Anda di halaman 1dari 85

KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

BAB 4
rencana
koridor jalan
provinsi

4.1 RENCANA JALUR JALAN PROVINSI


Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, rencana koridor jalan provinsi bagian
Jawa Barat Selatan terbagi menjadi 2 jalur yaitu rencana jalur jalan horizontal dan
jalur jalan vertikal. Rencana jalur jalan horizontal terbagi atas 3 koridor jalan, dengan
panjang jalan mencapai 629,79 Km yang terbagi di beberapa kabupaten/Kota bagian
Jabar Selatan. Sedangkan rencana jalur vertikal terbagi atas 13 koridor jalan, dengan
panjang jalan mencapai 331,23 Km yang terbagi di beberapa Kabupaten/Kota bagian
Jawa Barat Selatan. Untuk lebih jelasnya pembagian rencana koridor jalan provinsi
Jabar Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2

Tabel 4.1. Rencana Jalur Jalan Provinsi Jalur Jalan Horizontal

Jalur Kabupaten/Kota Panjang Jalan (Km)


Jalur Jalan Horizontal
Sukabumi 84,12
Cianjur 125,25
1
Bandung 78,71
Garut 74,14
Total 362,22
Garut 1,63
2 Tasikmalaya 92,91
Pangandaran 52,7
Total 147,24
Garut 0,45
3 Tasikmalaya 102,77
Pangandaran 17,11
Total 120,33
Total Panjang Jalan 629,79
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-1
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Tabel 4.2. Rencana Jalur Jalan Provinsi Jalur Jalan Vertikal


Jalur Kabupaten/Kota Panjang Jalan (Km)
A Sukabumi 66,46
B Cianjur 35,72
C Garut 16,32
D Garut 31,72
E Tasikmalaya 25,34
F Tasikmalaya 23,5
G Tasikmalaya 2,5
H Tasikmalaya 12,49
I Tasikmalaya 22,46
J Pangandaran 6,1
Ciamis 28,55
K
Pangandaran 22,81
L Pangandaran 7,13
Ciamis 12,28
M
Pangandaran 17,85
Total Panjang Jalan 331,23
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

Dalam pertimbangan penentuan rencana jalur provinsi pada kajian ini menggunakan
analisis SWOT agar meminimialisis kerugian dan mengoptimalkan potensi yang ada di
sepanjang jalur rencana. Dibawah ini akan dijelaskan hasil analisis SWOT pada
rencana jalur jalan provinsi Jawa Barat Selatan.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-2
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.1. Rencana Koridor Horizontal dan Vertikal di Kabupaten Sukabumi


Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-3
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.2. Rencana Koridor Horizontal dan Vertikal di Kabupaten Cianjur


Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-4
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.3. Rencana Koridor Horizontal dan Vertikal di Kabupaten Garut


Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-5
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.4. Rencana Koridor Horizontal dan Vertikal di Kabupaten Tasikmalaya


Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-6
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.5. Rencana Koridor Horizontal dan Vertikal di Kabupaten Ciamis


Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-7
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.6. Rencana Koridor Horizontal dan Vertikal di Kabupaten Pangandaran


Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-8
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

4.1.1. Proyeksi Demand dan Pengembangan Jaringan Jalan


Proyeksi lalu lintas dilakukan dengan metode double constraint dengan batasan
bangkitan berdasarkan data kependudukan dan batasan tarikan berdasarkan
proyeksi pertumbuhan ekonomi hasil kajian INDII (Indonesia Infrastructure
Initiative and Australia Government Indonesia), sebagaimana yang disebutkan
pada Bab III. Gambar berikut ini menunjukkan hasil proyeksi lalu lintas pada
tahun 2024, 2029, 2034 dan 2039.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-9
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.7. Proyeksi Lalu Lintas Tahun 2024 Sebelum Pengembangan Jaringan Jalan
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-10
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.8. Proyeksi Lalu Lintas Tahun 2029 Sebelum Pengembangan Jaringan Jalan
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-11
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.9. Proyeksi Lalu Lintas Tahun 2034 Sebelum Pengembangan Jaringan Jalan
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-12
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.10. Proyeksi Lalu Lintas Tahun 2039 Sebelum Pengembangan Jaringan
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-13
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Pengembangan jaringan jalan dilakukan untuk meningkatkan konektivitas


antar pusat kegiatan di wilayah Jabar Selatan. Koridor horizontal yang perlu
diperbaiki berdasarkan kecepatan perjalanan terburuk, yaitu :
1. Kota Sukabumi-Cianjur (Kecepatan rata-rata 24km/jam)
2. Garut-Cianjur (Kecepatan rata-rata 26km/jam)
3. Ciamis-Banjar (Kecepatan rata-rata 28km/jam)
4. Plabuhan Ratu-Ciamis (Kecepatan rata-rata 30km/jam)
5. Tasikmalaya-Sukabumi (Kecepatan rata-rata 31km/jam)
6. Soreang-Ciamis (Kecepatan rata-rata 32km/jam)
Dari pembahasan diatas maka diperoleh informasi tentang kecepatan internal
di dalam kabupaten, yang menjelaskan prioritas penanganan pada jalur
vertical. Adapun urutan kabupaten yang perlu ditangani untuk jalur vertical
adalah:
1. Pangandaran
2. Tasikmalaya
3. Ciamis
4. Cianjur
5. Garut
6. Sukabumi

Untuk menjawab kebutuhan jaringan jalan di koridor yang memiliki


permasalahan kinerja dengan indikasi rendahnya nilai kecepatan, akan
dikembangkan trase jaringan jalan. Rencana trase dapat dilihat pada gambar
di bawah ini. Untuk staging pembangunan. Dalam proyeksi model yang akan
dilakukan, dipertimbangkan juga pengembangan jaringan jalan tol di Jawa
Barat. Koridor horizontal Jawa Barat Selatan perlu ditingkatkan kinerja lalu
lintasnya.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-14
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.11. Pengembangan Jaringan Jalan Wilayah Jabar Selatan


Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-15
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

4.1.2. Perbandingan Sebelum dan Setelah Pengembangan Jaringan Jalan


Berikut ini disajikan perbandingan kinerja sebelum dan setelah adanya
pengembangan jaringan jalan. Dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan kinerja
dengan adnaya pengembangan jaringan jalan, dengan indikator peningkatan
kecepatan jaringan hampir 75% (dari 20 km.jam menjadi 35 km/jam) pada
tahun 2039.

Tabel 4.3. Perbandingan Kinerja Sebelum dan Setelah Pengembangan Jaringan Jalan

Do Nothing 2023 2026 2029 2034 2039


Panjang
Perjalanan 4.260.206 4.543.112 5.750.757 6.167.728 6.886.638,85
(smp,km/jam)
Waktu Perjalanan
171.996 192.487 233.214 291.253 332.312,92
(smp,jam/jam)
Kecepatan
24,77 23,60 24,66 21,18 20,72
Jaringan (km/jam)
Do Something 2023 2026 2029 2034 2039
Panjang
Perjalanan 4.298.009 4.575.401 5.903.690 6.090.042 6.799.898
(smp,km/jam)
Waktu Perjalanan
163.653 163.295 194.579 169.721 193.648
(smp,jam/jam)
Kecepatan
26,26 28,02 30,34 35,88 35,11
Jaringan (km/jam)
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-16
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

40,00
Kecepatan Jaringan (km/jam)

35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
-
2022 2024 2026 2028 2030 2032 2034 2036 2038 2040

Kondisi Do Nothing Kondisi Do Something

Gambar 4.12. Perbandingan Kinerja Tahun 2039 Sebelum dan Setelah Pengembangan Jaringan Jalan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-17
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

4.2 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN BARU JABAR SELATAN


Dalam merencanakan Rencana Jalur Jalan yang dilakukan tentunya akan memberikan
beberapa dampak bagi wilayah atau Kabupaten/ Kota yang terlewatinya. Dengan adanya
Rencana jalur jalan Provinsi Jawa Barat bagian selatan dapat menjadikan beberapa
Kawasan Baru Jabar Selatan. Rencana Pengembangan Kawasan Provinsi Jawa Barat
bagian Selatan ini terbagi atas setiap Potensi Kawasan yang terdapat pada Kabupaten/
Kota tersebut. Rencana Pengembangan Kawasan baru ini tentunya dipengaruhi oleh
Potensi Kawasan setiap Perkotaan tersebut seperti Kawasan Perdagangan dan Jasa
Regional maupun Kawasan Perdagangan dan Jasa Lokal, Wisata Pantai, Kawasan
Terbangun dan lain – lain. Untuk lebih jelasnya, Rencana Kawasan Pengembangan
kawasan baru Jawa Barat bagian selatan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.13

Tabel 4.4. Rencana Pengembangan Baru Jabar Selatan

Kabupaten/ Rencana Kawasan Potensi Kawasan


No Kecamatan
Kota Pengembangan Perkotaan
Ciemas Pendidikan Geopark Geopark
Ciracap Wisata Pantai Wisata Pantai Ujung
Genteng
Wisata Pantai Muara
Kabupaten Cikarang Minajaya
1
Sukabumi Perkebunan The
Simpenan Kawasan Pengembangan Surangga
Lengkong Kawasan Pengembangan Perkebunan Lengkong
Jampang Curug Jampang
Tengah Kawasan Pengembangan Tengah
Sukanagara Perdagangan Jasa Lokal -
Kabupaten
2 Pagelaran Perdagangan Jasa Lokal -
Cianjur
Tanggeung Perdagangan Jasa Lokal -
Cikajang Perdagangan Jasa Lokal -
Banjarwangi Perdagangan Jasa Lokal -
Singajaya Perdagangan Jasa Lokal -
Kabupaten Cikelet Wisata Pantai -
3
Garut KSN Stasiun
Pengamat Dirgantara
Pameungpeuk Wisata Pantai Pameungpeuk
Cibalong Wisata Pantai -
Cimaragas Perdagangan Jasa Lokal -
Cidolog Perdagangan Jasa Lokal -
Kabupaten Banjaranya Perdagangan Jasa Lokal Sesuai Hutan Lindung
4
Ciamis Banjarsari Perdagangan Jasa Lokal -
Perdagangan dan Jasa
Ciamis Regional -
Taruju Perdagangan Jasa Lokal -
Kabupaten
5 Sukaraja Perdagangan Jasa Lokal -
Tasik
Salopa Perdagangan Jasa Lokal -

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-18
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Kabupaten/ Rencana Kawasan Potensi Kawasan


No Kecamatan
Kota Pengembangan Perkotaan
Cipatujah Perdagangan Jasa Lokal -
KSK Wisata Pantai
Cikalong Wisata Pantai Karangtawulan
KSK P. Manuk
Situs Kaputihas
Taruju Kawasan Pengembangan
Semah Gariang
Mangunreja Kawasan Pengembangan Sukarame
Sukaraja Kawasan Pengembangan Makam Baganjing
Suaka Alam
Cipatujah Kawasan Pengembangan KSK Irigasi Padawaras
LK. Ziarah Pamijahan
Karang- KSK Perkotaan
Kawasan Pengembangan
nunggal Karangnunggal
KSK Pariwisata
Pangandaran
Perdagangan dan Jasa
Pangandaran KSK Pengembangan
Nasional
Ilmu Pengetahuan &
Teknologi
Kabupaten
6 Goa Lanang
Pangandaran
Pusat Pemerintahan & KSK Pemerintahan
Parigi
Pendidikan Desa Budaya &
Agrowisata Cikalong
Geoset Gunung Haur
Cigugur Kawasan Pengembangan
Goa Lalay
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-19
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.13. Rencana Pengembangan Kawasan Baru Jabar Selatan


Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-20
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.13 diatas dapat disimpulkan bahwa, Rencana Jalur
jalan Provinsi Jawa Barat bagian selatan ini sudah dikatakan sesuai dengan Rencana
Pengembangan Kawasan Baru Jawa Barat Selatan, dengan adanya Rencana Jalur Jalan
Provinsi Jawa Barat bagian Selatan ini diharapkan dapat mengembangkan dan
menumbuhkan sistem perekonomian baru bagi Jawa Barat bagian Selatan.

