Anda di halaman 1dari 3

MELAHIRKAN GENERASI YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN PUNYA RASA

MALU
Panjang jika kita berbicara tentang milenial itu sendiri. Singkatnya generasi milenial
adalah pemuda saat ini, yang mana banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan teknologi
yang semakin maju. Namun faktanya, perkembangan zaman dan kemajuan teknologi malah
menjadi bumerang tersendiri bagi pemuda saat ini, mereka lebih betah membaca sosial media
dengan smartphone mereka ketimbang membaca ayat-ayat Allah. Mereka lalai akan ibadah dan
lupa cara berakhlaq, moralitas mereka sebagai generasi pencerah masa depan dipertanyakan, dan
yang mereka gelisahkan bukanlah kejayaan islam yang belum mereka capai melainkan hal-hal
yang tidak ada manfaatnya sama sekaki. Itu semua adalah bukti yang menjelaskan bahwa
moralitas milenial amatlah jatuh jauh ke dasar, dan mereka melum siap dalam memikul beban
umat dan bangsa ini.
Ada kalimat yang sangat menarik pada sebuah perkumpulan bersama KH. Hasan
Abdullah Salah, beliau berkata “Zaman sekarang sulit untuk mendidikan anak laki-laki yang
bertanggung jawab dan anak perempuan yang punya rasa malu”. Kutipan yang sangat relefan
dengan apa yang terjadi saat ini, yaitu penurunan moral milenial. Dalam satu dekade terakhir ini
moral pemuda terpelajar atau semakin tidak terpelajar. Banyak faktor yang mempengaruhi
mental dan moral muda-mudi zaman ini yang membuatnya semakin rapuh dan semakin hancur.
Entah siapa yang harus kita salahkan, namun bukan berarti semua pemuda zaman ini mempunyai
nilai moral yang jatuh. Masih banyak pemuda yang berdiri tegak untuk membela bangsa dan
agamanya, masih banyak pemuda yang antusias dalam mengaji dan mengkaji ayat-ayat Al-
Qur’an.
Tentu melahirkan suatu generasi yang unggul dan dengan mental bertanggung jawab
jelaslah tidak mudah. Ada proses yang sangat panjang yang harus dilalui terlebih dahulu untuk
mencapai generasi tersebut. Tidak hanya panjang, namun juga sangat sulit dan rumit bahkan
amat pahit. Tentulah islam telah memberikan panduan-panduan kepada kita untuk melahirkan
suatu generasi yang berpegang teguh terhadap nilai-nilai Islam. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa
masa depan umat dan negeri ini ada ditangan pemudanya. Maka dari itu pemuda haruslah kuat,
karena memang hakikat seorang pemuda adalah kuat, jasmani dan rohani tentunya. Mengapa
yang harus yang muda? Karena muda adalah satu kekuatan diantara dua kelemahan. Merujuk
kepada ayat dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 54:

