Anda di halaman 1dari 11

KHUTBAH IDUL ADHA 1439 H

SMA NEGERI 1 KEDIRI

Memaknai Arti Qurban

Jama’ah Sholat Idul Adha yang dirahmati Alloh


Puji syukur Alhamdulillahi robbil A’lamin senantiasa terucap dari lisan dan hati kita,
sebagai wujud rasa syukur kita kepada Alloh SWT. Atas segala nikmat dan karunia yang telah
dilimpahkan pada kita semua, baik yang berupa kesehatan, kekuatan, maupun kesempatan sehingga
pagi hari ini kita bisa berkumpul di tanah lapang SMAN 1 Kediri dengan keadaan sehat wal afiat
untuk menunaikan ibadah sholat Idul Adha. Terlebih lagi nikmat yang berupa iman dan islam.
Karena tanpa nikmat tersebut, kita takkan berada di jalan lurus ini; jalan keselamatan, jalan
kebahagiaan, dan jalan kemenangan. Tanpa petunjuk dan bimbingan-Nya, kita tidak akan pernah
tahu bagaimana menegakkan syiar agama melalui sembelihan hewan-hewan qurban, sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala nikmat-Nya, sebagaimana yang akan kita tunaikan hari ini dan 3
hari yang akan datang.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpah curahkan pada junjungan kita Rosulluloh SAW
yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yaitu Addinul Islam.
1 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri
Jama’ah Sholat Idul Adha yang dirahmati Alloh

Tatkala kita berkumpul di hari raya Idul Adha, sesungguhnya kita diingatkan pada dua
peristiwa suci dan agung; peristiwa besar yang sangat menggugah perhatian umat Islam di seluruh
dunia, yaitu; disyariatkannya kewajiban ibadah Haji ke Makkah Al Mukarramah dan ibadah
Qurban, yang keduanya merupakan syariat yang berasal dari sejarah kehidupan Nabiyullah Ibrahim
Alaihissalam. Ibadah haji yang saat ini ditunaikan berjuta umat Islam dari segala penjuru dunia,
termasuk saudara saudara kita yang berasal dari Indonesia yang berjumlah kurang lebih 200 ribu
orang, berkumpul di Makkah dalam suasana damai dan bersahabat. Mereka beribadah secara
berjamaah dengan segala manasiknya, bersatu dalam niat yang sama, dipersatukan oleh panggilan
firman Nya : Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap ALLAH, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah .... (QS. Ali Imran ; 97). Marilah kita memohon
kepada Allah kiranya keluarga, saudara-saudara kita, maupun teman-teman kita yang menunaikan
ibadah haji tahun ini mendapatkan haji mabrur (amin).

Allahu Akbar 3X,


Jika para jamaah haji yang berada di tanah suci Makkah hanyut dalam manasik haji mereka,
maka kita juga seharusnya hanyut dalam ibadah shalat ied dan ibadah qurban kita. Istilah Qurban
sudah dikenal sejak masa Nabi Adam as. Sebagaimana kita ketahui bahwa dua putra Nabi Adam as
telah diperintahkan untuk berqurban kepada Allah, namun yang memenuhi tuntunan ibadah qurban
itu secara benar hanyalah salah seorang saja, yaitu Habil. Ada pun saudaranya; Qabil, ia juga
melaksanakannya, namun tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan. Akhirnya yang diterima
qurbannya adalah Habil, sedang qurban Qabil ditolak, lalu Qabil merasa cemburu sehingga
membunuh saudaranya Habil.