4.3 RENCANA JALUR JALAN PROVINSI TERHADAP SISTEM PERKOTAAN


PROVINSI JAWA BARAT
Rencana Jalur Jalan Provinsi tentunya akan mempengaruhi Sebuah Sistem Perkotaan yang
terlewati dengan Rencana Jalur tersebut. Rencana Jalur Jalan Provinsi menurut Jalur
Horizontal terbagi menjadi 3 koridor jalan ini terbagi menjadi beberapa sistem perkotaan.
Sedangkan menurut Jalur Vertikal, Rencana Jalur Jalan Provinsi terbagi menjadi 13
koridor. Untuk lebih jelasnya, Rencana Jalur Jalan Provinsi Vertikal dan Horizontal dapat
dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-21
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Tabel 4.5. Rencana Jalur Jalan Provinsi Jalur Horizontal

Jalur Kota/Kabupaten Ruas PKN PKW PKL PPL PPK


Kabupaten Sukabumi Jl. Pelabuhan Ratu Bojongjengkol - Purabaya-
Simpenan-Purabaya Miramontana Cicukang
(Pelabuhan Ratu-
Nyalindung) Jl.Kiaradua_jp kulon Nyalindung-Muara
Jl.Kiaradua_jp
kulon
Jl. Pelabuhan Ratu

Kabupaten Cianjur Simpang Leuwimanggu - Paldua - Cikadu -


Takokak Cikadu
Pal Dua Nyalindung Cireundeu
Gunungsari - Simpang Cimaskara -
(Paldua-Cikadu)
Leuwimanggu Mekarwangi
Cimaskara -
Sukanagara - Gunungsari Pamoyanan
I Sukanagara -
Sindangbarang

Kabupaten Bandung Rancabali-Kertasari Jl. Kab Bandung Jl. Kab Bandung


(Pangalengan) (Kertasari)
Jl. Kab Bandung (Ciwidey)

Kabupaten Garut Cisurupan - Cileuleuy-


Cisurupan - Caringin
Pamulihan-Singajaya Caringin Sumadra
(Cileuleuy-Taraju Cisurupan -
Tasik) Cisurupan - Pamengpeuk Caringin
Cikajang - Singajaya

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-22
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Jalur Kota/Kabupaten Ruas PKN PKW PKL PPL PPK


Kabupaten Tasikmalaya Puspahiang- Taraju-
Taraju-Sukaraja Mangunreja-Sukaraja
Mangunreja Puspahiang

Papayan-Cikalong

II
Kabupaten Pangandaran Ciwangkal-Pangleseran- Ciwangkal - Ciwangkal -
Nyalindung-Cikembulan
Cintaratu Pagerbumi Pagerbumi
Cintaratu-Cikalong-
Sidamulih-Cikembulan

Kabuapaten Darawati -
Bojonggambir-
Tasikmalaya Cisempur - Sukarame Culamega -
Pancatengah
Bojonggambir

III
Kabupaten Pangandaran Sindangsari - Sindangsari -
Pancatengah-Cimerak Rancabakung - cibatu Cimedang Cimedang
Cimerak - Cimerak -
Cikatomas - Cimedang Sindangsari Sindangsari
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-23
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Tabel 4.6. Rencana Jalur Jalan Provinsi Jalur Vertikal


Jalur Kabupaten/Kota Ruas PKN PKW PKL PPL PPK
A Kabupaten Sukabumi Simpenan- Ciawet-Cikadal
Ujunggenteng Jl.Palabuhan-Geopark
Ciracap - Ujunggenteng
B Kabupaten Cianjur Tanggeung- Leles - Padaasih Cigadog - Sumur
Argabinta Agrabinta - Leles
C Kabupaten Garut Maroko - Sagara Maroko - Sagara Maroko - Sagara
D Kabupaten Garut Singajaya - Singajaya - Cibalong Singajaya - Cibalong Singajaya - Cibalong
Cibalong Papayan - Cikalong Papayan - Cikalong Papayan - Cikalong
E Kabupate Tasikmalaya Cikalong - Cikancra Cikalong - Cikancra
F Kabupaten Tasikmalaya Ciwatin - Ciwatin - Kalapagenep Ciwatin - Kalapagenep Ciwatin - Kalapagenep
Kalapagenep
G Kabuapaten Tasikmalaya Papayan - Cikalong Papayan - Cikalong Papayan - Cikalong Papayan - Cikalong
H Kabuapaten Tasikmalaya Papayan - Cikalong Papayan - Cikalong Papayan - Cikalong Papayan - Cikalong
I Kabuapaten Tasikmalaya Manonjaya - Manonjaya - Salopa Manonjaya - Salopa
Salopa
J Kabuapaten Parigi - Parigi - Panglaseran
Pangandaran Panglaseran
K Kabuapten Ciamis Pangandaran- Pangandaran-Ciamis Pangandaran-Ciamis Pangandaran-Ciamis
Ciamis Pangleseran - Jadimulya Jadimulya - Karangkamiri Jadimulya - Karangkamiri
Gunung Kelir - Karangkamiri Gunung Kelir - Karangkamiri
L Kabupaten Pangandaran Cintaratu-Cibenda Cintaratu-Cibenda Cintaratu-Cibenda
M Kabupaten Pangandaran Rancah Cisaga dan Pangleseran - Batas Pangleseran - Batas
Banjarsari Cijulang- Ciamis/Kalijaya Ciamis/Kalijaya
Parigi
Pangandaran-Banjarsari
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-24
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

4.4 PENGGUNAAN LAHAN JALUR JALAN RENCANA


4.4.1 Penggunaan Lahan Jalur Jalan Rencana Horizontal
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat beberapa jalur yang termasuk
kedalam rencana koridor horizontal Jabar Selatan. Berikut ini merupakan
rekapitulasi penggunaan lahan menurut Kota/Kabupaten yang terdapat pada
Jalur Jalan Rencana Horizontal.
1. Kabupaten Bandung
Menurut hail overlay dan analisis yang telah dilakukan, Kabupaten Bandung
terdapat pada Jalur 1 Horizontal dengan total luasan penggunaan Lahan
mencapai 471,25 ha. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7. Penggunaan Lahan Rencana Koridor Horizontal Kabupaten Bandung

Kota/ Jenis Penggunaan Luas


Jalur Kecamatan
Kabupaten Lahan (Ha)
Hutan 2,21
Permukiman/Area
22,99
Ciwidey Kegiatan
Sawah 1,42
Semak Belukar 11,67
Kebun/ Perkebunan 64,37
Permukiman/Area
13,32
Kertasari Kegiatan
Sawah 0,02
Semak Belukar 1,71
Hutan 6,54
Kebun/Perkebunan 56,88
Ladang/Tegalan 22,46
Pangalengan
Permukiman/Area
25,52
Kegiatan
Kabupaten Semak Belukar 2,76
Jalur 1
Bandung Hutan 13,32
Kebun/Perkebunan 8,60
Ladang/Tegalan 14,07
Pasir Jambu Permukiman/Area
17,41
Kegiatan
Sawah 18,21
Semak Belukar 0,79
Hutan 3,72
Kebun/Perkebunan 86,78
Ladang/Tegalan 11,29
Permukiman/Area
43,22
Rancabali Kegiatan
Sawah 8,63
Semak Belukar 12,54
Sungai/Danau/Waduk/
0,79
Situ
Total 471,25
Sumber : Hasil Analisis Konsultan,2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-25
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

2. Kabupaten Cianjur
Menurut hasil overlay dan analisis yang telah dilakukan, Kabupaten Cianjur
terdapat pada Jalur 1 Horizontal dengan total luasan penggunaan Lahan
mencapai 712,15 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8. Penggunaan Lahan Rencana Koridor Horizontal Kabupaten Cianjur

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Hutan 74,65
Kebun/Perkebunan 24,81
Ladang/Tegalan 21,17
Cibinong
Permukiman/Area Kegiatan 17,31
Sawah 0,38
Semak Belukar 13,06
Hutan 34,13
Kebun/Perkebunan 35,73
Ladang/Tegalan 38,08
Cikadu
Permukiman/Area Kegiatan 4,01
Sawah 23,02
Semak Belukar 3,88
Hutan 0,40
Kebun/Perkebunan 5,59
Ladang/Tegalan 6,23
Permukiman/Area Kegiatan 31,33
Pagelaran
Sawah 5,45
Semak Belukar 4,24
Sungai/Danau/Waduk/
Kabupaten 0,31
Jalur 1 Situ
Cianjur
Hutan 0,01
Pasirkuda
Kebun/Perkebunan 0,16
Hutan 25,00
Kebun/Perkebunan 65,93
Ladang/Tegalan 50,22
Sukanagara
Permukiman/Area Kegiatan 50,28
Sawah 4,16
Semak Belukar 3,01
Hutan 8,65
Kebun/Perkebunan 6,82
Takokak Ladang/Tegalan 43,56
Permukiman/Area Kegiatan 13,18
Sawah 5,15
Hutan 16,59
Kebun/Perkebunan 14,53
Ladang/Tegalan 8,97
Tanggeung
Permukiman/Area Kegiatan 45,99
Sawah 4,70
Semak Belukar 1,43
Total 712,15
Sumber : Hasil Analisis Konsultan,2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-26
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

3. Kabupaten Garut
Menurut hasil overlay dan analisis yang telah dilakukan, Kabupaten Garut
terdapat pada Jalur 1 Horizontal dengan total luasan Penggunaan Lahan
mencapai 438,94 Ha dan Jalur 2 Horizontal dengan total luasan
Penggunaan Lahan mencapai 8,79 Ha Sedangkan Jalur 3 Horizontal dengan
total luasan Penggunaan Lahan mencapai 2,32 Ha. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9. Penggunaan Lahan Rencana Koridor Horizontal Kabupaten Garut

Kota/ Jenis Penggunaan


Jalur Kecamatan Luas (Ha)
Kabupaten Lahan
Hutan 67,74
Ladang/Tegalan 14,05
Banjarwangi
Permukiman/Area Kegiatan 17,31
Sungai/Danau/Waduk/Situ 1,92
Hutan 22,20
Kebun/Perkebunan 13,03
Cikajang Ladang/Tegalan 16,76
Permukiman/Area Kegiatan 46,91
Semak Belukar 0,87
Hutan 6,62
Kabupaten Cisurupan
Jalur 1 Permukiman/Area Kegiatan 10,11
Garut
Hutan 41,51
Kebun/Perkebunan 83,31
Pamulihan Ladang/Tegalan 3,72
Permukiman/Area Kegiatan 5,37
Semak Belukar 21,90
Hutan 34,99
Ladang/Tegalan 3,18
Singajaya Permukiman/Area Kegiatan 20,47
Sawah 4,83
Sungai/Danau/Waduk/Situ 2,14
Hutan 0,89
Kabupaten
Jalur 2 Singajaya Ladang/Tegalan 7,88
Garut
Permukiman/Area Kegiatan 0,01
Hutan 0,33
Kabupaten
Jalur 3 Singajaya Ladang/Tegalan 1,98
Garut
Permukiman/Area Kegiatan 0,00
Sumber : Hasil Analisis Konsultan,2019

4. Kabupaten Sukabumi
Menurut hasil overlay dan analisis yang telah dilakukan, Kabupaten
Sukabumi terdapat pada Jalur 1 Horizontal dengan total luasan
Penggunaan Lahan mencapai 502,96 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 4.10

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-27
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Tabel 4.10. Penggunaan Lahan Rencana Koridor Horizontal Kabupaten Sukabumi

Kota/ Jenis Penggunaan Luas


Jalur Kecamatan
Kabupaten Lahan (Ha)
Hutan 14,54
Kebun/Perkebunan 9,12
Ladang/Tegalan 30,81
Permukiman/Area Kegiatan 24,82
Jampangtengah
Sawah 12,32
Semak Belukar 1,55
Sungai/Danau/Waduk/
0,27
Situ
Kebun/Perkebunan 10,34
Ladang/Tegalan 67,35
Permukiman/Area Kegiatan 21,95
Lengkong
Sawah 6,86
Sungai/Danau/Waduk/
0,03
Situ
Jalur Kabupaten Hutan 0,01
1 Sukabumi Kebun/Perkebunan 4,25
Ladang/Tegalan 29,50
Nyalindung
Permukiman/Area Kegiatan 9,94
Sawah 0,95
Semak Belukar 1,40
Hutan 0,36
Kebun/Perkebunan 13,27
Ladang/Tegalan 49,68
Purabaya
Permukiman/Area Kegiatan 21,67
Sawah 13,90
Semak Belukar 25,04
Hutan 13,06
Kebun/Perkebunan 34,61
Simpenan
Ladang/Tegalan 60,16
Permukiman/Area Kegiatan 25,19
Sumber : Hasil Analisis Konsultan,2019

5. Kabupaten Tasikmalaya
Menurut hasil overlay dan analisis yang telah dilakukan, Kabupaten
Tasikmalaya terdapat pada Jalur 1 Horizontal dengan total luasan
Penggunaan Lahan mencapai 0,06 Ha dan Jalur 2 Horizontal dengan total
luasan Penggunaan Lahan mencapai 407,22 Ha Sedangkan Jalur 3
Horizontal dengan total luasan Penggunaan Lahan mencapai 519,99 Ha.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Tabel 4.11

Tabel 4.11. Penggunaan Lahan Rencana Koridor Horizontal Kabupaten


Tasikmalaya

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Jalur 1 Taruju Ladang/Tegalan 0,06
Kabupaten Hutan 24,08
Jalur 2 Tasikmalaya Jatiwaras Permukiman/Area Kegiatan 8,33
Sawah 4,76

