Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU AKIDAH TENTANG:

”KESATUAN DAN KERAGAMAN AKIDAH


DALAM ISLAM”

DISUSUN OLEH:
1.ZULFIAN ADHAR

2.MUHAMMAD SAID THAHA

3.SRI NOVIANTI
BAB 2
KESATUAN DAN KERAGAMAN AKIDAH DALAM
ISLAM
A. Kesatuan Akidah sejak nabi Adam a.s Hingga Nabi Muhammad SAW.
Sejarah menunjukkan bahwa pemahaman manusia terhadap tauhid sudah tua sekali,
yaitu sejak diutuskannya Nabi Adam a.s. Ketika diturunkannya ke bumi, nabi Adam a.s.
membawa aqidah ketauhidan tersebut. Sejak itu, setelah diketahui dan diyakini adanya dan
esanya Allah SWT. Sebagai pencipta alam. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam firman
allah SWT:

Berdasarkan ayat tersebut, dapat dipahami bahwa semua nabi, mulai Nabi Adam a.s. sampai
demgan Nabi Muhammad SAW. Mengajar dan memimpin umar untuk meyakinkan bahwa yang
menjadikan alam atau ketika Nabi Adam a.s. wafat, diantara cucu cucunya itu terdapat beberapa
orang yang menyimpang dari akidah ini. Hal ini disebabkan kapasitas dan keterbatasan kemampuan
pikiran mereka dalam memahami kebenaran yang tunggal tersebut. 1

Dari penyimpangan akidah ini kelak lahir kepercayaan yang sesat dan menyimpang
dari agama yang benar. Jumlah mereka yang tersesat itu dari hari ke hari semakin
bertambah, sedangkan akidahnya pun semakin jauh dari sumber yang asli. Untuk
mengembalikan akidah yang sesat itu, Allah SWT. Mengutus rasul yang dipilih-Nya dari
kalangan anak cucu Adam dengan membawa akidah tauhid pula. Rasul ini lalu yang dahulu
dibawa amak cucu Adam dengan membawa akidah tauhid pula. Rasul ini lalu
menyampaikan ajakan untuk masuk kembali ke dalam agama (Islam) yang dahulu dibawah
oleh Nabi Adam a.s. Umat manusia pun, yang waktu itu jumlahnya belum begitu banyak,
sebagian lalu kembali pada akidah Tauhidnya. Akan tetapi, ada pula yang tetap berpegang
pada akidahnya yang sesat.
Allah SWT. Kembali mengutus seorang rasul untuk mengembalikan anak cucu Adam
itu pada akidahnya yang benar dan lurus. Dalam hal ini Allah SWT. Kembali mengutus
seorang rasul untuk mengembalikan anak cucu adam itu pada akidahnya yang benar dan
lurus. Dalam hal ini Allah SWT. Mengutus semua pula seorang rasul dengan membawa
ajaran yang sama, yaitu akidah ketauhidan. Demikianlah seterusnya, nabi dan rasul silih
berganti datang dan pergi Nabi Adam a.s. Wafat , datang Nabi Idris a.s., Nabi Shalih a.s., dan
seterusnya bersambung panjang membentuk garis vertikal hingga Nabi Muhammad SAW .2
Pangkal tolak tentang kebenaran universal yang tunggal itu adalah adanya keyakinan
tentang akidah tauhid, suatu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana
tersebut di atas, bahwa adanya kepercayaan terhadap keesaan Tuhan berakibat terhadap
adanya keyakinan tentang kesatuan umat dengan segala implikasikannya.
Dengan demikian, akidah tauhid itu merupakan akidah yang satu merentang panjang
dari Nabi Adam a.s. Hingga Nabi Muhammad SAW. Itulah yang dimaksud dengan kesatuan
akidah dalam sejarah umat manusia adapun ajaran ajaran agama yang tidak mencerminkan
ketauhidan hanya merupakan penyimpangan dari akidah ketauhidan yang satu itu. 3
Mengenai kesatuan umat manusia itu kemudian timbul perselisihan yang telah
digambarkan oleh Allah SWT. Dalam firman-NYA:

Q.S. Al-Mu,minun[23]:52-53)
(Q.S. Al-Baqarah[2 ]213)
(Q.S. An-Nisa,[4]: 163-164)

