.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat kebersihan rumah makan Subur Group
2. Untuk mengetahui keberadaan bakteri pathogen pada makanan yang
terdapat di rumah makan Subur Group
3. Untuk mengetahui total bakteri pada alat makan yang terdapat di rumah
makan Subur Group

C. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi pengelola rumah
makan Subur Group agar rumah makan Subur Group tidak menjadi sumber
permasalahan penyakit masyarakat serta sebagai sarana untuk terus
meningkatkan kualitas rumah makan Subur Group sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Higiene dan Sanitasi Makanan


Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi
mempunyai tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya
yaitu melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia
(individu maupun masyarakat). Tetapi dalam penerapannya, istilah higiene
dan sanitasi memiliki perbedaan yaitu higiene lebih mengarahkan
aktivitasnya kepada manusia (individu maupun masyarakat), sedangkan
sanitasi lebih menitikberatkan pada faktor-faktor lingkungan hidup manusia
(Azwar, 1990).

B. Pengertian Higiene
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi
lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan
kesehatan.Misalnya, minum air yang direbus, mencuci tangan sebelum
memegang makanan, dan pengawasan kesegaran ataupun mutu daging
(Azwar, 1990).
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk
melindungi kebersihan piring, serta membuang bagian makanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

C. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan
kesehatan, pengawasan kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan
terhadap makanan (Azwar, 1990).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air
yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah
untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes
RI, 2004).
Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk
kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya
keracunan dan penyakit pada manusia (Chandra, 2006).Sedangkan menurut
Oginawati (2008), sanitasi makanan adalah upaya pencegahan terhadap
kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan
patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan membahayakan
kesehatan manusia.
Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi
makanan antara lain:
a. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
b. Mencegah penularan wabah penyakit
c. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat
d. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan
e. Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang
disebarkan oleh perantara-perantara makanan
Selain itu menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), di dalam
upaya sanitasi makanan, terdapat 6 tahapan yang harus diperhatikan yaitu:
a. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi
b. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan
c. Keamanan terhadap penyediaan air bersih
d. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
e. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
f. Pencucian, pembersihan, dan penyimpanan alat-alat atau perlengkapan
D. Pengertian Makanan
Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh
tubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang
digunakan untuk pengobatan (Chandra, 2006).
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh
pembuat makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel (Depkes RI, 2003).
Makanan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya, dimana makanan memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Makanan sebagai sumber energi, yaitu makanan memberikan panas dan
tenaga pada tubuh
b. Makanan sebagai zat pembangun, yaitu membangun jaringan tubuh yang
baru, memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua
c. Makanan sebagai zat pengatur, yaitu mengatur proses alamiah, kimiawi,
dan proses faal dalam tubuh

E. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan


Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan.Persyaratan higiene sanitasi adalah
ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan
dan restoran, dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis,
kimia, dan fisika (Depkes RI, 2003).

F. Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit


Menurut Sihite (2000), makanan dalam hubungannya dengan penyakit
dapat berperan sebagai:
1. Agent
Makanan dapat berperan sebagai penyebab penyakit, contohnya
pada makanan yang terkenal di Jawa Timur (Lumajang) dan Jawa Tengah
(Banyumas) yaitu tempe bongkrek. Tempe bongkrek terbuat dari kacang
kedelai ditambah dengan ampas kelapa yang dijamurkan. Van veen dan
Murtens menemukan 2 racun di dalam tempe bongkrek yaitu racun
berwarna kuning dan racun tidak berwarna. Contoh lain yaitu jamur
seperti Aspergillus yaitu spesies dari genus Aspergillus yang diketahui
terdapat pada semua substrat, yang akan tumbuh pada buah busuk,
sayuran, biji-bijian, roti dan bahan pangan lainnya.
2. Vehicle
Makanan juga dapat sebagai pembawa bibit penyakit yang bisa
berasal dari luar atau dari dalam makanan, seperti bahan kimia atau parasit
yang ikut termakan bersama makanan dan juga beberapa mikroorganisme
yang patogen, serta bahan radioaktif yang bisa membahayakan kesehatan.
3. Media
Makanan bertindak sebagai tempat berkembang biak bibit
penyakit, dimana kontaminan yang jumlahnya kecil seperti
mikroorganisme, jika dibiarkan dalam waktu yang lama dan suhu yang
cukup di dalam makanan, maka bisa menyebabkan wabah yang serius.