ۚ‫الَّلُه اَّلِذي َخ َلَق ُك ْم ِم ْن َض ْع ٍف َّمُث َجَعَل ِم ْن َبْع ِد َض ْع ٍف ُقَّوًة َّمُث َجَعَل ِم ْن َبْع ِد ُقَّو ٍة َض ْع ًف ا َو َش ْيَبًة‬
‫ِل ِد‬
‫ْخَيُلُق َم ا َيَش اُءۖ َو ُه َو اْلَع يُم اْلَق يُر‬
Yang artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah yang Maha Mengetahui lagi maha kuasa.
Disaat terlahirnya seseorang ke dunia ini mereka dalam keadaan yang lemah, kemudian
datanglah setelah lemah itu kekuatan yang tiba pada masa muda seseorang, kemudian ketika
mendekati ajal dengan umur mereka yang sudah senja dan rambut mereka yang telah beruban,
mereka kembali dengan keadaan yang lemah sebagaimana ketika mereka terlahir kedunia. Maka
masa muda adalah masa yang sangat ideal untuk berperang, berperang dalam arti kata haqiqi
ataupun majazi. Namun yang dikeluhkan saat ini ialah moral dan mental pemuda maupun
pemudinya yang semakin rapuh bagaikan sebuah batang pohon di tanah gersang yang tidak kuat
menahan panasnya matahari.
Sangat banyak potret dari seorang tokoh islam yang berjaya dimasanya, dan yang sangat
menarik adalah sebagian besar mereka adalah dari kalangan pemuda islam. Kita tahu bahwa
orang-orang dibalik layar yang mendukung dakwah Rasulullah SAW mayoritas mereka adalah
dari kalangan pemuda, yang berhasil mengislamkan kota Yastrib atau Madinah saat ini.
Kemudian Abdullah bin Abbas yang menjadi ahli tafsir ketika umurnya masih sangat belia. Dan
juga kita musti ingat kepada Muhammad Al-Fatih yang membuka Konstantinopel ketika
umurnya masih sangat muda, dan banyak lagi potret pemuda islam yang patut menjadi contoh
dalam keshalihan dan keilmuan dan juga dalam berakhlaq. Mereka tidak lupa akan tanggung
jawab mereka sebagai pemuda islam untuk selalu menyerukan kebenaran islam, dan mereka
membuktikan bahwasanya masa muda adalah masa yang sangat berpotensi untuk seseorang
berkarya dan berjaya. Karena mereka sadar akan tanggung jawab mereka sebagai pemuda islam
yang hakikatnya seorang yang kuat yang mampu memikul beban umat dan bangsa.
Sebagainmana buah yang manis, pastilah karena bibit yang unggul dan dirawat dengan
sebaik mungkin. Perumpamaan ini bisa dinafikan kepada keadaan milenial saat ini. Rapuhnya
moral pemuda saat ini bukan karena pemuda itu sendiri, melainkan karena ada pengaruh dari
lingkungan dan pendidiknya. Maka tanggung jawab orang tua sangatlah penting dalam mendidik
anak, terutama terikait dengan moral dan akhlaq. Namun tidak menutup kemungkinan sekolah
atau lembaga pendidikan yang mengambil peran dalam hal membangun moral dan metal siswa-
siswinya. Maka dari itu, Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam yang tak termakan zaman
menjadi salah satu indusri aktif yang telah berhasil mencetak pemuda-pemuda yang kuat dan
mempunyai tanggung jawab dalam meraih kejayaan islam, dan pemudi-pemudi yang tau akan
rasa malu, yang menjadi pendamping serta pemberi kasih sayang didalam rumah tangga dan
menjadi seorang yang paling pening dalam pendidikan akhlaq anak-anaknya, karena kelak
mereka akan menjadi seorang ibu.
Sekian lamanya, pesantren menjadi tempat lahirnya pejuang-pejuang bangsa ini. Pejuang-
pejuang yang tak takut mati demi kejayaan umat dan bangsa ini. Moralitas para santrinya tidak
diragukan lagi. Mereka tidak mau membuat umat dan bangsa ini hancur dan menderita atas apa
yang mereka lakukan dimasa lalu. Maka dari itu, mereka selalu gelisah memikirkan masa depan
umat dan bangsa ini, karena orang yang mati dan ia hanya memikirkan dirinya sendiri, maka ia
mati kecil, namun jika seseorang itu mati dalam keadaan memikirkan keadaan umatnya,
memikirkan keadaan bangsanya, maka ialah orang yang mati besar, besar dalam arti jiawanya,
karena dia memiliki tanggung jawab untuk masa depan umat dan bangsa agar menjadi lebih baik.
Islam yang didalamnya ada berbagai ilmu yang bermanfaat tentu tau cara untuk
melahirkan generasi yang bertanggung jawab dan punya rasa malu. Melalui pesantren, bangsa ini
tetap tegak pada nilai-nilai moral yang diwariskan pejuang-pejuang kemerdekaan. Melalui
pesantren, bangsa ini belajar untuk selalu mengedepankan akhlaq dan sopan santun. Melalui
pesantren, islam mampu mengawal pemuda dan pemudinya menjadi penerang masa depan
dengan menjadikan Al-Qur’an dan Syari’at sebagai pedoman hidup mereka. Pemuda yang selalu
gundah akan tanggunagjawab dalam memikirkan kejayaan umat dan bangsanya, pemudi yang
malu jika ia tidak berjalan diatas syari’at-syari’at islam dalam berpenampilan dan bertutur kata.
Ada sebuat sya’ir yang ditulis oleh Hasyim Ar-rifa’i RA yang bisa kita renungi untuk
membangkikan api semangat kita sebagai seorang pemuda islam. “Akankah masa lalu yang
gemilang itu kembali, sungguh saya larut pada masa lalu kebesaran islam itu, karena kami
pernah membangun sekian masa lamanya kebesaran di muka bumi ini, yang ditopang oleh anak
anak muda yang memiliki cita yang sangat tinggi, anak anak muda yang melalui jalur-jalur
yang sulit, tapi mereka berhasil menaklukannya, dan mereka tak kenal, kecuali hanya islam ini
agama. Kalau disiang hari, kalian saksikan mereka adalah para kesatria, yang menggedor
benteng benteng kekafiran dan kemuanafikan, tapi kalau dimalam hari, kalian tidak akan jumpai
mereka, kecuali mereka sedang bersujud pada Allah Subhana Wata'ala.”
Dari sya’ir yang kita baca tadi, tentu banyak sekali hikmah yang kita dapat. Kita ingin
kejayaan islam itu kembali. Maka dipundak kita lah para pemuda-pemudi yang kuat yang
mampu memikul baban yang amat berat ini, karena yang tua sudah beruban dan hanya akan
meninggalkan nama. Maka dari pada itu, mari kita manfaatkan waktu muda kita yang amat
berharga ini untuk menyongsong kejayaan islam. Kita jadikan akhlaq kita perhiasan yang musti
kita rawat dan kita jaga, perhiasan yang selalu memancakan sinar yang terang, karena dari hal
itulah kita akan manjadi generasi yang bertanggung jawab dan punya rasa malu.
Eksa Miyasah Pamilu/PBA 7

Anda mungkin juga menyukai