Berkaitan dengan makna kesatuan umat, dalam hal ini ismali raji Al-Faruqi
menyatakan bahwa orang orang yang beriman hendaknya memiliki satu pijakan yang akan
memberikan kepada seluuruh usahanya satu makana yang mencakup keseluruhan, yaitu
mengabdi kepada Tuhan Ummah adalah salah satu dan harus tetap satu sebab Tuhan juga
satu dan harus tetap satu sebab Tuhan juga satu dan pengabdian kepada-Nya juga satu.
Kehendak-Nya bagi seluruh umat manusia untuk segala tempat dan waktu, yang
diungkapkan dalam Al Quran dan Sunnah Nabi SAW. Dan yang terkritalisasi di dalam syariat
adalah satu.4
Kesatuan ummah ini pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika
berada di Madinah, beliau mengeluarkan sebuah piagam yang menjamin kebebasan
beragama Yahudi untuk suatu kelompok masyarakat, menekankan kerja sama sedekat
mungkin di kalangan kaum muslim, menyerukan kepada orang-orang Yahudi dan kaum
Muslim, menyerukan kepada orang orang Yahudi dan kaum Muslim bekerja sam untuk
perdamaian.5 Di sini tampak bahwa Nabi Muhammad SAW. tidak memiliki hasrat untuk
berperang seandainya tidak diperangi dan seandainya dapat mencapai tujuan perdamaian
sehingga jika dilakukan peperangan hanyalah karena peperangan itu tidak dapat
dihindarkan.6 Meskipun terdapat perbadaan tentang kerisalahan tersebut,
ada persamaan prinsip ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul itu, yang menjadi inti
ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul itu, yang menjadi inti ajarannya yaitu ajaran
tauhid, suatu kepercayaan terhadap adanya keesaaan Tuhan, dan menyeru tentang
keharusan manusia untuk tunduk hanya Kepada-Nya.
Dalam pandangan Muhammad Asad, Al-Islam adalah satu-satunya agama (yang
benar) dalam penglihatan Tuhan adalah sikap berserah diri (manusia) kepada-Nya; dan
mereka yang telah diberi kitab suci sebelumnya berselisih pendapat (tentang masalah ini)
hanya setelah dating kepada mereka pengetahuan (mengenai hal tersebut), karena saling
cemburu sesama mereka. Barang siapa menginkari (kebenaran) pesan-pesan Allah SWT.
sesungguhnya Allah SWT. itu cepat dalam membuat perhitungan.7
Dengan demikian, sikap berserah diri kepada tuhan yang dalam bahasa arab disebut al Islam
merupakan esensi semua agama yang benar, sebagaimana umat terdahulu yang telah
menerima Kitab Suci dari Tuhan melalui para nabi dan rasul-Nya, yang dalam istilah teknis
disebut Ahl AlKitab, Kemudian mereka berselisih.
Adanya persamaan prinsip dasar pengakuan terhadap adanya keesaan Tuhan atau tauhid
dan konsekuensi logisnya, yaitu islam atau sikap berserah diri kepada-Nya bagi semua
agama yang dibawa oleh para nabi SAW. Maka tampaklah terdapat titik temu pada semua
agama tersebut, yaitu terletak pada sikap islam. Yusuf Ali memberikan komentar bahwa
dalam pandangan islam, semua agama (samawi,pen.) adalah satu (sama). Sebab kebenaran
adalah satu (sama). Al Islam adalah agama yang diajarkan oleh semua Nabi terdahulu dan
kebenaran yang diajarkan oleh semua Kitab Suci yang diwahyukan.8 Pengertian Kata al
islam seperti yang terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 62.

B. Jalan yang Ditempuh para Rasul dalam menanamkan


Akidah
Sebelumnya telah disebutkan bahwa para rasul diutus oleh Allah SWT. untuk memurnikan
akidah umat manusia. Mereka berusaha memelihara dan meneguhkan agama dengan
berbagai macam cara dan dalil yang mampu mereka ketengahkan. Ada yang luas, sesuai
dengan masa dan tempat serta hal-hal yang memengaruhi perkembangan agama.
Seperti rasul-rasul terdahulu, Nabi Muhammad SAW. pun menanamkan akidah tauhid ke
dalam jiwa umatnya dengan menundukkan pandangan, mengarahkan
pikiran,membangkitkan rasio dan mengingatkan perilaku. Dalam hal ini rasulullah SAW.
Melakukan pembinaan akidah dan mereformasi serta menganjurkan penanaman akidah
tauhid dengan pendidikan dan mengembangkannya sehingga dapat mengantarkan pada
kesuksesan, dapat memalingkan umat dari permasalahan yang tidak terpecahkan langsung
dikembalikan kepada Rasulullah SAW. sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan
antara umatnya.9
Dalam menyebarkan dakwahnya, Rasulullah SAW. mengajak kaum Muslim untuk menaati
Allah SWT. Dan Rasul-Nya serta menghindaridari perpecahan yang menyebabkan timbulnya
kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan kekacauan. Dengan demikian,
tauhid pada zaman Rasulullah SAW. tidak sampai pada perdebatan dan polemik yang
berkepanjangan karena Rasul menjadi penengahnya.10 Allah SWT. Berfirman:
(Q.S. Al-Anfai[8]46)