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-28
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Semak Belukar 3,78
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,19
Hutan 14,28
Permukiman/Area Kegiatan 39,44
Sawah 11,68
Semak Belukar 2,14
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,07
Hutan 6,32
Permukiman/Area Kegiatan 8,93
Puspahiang
Sawah 3,12
Semak Belukar 12,76
Hutan 6,05
Permukiman/Area Kegiatan 2,21
Sawah 3,84
Salawu
Semak Belukar 0,76
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,06
Hutan 23,82
Kebun/Perkebunan 31,44
Ladang/Tegalan 9,60
Permukiman/Area Kegiatan 14,49
Salopa
Sawah 16,92
Semak Belukar 32,26
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,99
Hutan 6,78
Permukiman/Area Kegiatan 31,06
Sawah 16,65
Sukaraja
Semak Belukar 4,32
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,51
Hutan 0,99
Permukiman/Area Kegiatan 17,90
Tanjungjaya
Sawah 11,00
Semak Belukar 3,90
Hutan 34,35
Ladang/Tegalan 14,20
Taraju Permukiman/Area Kegiatan 16,15
Sawah 13,15
Semak Belukar 16,98
Hutan 0,24
Kebun/Perkebunan 20,27
Permukiman/Area Kegiatan 0,00
Bantarkalong
Sawah 2,34
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,11
Hutan 12,30
Jalur 3 Tasikmalaya
Kebun/Perkebunan 1,62
Ladang/Tegalan 55,54
Bojonggambir
Permukiman/Area Kegiatan 15,84
Sawah 8,03
Semak Belukar 4,71
Hutan 24,54
Cikatomas
Kebun/Perkebunan 1,48

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-29
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Permukiman/Area Kegiatan 23,17
Sawah 6,34
Semak Belukar 2,71
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,28
Hutan 9,02
Kebun/Perkebunan 53,75
Permukiman/Area Kegiatan 0,01
Cipatujah
Sawah 5,85
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,51
Hutan 19,47
Kebun/Perkebunan 59,37
Culamega Permukiman/Area Kegiatan 0,02
Sawah 5,77
Semak Belukar 8,63
Hutan 4,92
Kebun/Perkebunan 104,05
Permukiman/Area Kegiatan 0,00
Karangnunggal
Sawah 11,09
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,64
Hutan 2,64
Kebun/Perkebunan 34,68
Permukiman/Area Kegiatan 6,76
Pancatengah Sawah 3,89
Semak Belukar 4,48
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,08
Hutan 0,90
Taraju
Ladang/Tegalan 3,93
Sumber : Hasil Analisis Konsultan,2019

6. Kabupaten Pangandaran
Menurut hasil overlay dan analisis yang telah dilakukan, Kabupaten
Pangandaran terdapat pada Jalur 2 Horizontal dengan total luasan
Penggunaan Lahan mencapai 311,73 Ha Sedangkan Jalur 3 Horizontal
dengan total luasan Penggunaan Lahan mencapai 102,66 Ha. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.12

Tabel 4.12. Penggunaan Lahan Rencana Koridor Horizontal Kabupaten


Pangandaran

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Hutan 56,95
Kebun/Perkebunan 42,05
Jalur Permukiman/Area Kegiatan 7,02
Pangandaran Cigugur
2 Sawah 10,15
Semak Belukar 17,73
Sungai/Danau/Waduk/ 0,32

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-30
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Situ
Hutan 1,56
Kebun/Perkebunan 14,78
Langkaplancar Permukiman/Area Kegiatan 0,09
Sawah 2,46
Semak Belukar 4,05
Hutan 18,16
Kebun/Perkebunan 0,57
Ladang/Tegalan 1,55
Permukiman/Area Kegiatan 29,88
Parigi
Sawah 18,66
Semak Belukar 15,90
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,32
Permukiman/Area Kegiatan 46,46
Sawah 4,77
Sidamulih Semak Belukar 17,95
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,36
Kebun/Perkebunan 38,39
Permukiman/Area Kegiatan 8,25
Jalur Sawah 11,67
Pangandaran Cimerak
3 Semak Belukar 44,24
Sungai/Danau/Waduk/
Situ 0,11
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

4.4.2 Pengunaan Lahan Jalur Jalan Rencana Vertikal


Penggunaan Lahan Jalur Jalan Rencana Vertikal Jabar Bagian Selatan di
sepanjang pantai Selatan Jawa Barat. Dari Hasil analisis yang telah dilakukan,
terdapat beberapa Jalur Jalan yang termasuk kedalam Rencana Jalur Jalan
Rencana Vertikal Jaringan Jalan Jawa Barat bagian Selatan. Berikut ini
merupakan rekapitulasi penggunaan lahan menurut Kota/Kabupaten yang
terdapat pada Jalur Jalan Rencana Vertikal. Berdasarkan hasil overlay yang
telah dilakukan, jalur Vertikal pada Rencana Jaringan Jalan Jawa Barat bagian
Selatan terdapat di beberapa Kabupaten atau Kota dengan total luasan
mencapai 1978,58 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13. Penggunaan Lahan Rencana Koridor Vertikal Jabar Selatan

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Sukabumi Ciemas Hutan 75,34
Kebun/Perkebunan 5,56
Jalur Ladang/Tegalan 112,08
A Permukiman/Area Kegiatan 7,41
Sawah 17,35
Semak Belukar 0,59

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-31
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Sungai/Danau/Waduk/Situ 1,29
Ciracap Kebun/Perkebunan 28,30
Ladang/Tegalan 6,12
Permukiman/Area Kegiatan 39,25
Sawah 29,66
Semak Belukar 10,74
Simpenan Kebun/Perkebunan 8,18
Ladang/Tegalan 32,38
Permukiman/Area Kegiatan 13,74
Sawah 8,30
Agrabinta Kebun/Perkebunan 1,52
Cianjur Ladang/Tegalan 0,00
Cijati Hutan 31,60
Kebun/Perkebunan 15,86
Ladang/Tegalan 2,67
Permukiman/Area Kegiatan 16,86
Sawah 12,53
Semak Belukar 3,24
Hutan 1,95
Leles
Kebun/Perkebunan 15,98
Ladang/Tegalan 35,54
Jalur
B Permukiman/Area Kegiatan 23,55
Sawah 1,02
Sungai/Danau/Waduk/
0,15
Situ
Sindang- Kebun/Perkebunan 6,74
Barang Ladang/Tegalan 0,28
Permukiman/Area Kegiatan 11,02
Tanggeung Kebun/Perkebunan 13,16
Ladang/Tegalan 3,19
Permukiman/Area Kegiatan 12,17
Semak Belukar 1,46
Garut Cibalong Hutan 8,55
Kebun/Perkebunan 36,13
Jalur Ladang/Tegalan 33,13
C Permukiman/Area Kegiatan 11,32
Sawah 8,42
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,26
Garut Cibalong Kebun/Perkebunan 67,15
Ladang/Tegalan 9,34
Permukiman/Area Kegiatan 17,23
Sawah 0,68
Semak Belukar 2,37
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,05
Peundeuy Hutan 3,07
Jalur
Kebun/Perkebunan 8,17
D
Ladang/Tegalan 1,38
Permukiman/Area Kegiatan 33,06
Sawah 15,79
Semak Belukar 1,47
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,42
Singajaya Hutan 5,82
Kebun/Perkebunan 7,00
Ladang/Tegalan 0,34
Permukiman/Area Kegiatan 6,60

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-32
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Sawah 6,97
Semak Belukar 0,61
Tasikmalaya Cikalong Hutan 58,26
Kebun/Perkebunan 0,43
Permukiman/Area Kegiatan 18,02
Jalur
Sawah 10,43
E
Cikatomas Hutan 65,58
Permukiman/Area Kegiatan 1,67
Pancatengah Hutan 2,75
Permukiman/Area Kegiatan 0,65
Tasikmalaya Cikalong Kebun/Perkebunan 18,49
Ladang/Tegalan 2,41
Permukiman/Area Kegiatan 1,62
Sawah 3,92
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,33
Cikatomas Kebun/Perkebunan 4,05
Permukiman/Area Kegiatan 2,85
Jalur
Sawah 1,95
F
Semak Belukar 0,00
Pancatengah Hutan 36,17
Kebun/Perkebunan 10,45
Ladang/Tegalan 12,96
Permukiman/Area Kegiatan 27,65
Sawah 8,32
Semak Belukar 8,84
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,41
Tasikmalaya Cikatomas Hutan 6,18
Permukiman/Area Kegiatan 6,29
Sawah 0,95
Jalur
Semak Belukar 0,84
G
Pancatengah Hutan 0,00
Permukiman/Area Kegiatan 0,37
Sawah 0,00
Tasikmalaya Cikatomas Hutan 22,67
Permukiman/Area Kegiatan 6,29
Sawah 0,90
Jalur
Semak Belukar 22,34
H
Salopa Hutan 13,49
Permukiman/Area Kegiatan 4,06
Semak Belukar 4,75
Tasikmalaya Gunung- Hutan 8,33
Tanjung Kebun/Perkebunan 2,81
Ladang/Tegalan 1,53
Permukiman/Area Kegiatan 20,41
Sawah 5,37
Jatiwaras Hutan 8,58
Jalur Ladang/Tegalan 2,31
I Permukiman/Area Kegiatan 4,77
Manonjaya Hutan 6,34
Ladang/Tegalan 1,35
Permukiman/Area Kegiatan 15,24
Sawah 2,68
Salopa Hutan 13,19
Kebun/Perkebunan 19,51
Ladang/Tegalan 2,52

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-33
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Permukiman/Area Kegiatan 7,27
Sawah 9,95
Semak Belukar 1,05
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,25
Pangandaran Parigi Hutan 10,96
Jalur Permukiman/Area Kegiatan 20,58
J Sawah 4,99
Semak Belukar 0,03
Ciamis Cidolog Hutan 8,78
Kebun/Perkebunan 22,01
Ladang/Tegalan 0,54
Permukiman/Area Kegiatan 2,85
Sawah 4,54
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,27
Cimaragas Hutan 8,34
Kebun/Perkebunan 8,62
Permukiman/Area Kegiatan 11,15
Sawah 3,87
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,16
Pamarican Hutan 7,21
Kebun/Perkebunan 74,91
Jalur
K Ladang/Tegalan 4,68
Permukiman/Area Kegiatan 0,70
Sawah 10,89
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,15
Langkaplanc Hutan 23,55
Pangandaran ar Kebun/Perkebunan 84,84
Permukiman/Area Kegiatan 0,01
Sawah 6,87
Semak Belukar 5,79
Parigi Hutan 5,88
Permukiman/Area Kegiatan 3,78
Sawah 4,45
Semak Belukar 1,34
Pangandaran Parigi Hutan 37,02
Ladang/Tegalan 0,40
Jalur
Permukiman/Area Kegiatan 3,79
L
Sawah 1,19
Semak Belukar 0,11
Ciamis Banjaranyar Kebun/Perkebunan 41,82
Ladang/Tegalan 3,43
Permukiman/Area Kegiatan 12,34
Sawah 2,05
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,56
Banjarsari Kebun/Perkebunan 0,10
Permukiman/Area Kegiatan 10,42
Jalur Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,11
M Pamarican Kebun/Perkebunan 0,12
Permukiman/Area Kegiatan 2,01
Sawah 0,67
Sungai/Danau/Waduk/Situ 0,07
Pangandaran Langkaplanc Hutan 5,35
ar Kebun/Perkebunan 63,59
Permukiman/Area Kegiatan 0,03
Sawah 2,59

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-34
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Kota/ Luas
Jalur Kecamatan Jenis Penggunaan Lahan
Kabupaten (Ha)
Semak Belukar 4,32
Parigi Hutan 3,01
Kebun/Perkebunan 12,88
Permukiman/Area Kegiatan 4,24
Sawah 3,52
Semak Belukar 7,20
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

