Ms Kel 1 Infus
Ms Kel 1 Infus
Makalah
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Manajemen Patinet Safety
yang dibina oleh Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns., M. Kes
Kelompok 1
Oleh :
Sonia Nabila (P17220194050)
Ari Dwi Kristanto (P17220194054)
Aminatus Zahro (P17220194056)
Indriani (P17220194058)
Devi Firdaus P S (P17220194060)
Segala Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah tugas
matakuliah Manajemen Patient Safety tentang “Penilaian Kasus Terkait Sterilisasi dan
Desinfektan dalam Pemasangan Infus”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan
hambatan yang dihadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan
dukungan dari teman-teman, sehingga bisa menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.
Tidak lupa pula mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini, di karenakan
banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemasangan Infus................................................... 3
2.2 Sterilisasi dan Desinfektan Terhadap Aspek Perawat
dalam Video................................................................................10
2.3 Sterilisasi dan Desinfektan Terhadap Aspek Alat-Alat yang
Digunakan dalam Video.............................................................10
2.4 Sterilisasi dan Desinfeksi terhadap Aspek Lingkungan
dalam Video................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui
sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh (Yuda, 2010).
Pemberian cairan intravena (Infus) yaitu memasukkan cairan atau obat langsung
ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan
infus set. (Potter, 2005)
Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk penggantian caian tubuh
dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien
rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau
setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obatan
lain. (Lachman, 2008)
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik
untuk Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemasangan infus?
2. Bagaimana sterilisasi dan desinfektan terhadap aspek perawat dalam video tersebut?
3. Bagaimana sterilisasi dan desinfektan terhadap aspek alat-alat yang digunakan dalam
video tersebut?
4. Bagaimana sterilisasi dan desinfektan terhadap aspek lingkungan dalam video
tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pemasangan infus.
2. Untuk mengetahui sterilisasi dan desinfektan terhadap aspek perawat dalam video.
3. Untuk mengetahui sterilisasi dan desinfektan terhadap aspek alat-alat yang digunakan
dalam video.
4. Untuk mengetahui sterilisasi dan desinfektan terhadap aspek lingkungan dalam video.
BAB II
PEMBAHASAN
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan
untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan,
2008).
3. Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-
menerus melalui pembuluh darah Intra vena
Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer yang
sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer
kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah
untuk terapi intravena.
1. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat
penting dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir
2. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis
terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan,
pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun
4. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering
memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya hiperalimentasi adalah
sangat mengiritasi vena-vena perifer)
6. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi
dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit vena
pengganti
1. Standar infus
2. Cairan infus sesuai kebutuhan
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
12. Betadine
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan
selama pemasangan infus
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus
7. Pasang alas
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal
dan jam pelaksanaan
21. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan
2.3 Sterilisasi dan Desinfeksi terhadap Aspek Alat-Alat yang Digunakan dalam Video
• Alat dan bahan pemasangan infus yang digunakan :
1. Cairan infus
2. Infus set
3. Standar infus
4. Hands scoon steril
5. Tourniquet
6. Alcohol swab
7. Abocath
8. Lodine povidine
9. Perlak
10. Bengkok
11. Bak steril
12. Kasa dan kaps kering
13. Plester
• Berdasarkan alat dan bahan pemasangan infus di video tersebut yang tergolong
steril yaitu :
No. Bahan
3. Lodine provide
4. Infus set
5. Abocath
• Sedangkan, alat dan bahan pemasangan infus yang perlu dilakukan desinfeksi,
yaitu:
No. Bahan
1. Bengkok
2. Bak steril
Kesimpulan :
Alat dan bahan sudah memenuhi SOP pemasangan infus, tetapi ada beberapa
bahan yang tidak tercantum seperti, antiseptic. Sedangkan untuk penggunaan
antiseptic sangat penting berguna untuk mencuci tangan agar bersih sebelum
menggunakan hands scoon steril.