Dalam mengembang misinya, Rasulullah SAW. dapat mengubah umatnya yang awalnya
penyembah berhala, syirik, dan kufur menjadi membentuk sahabat-sahabatnya menjadi
pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan budi dan akhlak, bahkan menjadi
pembimbing kebaikan dan keutamaan.
Allah SWT. Membuat kesaksian pada generasi itu bahwa mereka memperoleh ketinggian
dan keistimewaan yang khusus, sebagaimana firman-Nya:

Sejak kedaulatan negara tauhid berdiri dikepemimpinan Nabi Muhammad SAW, kondisi
akidah umat pada masa itu masih tetap dalam landasan yang di gunakan sebagai pedoman
nya, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Sepeninggalan Rasulullah SAW dan kepemimpinan nya di lanjutkan oleh Abu Bakar Ash-
Siddiq dan Umar bin Khathab ,umat Islam yang masih tampak bersatu seperti keadaan pada
masa nabi. Karna pada waktu itu umat islam tidak memiliki kesempatan untuk memcoba
membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan akidah dan bidang lain nya
tetapi mereka lebih memusatkan perhatian dan pikiran nya untuk pertahanannya dan
perluasan negara islam.

C. KERAGAMAN AKIDAH DALAM ISLAM DAN PERSELISIHANYA


Selanjutnya setelah datang masa pertikaian yang banyak berdasarkan siasat dan politik,
apalagi setelah adanya hubungan dengan pemikiran filsafat dan ajaran lain, muncul desakan
yang memaksa otak manusia untuk menyelami sesuatu yaang tidak di kuasa dicapainya
.Itulah yang menjadi sebab pokok terjadinnya pergantian dan penyelewengan dari jalan
yang lazim di tempuh oleh para nabi dan rasul. Ini pula yang merupakan sebab utama
keimanan yang asalnya cukup luas dan mudah di terima menjadi berbagai macam pemikiran
yang berisikan filsafat atau menjadi bahan kiasan yang banyak di perselisikan menurut
ketentuan mantik atau ilmu bahasanya.
Ajaran keimanan yang telah berubah itu akhirnya tidak lagi mencerminkan keimanan yang
dapat menjadikan jiwa kembali suci. Amal perbuatan menjadi mulia dan baik ataupun yang
dapat memberikan semangat gerak pada perseorangan atau yang dapat memberikan
semangat pada perseorangan atau yang dapat memberikan daya hidup pada umat dan
bangsa.

Sebagai bekas dari adanya perselisihan dalam persoalan-persoalan siasat dan politik itu
dan disebabkan pula adanya penyelewengan dari jalan yang lazim ditempuh oleh para rasul
Tuhan sebagai fithrah, bahkan ditambah pula dengan kesan-kesan pemikiran-pemikiran
secara mazhab dan aliran yang baru datang dan dilanjutkan pula oleh pemaksaan akal untuk
menyelidiki yang bukan semestinya, sehingga akhirnya penganjur-penganjur 'akidah itu
berpecah-belah menjadi beberapa golongan yang memberikan pengajaran yang berlain-
lainan, berbeda antara satu dengan lainnya. Setiap ajaran atau madrasah mencerminkan
suatu corak tersendiri dari cara pemikiran yang tertentu. Masing-masing pihak menganggap
bahwa apa yg dimiliki dan dipegangitu sajalah yang benar, sedang yang tidak cocok
pendapatnya adalah salah belaka. Demikianlah setiap anggapan setiap golongan itu.
Malahan ad anggapan yang lebih kejam lagi dari itu yakni siapa saja yg tidak masuk dalam
golongan kelompoknya, maka menurut pandagannya dianggap sudah keluar dari islam.
Oleh karena itu, maka timbullah madrasah untuk ahli hadits, disitu ada madrasah kaum
'Asy'ariah disini ada pula madrasah bagi kaum Maturidiah. Ada pula madrasah bagi kaum
Mu'tazilah, madrasah kaum Syi'ah, Rasah kaum jahmiah dan masih banyak lagi madrasah-
madrasah yang beralain-lainan dan berbeda-beda aliran da mashabnya, malahan berselisih-
selisih pula pendapat-pendapatnya antara yang segolongan dengan golongan lainnya.