G. Prinsip Higiene Sanitasi Makanan


Prinsip higiene sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat
faktor yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan.
Keempat faktor tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip higiene
sanitasi makanan yaitu (Depkes RI, 2003) :
1. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Makanan
Bahan makanan mentah atau bahan baku merupakan dasar untuk
menghasilkan makanan yang baik. Bahan baku yang baik akan
menghasilkan makanan yang baik, sedangkan bahan baku yang tidak baik
akan menghasilkan makanan yang kurang baik. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan bahan baku yang baik, bahan baku makanan harus
diamankan dari kerusakan seperti pecah dan busuk serta pencemaran, baik
dari asal bahan baku atau maupun dari lingkungan. Kualitas bahan baku
makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam
hal bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya. Bahan makanan dikatakan
baik jika cukup tua atau matang sesuai kebutuhan, bebas dari pencemaran,
tidak rusak secara fisik atau bahan kimia, dan bebas dari bibit penyakit.
a. Ciri – Ciri Bahan Makanan Yang Baik
Ciri-ciri bahan makanan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Daging Ayam
− Bila dilihat, pada bagian dada tampak montok berisi
− Pada bagian paha tidak keras dan tampak penuh berisi
− Jika ditekan, akan kembali ke bentuk semula setelah dilepaskan
− Memiliki kulit yang halus, tidak berbintil, dan tidak berbulu
− Tidak ada bercak darah atau bagian yang memar pada daging ayam
− Bila dicium, tidak berbau busuk
− Berwarna putih bersih
2. Beras
− Dicium beraroma segar, beras yang baik akan beraroma segar dan
tidak apek
− Warnanya jernih, tidak berwarna kusam atau kekuning-kuningan
− Dilihat, tidak ada benda asing seperti batu, potongan kaca, plastik
yang dapat membahayakan kesehatan manusia
− Diperiksa tak banyak patahannya. Beras yang baik tidak rapuh
sehingga tidak mudah patah
− Harus bebas dari zat pemutih (klorin). Bila beras terasa pahit,
maka beras tersebut sudah diberi zat pemutih (klorin)
− Jika dicuci dengan air, akan tetap harum atau beraroma segar
− Jika dimasak akan terasa pulen. Beras yang baik akan
menghasilkan nasi yang pulen, wangi, dan berwarna putih
mengkilat
− Dikemas dengan kemasan 100% food grade agar tak
terkontaminasi bahan beracun
3. Kerupuk
− Berwarna alami. Hindari membeli kerupuk yang warnanya
mencolok karena biasanya kerupuk dengan warna mencolok
dibuat dengan menambahkan zat pewarna
− Jika kerupuk rasa ikan dicium, ada aroma ikannya dan tidak amis,
sedangkan jika kerupuk rasa udang, tercium aroma udangnya dan
tidak amis.
− Tidak bau apek / tengik
4. Telur
− Kulit bersih, kuat, tidak retak, tidak pecah, tidak bernoda kotoran,
kering, dan tidak basah
− Jika diteropong terlihat jernih
− Mempunyai lapisan zat tepung pada permukaan kulit
− Bila dikocok, maka akan mengembang
5. Sayur-sayuran
− Daun segar, tidak layu, dan utuh
− Tidak ada bekas gigitan serangga / hewan
− Tidak berubah warna
− Bersih
b. Sumber Bahan Makanan Yang Baik
Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik, perlu diketahui
sumber-sumber bahan makanan yang baik pula.Sumber bahan makanan
yang baik seringkali tidak mudah kita temukan karena jaringan
perjalanan makanan yang begitu panjang dan melalui jaringan
perdagangan pangan yang begitu luas.Sumber bahan makanan yang
baik adalah (Depkes RI, 2004) :
− Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu
yang dikendalikan dengan baik misalnya swalayan
− Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh
pemerintah daerah dengan baik