4.5 ANALISIS RONA LINGKUNGAN DAN POTENSI KERUSAKAN LINGKUNGAN


TERKAIT RENCANA KORIDOR KORIZONTAL DAN VERTIKAL (BU RANNY)
4.5.1 Mitigasi Lingkungan Jalur Rencana
Jalur 1 merupakan jalur yang banyak dihuni oleh permukiman dan tempat
kegiatan, pada jalur ini melewati daerah kabupaten bandung yang merupakan
daerah yang cukup padat, potensi yang akan di timbulkan pada daerah ini
adalah bertambahnya polusi udara yang akan terjadi dari peningkatan
penggunaan kendaraan bermotor. Jalur 1 ini melewati diantaranya daerah
Kertasari, Pangalengan, Pasir Jambu Dan Rancabali. Seperti yang sdh diketahui
daerah pangalengan, pasir jambu dan rancabali ini merupakan daerah resapan
air tanah di kota bandung dimana daerah ini sebagian besar merupakaan
daerah perkebunan dan permukiman serta konservasi sumber daya alam Jabar
Selatan dimana di daerah itu salah satunya terdapat cagar alam gunung tilu.
Di Kecamatan Cikadu Dan Takokak merupakan kawasan hutan produksi
terbatas, dan merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi berupa dimana pada daerah ini terdapat kawasan
agro techno park (ATP) kolaberes, ATP merupakan pengembangan model
pertanian yang dikembangkan secara terpadu mulai dari pertanian,
peternakan, dan perikanan dalam satu siklus produksi yang pada akhirnya
menghasilkan zero waste (nol limbah – pertanian ramah lingkungan).
Kabupaten Garut yang terlewati jalur 1 ini diantaranya adalah kecamatan
Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan Dan Singajaya. Di daerah ini jenis lahan
yang terpakai diantaranya hutan, ladang, dan permukiman. Lahan hutan yang
besar yang akan terpakai ada di kecamatan banjarwangi, dimana lahan hutan
yang akan terpakai seluas 11,17 ha dimana potensi dampak yang akan
ditimbulkan terhadap lingkungan adalah hilangnya daerah konservasi flora dan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-35
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

fauna, hialngnya daerah resapan air,terjadinya alih fungsi lahan yang


mengakibatkan berkurangnya RTH. Sedangkan untuk permukiman paling
banyak ada di daerah pamulihan, dimana potensi dampak yang akan
ditimbulkan terhadap lingkungan adalah terjadinya alih fungsi lahan yang
mengakibatkan berkurangnya RTH.
Kabupaten Sukabumi yang terlewati jalur 1 diantaranya daerah simpenan,
jampag tengah, lengkong, dan purabaya. Jenis lahan pada jalur ini merupakan
kebu/perkebunan, ladang, sawah dan permukiman.ladang terbesar terdpat di
daerah lengkong dimana luasan nya adalah 10,95 ha. dimana potensi dampak
yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan adalah terjadinya alih fungsi lahan
yang mengakibatkan berkurangnya RTH. Di daerah jampang tengah, terdapat
daerah yang merupakan kawasan perlindungan setempat dikarenakan terdapat
sepadan sungai (cimandiri tengah), selain itu merupakan kawasan sekitar mata
air. konservasi sumber daya air adalah usaha untuk memelihara keberadaan,
sifat dan fungsi, serta keberlanjutan sumber daya air supaya senantiasa
tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai guna memenuhi
kebutuhan makhluk hidup, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan
datang.
Sedangkan pada jalur 2 horizontal ini merupakan jalur yang melewati
Pangandaran-Garut-Tasikmalaya-Kec Langkap Lancer-Parigi- Sidamulih-
Singajaya-Selawu-Salopa-Mangunreja-Sukaraja. Pada kecamatan langkap
lancar kabupaten pangandaran daerah ini merupakan daerah resapan air,
daerah langkap lancer ini ditetapkan sebagai daerah resapan air dimana
daerah masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga
membentuk suatu aliran air tanah yang mengalir ke daerah yang lebih rendah
oleh karena itu pemanfaatan air terutama air tanah yang meningkat secara
terus-menerus dapat menimbulkan dampak negatif bagi sumber air tanah itu
sendiri dan lingkungannya. Jika kuantitas dan kualitas airtanah terus
berkurang, maka akan memberikan dampak buruk baik sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup. Penggunaan air tanah yang terus meningkat harus diiringi
dengan perencanaan pengelolaan yang baik. Hal ini dikarenakan jika
pemanfaatan airtanah yang secara besar- besaran, namun tidak diimbangi
dengan pengelolaan sumber airtanah yang baik, maka lambat laun keberadaan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-36
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

airtanah akan semakin punah dari muka bumi ini dan akan berdampak buruk
bagi seluruh makhluk hidup.
Di kecamatan Parigi dan Sidamulih, terdapat daerah yang merupakan
merupakan daerah hutan bakau dan menjadi daerah Pengembangan
laboratorium alam pada kawasan cagar alam, taman wisata alam, dan hutan
bakau dan juga daerah konservasi pesisir laut. Tanah di bawah hutan bakau
sangat dalam sehingga dapat menyimpan karbon empat kali lebih banyak
dibandingkan hutan lain. Jadi, membuka hutan bakau akan memperburuk
perubahan iklim. Sebaliknya melestarikan dan menanam pohon bakau akan
membantu memperlambat laju perubahan iklim. Hutan bakau adalah hutan
yang tumbuh di lumpur payau (campuran air asin dan tawar) sepanjang pantai.
Hutan bakau sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan lainnya. Hutan
bakau juga sangat penting untuk kehidupan, kesehatan, dan keselamatan
manusia – baik di Indonesia maupun di seluruh penjuru dunia.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-37
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Tabel 4.14. Analisa lingkungan Pada Jalur Rencana Kajian Jawa Barat Selatan

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
1 1 Horizontal Cianjur Sukanagara
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Sosialisasi Jalur Evakuasi Tsunami 1.Dinas DPKP3
2.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 2.Dinas Tata Ruang
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 3. Dinas Perhutani
3.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 4.dinas kom dan info
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari dll) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
2 1 Horizontal Bandung Kertasari
saluran/parit jebakan, bangunan bendung penahan)
4 Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
5. Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
3 1 Horizontal Cianjur Cikadu 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen)
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
4 1 Horizontal Cianjur Sukanagara
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
5 1 Horizontal Cianjur Takokak
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
6 1 Horizontal Garut Banjarwangi
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
7 1 Horizontal Garut Cikajang
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-38
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
8 1 Horizontal Garut Pamulihan
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
9 1 Horizontal Garut Singajaya saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara
Jampangtenga vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
10 1 Horizontal Sukabumi
h tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-39
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
11 1 Horizontal Sukabumi Nyalindung
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
12 1 Horizontal Sukabumi Purabaya
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
13 1 Horizontal Sukabumi Simpenan
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
14 1 Horizontal Cianjur Cibinong
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
15 1 Horizontal Cianjur Sukanagara
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
16 1 Horizontal Garut Cikajang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
17 1 Horizontal Garut Cisurupan
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
18 1 Horizontal Garut Pamulihan
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
Jalur 2 Jampangtenga 1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
19 Sukabumi
Horizontal h KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-40
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 2 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
20 Sukabumi Lengkong
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 2 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
22 Sukabumi Purabaya
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 2 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
23 Sukabumi Simpenan
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 5.NGO lingkungan
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
Jalur 2 Kecamatan saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
24 Pangandaran
Horizontal Parigi 6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 2 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
25 Garut Singajaya
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-41
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
Jalur 2 Kecamatan
26 Pangandaran 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
Horizontal Cigugur
3. penerapan Manajemen persampahan serta penentuan teknologi 4. Dinas Kebersihan
TPA berdasarkankan rencana pembangunan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 5.NGO lingkungan
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system, 6. Dinas kebersihan
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
Jalur 2 Kecamatan 6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
27 Pangandaran
Horizontal Cigugur and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
apan Manajemen persampahan serta penentuan teknologi TPA
berdasarkankan rencana pembangunan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai
Jalur 2 Kecamatan 5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 5.NGO lingkungan
28 Pangandaran
Horizontal Sidamulih vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-42
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
29 garut singajaya
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
30 cianjur agrabinta
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
31 cianjur cijati
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
32 Cianjur Leles
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
33 Garut Cibalong
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
34 Garut Cibalong
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
35 Garut Singajaya
Horizontal 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 Kecamatan
36 Pangandaran KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
Horizontal Parigi
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-43
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 5.NGO lingkungan
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 5.NGO lingkungan
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
Jalur 3 Kecamatan saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
37 Pangandaran
Horizontal Parigi 6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
Jalur 3 Kecamatan KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
38 Pangandaran
Horizontal Parigi 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-44
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) 4. badan pengelola daerah
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara Aliran sungai
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system, 5.NGO lingkungan
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 5.NGO lingkungan
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
Jalur 3 Kecamatan saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
39 Pangandaran
Horizontal Parigi 6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
40 Jalur A Sukabumi Ciemas 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) Aliran sungai

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-45
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
8.pemanfaatan serta perbaikan daerah hulu hingga hilir untuk DAS
dan Danau harus direncanakan secara bersama dengan melibatkan
beberapa stake holder wilayah daerah Aliran.
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
41 Jalur A Sukabumi Simpenan
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
42 Jalur B Cianjur Agrabinta
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
4. informasi tsunami dan jalur evakuasi 5. dinas komunikasi dan
informasi
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
43 Jalur B Cianjur Cijati
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
4. informasi tsunami dan jalur evakuasi 5. dinas komunikasi dan
informasi
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
44 Jalur B Cianjur Leles
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
45 Jalur C Garut Cibalong 2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) pantai dan pesisir

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-46
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Nama Nama Nama


No Upaya Pengelolaan Lingkungan
Jalur Kabupaten Kecamatan Stake Holder
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 5. NGO lingkungan
vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
46 Jalur D Garut Cibalong
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
47 Jalur D Garut Singajaya
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. Dinas Kebersihan
1.Penerapan Peraturan serta pemantauan pembangunan mengenai 1.Dinas DPKP3
KDB(koeefisien dasar Bangunan) dan KDH(koefisien daerah Hijau) 2.Dinas Tata Ruang
2.Penanaman ulang Pohon yang tertebang akibat pembangunan 3. Dinas Perhutani
3. penerapan Manajemen persampahan 4. badan pengelola daerah
4. kajian megenai SFm(sustainable forest Manajemen) pantai dan pesisir
5.Melakukan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah baik secara 5. NGO lingkungan
Kecamatan vegetative (reboisasi, hutan kemasyarakatan, strip cropping system,
48 Jalur D Pangandaran Langkap tumpangsari) maupun secara mekanis/teknis (terasering,
Lancar saluran/parit jebakan,bangunan bendung penahan)
6.Melakukan imbuhan buatan, dengan cara sistem imbas, injeksi, ditch
and forrow dan spreading recharge terhadap daerah resapan air
tanah).
7.Pembuatan sistem peresapan air hujan seperti sumur resapan atau
parit resapan.
9. pelestarian Konservasi Hutan Bakau
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-47
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Tabel 4.1 Analisa Mitigasi Bencana Pada Jalur Rencana Kajian Jawa Barat Selatan
Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
pada jalur 1 horizontal Kecamatan Sukanagara
merupakan Daerah rawan longsor Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Cianjur menginformasikan, bahwa
daerah bencana terdapat pada lereng perbukitan
berelief kasar dengan kemiringan antara 25° - 50°.
Ketidak stabilan kondisi geologi mengakibatkan
Kabupaten Cianjur berada di wilayah yang potensial
rawan bencana alam terutama bencana alam gerakan
tanah/longsor. Bencana gerakan tanah di wilayah
Kabupaten Cianjur hampir terjadi setiap tahun.
sukanegara Penyebabnya antara lain karena curah hujan yang
1 1 Horizontal Cianjur Sukanagara merupakan daerah tinggi, topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan
rawan longsor lereng yang bervariasi dan kondisi vegetasi yang tidak
cukup baik di beberapa tempat. Isu penting yang terjadi
terkait factor kebencanaan ini dikarenakan, Wilayah
Kabupaten Cianjur berada di wilayah yang potensial
rawan bencana alam terutama akibat ketidakstabilan
kondisi geologinya serta gerakan tanah, Alih fungsi
lahan yang pesat seiring dengan laju pertumbuhan
penduduk, Penurunan ruang terbuka hijau yang dapat
menyebabkan turunnya daerah resapan serta
Tumbuhnya permukiman di daerah rawan bencana dan
di bantaran sungai. Selain itu Wilayah Kabupaten