Ada seorang ahli sya'ir berkata :


Setiap orang mengaku,
Ada hubunganku dengan putri Laila,
Tetapi Laila sendiri membisu,
Tidak ikut disini ataupun sana,
Dikala air mata sudah bertimbun,
Membasahi seluruh pelupuk mata,
Nyatalah nanti siapa sebenarnya yang menangis,
Dan siapa pula yang berpura-pura".

Diantara perselisihan yang tersohor yang memperluas jurang antara umat Muhammad
yang satu ini ialah yang terjadi antara kaum Asy'ariah dan Mu'tazilah.

Setiap ajaran mencerminkan suatu corak tersendiri dari cara pemikiran nya. Masing-masing
menganggap bahwa appa yang di miliki dan di pegang itu benar, sedangkan yang tidak
sepaham dengannya adalah salah. Oleh karna itu, muncul paham-paham seperti ahli hadis,
Asy’ariyah, Maturidiah, Mu’tazilah, Syi’ah, jahmiah, dan masih banyak lagi yang berbeda
atara satu paham dan paham lainnya,
Pokok-pokok utama yangg menyebabkan timbulnya perselisihan dan perbedaan pendapat
berkisar dalam hal-hal di bawah ini ;
1.Keimanan itu hanya sebagai kepercayaan ataukah kepercayaan ada hubungan nya dengan
amal pebuatan.
2.Sifat Allah SWT yang dzatiah itu kekal atau kah dapat lenyap darinya .
3.Manusia itu musayyar atau mukhayyar.
4.Apakah wajib atas Allah SWT itu mengerjakan yang baik atau yang terbaik, ayah yang
terwajib.
5.Baik dan buruk itu dapat di kenal dengan akal atau syirat .
6.Allah SWT wajib memberikan pahala kepada orang yang taat dan menyiksa kepada orang
yang bermaksiat, ataukah tidak
7.Allah SWT dapat di liat di akhirat nanti ataukah hal itu mustahil.
8.Bagaimana hukum seseorang yang sudah menumpuk dosa besar dan matinya tidak
bertaubat
Selain itu, masih banyak lagi persoalan yan merupakan bahan perselisihan pendapat antara
berbagai golongan kaum mukminin.
Dan masih banyak lagi persoalan-persoalan yang merupakan bahan perselisihan
pendapat antara berbagai golongan kaum muslimin dan itu pula yang menyebabkan
tersobek-sobeknya ummat islam menjadi berbagai-bagai golongan dan partai.
Benar-benar menyedihkan, sebab sebagai hasil dari pada pertengkaran yang tidak berujung
pangkal ini. Juga sebagai bekas dari perpecahan itu. Lalau kaum muslimin membuat suatu
kesalahan yang amat besar sekali, suatu kekeliruan yang amat berbahaya.
Apakah itu ? Yaitu bahwa 'akidah yang asalnya teguh dan mantap telah menjadi goyah da
goncang dalam hati, keimananpun tidak meresap tertanamnya dalam jiwa, sehingga 'akidah
itu tidak lagi dapat menguasai pada jalan kehidupan yang harus di tempuh oleh setiap
manusia muslim dan bahkan keimanan itu sendiri tidak dapat lagi menjadi pusat
pemerintahan yang menjiwai segala tindak dan langkahnya orang yang mengaku sebagai
pemeluknya.
Sebagai kelanjutan dari 'akidah yang sudah lemah itu. Lalu kelemahan itu merata pula pada
pribadi perorangan seluruh keluarga, masyarakat dan negara dan bahkan pengaruh
kelemahan tadi mengenai pula segala segi kehidupan ummat manusia. Kelemahan itu
merayap disegenap penjuru, sehingga ummat itu akhirnya tidak kuasa lagi bangun dan
bergerak sampai menurun kepada generasi-generasi yang berikutnya, tidak pula dapat
memberikan pertanggungan jawabnya baik kedalam maupun keluar.
Ummat islam tidak lagi menetapi sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa
Ta'ala menjadi pribadi yang cukup cakap untuk menjadi pemimpin ummat serta pemberi
petunjuk kepada seluruh bangsa di dunia. Ini adalah akibat dari kelemahan yang datang
bertubi-tubi sebagaimana diuraikan diatas itu.