2. Prinsip II : Penyimpanan Bahan Baku Makanan


Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi baik bahan
baku, bahan tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan
cara penyimpanan yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan dapat
berakibat penurunan mutu dan keamanan makanan (Depkes RI, 2004).
Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan
tidak mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan
dibersihkan terlebih dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan
dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan
pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu
rendah (Kusmayadi, 2008).
Tempat penyimpanan bahan baku makanan harus dalam keadaan
bersih, kedap air dan tertutup, serta penyimpanan bahan baku makanan
terpisah dari makanan jadi. Salah satu contoh tempat penyimpanan yang
baik adalah lemari es atau freezer.Freezer sangat membantu penyimpanan
bahan baku makanan jika dibandingkan dengan tempat penyimpanan yang
lain seperti lemari makan atau laci-laci penyimpanan makanan. Freezer
tidak mengubah penampilan, cita rasa dan tidak pula merusak nutrisi
bahan makanan yang disimpan selama batas waktu penyimpanan.
Syarat- syarat penyimpanan bahan makanan menurut Depkes RI
(2011) adalah:
a. Tempat penyimpanan bahan baku makanan selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih
b. Penempatannya terpisah dari makanan jadi
c. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan
makanan:
1. dalam suhu yang sesuai
2. ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm
3. kelembaban penyimpanan dalam ruangan yaitu 80%-90%
d. Bila bahan makanan disimpan digudang, cara penyimpanannya tidak
menempel pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. jarak makanan dengan lantai 15 cm
2. jarak makanan dengan dinding 5 cm
3. jarak makanan dengan langit-langit 60 cm
e. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan
makanan. Bahan makanan yang masuk lebih dahulu merupakan yang
pertama keluar, sedangkan bahan makanan yang masuknya belakangan
terakhir dikeluarkan atau disebut dengan sistem FIFO (First In First
Out).

Penyimpanan bahan makanan mentah dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Penyimpanan Bahan Makanan Mentah

Digunakan dalam Waktu


Jenis Bahan
Makanan 3 hari atau 1 minggu atau 1 minggu atau
kurang kurang lebih

Daging, ikan, udang, -5ᵒC s.d 0ᵒC -10ᵒC s.d -5ᵒC <-10ᵒC
dan olahannya
Telur, susu dan 5ᵒC s.d 7ᵒC -5ᵒC s.d 0ᵒC <-5ᵒC
olahannya

Sayur, buah, dan 10ᵒC 10ᵒC 10ᵒC


minuman

Tepung dan biji- 15ᵒC 25ᵒC 25ᵒC


bijian

Sumber: Mukono, 2000


Ada 4 cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya
yaitu (Depkes RI, 2004) :
a. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10 ºC – 15 ºC
untuk jenis minuman buah, es krim dan sayur
b. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4 ºC – 10 ºC
untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali
c. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0 ºC – 4
ºC untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu
sampai 24 jam
d. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0 ºC untuk
bahan makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam

3. Prinsip III : Pengolahan Makanan


Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan
mentah menjadi makanan siap santap. Pengolahan makanan yang baik
adalah yang mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan
sanitasi.Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak
langsung dengan makanan dilakukan dengan menggunakan sarung tangan
plastik dan penjepit makanan (Arisman, 2009).
Tujuan pengolahan makanan adalah agar tercipta makanan yang
memenuhi syarat kesehatan, mempunyai cita rasa yang sesuai, serta
mempunyai bentuk yang mengundang selera (Azwar, 1990). Dalam
pengolahan makanan, ada empat aspek yang harus diperhatikan yaitu
penjamah makanan, cara pengolahan makanan, tempat pengolahan
makanan, dan peralatan pengolahan makanan (Kusmayadi, 2008).
a. Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan, pengangkutan, sampai dengan tahap
penyajian.Agar bahan makanan tidak sampai tercemar, maka penjamah
makanan harus terpelihara higiene dan sanitasinya. Syarat yang
ditetapkan pada penjamah makanan menurut Depkes RI (2003) antara
lain:
1. Memiliki temperamen yang baik
2. Memiliki pengetahuan dan higiene perorangan yang baik seperti
menjaga kebersihan panca indera (mulut, hidung, tenggorokan,
telinga), kebersihan kulit, kebersihan tangan (potong kuku dan
mencuci tangan), kebersihan rambut (pakai tutup kepala), dan
kebersihan pakaian kerja
3. Berbadan sehat dengan surat keterangan sehat yang menyatakan:
− Bebas penyakit kulit
− Bebas penyakit menular seperti influenza, dan diare
− Bukan carrier dari suatu penyakit infeksi
− Bebas TBC, pertusis, dan penyakit pernapasan berbahaya lainnya
− Sudah mendapatkan imunisasi Chotypa (Cholera, Thypus, dan
Parathypus)
Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan
pribadinya dan harus selalu berperilaku sehat ketika bekerja. Hal – hal
yang harus diperhatikan dalam kebersihan pribadi (personal hygiene)
penjamah makanan adalah sebagai berikut:
1. Mencuci tangan, kerbersihan tangan penjamah makanan yang
bekerja mengolah dan memproduksi pangan sangat penting sehingga
perlu mendapatkan perhatian khusus. Penjamah harus selalu mencuci
tangan sebelum bekerja dan keluar dari kamar mandi. Selain itu,
kuku juga harus dirawat dan dibersihkan serta dianjurkan supaya
tidak memakai perhiasan seperti cincin sewaktu bekerja.
2. Pakaian, hendaknya penjamah makanan memakai pakaian khusus
dengan ukuran pas dan bersih, umumnya pakaian berwarna terang
(putih) dan penggunaannya khusus waktu bekerja saja.
3. Topi / penutup kepala, semua penjamah makanan hendaknya
memakai topi atau penutup kepala untuk mencegah jatuhnya rambut
ke dalam makanan atau kebiasaan menggaruk kepala.
4. Sarung tangan dan celemek, hendaknya penjamah makanan
memakai sarung tangan dan celemek (apron) selama mengolah
makanan dan sarung tangan ini harus dalam keadaan baik dan bersih.
5. Tidak merokok, penjamah makanan sama sekali tidak diizinkan
merokok selama mengolah makanan.
b. Cara Pengolahan Makanan
Cara pengolahan makanan harus baik seperti menggunakan air
yang bersih dalam setiap pengolahan, penjamah makanan mencuci
tangan setiap kali hendak menjamah makanan, serta penjamah tidak
bersentuhan langsung dengan makanan tetapi menggunakan peralatan
seperti penjepit makanan.Dalam proses pengolahan makanan perlu
diperhatikan:
− Cara menjamah makanan
− Nilai gizi makanan
− Teknik memasak makanan
− Cara pengolahan yang bersih
− Higiene dan sanitasi makanan
− Higiene penjamah makanan
− Kesehatan penjamah makanan
c. Tempat Pengolahan Makanan
Tempat pengolahan makanan dimana makanan diolah sehingga
menjadi makanan yang terolah ataupun makanan jadi, biasanya disebut
dapur.Dapur merupakan tempat pengolahan makanan yang harus
memenuhi syarat higiene dan sanitasi, diantaranya konstruksi dan
perlengkapan yang ada.Menurut Depkes RI (2011), syarat-syarat dapur
adalah sebagai berikut:
1. Lantai
Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak
licin, rata, dan kedap air. Selain itu sudut lantai dengan dinding
melengkung 7,62 cm dari lantai. Lantai harus mempunyai
kemiringan 1-2% ke saluran pembuangan air limbah.
2. Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, halus, dan mudah
dibersihkan.Jika permukaan dinding terkena percikan air, maka
harus dilapisi dengan bahan kedap air dan mudah dibersihkan seperti
porselen setinggi 2 meter dari lantai.Bagian dinding yang kedap air
tersebut dibuat halus, rata dan bewarna terang.
3. Atap
Atap harus rapat air, tidak bocor, cukup landai, dan tidak
menjadi sarang tikus dan serangga lainnya.
4. Langit-langit
Permukaan langit-langit harus rata, berwarna terang, serta
mudah dibersihkan. Selain itu langit-langit tidak boleh berlubang dan
tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 meter dari lantai.
5. Pintu
Pintu harus dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan,
dapat menutup sendiri dengan baik dan membuka ke arah luar, setiap
bagian bawah pintusetinggi 36 cm dilapisi logam dan jarak antara
pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.
6. Pencahayaan
Intensitas pencahayaan harus cukup untuk melakukan pekerjaan
pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan
ruang.Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan, intensitas
pencahayaan sedikitnya 10 foot candle (100 lux).Pencahayaan tidak
boleh menyilaukan dan harus tersebar merata sehingga sedapat
mungkin tidak menimbulkan bayangan.
7. Ventilasi / penghawaan
Ventilasi diperlukan untuk memelihara kenyamanan dengan
menurunkan panas dalam ruangan, mencegah pengembunan
(kelembaban), serta membuang bau, asap, dan debu dalam ruangan.
Secara garis besar, ventilasi terbagi atas dua macam yaitu ventilasi
alam dan buatan. Ventilasi alam harus cukup (10% dari luas lantai)
dan mampu menjamin peredaran udara dengan baik dan harus dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau, dan debu dalam ruangan.
Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat
memenuhi persyaratan.
8. Pembuangan asap
Dapur harus mempunyai cerobong asap yang dilengkapi dengan
penyedot asap (extractor) untuk mengeluarkan asap dari
cerobongnya.
9. Penyediaan air bersih
Air bersih harus tersedia cukup dan memenuhi syarat kesehatan
sesuai dengan keputusan menteri kesehatan baik kualitas maupun
kuantitasnya. Kualitas air bersih minimal harus memenuhi syarat
fisik yaitu tidak bewarna, tidak berasa, tidak berbau. Selain itu, di
dapur harus tersedia tempat cuci tangan, tempat mencuci peralatan,
dan tempat pencucian bahan makanan yang terbuat dari bahan yang
kuat, aman, tidak berkarat, dan mudah dibersihkan.
10. Tempat sampah
Sampah harus ditangani sedemikian rupa untuk menghindari
pencemaran makanan dari tempat sampah sehingga tempat sampah
harus dipisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik serta
diusahakan pencegahan masuknya serangga ke tempat sampah.
Tempat sampah yang baik adalah sebagai berikut:
− terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat,
mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk
sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk
− mudah dibersihkan dan bagian dalam dibuat licin, serta bentuknya
dibuat halus
− mudah diangkat dan ditutup
− kedap air, terutama menampung sampah basah
− tahan terhadap benda tajam dan runcing
− Di samping itu sampah dibuang dalam waktu 24 jam dimana
untuk sementara sampah ditaruh di tempat pengumpul sementara
yang terlindung dari serangga dan tikus atau hewan lain dan
terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkut sampah. Segera setelah sampah dibuang, tempat
sampah dan peralatan lain yang kontak dengan sampah harus
dibersihkan.
11. Pembuangan air limbah
Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari
bahan kedap air, tertutup dan harus dilengkapi dengan grease trap
(penangkap lemak).
12. Perlindungan dari serangga dan tikus
Tempat pengolahan makanan harus terhindar dari serangga dan
tikus karena mereka dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti
demam berdarah, malaria, disentri, dan pest sehingga harus dibuat
anti serangga dan tikus.Setiap lubang pada bangunan harus dipasang
dipasang kawat kassa berukuran 32 mata per inchi pada ventilasi
untuk mencegah masuknya serangga dan dibuat teralis dengan jarak
2 cm pada pintu untuk mencegah masuknya tikus.
d. Peralatan Pengolahan Makanan
Peralatan pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan
kesehatan sebagai berikut (Depkes RI, 2011):
− Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh
mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga
membahayakan kesehatan seperti timah (Pb), arsen (As), tembaga
(Cu), seng (Zn), cadmium (Cd), dan antimon (Sb)
− Peralatan pengolahan makanan tidak boleh rusak, gompel, retak, dan
tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan
− Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan makanan harus
conus atau tidak ada sudut mati, rata, halus, dan mudah dibersihkan
− Peralatan pengolahan makanan harus dalam keadaan bersih sebelum
digunakan
− Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan
tidak boleh mengandung E.coli
− Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan yaitu pencucian
peralatan harus menggunakan sabun / detergent, serta dibebas
hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, dan air panas
800 C
− Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti
karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau
mesin pengering dan tidak boleh dilap dengan kain.