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-48
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
Cianjur juga terletak pada pertemuan lempeng tektonik
Eurasia dan Australia.
kertasari merupakan
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Kertasari merupakan
2 1 Horizontal Bandung Kertasari daerah evakuasi untuk
daerah evakuasi untuk bencana tsunami.
bencana tsunami
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Cikadu merupakan
kecamatan yang termasuk kedalam kawasan rawan
gerakan tanah longsor Badan Penaggulangan Bencana
Daerah Kabupaten cianjur menerangkan bahwa Longsor
atau Pergerakan Tanah seringkali dipicu oleh curah
hujan tinggi dan terjadi selama beberapa hari. Struktur
tanah yang labil sangat mudah mengalami longsor
hingga mengakibatkan bencana khususnya bagi
merupakan masyarakat yang berada di posisi lebih rendah. Tanah
kecamatan yang longsor juga dapat dipicu oleh getaran gempa hingga
termasuk kedalam merontokkan struktur tanah di atas. faktor yang
3 1 Horizontal Cianjur Cikadu
kawasan rawan mempengaruhi terjadinya tanah longsor terdiri dari
gerakan tanah faktor pengontrol dan faktor pemicu. Faktor pengontrol
(longsor). longsor diantaranya adalah kondisi geomorfologi
(kemiringan lereng), kondisi geologi, kondisi tanah,
kondisi iklim, kondisi hidrologi, dan penggunaan lahan.
Dengan adanya faktor pengontrol longsor, longsor
belum akan terjadi apabila tidak ada proses atau kondisi
yang memicu longsor. Faktor pemicu adalah proses
yang merubah kondisi lereng dari kondisi rentan longsor
menjadi benarbenar longsor. Faktor pemicu longsor
adalah infiltrasi air hujan, getaran dan aktivitas manusia.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-49
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Sukanagara
merupakan kecamatan yang termasuk kedalam
kawasan rawan gerakan tanah longsor Badan
Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten cianjur
sukanegara
menerangkan bahwa Longsor atau Pergerakan Tanah
merupakan daerah
seringkali dipicu oleh curah hujan tinggi dan terjadi
4 1 Horizontal Cianjur Sukanagara kawasan rawan
selama beberapa hari. Struktur tanah yang labil sangat
gerakan tanah(
mudah mengalami longsor hingga mengakibatkan
longsor)
bencana khususnya bagi masyarakat yang berada di
posisi lebih rendah. Tanah longsor juga dapat dipicu
oleh getaran gempa hingga merontokkan struktur tanah
di atas.
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Takokak merupakan
kecamatan yang termasuk kedalam kawasan rawan
gerakan tanah longsor Badan Penaggulangan Bencana
Daerah Kabupaten cianjur menerangkan bahwa Longsor
termasuk kawasan atau Pergerakan Tanah seringkali dipicu oleh curah
5 1 Horizontal Cianjur Takokak rawan gerakan tanah hujan tinggi dan terjadi selama beberapa hari. Struktur
(longsor) tanah yang labil sangat mudah mengalami longsor
hingga mengakibatkan bencana khususnya bagi
masyarakat yang berada di posisi lebih rendah. Tanah
longsor juga dapat dipicu oleh getaran gempa hingga
merontokkan struktur tanah di atas.
kecamatan pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Banjarwangi
banjarwangi termasuk termasuk ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan
6 1 Horizontal Garut Banjarwangi ke dalam daerah kawasan rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
kerentanan gempa penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
bumi, dan kawasan Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-50
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
yang berpotensi merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
rawan gerakan tanah dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
(longsor)
kecamatan cikajang
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Cikajangtermasuk ke
termasuk ke dalam
dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
daerah kerentanan
rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
gempa bumi, dan
7 1 Horizontal Garut Cikajang penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
kawasan yang
Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
berpotensi rawan
merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
gerakan tanah
dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
(longsor)
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Pamulihan termasuk
kecamatan pamulihan ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
termasuk yang rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
8 1 Horizontal Garut Pamulihan berpotensi rawan penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
gerakan tanah Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
(longsor) merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
kecamatan singajaya
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Singajaya termasuk
ermasuk ke dalam
ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
daerah kerentanan
rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
gempa bumi, dan
9 1 Horizontal Garut Singajaya penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
kawasan yang
Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
berpotensi rawan
merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
gerakan tanah
dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
(longsor)
termasuk kedalam paja jalur 1 Horizontal Kecamatan Jampang tengah
10 1 Horizontal Sukabumi Jampangtengah
daerah rawan banjir termasuk kedalam daerah rawan banjir. kondisi

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-51
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
hidrologi di wilayah Kabupaten Sukabumi meliputi Air
tanah dan air permukaan. Air tanah terlihat dengan
permunculan
mata air yang berasal dari lembah/kaki perbukitan,
sedangkan air permukaan terdiri atas sungai-sungai dan
anak sungai yang membentuk 6 (enam) Daerah Aliran
Sungai (DAS), yaitu DAS Cimandiri, DAS Cileutah, DAS
Cikarang, DAS Cikaso, DAS Cibuni dan DAS Cibareno.
Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Sukabumi
mengalir sepanjang tahun. Masalah utama yang
dihadapi oleh sungai-sungai yang ada di Kabupaten
Sukabumi adalah terjadi banjir. Masalah banjir ini terjadi
akibat adanya erosi lateral dan pendangkalan
dibeberapa tepian sungai-sungai tersebut. Banjir
terutama terjadi pada DAS Cimandiri
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Nyalindung
merupakan daerah rawan longsor dan gempa bumi
berdasarkan laporan BPBD Sukabumi secara morfologi
kecamatan nyalindung merupakan daerah yang memiliki
daerah dengan tingkat kemiringan lereng sedang - terjal
merupakan daerah
7-30% kemiringan dan daerah dengan ketinggian 800 -
11 1 Horizontal Sukabumi Nyalindung rawan longsor dan
900 m diatas permukaan laut. Beberapa faktor yang
gempa bumi
menyebabkan pergerakan tanah di beberapa daerah
kecamatan Nyalindung adalah curah hujan yang tinggi
dan berdurasi lama, system drainase di permukaan yang
kurang baik, pemotongan lereng untuk pemukiman dan
jalan provinsi dilakukan pada pada lereng yang curam.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-52
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Purabaya merupakan
daerah rawan longsor dan gempa bumi serta banjir dan
tsunami BPBD Sukabumi mengeluarkan laporan wilayah
potensi gerakan tanah di Kabupaten Sukabumi untuk
2019. Tercatat bahwa kecamatan Purabaya memiliki
potensi bencana dengan skala menegah-tinggi. Dimana
potensi Menengah adalah daerah yang mempunyai
merupakan daerah potensi menegah untuk derakan tanah. pada zona ini
12 1 Horizontal Sukabumi Purabaya
rawan gempa bumi dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir, tebing, jalan atau jika lereng
mengalami gangguan. Potensi tinggi merupakan daerah
yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan
tanah. pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika
curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah
lama dapat aktif kembali.
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Simpenan
merupakan daerah rawan longsor dan gempa bumi
serta banjir dan tsunami BPBD Sukabumi mengeluarkan
laporan wilayah potensi gerakan tanah di Kabupaten
merupakan daerah Sukabumi untuk 2019. Tercatat bahwa kecamatan
rawan longsor dan Simpenan memiliki potensi bencana dengan skala
13 1 Horizontal Sukabumi Simpenan
gempa bumi serta menegah-tinggi. Dimana potensi Menengah adalah
banjir dan tsunami daerah yang mempunyai potensi menegah untuk
derakan tanah. pada zona ini dapat terjadi gerakan
tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada
daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,
tebing, jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-53
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
Potensi tinggi merupakan daerah yang mempunyai
potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. pada zona
ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif
kembali.
pada jalur 1 Horizontal Kecematan cibinong merupakan
daeran rawan longsor Berdasarkan Peta Prakiraan
Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Kabupaten
Cianjur pada bulan Oktober 2017 (Badan Geologi, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Kecamatan
Cibinong termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah
menengah artinya daerah ini mempunyai tingkat
kerentanan menengah hingga tinggi untuk terjadi
gerakan tanah.Pada zona ini dapat terjadi gerakan
tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan
merupakan daerah gerakan tanah.
14 1 Horizontal Cianjur Cibinong
rawan longsor Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadi Gerakan
Tanah Kabupaten Berdasarkan Peta Zona Kerentanan
Gerakan Tanah Lembar Jawa Bagian Barat (PVMBG,
2004), wilayah Desa Cimaskara, Kecamatan Cibinong,
dan sekitarnya, masuk ke dalam Zona Gerakan Tanah
Menengah artinya daerah ini mempunyai tingkat
kerentanan menengah untuk terkena gerakan tanah.
Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah
hujan diatas normal, terutama pada daerah yang
berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan
atau jika lereng mengalami gangguan.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-54
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Sukanagara
merupakan kecamatan yang termasuk kedalam
kawasan rawan gerakan tanah longsor Badan
Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten cianjur
menerangkan bahwa Longsor atau Pergerakan Tanah
sukanegara
seringkali dipicu oleh curah hujan tinggi dan terjadi
15 1 Horizontal Cianjur Sukanagara merupakan daerah
selama beberapa hari. Struktur tanah yang labil sangat
rawan longsor
mudah mengalami longsor hingga mengakibatkan
bencana khususnya bagi masyarakat yang berada di
posisi lebih rendah. Tanah longsor juga dapat dipicu
oleh getaran gempa hingga merontokkan struktur tanah
di atas.
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Cikajang termasuk
merupakan daerah ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
rawan longsor dan rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
16 1 Horizontal Garut Cikajang gempa bumi serta penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
banjir dan tanah Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
longsor merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Cisurupan Kabupaten
Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat
merupakan daerah yang rawan terhadap bencana geologi yaitu bencana
rawan gempa bumi letusan gunungapi. Kabupaten Garut memiliki dua buah
17 1 Horizontal Garut Cisurupan
serta banjir dan tanah gunungapi aktif yaitu Gunung Guntur yang berada di
longsor wilayah Kecamatan Tarogong Kaler, Leles dan
Samarang, dan Gunung Papandayan yang berada di
wilayah Kecamatan Cisurupan.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-55
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Pamulihan termasuk
ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
merupakan daerah
18 1 Horizontal Garut Pamulihan penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
rawan tanah longsor
Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
paja jalur 2 Horizontal Kecamatan Jampang tengah
termasuk kedalam daerah rawan banjir. kondisi
hidrologi di wilayah Kabupaten Sukabumi meliputi Air
tanah dan air permukaan. Air tanah terlihat dengan
permunculan
mata air yang berasal dari lembah/kaki perbukitan,
sedangkan air permukaan terdiri atas sungai-sungai dan
anak sungai yang membentuk 6 (enam) Daerah Aliran
Jalur 2 termasuk kedalam
19 Sukabumi Jampangtengah Sungai (DAS), yaitu DAS Cimandiri, DAS Cileutah, DAS
Horizontal daerah rawan banjir
Cikarang, DAS Cikaso, DAS Cibuni dan DAS Cibareno.
Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Sukabumi
mengalir sepanjang tahun. Masalah utama yang
dihadapi oleh sungai-sungai yang ada di Kabupaten
Sukabumi adalah terjadi banjir. Masalah banjir ini terjadi
akibat adanya erosi lateral dan pendangkalan
dibeberapa tepian sungai-sungai tersebut. Banjir
terutama terjadi pada DAS Cimandiri
pada jalur 2 Horizontal kecamatan Lengkong merupakan
Jalur 2 merupakan daerah daerah rawan gempa bumi. Menurut BPBD Dari peta
20 Sukabumi Lengkong
Horizontal rawan gempa bumi tingkat kerawanan gempabumi Kabupaten dan Kota
Sukabumi nampak bahwa zona sesar memberi

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-56
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
kontribusi yang cukup signifikan dibanding kriteria yang
lain walaupun secara perhitungan diberi bobot yang
sama. Daerah yang memiliki tingkat kerawanan
gempabumi tinggi terdapat pada kecamatan
Pelabuhanratu, bergerak ke timur, melalui kecamatan
Lengkong, Kec. Warungkiara, Kec. Jampang Tengah,
Kec. Nyalindung, Kec. Baros, Kec. Cisaat, Kec.
Gegerbitung, dan Kec. Sukabumi. Jika dilihat pada peta
geologi pada daerah-daerah tersebut merupakan zona
sesar Cimandiri dan sesar-sesar ikutannya. Dalam
catatan sejarah tercatat bahwa ada beberapa gempa
merusak yang terjadi akibat pergerakan zona sesar ini
antara lain gempabumi Gandasoli tahun 1982 dan
gempabumi Cibadak tahun 2000.
pada jalur 2 Horizontal Kecamatan Purabaya merupakan
daerah rawan longsor dan gempa bumi serta banjir dan
tsunami BPBD Sukabumi mengeluarkan laporan wilayah
potensi gerakan tanah di Kabupaten Sukabumi untuk
2019. Tercatat bahwa kecamatan Purabaya memiliki
potensi bencana dengan skala menegah-tinggi. Dimana
Jalur 2 merupakan daerah potensi Menengah adalah daerah yang mempunyai
22 Sukabumi Purabaya
Horizontal rawan gempa bumi potensi menegah untuk derakan tanah. pada zona ini
dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir, tebing, jalan atau jika lereng
mengalami gangguan. Potensi tinggi merupakan daerah
yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan
tanah. pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-57
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah
lama dapat aktif kembali.
pada jalur 2 Horizontal Kecamatan Simpenan
merupakan daerah rawan longsor dan gempa bumi
serta banjir dan tsunami BPBD Sukabumi mengeluarkan
laporan wilayah potensi gerakan tanah di Kabupaten
Sukabumi untuk 2019. Tercatat bahwa kecamatan
Simpenan memiliki potensi bencana dengan skala
menegah-tinggi. Dimana potensi Menengah adalah
merupakan daerah
daerah yang mempunyai potensi menegah untuk
Jalur 2 rawan longsor dan
23 Sukabumi Simpenan derakan tanah. pada zona ini dapat terjadi gerakan
Horizontal gempa bumi serta
tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada
banjir dan tsunami
daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,
tebing, jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Potensi tinggi merupakan daerah yang mempunyai
potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. pada zona
ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif
kembali.
merupakan daerah
Pengembangan dan Jalur 2 Horizontal Kecamatan Parigi Kabupaten
Jalur 2
24 Pangandaran Kecamatan Parigi peningkatan jalur dan Pangandaran merupakan daerah pengembangan dan
Horizontal
ruang evakuasi peningkatan jalur dan ruang evakuasi bencana tsunami.
bencana tsunami;
kecamatan singajaya pada jalur 2 Horizontal Kecamatan Pamulihan termasuk
Jalur 2 termasuk ke dalam ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
25 Garut Singajaya
Horizontal daerah kerentanan rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
gempa bumi, dan penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-58
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
kawasan yang Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
berpotensi rawan merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
gerakan tanah dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
(longsor)
jalur 2 Horizontal Kecamatan Cigugur Kabupaten
Jalur 2 rencana
26 Pangandaran Kecamatan Cigugur Pangandaran direncanakan menjadi daerah
Horizontal pembangunan TPA
pembangunan TPA
Menerapkan
penanganan akhir
jalur 2 Horizontal Kecamatan Cigugur Kabupaten
Jalur 2 sampah di TPPAS
27 Pangandaran Kecamatan Cigugur Pangandaran menerapkan penanganan akhir sampah di
Horizontal secara controlled
TPPAS secara controlled landrill atau sanitary landrill
landfill atau sanitary
landfill
merupakan daerah
Pengembangan dan Jalur 2 Horizontal Kecamatan Sidamulih Kabupaten
Jalur 2
28 Pangandaran Kecamatan Sidamulih peningkatan jalur dan Pangandaran merupakan daerah pengembangan dan
Horizontal
ruang evakuasi peningkatan jalur dan ruang evakuasi bencana tsunami.
bencana tsunami;
kecamatan singajaya
pada jalur 3 Horizontal Kecamatan Pamulihan termasuk
ermasuk ke dalam
ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
daerah kerentanan
rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
Jalur 3 gempa bumi, dan
29 garut singajaya penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
Horizontal kawasan yang
Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
berpotensi rawan
merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
gerakan tanah
dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
(longsor)

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-59
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
merupakan daerah
pengembangan sistem jalur 3 Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur
Jalur 3
30 cianjur agrabinta pengendali banjir dan merupakan daerah pengembangan sistem pengendalian
Horizontal
jalur evakuasi banjir banjir dan jalur evakuasi banjir dan tsunami.
dan tsunami
jalur 3 Horizontal kecamatan Cijati Berdasarkan Peta
Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada
Bulan November 2016 di Kabupaten Cianjur (Badan
Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
merupakan daerah Geologi), kecamatan Cijati berada pada zona potensi
Jalur 3
31 cianjur cijati kawasan banjir, gerakan tanah Menengah – Tinggi, artinya pada zona ini
Horizontal
longsor, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng
mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat
aktif kembali.
jalur 3 Horizontal kecamatan Leles Berdasarkan Peta
Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada
Bulan November 2016 di Kabupaten Cianjur (Badan
Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
merupakan daerah Geologi), kecamatan Cijati berada pada zona potensi
Jalur 3
32 Cianjur Leles kawasan banjir, gerakan tanah Menengah – Tinggi, artinya pada zona ini
Horizontal
longsor, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng
mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat
aktif kembali.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-60
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
pada jalur 3 Horizontal Kecamatan Cibalong merupakan
wilayah selatan kabupaten garut yang berbatasan
dengan pantai, dimana terdapat tumbukan lempeng
samudera Indo Australia dan lempenga daratan Eurasia.
merupakan daerah Terjadinya gempa di dasar laut yang diakibatkan
Jalur 3
33 Garut Cibalong rawan gempa bumi tumbukan lempeng akan berpengaruh terhadap daerah
Horizontal
dan banjir di sepanjang pantai selatan Kabupaten garut, terutama
jika terjadinya gempa laut berpengaruh terhadap
gelombang air laut yang dikenal dengan tsunami yang
akan bergerak kearah daratan pantai selatan kabupaten
garut.
pada jalur 3 Horizontal Kecamatan Cibalong merupakan
wilayah selatan kabupaten garut yang berbatasan
dengan pantai, dimana terdapat tumbukan lempeng
samudera Indo Australia dan lempenga daratan Eurasia.
merupakan daerah Terjadinya gempa di dasar laut yang diakibatkan
Jalur 3
34 Garut Cibalong rawan gempa bumi tumbukan lempeng akan berpengaruh terhadap daerah
Horizontal
dan banjir di sepanjang pantai selatan Kabupaten garut, terutama
jika terjadinya gempa laut berpengaruh terhadap
gelombang air laut yang dikenal dengan tsunami yang
akan bergerak kearah daratan pantai selatan kabupaten
garut.
kecamatan singajaya
pada jalur 3 Horizontal Kecamatan Pamulihan termasuk
ermasuk ke dalam
ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
Jalur 3 daerah kerentanan
35 Garut Singajaya rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
Horizontal gempa bumi, dan
penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
kawasan yang
Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
berpotensi rawan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-61
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
gerakan tanah merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
(longsor) dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
merupakan daerah
Pengembangan dan Jalur 3 Horizontal Kecamatan Parigi Kabupaten
Jalur 3
36 Pangandaran Kecamatan Parigi peningkatan jalur dan Pangandaran merupakan daerah pengembangan dan
Horizontal
ruang evakuasi peningkatan jalur dan ruang evakuasi bencana tsunami.
bencana tsunami;
merupakan daerah
Pengembangan dan Jalur 3 Horizontal Kecamatan Parigi Kabupaten
Jalur 3
37 Pangandaran Kecamatan Parigi peningkatan jalur dan Pangandaran merupakan daerah pengembangan dan
Horizontal
ruang evakuasi peningkatan jalur dan ruang evakuasi bencana tsunami.
bencana tsunami;
merupakan daerah
Pengembangan dan Jalur 3 Horizontal Kecamatan Parigi Kabupaten
Jalur 3
38 Pangandaran Kecamatan Parigi peningkatan jalur dan Pangandaran merupakan daerah pengembangan dan
Horizontal
ruang evakuasi peningkatan jalur dan ruang evakuasi bencana tsunami.
bencana tsunami;
merupakan daerah
Pengembangan dan Jalur 3 Horizontal Kecamatan Parigi Kabupaten
Jalur 3
39 Pangandaran Kecamatan Parigi peningkatan jalur dan Pangandaran merupakan daerah pengembangan dan
Horizontal
ruang evakuasi peningkatan jalur dan ruang evakuasi bencana tsunami.
bencana tsunami;
pada jalur A kecamatan Ciemas merupakan daerah
rawan gempa bumi. Menurut BPBD Dari peta tingkat
merupakan daerah
40 Jalur A Sukabumi Ciemas kerawanan gempabumi Kabupaten dan Kota Sukabumi
rawan gempa bumi
Untuk daerah-daerah lain seperti Kecamatan
Kabandungan, Nagrak, Cicurug, Ciemas, Jampangkulon

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-62
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
dan Tegalbuleud merupakan daerah-daerah dengan
tingkat kerawanan yang ringan sampai sedang.
pada jalur A Horizontal Kecamatan Simpenan
merupakan daerah rawan longsor dan gempa bumi
serta banjir dan tsunami BPBD Sukabumi mengeluarkan
laporan wilayah potensi gerakan tanah di Kabupaten
Sukabumi untuk 2019. Tercatat bahwa kecamatan
Simpenan memiliki potensi bencana dengan skala
menegah-tinggi. Dimana potensi Menengah adalah
merupakan daerah
daerah yang mempunyai potensi menegah untuk
rawan longsor dan
41 Jalur A Sukabumi Simpenan derakan tanah. pada zona ini dapat terjadi gerakan
gempa bumi serta
tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada
banjir dan tsunami
daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,
tebing, jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Potensi tinggi merupakan daerah yang mempunyai
potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. pada zona
ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif
kembali.
merupakan daerah
pengembangan sistem jalur B Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur
42 Jalur B Cianjur Agrabinta pengendali banjir dan merupakan daerah pengembangan sistem pengendalian
jalur evakuasi banjir banjir dan jalur evakuasi banjir dan tsunami.
dan tsunami
merupakan daerah jalur B Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur merupakan
43 Jalur B Cianjur Cijati pengembangan sistem daerah pengembangan sistem pengendalian banjir dan
pengendali banjir dan jalur evakuasi banjir dan tsunami.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-63
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
jalur evakuasi banjir
dan tsunami
jalur B Horizontal kecamatan Leles Berdasarkan Peta
Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada
Bulan November 2016 di Kabupaten Cianjur (Badan
Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
merupakan daerah Geologi), kecamatan Cijati berada pada zona potensi
44 Jalur B Cianjur Leles kawasan banjir, gerakan tanah Menengah – Tinggi, artinya pada zona ini
longsor, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas
normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng
mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat
aktif kembali.
pada jalur C Kecamatan Cibalong merupakan wilayah
selatan kabupaten garut yang berbatasan dengan
pantai, dimana terdapat tumbukan lempeng samudera
Indo Australia dan lempenga daratan Eurasia.
merupakan daerah Terjadinya gempa di dasar laut yang diakibatkan
45 Jalur C Garut Cibalong rawan gempa bumi tumbukan lempeng akan berpengaruh terhadap daerah
dan banjir di sepanjang pantai selatan Kabupaten garut, terutama
jika terjadinya gempa laut berpengaruh terhadap
gelombang air laut yang dikenal dengan tsunami yang
akan bergerak kearah daratan pantai selatan kabupaten
garut.
pada jalur D Kecamatan Cibalong merupakan wilayah
merupakan daerah
selatan kabupaten garut yang berbatasan dengan
46 Jalur D Garut Cibalong rawan gempa bumi
pantai, dimana terdapat tumbukan lempeng samudera
dan banjir
Indo Australia dan lempenga daratan Eurasia.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-64
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Daerah Rawan
Nama Nama Bencana
No Nama Kecamatan Faktor Penyebab
Jalur Kabupaten *berdasarkan
RTRW
Terjadinya gempa di dasar laut yang diakibatkan
tumbukan lempeng akan berpengaruh terhadap daerah
di sepanjang pantai selatan Kabupaten garut, terutama
jika terjadinya gempa laut berpengaruh terhadap
gelombang air laut yang dikenal dengan tsunami yang
akan bergerak kearah daratan pantai selatan kabupaten
garut.
kecamatan singajaya
pada jalur 1 Horizontal Kecamatan Pamulihan termasuk
ermasuk ke dalam
ke dalam daerah kerentanan gempa bumi dan kawasan
daerah kerentanan
rawan gerakan tanah (longsor). Menurut pusat
gempa bumi, dan
47 Jalur D Garut Singajaya penelitian Geoteknologi- LIPI menjelaskan Kecamatan
kawasan yang
Banjarwangi, Cikajang, Pamulihan, Singajaya
berpotensi rawan
merupakan daerah yang mempunyai kemiringan lebih
gerakan tanah
dari 25 - 40 % kemiringan (kategori curam).
(longsor)
merupakan daerah
Pengembangan dan Jalur D Horizontal Kecamatan Langkap Lanca Kabupaten
Kecamatan Langkap
48 Jalur D Pangandaran peningkatan jalur dan Pangandaran merupakan daerah pengembangan dan
Lancar
ruang evakuasi peningkatan jalur dan ruang evakuasi bencana tsunami.
bencana tsunami;
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-65
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

4.5.2 Mitigasi Lingkungan Kawasan Pengembangan Baru


A. Analisa Ekologis dan Lingkungan Permukiman pada Spoting
Kawasan Pengembangan
Dalam pembangunan wilayah permukiman yang berwawasan lingkungan,
diperlukan adanya suatu pemahaman tentang ekologi arsitektur. Ekologi
biasanya dimengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi. Unsur ekologi
meliputi segala jenis makhluk hidup (tumbuhan binatang, manusia) dan
lingkunganya (cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban, topografi, dan
sebagainya). Sedangkan ekologi Asitektur atau yang biasa disebut dengan
Eko-Arsitektur adalah: pertama Holistis mengandung makna berhubungan
dengan system keseluruhan, sebagai suatu kesatuan yang lebih penting
daripada sekedar kumpulan bagian. Kedua memanfaatkan pengalaman
manusia (tradisi dalam pembangunan) dan pengalaman lingkungan alam
terhadap manusia. Ketiga pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai
kenyataan tertentu yang statis. Keempat kerja sama antara manusia dengan
alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak (manusia dan alam)
(Frick, 1998). Tujuan setiap perencanaan ekologi arsitektur adalah
kenyamanan penghuni. Sedangkan kenyamanan itu sendiri sangat ditentukan
oleh imaterial dan material. Imaterial meliputi kebudayaan dan kebiasaan
manusia, dan material mencakup iklim, kelembapan, bau dan pencemaran
udara, radiasi alam dan radiasi buatan, serta bahan bangunan, bentuk
bangunan, struktur bangunan, warna dan pencahayaan. Permasalahan utama
yang di hadapi atau terjadi di lingkungan tropika Indonesia adalah hilangnya
air melalui aliran permukaan tanah sangat merugikan bagi keseimbangan
alam, karena air tidak dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. Aliran
permukaan yang tidak terkendali akan menyebabkan erosi tanah. Sedangkan
Erosi tanah sendiri akan mengurangi kemampuan tanah untuk menyimpan air
(Sugiyarto, 2007). Menurut Sitanala Arsyad, (1989) bahwa faktor yang
mempengaruhi terjadinya erosi ada lima yaitu (Arsyad, 1989):
 Iklim menentukan nilai indeks erisivitas hujan (kemampuan besar kecilnya
energi untuk terjadi erosi)

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-66
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

 Tanah menentukan besar kecilnya laju pengikisan yang dinyatakan dengan


indek erodibilitas (kepekaan tanah terhadap energi yang menyebabkan
erosi)
 Topografi menentukan laju aliran permukaan yang mampu
menghanyutkan partikel tanah
 Tanaman penutup (vegetasi) memiliki peranan untuk melindungi tanah
dari terpaan titik-titik air hujan, mengurangi laju aliran permukaan,
meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas serapan air didalam tanah.
 Manusia dapat berperan positif maupun negatif, tergantung proporsi
kegiatannya yang mengarah pada perbaikan atau perusakan ekosistem.
Potensi yang diperkirakan akan terjadi dalam pembentukan kawasan
permukiman ini diantaranya adalah terjadinya alih fungsi lahan yang
mengakibatkan berkurangnya RTH, penigkatan volume sampah domestic
karena aktifitas rumah tangga, dimana sampah yang dihasilkan berupa
sampah aerobic dan sampah anaerobic, penurunnya kualitas air tanah akibat
penggunaan konsumsi air tanah untuk kegiatan rumah tangga, pencemaran
udara yang dihasilkan dari penggunaan kendaraan bermotor penduduk, dan
pembangunan yang melanggar tata ruang seperti pemanfaatan RTH yang
dipergunakan menjadi permukiman dan rumah penduduk.