*PENTINGNYA KEMBALI KEARAH PEMBAHARUAN DAKWAH KEPADA KEIMANAN*


Setelah kita semua menyadari bahwa sebab kemunduran ummat dari tujuannya yang
terbesar itu adalah karena kelemahan 'akidah, maka yang menjadi kewajiban kita semua
pada saat sekarang ini dan kini kitapun telah Memulai bekerja untuk mengembalikan
kejayaan umat kita yaitu, bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk menanamkan akidah
yang sebenar-benarnya itu adalah kalbun dan jiwa kita. Hendaknya pula kita menempuh
jalan yang sudah digariskan oleh rasulullah SAW. Dalam memberikan tuntunan dan
memperopagandakan nya itu.caranya ialah dengan pendidikan dan pengajaran yang
sistematis serta kemudian merawatnya smapai hidupsubur, sehingga akhirnya akidah itu
dapat mencapai puncak tertinggi yakni tertanam kokoh kuat dan tidak mungkin terobohkan
berbentuk keyakinan yang mendorong kita semua untuk maju ke depan dalam menempuh
kehidupan yang jaya, yang kelak akan dapat mengangkat kita ke tingkat yang utama yang
berupa kemegahan dan kemuliaan
Kita ini tidak lain hanyalah sebagai suatu daya upaya yang timbul karena desakan akidah
itu dan ingin menampakkan bekas-bekasnya dalam jiwa dan dalam kehidupan
Dalam penyusunannya kami berpedoman pada sumber pokoj dan asli yakni dari
kitabullah alquran al-karim serta sunnah rasulullah saw
Harapan kami kepada allah amat besar sekali agar supaya tersebarnya ajaran-ajaran yang
terkandung didalam nya itu akan diterima dengan penuh kegembiraan dan tangan itu akan
diterima dengan penuh kegembiraan dan tangan terbuka seluas mungkin, sehingga kita
seluruh umat islam dapat memiliki suatu akidah yg dengannya kita semua pemimpin dan
panutan ummat manusia.

RINGKASAN
Kesatuan akidah sejak nabi adam a.s. Hingga Nabi Muhammad SAW. Adalah sebagai
berikut:
1. Sejarah menunjukkan bahwa pemahaman manusia terhadap tauhid itu sejak diutusnya
Nabi Adam a.s.
2. Mulai dari Nabi Adam a.s. sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Mengajarkan dan
memimpin umat, untuk meyakinkan bahwa yang menjadikan alam atau pencipta alam
semesta ini adalah Tunggal, Esa, yaitu Allah SWT.
3. Akidah tauhid merupakan akida yang satu dari Nabi Adam a.s. Hingga Nabi Muhammad
SAW.
4. Adanya persamaan prinsip dasar pengakuan terhadap adanya keesaan Tuhan atau tauhid
dan konsekuensi logisnya yaitu islam atau sikap berserah diri kepada-Nya bagi semua agama
yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul termasuk sejak sebelum islam dibawah oleh Nabi
Muhammad SAW.

Para Rasul diutus oleh Allah SWT. untuk memurnikan akidah umat manusia. Mereka
berusaha memelihara dan meneguhkan agama dengan berbagai macam cara dan dalil yang
mampu mereka ketengahkan. Ada yang kuat, ada yang sempit, ada yang luas, sesuai dengan
masa dan tempat serta hal-hal yang memengaruhi perkembangan agama.
Pokok-pokok utama yang menyebabkan timbulnya perselisihan dan perbedaan pendapat
yaitu sebagai berikut:
1. Keimanan itu hanya sebagai kepercayaan ataukah kepercayaan ada hubungannya dengan
amal perbuatan.
2. Sifat-sifat Allah SWT. Yang zat ia itu kekal pada-Nya ataukah dapat lenyap dari-Nya.
3. Manusia itu musayyar atau mukhayyar.
4. Apakah wajib atas Allah SWT. Itu mengerjakan yang baik atau yang terbaik ataukah yang
wajib?
5. Baik atau buruk itu dapat dikenal dengan akal atau dengan syariat.
6. Allah SWT. Wajib memberikan pahala kepada orang yang taat dan menyiksa kepada
orang yang bermaksiat ataukah tidak.

Anda mungkin juga menyukai