a) Kualitas Udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet untuk kebersihan udara,
kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar UV untuk terminal dekontaminasi
ruangan pasien dengan infeksi yang ditransmisikan melalui air borne. Diperlukan
pembatasan jumlah personil di ruangan dan ventilasi yang memadai.
b) Permukaan lingkungan
Seluruh pemukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah, bebas serangga
(semut, kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing dan tikus) dan
harus dibersihkan secara terus menerus. Tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang
perawatan dan menempatkan bunga segar, tanaman pot, bunga plastik di ruang
perawatan. Perbersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila
ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%. Fasilitas pelayanan kesehatan harus
membuat dan melaksanakan SPO untuk pembersihan, disinfeksi permukaan
lingkungan,tempat tidur,peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya yang sering
tersentuh. Untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen penyebab infeksi pada saluran
napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi gunakan cara basah (kain
basah) dan mop (untuk pembersihan kering/lantai), bila dimungkinkan mop terbuat dari
microfiber.
c) Ventilasi Udara
Semua lingkungan perawatan pasien diupayakan seminimal mungkin kandungan
partikel debu, kuman dan spora dengan menjaga kelembaban dan pertukaran udara.
Gedung yang tidak menggunakan sistem pendingin udara sentral, sebaiknya
menggunakan ventilasi alamiah dengan exhaust fan atau kipas angin agar udara luar yang
segar dapat masuk ke semua ruangan di gedung tersebut. Pintu, jendela maupun langit-
langit di ruangan di mana banyak orang berkumpul seperti ruang tunggu,hendaknya
dibuka maksimal.
Pemasangan exhaust fan yaitu kipas yang dapat langsung menyedot udara keluar
dapat meningkatkan ventilasi yang sudah ada di ruangan. Sistem exhaust fan yang
dilengkapi saluran udara keluar, harus dibersihkan secara teratur, karena dalam saluran
tersebut sering terakumulasi debu dan kotoran, sehingga bisa tersumbat atau hanya sedikit
udara yang dapat dialirkan.
1. Gunakan lap lembab untuk membersihkan debu dan kotoran dari kipas angin.
2. Perlu ditunjuk staf yang ditugaskan dan bertanggung jawab terhadap kondisi kipas
yang masih baik, bersih dll.
4. Catat setiap waktu pembersihan yang dilakukan dan simpan dengan baik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tindakan pemasangan infus merupakan tindakan invasif dan memerlukan
perawatan yang tepat. Pemasangan dilakukan dengan tetap memegang prinsip aseptik.
Pasien yang terpasang infus dipantau didaerah tusukan infus melalui perawatan infus.
Pentingnya perawatan infus dalam mencegah infeksi dan memantau masih paten kah
vena kateter pada posisinya sekaligus dapat diobservasi adakah tanda-tanda
pembengkakan ataupun flebitis.
Sterilisasi dan desinfeksi pada pemasangan infus terdiri dari tiga aspek yaitu:
aspek perawat (menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan), aspek alat dan bahan (melakukan sterilisasi dan
desinfeksi pada alat setelah melakukan tindakan), dan aspek lingkungan
(memperhatikan kualitas udara, permukaan lingkungan, dan ventilasi udara).
3.2 Saran
Perawatan sebagai tenaga medis perlu memahami dengan baik prosedur
pemasangan infus sebab tindakan ini adalah tindakan invasif. Pentingnya pemahaman
perawat mengenai pemasangan infus, perawatan infus dapat mencegah terjadinya
infeksi. Maka dari itu perlunya observasi pada setiap pasien yang terpasang infus
apakah daerah di sekitar tempat tusukan mengalami pembengkakan maupun flebitis.
DAFTAR PUSTAKA
Nerslicious. (2018, Juni 25). SOP Pemasangan Infus Lengkap Sesuia Standar Akreditasi.
https://www.nerslicious.com/sop-pemasangan-infus/
Uliyah, Musrifatul, & A. Aziz Alimul Hidayah. (2008). Keterampilan Dasar Praktik