B. Analisa Ekologis dan Lingkungan Industri pada Spoting Kawasan


Pengembangan
Setiap jenis industri menggunakan bahan baku utama dan bahan pembantu
dalam proses produksinya. Bahan-bahan tersebut umumnya menggunakan
senyawa/unsur kimia yang mengandung B3/logam berat, dan produk
sampingannya berupa limbah diperkirakan juga mengandung unsur-unsur
yang sama seperti bahan bakunya Limbah tersebut apabila masuk ke dalam
badan air/sungai, dan airnya dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian,
maka akan terjadi penimbunan bahanbahan beracun (B3) di dalam tanah,
selanjutnya unsur-unsur B3 tersebut akan ikut terserap tanaman dan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-67
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

terakumulasi di dalam jaringan tanaman. Konsep ekologi industri terkait secara


dekat dengan proses produksi bersih (cleaner production) dan merupakan
komplementer satu dengan lainnya. Kedua konsep melibatkan pencegahan
pencemaran dalam rangka melindungi lingkungan dan meningkatkan efisiensi
ekonomi. Produksi bersih lebih memfokuskan pada aspek pengurangan limbah,
sementara ekologi industri lebih menekankan pada pendauran suatu limbah
yang terbentuknya tidak bisa dihindari (unavoidably produced waste) dengan
mensinergikan antara unit satu dengan lainnya atau antara satu industri
dengan industri lainnya. Selain terjadi pemanfaatan suatu material yang
dihasilkan oleh suatu unit oleh unit lain, juga dimungkinkan terjadinya integrasi
energi dari suatu unit oleh unit lain di dalam suatu kawasan.
Berdasrkan survey lapangan kawasan yang termasuk kedalam kawasan
industry sukabumi yaitu daerah ciambar, kecamatan cikembar, kecamatan
gunngguruh, purabya, pelabuhan ratu, cibitung serta tegal buled, untuk
daerah garut leles, limbangan, selawi, dan cibatu, untuk daerah kabupaten
ciamis maka berdasarkan RTRW maka kawasan industry didaerah
pangandaran di pusatkan di cimerak sedangkan untuk daerah tasik akan di
fokuskan di daerah tasikmalaya bagian utara dimana rencana ini ditentukan
berrdasarkan rencana pembangunan tol cileunyi-garut- tasik(cigatas).
Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern berhubungan
langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian
sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya
alam secara besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan mengakibatkan
berbagai dampak negatif yang terasa dalam waktu yang relatif cepat maupun
dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya
dan pola pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu
pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
(* DR. Arief Zulkifli- Kawasan indutri berwawasan lingkungan)
mereka
Kegiatan industri, selain memproduksi barang atau bahan juga menghasilkan
limbah, baik limbah padat maupun cair. Sebagian besar pelaku industri

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-68
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

membuang limbah cair ke lingkungan melalui badan air/sungai. Sebelum


dibuang, limbah tersebut harus memenuhi standar/kriteria baku yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Limbah harus diolah terlebih dahulu melalui
instalasi pengolah limbah (IPAL), karena limbah yang dihasilkan diperkirakan
masih mengandung unsur-unsur/senyawa kimia yang sama seperti bahan
baku yang digunakan dalam proses industri tersebut. Di dalam IPAL, limbah
industri diolah secara fisik, kimia, dan biologi. Bahan-bahan yang digunakan
dalam pengolahan limbah terutama pengolahan secara. kimia umumnya
bahan/senyawa kimia untuk menetralisir atau meniadakan unsur-usur
B3/logam berat dalam limbah, atau untuk menstimulir kehidupan
mikroorganisme di dalam limbah, sebelum limbah tersebut akhirnya aman
dibuang ke lingkungan, dan memenuhi syarat baku mutu limbah industri yang
ditetapkan oleh pemerintah. Namun demikian, banyak diantara para pelaku
industri belum mengoptimalkan penggunaan IPAL akibat harga bahan-bahan
kimia yang digunakan tergolong mahal, sehingga limbah yang dibuang ke
lingkungan masih mengandung bahan-bahan atau senyawa beracun. Selain itu
masih terdapat beberapa unsur logam berat/B3 tertentu luput dari ketentuan
bakumutu limbah industri yang ditetapkan oleh pemerintah. Pencemaran yang
terjadi pada lahan pertanian dan sekitarnya, terutama pada tanah, air atau
badan air, dan tanaman/produk yang dihasilkan sudah semakin terasa dan
meluas. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah dan air pada lahan
sawah di sekitar lokasi industri banyak yang telah mengalami pencemaran,
termasuk bagian tanaman dan produk yang dihasilkan mengandung unsur-
unsur logam berat/B3 yang dapat membahayakan kesehatan manusia
(Ramadhi, 2002; Suganda et al., 2003; Undang Kurnia et al., 2003). Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah
pemulihan atau rehabilitasi tanah sebagai media tumbuh tanaman dan badan
air atau sungai yang digunakan sebagai sumber air pengairan, sehingga tidak
lagi mengandung atau berkurang kandungan logam berat/B3-nya. Oleh sebab
itu, sumber penyebab terjadinya pencemaran, baik itu sebagai bahan baku
utama industri ataupun bahan pembantu termasuk untuk pengolahan limbah

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-69
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

perlu diwaspadai, diteliti dan dipelajari dengan cermat dan seksama, sehingga
upaya pengendalian dan penanggulangannya dilakukan lebih tepat dan
terarah. Rehabilitasi atau remediasi dilakukan terhadap objek yang terkena
dampak, dalam hal ini adalah tanah, air tanah, dan badan air/sungai sebagai
sumber air pertanian.

C. Analisa Ekologis dan Lingkungan Pariwisata pada spoting Kawasan


Pengembangan
Pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik.
Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak
karena sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan
(Inseparability). Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan
Tuhan yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti
sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi
lingkungan alam untuk dapat menikmatinya.Lingkungan fisik adalah daya tarik
utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi lingkungan alam (flora dan
fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan lingkungan buatan (situs
kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan peninggalan sejarah).
Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan
bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang
dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna
keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak
selamanya simbiosa yang mendukung dan menguntungkan sehingga upaya
konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya
berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru
memunculkan konflik. Potensi yang dapat muncul pada pembentukan kawasan
pariwisata ini diantaranya :
1. Perubahan mata pencaharian masyarakat dimana para masyarakat yang
memiliki mata pencaharian sebagai petani akan beralih menjadi
pedagang,

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-70
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

2. Relokasi dan pemebebasan lahan permukiman masyarakat akan berubah


mengikuti penataan kawasan pariwisata,
3. Timbulan sampah yang meningkat akibat kunjungan dari para turis
domestik dan turis asing,
4. Penggunaan konsumsi air bersih yang meningkat dari para pengunjung
dan masyarakat sekitar
5. Peningkatan jumlah air limbah kotor akibat aktifitas pariwisata.
Selain potensi diatas Dampak pembentukan kawasan pariwisata terhadap
lingkungan fisik juga dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Air
Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian
linen hotel) dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu
mencemari laut, danau dan sungai. Air juga mendapatkan polusidari
buangan bahan bakar minyak alat transportasi air seperti dari kapal
pesiar.Akibat dari pembuangan limbah, maka lingkungan terkontaminasi,
kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air,
nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut berubah dari
warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan
laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi
dan berenang karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat
dan wisatawan saling menjaga kebersihan perairan.Guna mengurangi
polusi air, alat transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang ramah
lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano.
2. Atmosfir
Perjalanan menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan
cepat. Namun, angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil
buangan emisinya dilepas di udara yang menyebabkan atmosfir tercemar
dan gemuruh mesin pesawat menyebabkan polusi suara. Selain itu, udara
tercemar kibat emisi kendaraan darat (mobil, bus) dan bunyi deru mesin
kendaraan menyebabkan kebisingan. Akibat polusi udara dan polisi suara,
maka nilai wisata berkurang, pengalaman menjadi tidak menyenangkan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-71
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

dan memberikandampak negatif bagi vegetasi dan hewan.Inovasi


kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara berpenumpang massal
(seperti pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500 penumpang) dilakukan
guna menekan polusi udara dan suara. Anjuran untukmengurangi
kendaraan bermotor juga dilakukan dan kampanye berwisata sepeda
ditingkatkan.
3. Pantai dan pulau
Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun,
pantai dan pulau sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif
dari pariwisata. Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau,
pendirian prasarana (jalan, listrik, air), pembangunan infrastruktur
(bandara, pelabuhan) mempengaruhi kapasitas pantai dan
pulau.Lingkungan tepian pantai rusak (contoh pembabatan hutan bakau
untuk pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan karang laut, hilangnya
peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai menjadi
beberapaakibat pembangunan pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai
dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut.
Pencanangan taman laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan.
Wisatawan juga ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah
lingkungan. Beberapa pengelola pulau (contoh pengelola Taman
NasionalKepulauan Seribu) menawarkan paket perjalanan yang ramah
lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan menanam
bakau di laut.
4. Pegunungan dan area liar
Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke pegunungan
untuk berganti suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak
gunung dan area liarnya. Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di
kaki bukit, pembangunan gondola (cable car), dan pembangunan fasilitas
lainnya merupakanbeberapa contoh pembangunan yang berpotensi
merusak gunung dan area liar. Akibatnya terjadi tanahlongsor, erosi tanah,
menipisnya vegetasi pegunungan (yang bisa menjadi paru-paru

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-72
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan karena


gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali
pepohonan di pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan
sebagai upaya pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.
5. Vegetasi
Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat
api unggun di perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk
kebutuhan wisatawan merupakan beberapa kegiatan yang merusak
vegetasi. Akibatnya, terjadi degradasi hutan (berpotensi erosi lahan),
perubahan struktur tanaman(misalnya pohon yang seharusnya berbuah
setiap tiga bulan berubah menjadi setiap enam bulan, bahkanmenjadi tidak
berbuah), hilangnya spesies tanaman langka dan kerusakan habitat
tumbuhan. Ekosistemvegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang.
6. Kehidupan satwa liar
Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan
terpesona dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu
kehidupan satwa-satwa tersebut. Komposisi fauna
berubahakibat:pemburuan hewan sebagai cinderamata, pelecehan satwa
liar untuk fotografi, eksploitasi hewan untuk pertunjukan, gangguan
reproduksi hewan (berkembang biak), perubahan insting hewan
(contohhewan komodo yang dahulunya hewan ganas menjadi hewan jinak
yang dilindungi), migrasi hewan (ketempat yang lebih baik). Jumlah hewan
liar berkurang, akibatnya ketika wisatawan mengunjungi daerah wisata, ia
tidak lagi mudah menemukan satwa-satwa tersebut
7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan
Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs
sejarah, budaya dan keagamaanmudah rusak. Kepadatan di daerah wisata,
alterasi fungsi awal situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa
contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan fisik. Situs
keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu
fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-73
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

secara komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi


menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas daya
tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan
dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi
kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi
dan preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia
situs-situs tersebut.
8. Wilayah perkotaan dan pedesaan
Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan
lain dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu,
jumlah kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas
jadi meningkat. Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan terhadap
lahan, melainkan juga perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi
lahan komersil, kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi estetika
(terutama ketika bangunan didirikan tanpa aturan penataan yang benar).
Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan manajemen pengunjung
dan penataan wilayah kota atau desa serta membedayakan masyarakat
untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.
Oleh karena itu dalam pembangunan sektor kepariwisataan harus
memperhatian kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan hidup mengingat salah
satu unsur wisata adalah sumber daya alam yang merupakan bagian dari
lingkungan hidup. Pengembangan sektor pariwisata yang tidak memperhatikan
aspek lingkungan hidup dapat berdampak negatif pada perkembangan
pariwisata itu sendiri pada masa yang akan datang.

