Anda di halaman 1dari 3

1.

Sebagai seorang pebisnis (dalam konteks ini bisnis yang saya lakukan adalah ritel) terutama
pada konteks lingkungan bisnis ritel yang sedang mengalami disrupsi. Tingkah laku sebagai
seorang pemimpin yang dilakukan dalam menghadapi kondisi bisnis pada masa pandemi ini
secara natural (atau alam bawah sadar diri sendiri) adalah membatasi interaksi yang terjadi
antara karyawan. Dalam bisnis ini karyawan sebagai salah satu aset prioritas utama. Hal ini
menjadi pernyataan bahwa pada dasarnya bisnis ritel memiliki titik prioritas yang berpangku
sepenuhnya pada seorang karyawan yang menjadi bagian dari bisnis yang terjadi. Secara
naluriah, seorang pemimpin dengan sifat dasar kemanusiawian berkewajiban untuk
memprioritaskan aset utamanya, dalam hal ini karyawan.

Dalam situasi pandemi seperti yang sedang terjadi pada saat ini (Corona Pandemic) gaya
kepemimpinan yang diterapkan pada dasarnya merupakan gaya kepemimpinan demokratis.
Penyesuaian ini tetap diperlukan dalam konteks yang mengatur atau menjaga sistem secara
akomodir. Dalam hal ini tetap ada aturan utama yang ditetapkan yakni penutupan gerai secara
periodik sesuai dengan aturan pemerintah dalam menjaga keberlangsungan kehidupan sosial.
Menanggapi hal ini, disrupsi yang terjadi menjadi sebuah solusi. Pengembangan gerai ritel
mengarah pada dunia digital merupakan salah satu bentuk solusi yang mendukung. Secara
internal, gaya kepemimpinan demokratis ini merupakan gaya kepemimpinan yang diperlukan
untuk mengelola sistem secara aman. Gaya kepemimpinan ini dalam hal memberikan
kesempatan bagi karyawan yang hendak membantu gerai daring atau tidak sesuai dengan
persetujuan karyawan itu sendiri secara sadar dan juga persetujuan seluruh anggota keluarga
karyawan.

Plan A : Terkait karyawan, para karyawan berhak memilih untuk mengambil cuti sesuai dengan
waktu yang ditetapkan pemerintah dalam melakukan social distancing. Namun demikian
tetap diperlukan sejumlah karyawan untuk menjalankan proses gerai daring. Karyawan ini
kemudian ditanyakan kesediaannya dalam menjalankan operasi gerai daring. Pemberian
penggajian dilakukan sepenuhnya hanya terhadap yang datang dengan biaya yang dihitung
per-jam, sesuai dengan biaya gaji pada biasanya. Kehadiran terhadap keseluruhan anggota
diabaikan.
- Plan A ini akan dapat tetap menjalankan kehidupan perekonomian yang tetap
berlangsung secara berkala. Plan A ini memiliki keuntungan terhadap bisnis secara
seutuhnya karena tetap mempertahankan perputaran dan arus kas secara utuh.
- Plan A dapat merugikan terhadap pihak yang tidak bersedia mengoperasikan gerai daring
karena tidak mendapatkan pendapatan keuntungan secara aktual seperti pada biasanya.

Plan B : Pada rencana kedua bahwa mempertimbangkan kondisi alur kas yang baik, dan belum
siapnya menghadapi disrupsi. Gerai ritel ditutup sesuai dengan rencana pemerintah. Dari
aspek ini gaji karyawan tidak diberikan, namun tunjangan uang makan terhadap seluruh
karyawan tetap diberikan. Tunjangan ini berupa tunjangan makan harian yang harusnya selalu
dipenuhi untuk karyawan. Pemenuhan tunjangan makan ini untuk menjamin
keberlangsungan hidup karyawan.