“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti
membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang
yang bertakwa”. (QS. Al-Maidah: 27)

2 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri


Istilah qurban kemudian dipertegas sebagai sebuah sembelihan pada masa Nabi Ibrahim as.
Saat itu, Nabi Ibrahim yang diperintah Allah SWT melalui mimpinya untuk menyembelih putra
kesayangan satu-satunya saat itu, yaitu Ismail. Dua manusia pilihan ini membuktikan diri sebagai
hamba yang patuh dan sabar dalam menjalankan perintah Allah, meskipun fitrah dan logika
kemanusiaan tidak mudah menyesuaikan dengan apa yang diperintahkan Allah tersebut. Buah dari
ketaatan kepada Allah SWT selalu berujung dengan kebaikan. Maka di saat leher Ismail telah siap
untuk disembelih, seketika itu Allah menggantinya dengan seekor domba. Menjadilah syariat
berqurban ini dengan sembelihan berupa hewan ternak:

Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak
memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya)…
(QS. Al-Hajj: 36)

Jamaah Sholat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah,

Ibadah qurban, adalah suatu ritualitas agama yang dimensi sosialnya sangat kental. Dengan
berqurban, seorang muslim merasakan dirinya dekat dengan Allah SWT dan dekat dengan
sesamanya. Ketika orang yang berqurban menyembelih qurbannya, ia membaca: “Sesungguhnya
shalatku ibadahku (qurbanku), hidup dan matiku untuk Allah.”  Dan setelah hewan qurbannya
disembelih, ia bagikan dagingnya kepada orang yang kurang mampu sebagai bentuk kecintaan dan
kepedulian mereka terhadap sesama.

Walaupun ibadah ini hanya dilakukan sekali dalam setahun, namun semangat dan
kebiasaannya haruslah senantiasa dipelihara. Sikap ingin selalu dekat dengan Allah seharusnya
dipelihara dengan mendayagunakan seluruh potensi diri dalam menunaikan ibadah-ibadah
mahdhah secara sempurna. Demikian juga dengan sikap ingin dekat dengan sesama seharusnya
pula dijaga dengan senantiasa memaksimalkan ibadah-ibadah sosialnya. Jika seorang muslim
mampu menjaga hubungan baiknya dengan Allah dan juga dengan sesama manusia, insya Allah
kehinaan dalam kehidupan ini pasti akan tersingkir jauh.

3 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri


Ibadah qurban mendidik setiap muslim untuk memaknai bahwa ibadah yang dilakukan
kepada Allah haruslah disertai dengan sikap rela berkorban (tadhhiyyah). Karena itulah yang akan
diterima oleh Alloh SWT sebagaimana firman-Nya dalam Quran surat Al-Hajj ayat 37:

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”

Allohu Akbar 3x

Jamaah Sholat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah,

Ibadah qurban dalam Islam jangan hanya dipahami sebagai ibadah dalam konteks
ritualitasnya saja, sehingga kita hanya menyorotnya dari sisi ubudiyahnya saja, karena ibadah
qurban ini juga memahamkan banyak hal bermanfaat lainnya.

Bersyukur atas nikmat – nikmat Alloh itu juga salah satu diantaranya. Al-Qur’an
menggambarkan bahwa Allah SWT dengan sifat Rububiyah-Nya memenuhi segala kebutuhan
hamba-Nya. Dia menurunkan hujan dari langit, menumbuhkan tumbuhan dengan air hujan tersebut,
menyediakan makanan bagi berbagai jenis binatang dan binatang ternak. Dan dari semua itu,
manusia memenuhi kebutuhan makan dan minumnya. Maka sepatutnyalah manusia menunjukkan
rasa syukurnya dengan melaksanakan ibadah qurban, yang disyariatkan untuknya sekali dalam
setahun.

“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah
telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya
dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. Al-
Hajj: 28)

Jamaah Sholat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah,

4 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri


Pada dasarnya watak universal qurban itu terletak pada dimensi pembebasannya, melawan
dominasi, dan ketidakadilan, sama persis dengan agenda bangsa yang kita perjuangkan sekarang ini.
Ekspresi bahasa tindakan tersebut akan hilang manakala qurban dipahami tanpa refleksi
perasaan dan pengalaman mental atas fenomena aktual. Berqurban mempunyai dan memiliki
makna yang bernilai mulia, bilamana makna essensi (hakikat) berqurban itu dapat kita tangkap
dengan baik. Jadi, berqurban bukanlah sekedar ritual tanpa makna, atau tradisi tanpa arti.
Berqurban, harus mampu menggugah perasaan pelakunya untuk menghayati apa yang tersirat di
balik yang tersurat dari pelaksanaan ritual tersebut.
Peristiwa qurban Ismail mengandung makna yang sifatnya simbolistik. Pada dasarnya
semua orang bisa saja berperan sebagai Ibrahim yang memiliki Ismail. Ismail yang kita miliki dapat
berwujud sebagai anak, isteri yang cantik, harta benda yang banyak, pangkat, kedudukan
yang tinggi, pendeknya segala apa yang kita cintai, yang kita dambakan, yang kita kejar-
kejar dengan rela mempertaruhkan semua yang kita miliki adalah Ismail kita. Ismail-ismail
yang kita miliki itu, kadang dan bahkan tidak sedikit membuat kita terlena dan lalai serta terbuai
gemerlapan duniawi yang menyebabkan melanggar ketentuan moral, etika dan agama, sehingga
sulit kembali mengingat Allah SWT. Oleh karena itu, marilah kita berperan sebagai Ibrahim untuk
dapat menaklukkan Ismail-Ismail itu.
Janganlah kita dibelenggu oleh apa-apa di dunia ini. Janganlah kita dipalingkan dari Alloh
oleh hal-hal yang pada hakikatnya bersifat semu dan tidak abadi. Kita boleh memiliki apa saja di
dunia ini, asalkan halal. Boleh saja kita memiliki uang bermilyar-milyar banyaknya asal tidak
menipu dan menyengsarakan orang lain. Bahkan lebih dari itu kita boleh menguasai dunia ini asal
tahu batas kemampuan kita. Akan tetapi jangan sekali-kali dunia yang kita cintai ini menjadikan
dan membiarkan kita terbuai dan terlena sehingga lupa hakikat diri kita sebagai makhluk yang
beriman kepada Allah SWT dan sebagai manusia yang beraqidah. Apa yang digelar Nabi Ibrahim
as. di dalam panggung sejarah peradaban manusia adalah mengurbankan anaknya secara manusiawi
yang menurut naluri dan pikiran orang biasa bahwa tugas itu adalah sesuatu yang amat sulit
diterima; akan tetapi buat keluarga Nabi Ibrahim as. hal itu adalah suatu kebahagiaan dan
kemuliaan. Keluarga Nabi Ibrahim as. justru menyambut tugas itu dengan suka cita lantaran
berkesempatan mengorbankan sesuatu yang paling berharga bagi dirinya untuk Allah swt.,
sebagaimana firman Allah dl QS. Ali Imran (3): 92

“Dan tidak dianggap membuat kebajikan seseorang di antara kalian sampai kamu menginfaqkan
apa yang kalian cintai.”

5 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri


Rasa suka cita yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim as. untuk berkorban dilandasi atas
pemahaman yang benar tentang nilai-nilai kehidupan. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa segala
sesuatu yang ada di dunia ini: anak, isteri, harta, pangkat dan jabatan semuanya datang dari Allah
dan pasti akan kembali kepada Allah. Oleh sebab itu, bagaimana pun modelnya perintah Allah
harus dilaksanakan sebaik-baiknya tanpa melihat untung dan rugi, enak tidak enak, mudah dan sulit,
maupun berat dan ringannya. Sikap yang seperti inilah yang menunjukkan jati diri Nabi Ibrahim as.
sehingga dianugerahi oleh Allah sebagai imam, pemimpin, teladan dan idola. Kehormatan tersebut
tidak mungkin diraih tanpa Nabi Ibrahim as. didampingi oleh isteri yang salihah dan anak yang
saleh, seperti dilukiskan dalam QS. Al-Baqarah (2): 124

“Perhatikanlah ketika Allah menguji Ibrahim, dengan berbagai kalimat perintah dan harapan,
maka semuanya dapat diselesaikan dengan sempurna. Maka Allah berfirman: Sesunggunya Aku
akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia, Ibrahim berkata: dan saya mohon juga buat
keturunanku. Allah berfirman: Janjiku ini tidak mengenai orang-orang yang zalim”