4. Prinsi IV : Penyimpanan Makanan Jadi


Prinsip penyimpanan makanan jadi bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada makanan, mengawetkan
makanan dan mencegah pembusukan makanan, dan mencegah timbulnya
sarang hama dalam makanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan makanan jadi adalah :
− Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus, dan
hewan lainnya
− Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas (65,5 ºC atau
lebih) atau disimpan dalam suhu dingin sekitar 4 ºC atau kurang
− Makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6
jam) harus disimpan dalam suhu - 5 ºC sampai -1 ºC
− Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu
berada pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu dibawah 100C
atau diatas 600C.
− Makanan dan minuman yang disajikan harus dengan wadah yang bersih
dan aman bagi kesehatan atau tutup makanan dan minuman harus dalam
keadaan bersih dan tidak mencemari makanan

5. Prinsip V : Pengangkutan Makanan


Prinsip pengangkutan makanan yang baik adalah tidak terjadinya
pencemaran selama proses pengangkutan baik pencemaran fisik, mikroba,
maupun kimia. Kemungkinan pengotoran makanan terjadi sepanjang
pengangkutan yang dipengaruhi oleh alat pengangkut, teknik
pengangkutan maupun tenaga pengangkut makanan. Perlu diketahui
bahwa makanan yang sudah dimasak sangatlah sensitif sifatnya, terutama
sensitif untuk tumbuhnya kuman maupun proses pembusukan. Hal-hal
yang penting diperhatikan dalam pengangkutan makanan yang memenuhi
syarat sanitasi adalah sebagai berikut:
− Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing (makanan jadi tidak
bercampur dengan makanan mentah) dan wadah yang digunakan harus
baik, utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan makanan yang akan
diisi. Isi makanan dalam wadah tidak boleh penuh (harus ada udara di
bagian atas) untuk menghindari terjadinya uap makanan yang mencair
(kondensasi).
− Setiap wadah makanan harus ditutup secara baik dan tidak banyak
dibuka selama pengangkutan sampai di tempat penyajian
− Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya pada suhu
panas (600C) atau suhu dingin (40C)
− Kendaraan untuk mengangkut makanan tidak dipergunakan untuk
keperluan mengangkut bahan lain
− Pengangkutan makanan yang melewati daerah kotor harus dihindari dan
cari jalan terpendek

6. Prinsip VI : Penyajian Makanan


Proses terakhir dari prinsip higiene sanitasi makanan adalah
penyajian makanan atau penjajaan makanan. Dalam penyajian makanan
harus diperhatikan tempat penyajian, alat penyajian, dan tenaga penyaji.
Makanan disajikan pada tempat yang bersih, sirkulasi udara dapat
berlangsung, peralatan yang digunakan bersih, dan orang yang menyajikan
makanan harus berpakaian bersih, menggunakan tutup kepala, dan tangan
penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan
(Slamet, 2004).Adapun syarat penyajian makanan yang baik adalah
sebagai berikut (Depkes RI, 2011):
a. Cara menyajikan makanan harus terhindar dari pencemaran
b. Peralatan yang dipergunakan untuk menyajikan makanan harus terjaga
kebersihannya
c. Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan
peralatan yang bersih
d. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada
fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 600C
e. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian bersih
f. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
− Di tempat yang bersih
− Meja dimana makanan disajikan harus tertutup kain putih atau tutup
plastik bewarna menarik kecuali bila meja dibuat dari formica,
taplak tidak mutlak ada
− Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka, saus, kecap, sambal,
dan lain-lain perlu dijaga kebersihannya terutama mulut tempat
bumbu
− Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap saat
dibersihkan
− Peralatan makan dan minum yang telah dipakai, paling lambat 5
menit sudah dicuci bersih
g. Lokasi penjualan juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
− Lokasi penjualan minimal 500 meter dari sumber pencemaran
− Lokasi penjualan harus terhindar dari serangga
− Lokasi penjualan dilengkapi dengan tempat sampah yang memenuhi
syarat kesehatan
− Lokasi penjualan dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti air
bersih, SPAL, toilet, tempat sampah, dan tempat cuci tangan
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/tanggal : Senin, 26 Maret 2018
Waktu : 16.00 sampai selesai
Tempat : Rumah Makan Subur Group, Banjarbaru

B. Jenis Kegiatan
Obervasi Inspeksi Penyehatan Makanan

C. Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. Kertas
3. Papan Alas
4. Kamera
5. Format Identifikasi
6. Plastik transparan atau mika
7. Plastikklip
8. Alkohol 70%
9. Label
10. Box sampel

D. UraianKegiatan
a. Pengawasan dan penilaian
1. Siapkan alat dan bahan
2. Lakukan pengamatan, penilaian terhadap tempat penjualan makanan
3. Lakukan wawancara terhadap pemilik/ karyawan tempat penjualan
makanan tersebut
b. Pengambilan sampel makanan
1. Sterilkan semua alat untuk pengambilan sampel dengan air mendidih
100⁰C atau alkohol 70%
2. Kenakan sarung tangan steril dan usapkan telapak tangan dengan
alkohol 70%
3. Ambil sampel makanan (100-250 gram)
4. Masukkan sampel kedalam plastic klip
5. Sampel diberi label
6. Masukkan ke dalam box sampel
7. Sampel siap dikirim
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Hasil Identifikasi Sanitasi Rumah Makan
Tabel 4.1 Form Hasil Pemeriksaan Sanitasi Rumah Makan
HASIL
N
PERIHAL PEMERIKSAAN
O
I Halaman/pekarangan  
1 Kebersihan/kerapian √
Ruang bagian Dalam
II Keseluruhan
2 Pembagian ruangan √
3 Kebersihan/kerapian √
III Ruang makan/tamu
4 Lantai √
5 Dinding dan langit-langit √
6 Penerangan dan penghawaan √
7 Tempat persediaan makanan jadi √
Perlindungan jadi dari
8 serangga,tikus dan debu √
9 Fasilitas cuci tangan √
IV Dapur
10 Lantai X
11 Dinding dan langit-langit √
Penerangan, penghawaan dan
12 pembuangan asap X
13 Sampah √
Perlindungan dari serangga dan
14 tikus √
Penyimpanan makanan jadi
15 bahan-bahannya √
Pencucian piring, gelas dan alat-
16 alat lain √
17 Persediaan air bersih √
18 Fasilitas cuci tangan √
19 Jenis bahan perabotan √
V Toilet ( WC dan Urinior )
20 Kakus dan Urinior √
21 Penerangan dan penghawaan √
Perlindungan dari serangga dan
22 tikus X
23 Perlindungan dari bau √
24 Persediaan air bersih √
25 Fasilitas cuci tangan √
VI Tenaga kerja
26 sertifikat kesehatan √
27 Kebersihan badan dan pakain √
28 Cara-cara kebiasan √
PENILAIAN
√ = Memenuhi syarat ( Skore 1 )
X = Tidak Memenuhi Syarat ( Skore 0 )

SKORE
Kurang : ˂ 50%
Sedang: ˂ 55-75%
Baik : ˃ 75%

Skore
Ʃ= X 100 %
Jumlah Pertanyaan

25
Ʃ= X 100 %=89,28 %
28
Jadi, dari hasil perhitungan diatas di dapat nilai yaitu 89,28 % yang artinya
tergolong dalam kategori BAIK karena > 75 %

2. Hasil pemeriksaan bakteri pathogen


Dari praktikum pemeriksaan bakteri pathogen makanan dan
minuman, dan usap alat didapatkan hasil sebagai berikut :

Makanan

Tabel.4.2. Hasil Media Isolasi Makanan

Suspect
Media Isolasi
Positif Negatif
MSA Agar 
SS Agar 

Endo Agar 

TCBS Agar 

Minuman

Tabel.4.3.Hasil Media Isolasi Minuman

Suspect
Media Isolasi
Positif Negatif
MSA Agar 
SS Agar 

Endo Agar 

TCBS Agar 

3. Hasil pemeriksaan usap alat

Hasil yang didapatkan pada saat pemeriksaan usap alat dengan metode
TPC (total plate count) pada sendok makan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil jumlah koloni (Sendok)

Pengenceran Jumlah koloni


Control 1
1 120
101 92
102 70
103 1
104 1
105 1
TPC = (∑ Jumlahkoloni – control ) x Pengenceran / plate yang dihitung
( 120−1 ) 10+ ( 92−1 ) 100+ ( 70−1 ) 1000 79.290
= =26.430
3 3