- Plan B ini akan tetap menjamin keberlangsungan kehidupan karyawan dan memberikan
nilai lebih terhadap karyawan. Hal ini akan mempertahankan nilai intrinsik sebagai
seorang pemimpin.
- Plan B ini juga akan merugikan ketika tidak adanya pendapatan yang dapat memberikan
dukungan penuh terhadap perputaran kas.
2. Siddharta Gautama (800SM – 483SM) merupakan seorang guru spiritual yang mengajarkan
dan mengembangkan ajarannya pada wilayah laut timur. Salah satu aspek yang dihadapi
Siddharta dalam hidup adalah aspek realitas kehidupan yang nyata dalam hal ini aspek tua,
sakti dan meninggal. Sebagai seorang pemimpin yang mengabdikan kehidupannya
sepenuhnya pada kemanusiaan membuat Siddharta menjadi sosok pemimpin yang menjadi
panutan dan acuan dalam menjalankan kehidupan kepemimpinan dunia. Gaya kepemimpinan
yang digunakan oleh Siddharta merupakan gaya servitude atau gaya kepemimpinan yang
melayani sekaligus juga menjadi penunjuk arah dan menjadi panutan. Seorang Siddharta
mengawali perjalanan hidupnya sebagai seorang pemimpin dengan tindakan yang cukup
radikal yakni meninggalkan kehidupannya dan menerima realitas kehidupan secara
seutuhnya. Siddharta dalam mendalami dan memahami kehidupan secara nyata,
mendapatkan sebuah pengalaman pribadi yang menyatakan bahwa derita hidup merupakan
derita manusia yang akan selalu ada. Teori inilah yang kemudian menjadi acuan pada seluruh
dunia terutama dalam hal kepemimpinan. Dalam hal ini Siddharta mengajarkan aspek
lingkaran hidup yang selalu saja berputar dan tidak akan pernah putus. Keberlanjutan atau
perputaran dalam hidup ini merupakan konsep yang kemudian diangkat di dunia ini. Gaya
kepemimpinan Siddharta merupakan gaya yang mengajarkan bahwa sebuah organisasi dalam
berbagai bentuk dan dalam berbagai situasi merupakan organisasi yang pasti dihadapkan
dengan secara mutlak.

Centre, UNESCO. "Lumbini, The Birthplace Of The Lord Buddha". Whc.Unesco.Org, Last
modified 2020. http://whc.unesco.org/en/list/666.

3. Sumber – sumber kekuasaan Siddharta Gautama adalah kenabian sebagai gelar


karismatiknya. Dalam hal ini konsep kenabian yang dianut oleh Siddharta merupakan konsep
kenabian yang berupa materiil dan telah mencapai darma secara seutuhnya. Status ini
merupakan status utuh yang dimiliki oleh Siddharta setelah pencapaiannya sebagai seorang
Buddha. Buddha dalam hal ini memiliki kemampuan duniawi yang penuh sehingga tidak
dapat digubah atau dipertanyakan secara fungsional oleh pihak mana pun di dunia.
Statusnya ini yang memberikan Siddharta kekuasaan penuh terhadap khalayak dunia. Selain
status, kepribadian Siddharta yang mengacu pada kebajikan dan kebijakan memberikannya
tatanan moral yang kuat terutama dalam menjalani kehidupan dan mengajarkannya. Hal ini
berimbas terhadap reaksinya dalam menanggapi kondisi krisis. Kemampuan untuk
menangani kondisi krisis yang baik juga mampu menjadi sumber kekuasaan bagi Siddharta.
Hal ini dikarenakan kesadarannya akan keutuhan dari kemampuannya. Siddharta akan
mengerahkan ajaran secara utuh yang biasanya tidak digunakan dalam metode
pengajarannya sehari hari.

Fauziah, Iva. "Kenabian Siddharta Gautama Dalam Al-Qur’An Menurut Penafsiran Al-Qasimi".
NALAR: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam 2, no. 1 (2018): 43.
doi:10.23971/njppi.v2i1.914.

4. VISI : Membangun sebuah gerai ritel pakaian dalam yang memiliki sistem pelayanan yang
integratif terhadap seluruh lini usaha serta mampu memenuhi kebutuhan konsumen secara
utuh dan mencanangkan keberlanjutan sebagai prioritas pada pelayanan.

Misi :
- Membangun perputaran inventori yang selalu up to date serta selalu tersedia sesuai
dengan tren kebutuhan konsumen.
- Melengkapi variansi produk dari lini pakaian dalam dengan merek Sorex sebagai acuan
utama.
- Menciptakan pelayanan yang intensif dengan hubungan langsung yang terjaga baik
dengan konsumen.

Untuk mencapai visi dan misi tersebut, perlu adanya kemampuan seseorang pemimpin yang
dapat bekerja sesuai dengan arah dan orientasi bisnis tersebut. Kemudian pemimpin ini akan
menyiapkan diri secara konseptual terhadap hal – hal yang perlu untuk dikembangkan.
Pemilihan karyawan dilakukan dengan orientasi terhadap misi yang telah dibuat. Karyawan
yang bekerja harus mampu secara aktif bersosialisasi dengan konsumen. Hal ini termasuk
pelatihan yang mengajak dan merangsang kerja karyawan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai