Anda di halaman 1dari 6

KHUTBAH JUMAT

SMA NEGERI 1 KEDIRI

Pelajar Calon Pemimpin Masa Depan

Jama’ah Sholat Jumat yang dirahmati Alloh


Puji syukur Alhamdulillahi robbil A’lamin senantiasa terucap dari lisan dan hati kita, sebagai
wujud rasa syukur kita kepada Alloh SWT. Atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan
pada kita semua, baik yang berupa kesehatan, kekuatan, maupun kesempatan sehingga pada siang hari
ini kita bisa berkumpul di masjid At Taqwa dengan keadaan sehat wal afiat untuk menunaikan ibadah
sholat Jumat. Terlebih lagi nikmat yang berupa iman dan islam. Tanpa nikmat tersebut, kita takkan
berada di jalan lurus ini, jalan keselamatan, jalan kebahagiaan, dan jalan kemenangan.
Sholawat serta salam senantiasa terlimpah curahkan pada junjungan kita Rosulluloh SAW yang
telah menuntun kita dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yaitu Addinul Islam.
Jama’ah Sholat Jumat yang dirahmati Alloh
Kita tahu bahwa al-Qur’an, sebagai pedoman paripurna bagi manusia, memuat banyak sekali
hal yang utama. Di antaranya adalah kisah teladan orang-orang terdahulu. Dari sekian banyak kisah
teladan, sebagian besarnya adalah kisah para nabi. Namun, pernahkah kita memperhatikan, ternyata
kebanyakan kisah tersebut bukanlah saat para nabi telah menua, melainkan saat mereka masih muda.
Misalnya, kisah Ibrahim muda, yang mengajak kaumnya berlogika menemukan Tuhan Yang
Maha Esa.[1]Kisah Yahya muda, yang semenjak kecil telah dikaruniai hikmah dan kebijaksanaan.
[2] Kisah Nabi Yusuf yang menjadi pejuang kebenaran semenjak mudanya.[3] Kisah Ismail muda,
yang begitu hebat meyakini perintah Allah dan taat kepada ketentuan-Nya.[4] Kisah para pemuda
Ashabul Kahfi, legenda remaja yang mempertahankan aqidah tauhid.[5] Dan, masih banyak lagi kisah
para pemuda lainnya.
Ini menjadi bukti bahwa masa muda merupakan masa penting dan produktif untuk berkarya.
Pelajar adalah bagian dari proses produktif pada masa muda. Semangat pelajar adalah semangat para
pemuda. Jiwa pelajar adalah jiwa para pemuda. Dan, darah para pelajar juga menjadi darah para
pemuda. Oleh karena itu, menjadi keniscayaan bagi para pelajar agar meneladani kisah para pemuda
yang diabadikan oleh Al-Qur’an.
Dari sisi kuantitas, jumlah pelajar dan kaum muda sangat besar. Bahkan Indonesia diprediksi
akan mengalami bonus demografi; jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar jika dibandingkan
dengan penduduk usia nonproduktif. Pelajar menjadi penyumbang jumlah penduduk produktif
tersebut.
Menyadari potensi besar yang dimiliki oleh kaum muda, Sang Proklamator, Bung Karno,
pernah berorasi dengan lantang, “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya.
Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Jama’ah Sholat Jumat yang dirahmati Alloh
Kata-kata yang tidak kalah lantang juga digemakan oleh Syaikh Mushthofa al-Ghulaiyaini,
seorang ulama besar dari Beirut Lebanon. Dalam karya visionernya yang berjudul ‘Izhatun
Nasyi’in (  ‫ ِعظَةُ النَّاشِِئين‬ ),  beliau berkarta:
“Di tanganmulah, wahai generasi muda, segala urusan bangsa. Dalam langkahmu tertanggung masa
depan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, melangkahlah kalian bagaikan seekor harimau yang gagah
berani, yang tidak pernah mundur setapak pun. Bangkitlah laksana para pemegang panji perang,
yang berangkat menuju medan juang dengan penuh tanggung jawab. Dengan usaha dan hasil
karyamu, bangsa kalian akan hidup bahagia.”
Namun ironisnya, saat ini pelajar di Indonesia dihadapkan pada banyak permasalahan. Di
antaranya adalah masalah ketidakjujuran akademik, pergaulan yang kelewat batas hingga meledakkan
angka kehamilan di luar nikah, kenakalan yang berujung pada tindakan kriminal, penyalahgunaan
narkoba, dan lain-lain.
Permasalahan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi sudah mewabah secara sistemik
hingga ke pelosok desa. Oleh karena itu, perlu ada usaha sungguh-sungguh yang dilakukan secara
sistemik dan melibatkan seluruh pihak untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Jama’ah Sholat Jumat yang dirahmati Alloh
Setidaknya ada empat usaha nyata untuk mengembangkan kualitas kaum muda.
Pertama, mematangkan spiritualitas kaum muda.
Pemuda dengan spiritualitas yang baik tidak akan pernah membiarkan dirinya terkontaminasi
oleh hal-hal buruk, seperti narkoba, pergaulan bebas, serta tindakan anarkis dan tak bermoral yang
mengganggu stabilitas sosial.
Di sisi lain, spiritualitas memberi kekuatan kepada seseorang sehingga ia akan tunduk, patuh,
dan takut, hanya kepada Allah Ta’ala. Adanya pejabat yang melakukan korupsi dan penyalahgunaan
jabatan adalah bukti lemahnya spiritualitas mereka. Andai spiritualitas mereka kokoh dan mendalam,
tentu mereka akan takut dan tunduk hanya kepada Allah. Jika nafsu membujuk agar mencuri, seketika
dia takut kepada Allah. Saat nafsu mendorong untuk melakukan korupsi, dia pun akan malu karena
dilihat oleh Allah.
Inilah yang oleh para ulama disebut dengan muraqabah (merasa selalu diawasi oleh Allah).
Jika muraqabah ini tertanam kuat dalam jiwa setiap pelajar dan kaum muda, niscaya kelak mereka
akan tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang amanah.
Usaha kedua, memotivasi pelajar agar tidak berhenti mencari ilmu.
Tidak ada manusia yang tinggi derajatnya dan mampu mengubah dunia tanpa dibekali dengan
ilmu. Demikian pula tidak ada pemimpin hebat yang tidak dipondasi dengan ilmu. Tidak
mengherankan jika wahyu yang diterima pertama kali oleh Nabi Muhammad Saw adalah perintah
untuk berilmu.
Iqra’, bacalah! Membaca berarti meluaskan cakrawala, meluaskan pengetahuan, serta
meluaskan hati dan pikiran untuk mengenal Tuhan melalui keagungan-keagungan-Nya.
Spirit Iqra’ inilah yang harus terus digelorakan di dalam jiwa pelajar dan kaum muda.
Sayangnya, semangat belajar kaum muda belum sepenuhnya sesuai harapan. Masih banyak
pelajar yang semangat belajarnya hanya berorientasi pada angka-angka di dalam raport atau di atas
selembar ijazah. Padahal, hakikat ilmu bukanlah pada angka-angka tersebut, melainkan pada apa yang
terserap dan tertanam di dalam hati lalu terejawantahkan dalam perilaku dan kepribadian sehari-hari.
Itulah hakikat ilmu yang sebenarnya.
Apa jadinya jika generasi muda ogah-ogahan mencari ilmu? Pastilah sekian tahun ke depan
nasib bangsa tersebut akan tersisih dari percaturan dunia. Hampa dari prestasi dan sepi dari kemajuan.
Bahkan, tidak mustahil bangsa tersebut akan lenyap dan tenggelam dalam kemajuan bangsa-bangsa
lain.
Di sinilah produktivitas generasi muda hari ini benar-benar ditantang. Kreativitas dan
kematangan jiwa mereka benar-benar diharapkan. Apa yang mereka lakukan hari ini adalah cerminan
bangsa di masa depan. “ ‫ ِد‬R‫ ا ُل ْال َغ‬R‫وْ ِم ِر َج‬RRَ‫بَّانُ ْالي‬R‫(ش‬syubbanul
ُ yaum rijalul ghad), pemuda hari ini adalah
pemimpin di masa depan,” demikian kata pepatah Arab.
Sebagai calon pemimpin masa depan, sudah selayaknya kaum muda tidak henti-hentinya
membekali diri dengan ilmu. Amirul mukminin Umar bin Khattab pernah berkata:
‫تَ ُس ْو ُد ْوا‬ ‫َأ ْن‬ ‫ َقْب َل‬ ‫َت َف َّق ُه ْوا‬
“Belajarlah kalian sehingga berilmu sebelum kalian menjadi pemimpin.”

Bahkan, secara lebih tegas lagi Imam Syafi’i berkata melalui bait-bait syairnya:
“Barangsiapa menyia-nyiakan waktu menuntut ilmu di masa mudanya, maka bertakbirlah empat kali 
atas kematiannya.”
“Demi Allah, hakikat seorang pemuda terletak dalam ilmu dan ketakwaannya. Bila keduanya tidak
ada maka keberadaan sang pemuda dianggap tiada.”
“ Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, Ia akan merasakan hinanya
kebodohan sepanjang hidupnya.”
Mereka yang tidak memiliki ilmu laksana orang yang telah mati. Raga mereka memang hidup, namun
hati dan pikiran mereka telah dijemput maut. Karena itulah mereka layak dishalatkan dengan bertakbir
empat kali.
Jama’ah Sholat Jumat yang dirahmati Alloh
Usaha yang ketiga, menanamkan keluhuran akhlak.
Masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Dalam
kondisi seperti itu, peluang terjerumus ke dalam keburukan dan kesesatan sangatlah besar. Oleh karena
itu, dibutuhkan pondasi moral yang benar-benar andal, atau akhlak yang benar-benar kuat.
Bukankah di antara misi utama Rasulullah Saw adalah untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak? Beliau bersabda:

ِ
ُ ْ‫ِإمَّنَا بُعث‬
ْ ‫ت ُألمَتِّ َم َم َكا ِر َم‬
‫اَألخالَق‬
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Syauqi Beik, seorang penulis dan penyair ternama berkebangsaan Mesir, pernah berkata dalam
syairnya:

ِ
‫َأخالَُق ُه ْم ذَ َهُب ْوا‬
ْ ‫ت‬ ْ َ‫ فَِإ ْن ُه ُم ذَ َهب‬¤ ‫ت‬
ْ َ‫اَألخالَ ُق َما بَقي‬ َ ‫مَّنَا‬
ْ ‫اُألم ُم‬ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya kejayaan suatu bangsa terletak pada akhlak manusianya. Jika mereka telah
kehilangan akhlaknya maka hancurlah bangsanya.”

Usaha keempat, membekali pelajar dengan aneka keterampilan dan keahlian.


Modernisasi menjadi tantangan yang tidak terelakkan. Para pelajar dan kaum muda harus
berani berkompetisi dengan bangsa lain agar tidak tertinggal. Oleh karena itu, selain membekali diri
dengan spiritualitas, ilmu, dan akhlak, mereka juga harus membekali diri dengan aneka keahlian dan
keterampilan, yang sering disebut pula dengan istilah life skills  (kecakapan hidup).
Tentang profesionalitas ini, Rasulullah Saw telah bersabda:

ِ ِ ‫ِإ ّن اللَّه َتعاىل حُيِ ُّ ِإ‬


ُ‫َأح ُد ُك ْم َع َمالً َأ ْن يُْتقنَه‬
َ ‫ب َذا َعم َل‬ َ َ
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja ia mengerjakannya secara
profesional.” (HR. Thabrani dan al-Baihaqi)
Oleh karena itu, para pelajar dan kaum muda tidak boleh putus harapan. Tidak boleh menjadi
pemuda yang mudah frustasi dan pesimistis. Karena, dalam jiwa pemuda terdapat jantung yang terus
berdetak kencang. Ada darah yang mengalir deras dengan dada yang terus berkobar. Ada semangat
yang terpendam seperti api dalam sekam. Terus membara sampai batu bata menjadi merah dan
mengokohkan bangunan-bangunan megah, simbol kemajuan.
Sebagai kalimat pamungkas dari khutbah pertama ini, marilah kita resapi pesan Nabi berikut
ini.

َ َ‫ َو ِغن‬،‫ك‬
‫اك َقْب َل‬ َ َ‫ َو ِص َّحت‬،‫ك‬
َ ‫ك َقْب َل َس َق ِم‬ َ ‫ك َقْب َل َهَر ِم‬َ َ‫ َشبَاب‬:‫س‬ ٍ ْ‫اِ ْغتَنِ ْم مَخْ ًسا َقْبل مَخ‬
َ
ِ
‫ك‬َ ِ‫ك َقْب َل َم ْوت‬َ َ‫ َو َحيَات‬،‫ك‬ َ ‫ َو َفَرا َغ‬،‫َف ْق ِر َك‬
َ ‫ك َقْب َل ُش ْغل‬
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara; yakni masa mudamu
sebelum datang masa  tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu  sebelum miskinmu,  waktu
luangmu   sebelum waktu sempitmu,  dan hidupmu sebelum matimu.”  (HR.  al-Hakim)

Semoga Allah memberi kekuatan dan kemudahan kepada kita dalam mewarisi tongkat
kepemimpinan para pendiri bangsa sehingga menjadikan bangsa ini bermartabat dan berjaya. Aamiin
ya Rabbal ‘alamin..

‫ ِإنَّ ُه‬،‫الذ ْك ِر احْلَ ِكْي ِم‬ ِ ‫ و َن َفعيِن وِإيَّا ُكم بِاآلي‬،‫آن الْع ِظي ِم‬
ِّ ‫ات و‬ ِ ‫بار َك اهلل ىِل ولَ ُكم ىِف الْ ُقر‬
َ َ ْ ََْ َ ْ َ ْ ْ َ ُ ََ
.‫الر ِحْي ُم‬
َّ ‫ُه َو الْغَ ُف ْو ُر‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫ىب َو َيْن َهى َع ِن‬ ‫ر‬ ‫ق‬


‫ُ‬ ‫ل‬‫ْ‬‫ا‬ ‫ى‬ ‫آء ِ‬
‫ذ‬ ‫ان وِإيت ِ‬ ‫اهلل ! اِ َّن اهلل يْأمرنَ ا بِاْلع ْد ِل واْ ِالحس ِ‬ ‫‪ِ  ‬عباد ِ‬
‫ْ َ‬ ‫َ َ َْ َْ‬ ‫َ َ ُُ‬ ‫ََ‬
‫اْل َفحش ِ‬
‫آء َوالْ ُمْن َك ِر َواْ َلب ْغ ِي يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن َواذْ ُك ُروااهللَ اْ َلع ِظْي َم‬ ‫ْ‬
‫ي ْذ ُكر ُكم وا ْش ُكروه على نِع ِم ِه ي ِز ْد ُكم ولَ ِذ ْكر ِ‬
‫اهلل اَ ْكَب ْر‬ ‫َ ْ ْ َ ُْ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ‬

Anda mungkin juga menyukai