Luas sendok = a x b x π
=3,25 cm x 2,2 cm x 3,14
=22,4 cm2 x 4 sendok
= 89,6 cm2

100
Jumlah koloni/Cm = x Angka TPC
luasalat yang diusap
100
¿ x 26.430=¿ 29.497 koloni/cm2
89,6 cm2

B. Pembahasan

Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi


mempunyai tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya
yaitu melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi
lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi
persyaratan kesehatan, pengawasan kebersihan pada peralatan makan, serta
pengawasan terhadap makanan
Jadi saat kami mensurvey Rumah Makan Subur Group, disana
memiliki fasilitas dan kebersihan yang terjamin dan dari hasil identifikasi
perhitungan di dapat nilai yaitu 89,28 % yang artinya tergolong dalam
kategori baik karena > 75 % ini mencangkup nilai kebersihan, fasilitas, dan
higiene dari rumah makanan itu.
Pada pengawasan di rumah makan subur group yang di periksa adalah
bakteri pathogen dan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa makanan dan
minuman di rumah makan tersebut negatif mengandung bakteri pathogen
sehingga aman untuk dikonsumsi. Pada pengwasan pemeriksaan usap alat
yang dilakukan kali ini didapat hasil plate dengan pengenceran 1 kali hingga
105 hanya tiga plate yang memenuhi persyaratan, dimana persyaratannya
adalah 30-300. Maka, hanya plate dengan pengenceran 1 kali, 10 2dan 103
yang dapat dihitung dengan rumus dan hasil dari perhitungan jumlah koloni/
cm alat yang diusap adalah 29.497 koloni/cm2.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kelayakan hygiene sanitasi rumah makan Subur Group,
maka kami mendapatkan hasil bahwa Rumah Makan Subur Group memiliki
fasilitas dan kebersihan yang terjamin dan dari hasil identifikasi perhitungan
di dapat nilai yaitu 89,28% yang artinya tergolong dalam kategori baik karena
>75% ini mencakup nilai kebersihan, fasilitas, dan hygiene dari rumah makan
tersebut. Serta makanan dan minuman di Rumah Makan Subur Group sudah
baik untuk bisa dikonsumsi.

B. Saran
Sebaiknya rumah makan Subur Group harus terus mempertahankan
kebersihan, fasilitas dan hygiene sanitasi rumah makan yang seperti sekarang
ini, atau bahkan bisa ditingkatkan lagi, serta lebih memperhatikan
pencahayaan di tempat makan.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman.2000, Identifikasi Perilaku Penjamah Makanan yang Beresiko Sebagai
Sumber Keracunan Makanan. Laporan Hasil Penelitian Lembaga Penelitian
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Arisman, 2009, Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan,
eprints.ums.ac.id/60442/9/daftar%20pustaka.pdf

Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Yayasan


Mutiara.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/120108-T%2025337-Strategi%20Pengelolaan-
Bibliografi.pdf
Diakses pada 25 Maret 2018 jam 15.00

Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan.


(Jakarta: EGC.2006)
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2626-Daftar
%20Pustaka.pdf
Diakses pada 25 Maret 2018 jam 15.12

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Sanitasi Makanan Jajanan.


Jakarta.
repository.maranatha.edu/1569/9/0310019_References.pdf

Depkes RI. (2011). Cara Pengolahan Makanan Yang Baik


jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/keluarga/article/download/1820/970

Depkes RI. 2004. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Ditjen PPM
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72163/.../S1-2014-299731-
bibliography.pdf

Kusmayadi. 2008. Cara Memilih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi.
Masyarakat
digilib.unila.ac.id/5662/13/DAFPUS.pd

Mukono, H.J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan


lib.ui.ac.id/file?file=digital/123984-S-5351-Hubungan%20kerentanan-
Bibliografi.

Oginawati, K. 2008. Sanitasi Makanan dan Minuman


https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjk9PvzsIzaAhVKbb
wKHX5JBjgQFggnMAA&url=http%3A%2F%2Fdigilib.esaunggul.ac.id
%2Fpublic%2FUEU-Undergraduate-8820-DAFTAR
%2520PUSTAKA.pdf&usg=AOvVaw2NGI3YlSCGLp0QtDchkLqo
Diakses pada 25 Maret 2018 jam 15.17
Rizky,R. 2015. TUGAS KEWIRAUSAHAAN LAPORAN USAHA
KELUARGA “DEPOT MIE AYAM & BAKSO CV. SUBUR GROUP.
https://dokumen.tips/documents/tugas-kewirausahaan-laporan-usaha-subur-
group.html
Diakses pada tanggal 24 Maret 2018

Sihite, Richard. 2000. Food Product (Dasar- DasarTata Boga).


repository.nscpolteksby.ac.id/115/8/8%20Daftar%20Pustaka.pdf

Slamet, J.S. 2004. Kesehatan Lingkungan


lib.ui.ac.id/file?file=digital/123984-S-5351-Hubungan%20kerentanan-
Bibliografi...

Anda mungkin juga menyukai