D. Analisa Ekologis dan Lingungan Perdagangan dan Jasa pada Spoting


Kawasan Pengembangan
Peningkatan kebutuhan lahan bagi aktivitas perdagangan dan jasa
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari ruang public / permukiman
menjadi bangunan komersial. Berkurangnya open space dan belum
memadainya pedestrian yang manusiawi dan aman menjadikan kualitas

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-74
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

lingkungan fisik yang menurun. Hal tersebut diperparah dengan aktivitas


informal di kawasan ini berupa pedagang kaki lima (PKL) yang menggunakan
ruang publik menjadikan kurang nyaman bagi pengguna jalur pejalan kaki dan
mengganggu visual. Aktivitas yang terkonsentrasi pada kawasan pusat kota
mengakibatkan tarikan pergerakan pengunjung yang mengakibatkan konflik
lalu lintas seperti kemacetan, parkir on street, bongkar muat, polusi udara dan
lain sebagainya.kawasan perdagangan dan jasa mempengaruhi tumbuhnya
pengembangan kawasan perumahan dan Kota Baru Lainnya. Serta terjadinya
pembangunan- pembangunan pada kawasan sekitarnya. Sebagian besar
pembangunan untuk fungsi hunian tempat tinggal yaitu kontrakan dan kos-
kosan. Perubahan guna lahan saat ini sebagian besar adalah fungsi hunian,
dan tumbuh aktivitas fungsi perdagangan dan jasa. Pola jalan di sebagian
besar kawasan sekitar Perdagangan dan jasa akan berkembang secara teratur.
Menunjukkan berkembangnya kawasan tersebut. dengan Berkembangnya
akses jalan di kawasan sekitar menyebabkan perkembangan sistem
transportasi umum hingga dapat melayani ke setiap lingkungan kawasan
permukiman penduduk. Akan tetapi pertumbuhan transportasi yang terus
meningkat terutama angkutan umum menyebabkan terjadinya kemacetan di
jalan utama kawasan. Kemacetan terjadi terutama pada hari-hari tertentu dan
saat adanya kegiatan acara-acara di Kawasan tersebut. Dengan banyaknya
kendaraan dan aktifitas di kawasan ini makan akan meningkatakan
pencemaran leingkungan yang berasal dari polusi kendaraan. Keberadaan
kawasan Perdagangan dan jasa berpengaruh terhadap peningkatan nilai lahan
dan bangunan. Nilai harga bangunan rumah tertinggi sebagian besar berada
di kawasan perumahan karena adanya ketersediaan infratruktur permukiman
yang lengkap hal ini akan mengakitbakan terjadinya alih fungsi lahan yang
mengakibatkan berkurangnya RTH, pembangunan yang melanggar tata ruang
seperti pemanfaatan RTH. Peningkatan pendapatan masyarakat, tidak lepas
dari adanya perkembangan mata pencaharian penduduk. Setelah adanya
kawasan Perdagangan dan jasa secara tidak langsung mempengaruhi
perkembangan mata pencaharian penduduk yang semula petani beralih

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-75
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

menjadi pedagang warung dan toko, sebagian masyarakat membuka usaha


dengan membangun kontrakan dan kos-kosan sebagai mata pencaharian
pokok maupun mata pencaharian sampingan penduduk. Pertumbuhan usaha
tersebut diakibatkan tingginya permintaan akan tempat tinggal bagi pendatang
yang bekerja di perdagangan dan jasa, Selain itu terjadinya perubahan sifat
masyarakat yang cenderung lebih konsumtif dengan keberadaan sarana
hiburan dan tempat belanja. Untuk lebih jelasnya, Pengelolaan Lingkungan
dalam Spoting Kawasan Pengembangan dapat dilihat pada tabel 4.18 dibawah
ini.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-76
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Tabel 4.17 Spoting Pengembangan Kawasan, Potensi Lingkungan dan Model Pengelolaan Lingkungan
Jenis Nama Kota/Kabupaten Model Pengelolaan
No Potensi Resiko
Kawasan Tasikmalaya Garut Cianjur Pangandaran Sukabumi Ciamis Lingkungan
1 permukiman karangnunggal Cikajang sukanegara parigi pelabuhan ciamis terjadinya alih sanitasi tepat guna
Cikatomas singajaya pagelaran cijulang ratu cimargas fungsi lahan yang regulasi yang
sukaraja koridor sindang koridor cidolog mengakibatkan mengatur terhadap
koridor cikajang barang sukabumi cidolog berkurangnya RTH, perubahan fungsi
cikatomas - -banyuwangi tanggeung -pelabuhan banjaran menigkatnya sawah-sawah irigasi
salopa Mekarmukti ratu volume sampah, (LP2B).
cipatujah bungbulan sagaranten menurunnya pengendalian
pamulihan jampang kualitas air tanah, pemanfaatan tata
pamengpeuk kulon pencemaran udara, ruang dan
pembangunan pemantauan yang
yang melanggar continu
tata ruang seperti sistem TPA
pemanfaatan RTH pelaksanaan 3R
yang dipergunakan
menjadi
permukiman

2 perdagangan cikatomas cikajang sukanegara pangandaran pelabuhan koridor terjadinya alih sistem TPA
dan jasa sukaraja singajaya sindang kalipucung ratu ciamis- fungsi lahan yang pelaksanaan 3R
koridor koridor barang koridor banjar mengakibatkan pengendalian
cikatomas cikajang tanggeung sukabumi cimargas berkurangnya RTH, pemanfaatan tata
- salopa -banyuwangi pagelaran -pelabuhan cidolog menigkatnya ruang dan
taraju pamengpeuk ratu cidolog volume sampah, pemantauan yang
cipatujah bungbulan sagaranten banjaran menurunnya continu
karangnunggal pamulihan jampang kualitas air tanah,
kulon pencemaran udara,
pembangunan
yang melanggar
tata ruang seperti
pemanfaatan RTH
yang dipergunakan
menjadi kawasan
perdagangan dan
jasa, perubahan
mata pencaharian

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-77
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Jenis Nama Kota/Kabupaten Model Pengelolaan


No Potensi Resiko
Kawasan Tasikmalaya Garut Cianjur Pangandaran Sukabumi Ciamis Lingkungan
masyarakat,
relokasi dan
pembebasan lahan
permukiman
menjadi kawasan
iperdagangan dan
jasa penggunaan
air bersih yang
meningkat
3 pusat wisata cipatujah cikelet sindang pangandaran pelabuhan perubahan mata IPAL kawasan
pantai karangtawulan cibalong barang cimerak ratu pencaharian penerapan teknologi
cidaun cijulang ujung genting masyarakat, tepat guna
kalipucung tegal buleud relokasi dan pelaksanaan 3R
cempaka ciemas pemebebasan konsep eco green
lahan, timbulan wisata
sampah yang
meningkat,
penggunaan
konsumsi air bersih
yang meningkat
4 pusat wisata cikalong cikidang menigkatnya konsep eco green
gunung volume sampah, wisata
alih fungsi lahan, pelaksanaan 3R
pembangunan
yang melanggar
tata ruang seperti
pemanfaatan RTH
5 Industri pelabuhan terjadinya alih IPAL kawasan
ratu fungsi lahan yang penerapan teknologi
koridor mengakibatkan tepat guna
sukabumi berkurangnya RTH, pelaksanaan 3R
-pelabuhan menigkatnya konsep eco green
ratu volume sampah, wisata
sagaranten menurunnya
jampang kualitas air tanah,
kulon pencemaran udara,
pembangunan

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-78
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Jenis Nama Kota/Kabupaten Model Pengelolaan


No Potensi Resiko
Kawasan Tasikmalaya Garut Cianjur Pangandaran Sukabumi Ciamis Lingkungan
yang melanggar
tata ruang seperti
pemanfaatan RTH
yang dipergunakan
menjadi kawasan
industri, perubahan
mata pencaharian
masyarakat,
relokasi dan
pembaebasan
lahan permukiman
menjadi kawasan
industri,
penggunaan air
bersih yang
meningkat
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-79
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

4.6 PERBANDINGAN KORIDOR FS 2015 DENGAN RENCANA KORIDOR


HORIZONTAL
Berdasarkan hasil perbandingan Feasibility Study (FS) dengan Kajian Jalur
Horizontal Jabar Selatan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan penentuan koridor yang direncanakan. Penentuan jalur tersebut
masing-masing memiliki kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1. Banyak jalur yang menggunakan jalan desa yang membutuhkan pelebaran atau
pembebasan lahan yang cukup banyak;
2. Usulan daerah meningkatkan jalan kabupaten menjadi jalan provinsi lebih
mudah di laksanakan di lapangan; dan
3. Perubahan alinyemen jalan kabupaten menjadi jalan provinsi tidak begitu
besar.

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-80
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019
Tabel 4.16. Perbandingan Jalur Horizontal Tengah Selatan FS (2015) dengan Rencana Jalur Kajian Jawa Barat Selatan

FS RENCANA JALUR HORIZONTAL


VARIABEL
KORIDOR 1 KORIDOR 2 KORIDOR 1 KORIDOR 2 KORIDOR 3
Simpenan – Jampangtengah
– Nyalindung – Paldua –
Sukanagara –
Kiaradua - Sagaranten - Pangalengan - Cikajang - Taraju – Puspahiang – Bojonggambir – Culamega
Sindangbarang – Cikadu –
Arah Jalur Parakantugu - Cimaskara - Singajaya - Karangnunggal - Mangunreja – Sukaraja – – Karangnunggal –
Cirendeu – Rancabali –
Ciwidey - Pangalengan Cipuray - Cikohkol Salopa – Cigugur – Parigi Cikatomas – Cimerak
Cileuleuy – Sumadra –
Cikajang – Banjarwangi –
Singajaya
Panjang Jalan 195 km 233,7 km 358,58 km 132,34 km 104,49 km
- jalan kabupaten - jalan kabupaten - jalan kabupaten - jalan kabupaten - jalan provinsi
Status Jalan
- jalan lainnya - jalan desa/ jalan lainnya - jalan provinsi - jalan provinsi - jalan nasional
perkerasan aspal 30% perkerasan tanah perkerasan aspal perkerasan aspal perkerasan aspal
Kondisi Jalan
70% perkerasan aspal
Melalui: Melalui: Melalui: Melalui: Melalui
- PKL Sagaranten - PKL Ciwidey - PKW Palabuhan Ratu - PKW Pangandaran - PKL Karangnunggal
- PKL Cikajang - PKL Sukanagara - PKL Singaparna - PKL Cikaromas
Keterkaitan dengan
- PKL Karangnunggal - PKL Ciwidey - PPK Taraju - PPK Cimerak
Sistem Perkotaan dan
- PKL Cikaromas - PKL Cikajang - PPK Mangunreja - PPK Cijulang
Pusat-Pusat Kegiatan
- PPK Pamulihan - PPK Pagelaran - PPK Cigugur
- PPK Banjarwangi - PPK Pamulihan - PPK Sidamulih
- PPK Banjarwangi - PPK Kalipucang
- pembangunan jalur horizontal ini melalui lebih banyak sistem perkotaan dan pusat-pusat
- memerlukan pembukaan lahan, perubahan tata guna lahan dan
kegiatan sehingga lebih besar peluang untuk meingkatkan aspek sosial, ekonomi dan tata
Kemudahan perubahan pola pergerakan sehingga dampak lingkungan perlu
ruang dengan proyeksi 20 tahun kedepan
Pelaksanaan Konstruksi perhatian lebih lanjut
- sudah ada kesepakatan dengan daerah melalui rapat koordinasi teknis
- sudah dilakukan studi kelayakan
- belum dilakukan studi kelayakan
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal IV-81
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.29. Peta Jalur Horisontal FS Tengah – Selatan – Selatan Jabar Selatan 2015 dengan Rencana Koridor Horizontal dan Vertikal Jabar Selatan
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal III-82
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

4.7 PERBANDINGAN WAKTU TEMPUH KORIDOR HORIZONTAL DENGAN


JALAN NASIONAL
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya dapat dinyatakan bahwa
dengan adanya rencana koridor horizontal yang malalui jalur 1, jalur 2, jalur 3
dapat mempercepat waktu tempuh perjalanan dibandingkan dengan melalui jalan
nasional tengah maupun jalan nasional pesisir selatan. Adanya waktu tempuh yang
lebih singkat ini dapat memberikan keuntungan bagi pergerakan ekonomi pada
wilayah di Jabar Selatan untuk mobilisasi hasil-hasil alam dan pergerakan lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.18 dan Gambar 4.

Tabel 4.18 Perbandingan Waktu Tempuh Jalan Nasional

JALAN RENCANA KORIDOR HORIZONTAL


JALAN
NASIONAL
NO KRITERIA NASIONAL
(PESISISR JALUR 1 – JALUR 2 JALUR 1 - JALUR 3
(TENGAH)
SELATAN)
1 Panjang (km) 368 373 490.92 463.34
Kecepatan Rata-
2 30-40 40 50 50
Rata (km/jam)
Waktu Tempuh
3 10 Jam 16 menit 9 Jam 9 menit 9 jam 8 menit 9 jam 2 menit
(jam)
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal III-83
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

Gambar 4.29. Peta Rencana Koridor Jabar Selatan Terhadap Jalan Nasional
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal III-84
KAJIAN JAWA BARAT SELATAN 2019

LAPORAN AKHIR
DINAS BINA MARGA DAN PENATAAN RUANG
PROVINSI JAWA BARAT Hal III-85

Anda mungkin juga menyukai