Allahu Akbar 3X,

Jamaah Sholat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah,

Pada zaman modern yang canggih ini, atau zaman yang akhir-akhir ini oleh masyarakat kita
dinamakan lagi sebagai zaman milenial, tampak jelas dan tidak terbantahkan bahwa logika
lingkungan cinta duniawi telah merebak dan mewabah mencemari perilaku hidup dan kehidupan
manusia, di mana manusia dipandang sebagai obyek, bukan sebagai subyek. Kadar dan nilai
manusia ditentukan seberapa jauh nilai materi yang dimilikinya. Tinggi rendahnya nilai kehormatan
manusia tergantung dari label-label keduniaan yang melekat pada diri manusia itu sendiri. Maka
wajarlah jika manusia zaman sekarang ini merasa asing bahkan bingung hidup di atas bumi yang
melahirkannya. Masyarakat modern dewasa ini menurut Rosspoole, seorang cendekiawan Barat
asal Inggris, adalah masyarakat yang sakit, karena di satu pihak ia membutuhkan moralitas
spritual (moral agama), tapi di pihak lain ia membuat moralitas itu mustahil, tidak ada. Maka
yang terjadi adalah dunia modern memunculkan pemahaman-pemahaman tertentu tentang moralitas
6 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri
tanpa kendali agama. Bahkan justru kehilangan moral dan inilah yang menjadi akar dari segala
permasalahan mengapa krisis multi dimensional di negara republik yang tercinta ini terjadi.
Oleh karena itu, penyembelihan qurban hari ini setelah menunaikan Solat ‘Id, sepantasnya
membuat kesadaran baru ke dalam diri individu setiap manusia. Kesadaran baru itu ialah
memahami akan hakikat keberadaan manusia dalam alam semesta Allah, pada tata atur yang
sedemikian sempurna yang hukum-hukum adilnya menjelmakan sangsi-sangsi setimbang dalam
kekuasaan Arsy yang tak tersepuh kepalsuan. Manusia yang berkesadaran baru ialah hamba Allah
yang berintrospektif, yang kerap bertanya soal hakikat keberadaan dirinya yang membangun diri
dan lingkungannya kepada lima kualitas: kualitas iman yang tinggi, kualitas taqwa yang kokoh,
kualitas intelektual yang hebat, kualitas karsa yang nyata, dan kualitas karya yang maju.
Namun sayangnya, pada kenyataannya makna dari kerelaan berqurban masih kurang
mendapat perhatian dan penghayatan yang memadai, karena masih banyak di antara yang berperan
di bundaran dunia fana’ ini, cuma menanti pengorbanan orang lain, bahkan andai kebetulan ia
menjadi orang atasan, berpangkat dan berkedudukan, maka diperasnya bawahannya agar sudi
berkorban baginya demi kenikmatan egonya, demi prestise kejayaannya dan lain-lain. Dan
sebaliknya, andai manusia semacam itu menjadi bawahan, maka dibekamnya fitrah citra luhurnya
demi kondite sementara yang disangkanya akan membahagiakan hidup di dunia dan di akhirat.
Memang dalam kehidupan ini manusia dicoba dengan bermacam-macam ujian Ismail-Ismail yang
sewaktu-waktu meminta pengorbanan. Ada kalanya pengorbanan tenaga, harta, pengorbanan
perasaan, dan kesenangan bahkan suatu ketika meningkat pada pengorbanan jiwa. Berkorban jauh
lebih baik dan mulia dari pada menjadi korban.
Allahu Akbar 3X,
Penyembelihan qurban merupakan suatu tindakan penundukan dan penguasaan
kecenderungan-kecenderungan hewani dalam diri manusia itu sendiri yang dalam bahasa agama
disebut al-nfasu al-ammârah dan al-nafsual-lawwamah, yakni keinginan-keinginan rendah yang
selalu mendorong atau menarik manusia ke arah kekejian dan kejahatan. Qurban disyariatkan guna
mengingatkan manusia bahwa jalan menuju kebahagiaan membutuhkan pengorbanan. Akan tetapi
yang dikorbankan bukan manusia, bukan pula kemanusiaan, atau kelebihan saudara kita demi
kepentingan pribadi. Namun yang dikorbankan adalah binatang, yang sempurna lagi tidak cacat,
sebagai indikasi agar sifat-sifat kebinatangan yang sering bercokol pada diri kita harus dienyahkan
serta dibuang jauh-jauh,
Sifat mau menang sendiri walau dengan menginjak-injak hak orang lain,
Sikap tamak dan rakus walau kenyang dari kelaparan orang lain,
Bahagia dan senang walau menari-menari di atas penderitaan orang lain,
Mabuk kekuasaan dengan ambisi yang tidak terkendali,

7 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri


Sombong, serta angkuh, iri hati dan dengki, tidak rela disaingi, tidak mau dikritik,
Tidak mampu mendengar nasihat dan lain sebagainya...itulah yang harus dibuang.
Janganlah kita memadamkan lentera saudara kita agar lentera kita terlihat lebih
terang, karena cahaya lentera kita tidak akan pernah cukup untuk menjangkau seluruh
sudut ruangan. Jika kita menginginkan lentera kita lebih terang, tambah kualitas nyala apinya
bukan dengan mematikan cahaya saudara kita. Karena Alloh telah mengatur sedemikan rupa
kehidupan di alam semesta ini yang saling melengkapi dan membutuhkan.

Allahu Akbar 3X,

Jamaah Sholat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah,

Ada hikmah lain yang bisa kita petik, beberapa riwayat menjelaskan, bahwa ketika Ibrahim
sudah berada di puncak tugas kenabiannya, ia merasa sudah semakin tua, semakin kesepian dan
sangat ingin  mempunyai keturunan. Usia Ibrahim sudah lebih dari seratus tahun, sementara
isterinya tidak dapat memberikan keturunan. Tapi atas kemurahan-Nya, Allah SWT akhirnya
memberikan kabar gembira kepada Ibrahim sebagai ganjaran atas kerja kerasnya, waktu dan
penderitaan dalam perjuangan selama menyampaikan ajaran Islam. Allah mengaruniai seorang anak
(Ismail) dari seorang hamba sahaya (budak) perempuan yang dimiliki Sarah, bernama Hajar.
Karena itu Sarah tidak keberatan kalau Hajar diperistri oleh Ibrahim, yang kemudian memberikan
keturunan, yaitu Ismail as.

Ismail tidak hanya sekedar seorang anak untuk bapaknya, tapi buah hati yang sudah
didambahkan sepanjang hidup, dan imbalan bagi kehidupan yang penuh perjuangan. Sebagai anak
tunggal Ismail, adalah anak yang sangat dicintai oleh seorang bapak  yang sudah tua yang sudah
bertahun-tahun menanggung penderitaan. Karena itu Ismail bagi Ibrahim tidak seperti anak pada
umumnya; karena bapaknya telah merindukan kehadirannya selama seratus tahun; karena
kelahirannya tidak diduga-duga oleh bapaknya. Ismail tumbuh bagaikan sebatang pohon yang kuat,
mendatangkan kegairahan dan kebahagiaan dalam kehidupan Ibrahim. Ismail adalah cinta sekaligus
harapan dan masa depan Ibrahim sekaligus keluarganya.

Jamaah Sholat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah,

Di tengah kebahagiaan seperti itu turunlah wahyu, “Wahai Ibrahim! Taruhlah sebilah pisau
di leher anakmu dan sembelihlah dia dengan tanganmu sendiri”.  Seperti difirmankan dalam surat
as-Shafat ayat 102,

8 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri


Artinya:  “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau  akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar” (As-Shaafat ayat 102)

Dapatkah kita membayangkan betapa terguncangnya Ibrahim, dengan turunnya perintah itu;
ia merasakan penderitaan, sakit dan pedih yang luar biasa kalau sampai harus mengurbankan
anaknya sendiri, anak satu-satunya. Ibrahim goyah dan hampir-hampir roboh tidak sanggup
menghadapi tugas kenabian yang teramat berat ini.

Ibrahim yang sepanjang sejarah perjuangannya dikenal sebagai hamba Allah yang paling
setia, pahlawan yang tangguh dalam mengahadapi segala rintangan dan selalu berhasil dalam
melaksanakan tanggung jawabnya, sekarang dihadapkan dengan perang melawan dirinya sendiri.
Ibrahim dihadapkan pada   konflik batin untuk memilih antara Allah atau dirinya? 

Menjadi seorang Nabi atau Bapak? Hidup hanya untuk hidup atau hidup demi tujuan? 
Memilih Allah atau Ismailnya?  Ibrahim dihadapkan pada pilihan yang benar-benar teramat sulit.

Jamaah Sholat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah,

Ibrahim akhirnya mengambil keputusan tepat, dengan bulat hati menyembelih putranya atas
perintah Allah SWT, sebagaimana difirmankan dalam surat as-Shafat ayat 103-107 Artinya: Tatkala
keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah
kesabaran keduanya). (103) Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim (104) Sesungguhnya kamu
telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik. (105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (106) Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (107).

Konflik batin yang dialami Ibrahim, menggambarkan kelemahan mendasar Ibrahim adalah
perasaan cintaannya kepada Ismail yang berlebihan seperti halnya kebanyakan manusia pada
umumnya. Inilah yang menyebabkan kebimbangan antara   kecintaannya kepada Ismail atau

9 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri


mengurbankannya untuk meraih cinta Tuhan. Perasaan cinta terhadap dunia secara berlebihan inilah
yang juga merupakan titik lemah iman kita. Yang menjadikan benteng tebal bagi keikhlasan kita
untuk mengaktualisasikan wujud rasa syukur kita dalam kehidupan yang nyata, yang menyebabkan
kita serakah terhadap dunia dan enggan bersedekah maupun berkurban.

Siti Hajar, seorang ibu teladan sejati yang harus menjadi contoh oleh ibu-ibu zaman
sekarang. Dia adalah seorang wanita yang tabah dan sabar. Tidak tergiur oleh berbagai rayuan,
bersedia ditinggalkan suami di padang tandus yang tak bertepi, namun kasih sayang dan
tanggungjawabnya dalam menjaga dan mendidik anaknya tidak dia abaikan walau dia dalam
menderita lapar dan haus.

Ismail adalah tokoh remaja yang pantas menjadi idola para remaja di zaman ini; dalam
usianya yang sangat muda, dia rela menyerahkan nyawanya demi takwanya kepada ALLAH SWT
dan kepatuhan kepada orang tuanya. Itu suatu pengorbanan yang luar biasa dari seorang remaja
yang berjiwa besar.

Allahu Akbar 3X

Jamaah ‘Idul Adha yang dirahmati Allah,

Kebaikan yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan putranya Ismail adalah kebaikan
yang harus terus dilestarikan. Kita berkewajiban melestarikan sikap taat dan tulus seorang Ibrahim
dalam melaksanakan perintah Allah. Dan kita juga berkewajiban melestarikan sikap sabar dan
pasrah Ismail dalam melaksanakan perintah Allah kepadanya.

Akhirnya, marilah jamaah sekalian kita senantiasa berusaha untuk dapat merealisasikan
pesan-pesan ibadah qurban ini, dengan tetap memelihara ruh dan jiwa pengorbanan yang telah kita
dapatkan dari pelaksanaannya. Dengan cara itulah, segala daya, tenaga, harta dan waktu yang telah
kita korbankan  demi tegaknya kebaikan dan tingginya kalimat Allah di muka bumi, akan
senantiasa tersimpan di sisi Allah SWT, untuk kita dapatkan ganjarannya kelak di yaumil hisab.
Semoga Allah yang Maha Penyayang senantiasa menyayangi kita semua.

10 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri


11 Khutbah Idul Adha 1439 H - SMAN 1 Kediri

Anda mungkin juga menyukai